Anda di halaman 1dari 18

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Firdaus Alqisahara (19010310768)
Rahmah (19010310784)

Dosen pengampu :
Dr. Abdiansyah Linge, M.A
Mata kuliah:
Lembaga Perekonomian Umat

FAKULTAS SYARIAH, DAKWAH DAN USHULUDDIN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TAKENGON
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga makalahini dapat selesai dengan baik
dan tepat waktu.Oleh karena itu penyusun pada kesempatan ini mengucapkan
rasa terima kasih kepada Dosen Pengampu Ekonomi Islam yang sekaligus
menjadi Pembimbing dalam penyusunan makalah ini sehingga penyusun dapat
menyeselesaikan makalah ini
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas yang diberikan Bapak Dr.
Abdiansyah Linge, M.ADosen Pengampu Mata Kuliah Lembaga Prekonomian
Umat Islam Semester 5 Institut Agama Islam Negeri Takengon.Penyusun
menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat penyusun butuhkan. Penyusun berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat.

DAFTAR ISI
i
Kata Pengantar.........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A.Latar Belakang.....................................................................................................1

B.Rumusan Masalah................................................................................................2

C.Tujuan Masalah....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

A.Pengertian Bank Syariah


.................................................................................................................................3

B. Perkembangan dan Kelembagaan Bank Syariah
.................................................................................................................................4

C. Pasar Uang antarbank Syariah (PUAS
.................................................................................................................................7

D.Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia.
8
BAB III PENUTUP...............................................................................................13

Kesimpulan..............................................................................................................13

Daftar Pustaka.........................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan lembaga keuangan Syariah di Indonesia baik yang berbentuk


bank maupun lembaga keuangan non bank mengalami kemajuan yang cukup
pesat khususnya pada bidang keuangan Islam maupun keuangan mikro Islam.
Upaya pengembangan bank syariah dilaksanakan dengan memperhatikan bahwa
sebagian besar masyarakat Indonesia adalah beragama Islam yang sangat
menantikan suatu sistem perbankan syariah yang sehat dan terpercaya untuk
mengakomodir kebutuhan terhadap layanan jasa perbankan yang sesuai dengan
prinsip syariah. Pemerintah merespon perkembangan tersebut dengan
mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam meningkatkan perkembangan
perbankan syariah di Indonesia.

Landasan operasional sistem perbankan syariah semakin kuat dengan


dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1992 yang telah diganti
dengan Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1999 tentang bank berdasarkan
Prinsip Bagi Hasil. Sejak saat itulah diberi kesempatan seluas-luasnya bagi
masyarakat untuk mendirikan bank yang menyelenggarakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, termasuk memberi kesempatan kepada Bank
Umum untuk membuka kantor cabangnya yang khusus melakukan kegiatan
berdasarkan prinsip syariah. Jumlah perbankan syariah di Indonesia sampai
pada bulan Desember 2015 sudah mencapai 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22
Unit Usaha Syariah (UUS) dan 163 BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah).
Meningkatnya jumlah perbankan syariah di Indonesia
1
B. Rumusan Masalah

1. .Pengertian Bank Syariah
2. Perkembangan dan Kelembagaan Bank Syariah
3. Pasar Uang antarbank Syariah (PUAS)
4. Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia

5. Tujuan Masalah
1. Untuk memberikan pemahaman lebih lanjut tentanglembagaKeuangan
Syari'ah
2. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Islam Yang
diharapakan mahasiswa baik masyarakat umum dapat memahaminya

BAB II

PEMBAHASAN
2
A. Pengertian Perbankan Syariah
Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana dari
masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan
fungsi intermediasi keuangan. Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat
dua macam sistem operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank
syariah. Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis
Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun),
kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung
gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram. Selain itu, UU Perbankan
Syariah juga mengamanahkan bank syariah untuk menjalankan fungsi sosial
dengan menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu menerima dana
yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi
wakaf (wakif).

b. Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah

Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada


Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.
Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan
pemerataankesejahteraan rakyat. 

Sedangkan fungsi dari perbankan syariah adalah :

1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi


menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. 
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial
dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang
berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial
lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola
zakat. 
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang
berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada
pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi
wakaf (wakif). 
3
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dan ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

c. Struktur Perbankan Syariah


Berdasarkan Kegiatannya Bank Syariah dibedakan menjadi Bank Umum
Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. 
1.) Bank Umum Syariah Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi: 

o menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro,


Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan Akad wadi'ah atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah; 
o menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito,
Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah; 
o menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad
mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah; 
o menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad
salam, Akad istishna', atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah; 
o menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; 
o menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak
bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa
beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; 
o melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; 
o melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah; 
o membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga
pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata
4
berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah,
musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah; 
 membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh
pemerintah dan/atau Bank Indonesia; 
 menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan
Prinsip Syariah; 
 melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
Akad yang berdasarkan Prinsip Syariah; 
 menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah; 
 memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah; 
 melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah; 
 memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan
Prinsip Syariah; dan 
 melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan
di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 

B. Perkembangan Dan Kelembagaan Bank Syariah

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, kelembagaan perbankan syariah


di Indonesia di bagi menjadi 3 bentuk, 
pertama adalah Bank Umum Syariah yakni  Bank Syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
Kedua, Unit Usaha Syariah (UUS), sebagai unit kerja dari kantor pusat Bank
Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja
di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah. 
Ketiga,perbankan syariah yang berupa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Dewasa ini telah berkembang trend pembentukan bank syariah pasca
diundangkannya Undang-undang No. 21 Tahun 2008. Perkembangan ini dapat
5
dilihat dengan beberapa pengaturan seperti Bank umum konvensional yang
telah memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) mengakuisisi bank yang relatif kecil
kemudian melakukan konversi terhadap unit tersebut menjadi syariah dan
melepaskan serta menggabungkan Unit Usaha Syariah dengan bank yang baru
dikonversi tersebut. Bank umum konvensional yang belum memiliki UUS,
mengakuisisi bank yang relatif kecil dan melakukan konversi menjadi syariah.
Pelaksanaan Pemisahan (spin-off) UUS untuk dijadikan Bank Umum Syariah
tersendiri.
Statistik Otoritas Jasa Keuangan Per Desember 2015 menunjukkan Jaringan
Kantor (Network) Perbankan Syariah di Indonesia terdiri dari 12 Bank Umum
Syariah, 22 Unit Usaha Syariah, dan 162 Bank Pembiayaan Syariah. Termasuk
Bank Umum Syariah,
Kegiatan usaha perbankan di Indonesia terbagi dalam beberapa periode waktu.
Pertama, ada era Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang
masih pada tahap pengenalan usaha perbankan kepada masyarakat dengan
praktik yang telah dilindungi oleh peraturan perundang-undangan. Pada era
pengenalan tersebut, diperkenalkan bahwa operasional perbankan selain
didasarkan pada bunga, juga didasarkan juga pada bagi hasil dengan
menjalankan adalah yang khusus untuk menjalankan usaha tersebut. Muncul
Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama pada tahun 1988. Berkembang
pada era Undang-undang No. 8 Tahun 1998 tentang Perbankan yang telah
memasuki era pengakuan. Pada masa ini terjadi krisis ekonomi dan banyak bank
yang dilikuidisasi. Peristiwa yang memunculkan pengakuan pada bank syariah
adalah ada satu bank yang masih dinyatakan sehat yaitu bank muamalah. Poin
penting dalam undang-undang perbankan perubahan ini adalah mulai saat itu
ada kesempatan menurut undang-undang untuk bank konvensional memberikan
layanan syariah dengan tenggang waktu. Pada tahun 2023 harus dipisahkan
antara bank konvensional dengan bank syariah sampai pada perkembangan
untuk memisahkan dan memurnikan kegiatan usaha perbankan yang masih
konvensional dengan yang syariah sehingga dapat dicapai kemurnian kegiatan
usah adengan prinsip syariah.
Pentingnya dilakukan analisis dan kajian mendalam untuk mengetahui urgensi
Pemisahan UUS BUK dalam perspektif yuridis, sosiologis dan filosofis. Hal ini
dilakukan selain mendasarkan pada aspek peraturan perundang-undangan, juga
melihat teori-teori hukum (syariah) dan teori sosial guna melihat aktivitas
perbankan syariah dari kacamata sosiologis dan filosofis. Dalam skala makro
penting untuk dilakukan analisis tentang politik hukum nasional terkait
kelembagaan perbankan syariah. Lebih lanjut, penilaian ketaatan syariah (sharia
compliance) pada perubahan BUK yang diambil alih (Acquired) menjadi Bank
Umum berdasarkan Prinsip Syariah penting untuk menilai semangat kemurnian
dari perbankan syariah. Ketaatan dimaksud adalah terhadap peraturan
6
perundang-undangan sebagai manifestasi ketaatan terhadap ulil amri, ketaatan
terhadap prinsip-prinsip syariah yang sudah tertuang dalam fatwa DSN-MUI
maupun yang belum tertuang dalam fatwa DSN-MUI, serta International
Standard Setter yang dikeluarkan oleh AAOIFI, khususnya Standar No. 6
tentang “Bank Conversion to an Islamic Bank”.

C. 1PASAR UANG ANTAR BANK SYARIAN (PUAS)


Pasar uang (money market) adalah pasar yang memperjualbelikan surat
berharga jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih dari 1 tahun, seperti
sertifikat bank indonesia (SBI), surat berharga pasar uang, serfifikat deposito,
interbank call money, banker’s acceptance, commercial paper, treasury bills,
repurchase agreement, dan foreign exchange market. Bank syariah dapat
mengalami kekurangan likuiditas disebabkan oleh perbedaan jangka waktu
antara penerimaan dan penanaman dana atau kelebihan likuiditas yang dapat
terjadi karena dana yang terhimpun belum dapat disalurkan kepada pihak yang
memerlukan. Dalam rangka peningkatan
efisiensi pengelolaan dana, bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah
memerlukan adanya pasar uang antarbank (interbank call money).
Ketentuan Umum pasar uang antarbank berdasarkan kepada Fatwa MUI
adalah8:
1
8 Fatwa Dewan Syari'ah nasionalno: 37/dsn-mui/x/2002, http://www.scribd.com/doc/68479980/37-Pasar-
Uang- Antarbank-Berdasarkan-Prinsip-Syariah (diunduh 20/12/11).

7
1. Pasar uang antarbank yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu pasar uang
antarbank yang berdasarkan bunga.
2. Pasar uang antarbank yang dibenarkan menurut syariah yaitu pasar uang
antarbank yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
3. Pasar Uang Antarbank berdasarkan prinsip Syariah adalah kegiatan transaksi
keuangan jangka pendek antarpeserta pasar berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
4. Peserta pasar uang sebagaimana tersebut dalam butir 3. adalah: a. bank
syariah sebagai pemilik atau penerima dana
b. bank konvensional hanya sebagai pemilik dana
Ketentuan Khusus pasar uang antarbank
1. Akad yang dapat digunakan dalam Pasar Uang Antar bank berdasarkan
prinsip Syariah adalah:
a. Mudharabah (Muqaradhah)/ Qiradh b. Musyarakah
c. Qardh
d. Wadi’ah
e. Al-Sharf
2. Pemindahan kepemilikan instrumen pasar uang sebagaimana tersebut dalam
butir 1.
menggunakan akad-akad syariah yang digunakan dan hanya boleh
dipindahtangankan sekali.

1.Perbedaan Pasar Uang Syariah dan Konvesional


Pada dasarnya kedua pasar memiliki beberapa fungsi yang sama, diantaranya
sebagai pengatur likuiditas. Jika bank kelebihan likuiditas maka mereka akan
menggunakan instrumen pasar uang untuk investasi, dan apabila kekurangan
likuiditas akan menerbitkan instrumen untuk mendapatkan dana tunai.
Perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu adalah dalam hal mekanisme
penerbitan dan sifat instrumen itu sendiri. Pada pasar uang konvensional
instrumen yang diterbitkan adalah instrumen hutang yang dijual dengan diskon
dan didasarkan atas perhitungan bunga sedangkan pasar uang syariah lebih
kompleks dan mendekati mekanisme pasar modal.
8
2. Mekanisme Transaksi Instrumen PUAS

 BUS, UUS, Bank Konvensional atau Bank Asing dapat membeli


Instrumen PUAS yang diterbitkan oleh BUS atau UUS
 BUS, UUS, Bank Konvensional, atau Bank Asing dapat melakukan
pengalihan kepemilikan Instrumen PUAS sebelum jatuh waktu untuk
Instrumen PUAS yang menurut ketentuan Bank Indonesia dapat dialihkan
kepemilikannya sebelum jatuh waktu.
 Dalam melakukan transaksi di PUAS, baik pada saat penerbitan maupun
pada saat pengalihan kepemilikan Instrumen PUAS sebelum jatuh waktu,
BUS, UUS, Bank Konvensional, atau Bank Asing dapat menggunakan
Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing (Perusahaan Pialang).
 BUS atau UUS yang melakukan penempatan dana pada instrumen lain
yang diterbitkanoleh Bank Asing wajib memenuhi prinsip syariah.2

D. Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Istilah kebijaksanaan (policy) seringkali dianggap sama dengan politik (politics)


oleh orang kebanyakan, padahal istilah kebijaksanaan ini lebih luas karena
dapat dan memang seharusnya bisa dipergunakan di luar konteks politik.
Kebijakan lebih sering dan secara luas dipergunakan dalam kaitannya dengan
tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan pemerintah atau perilaku negara pada
umumnya.Untuk menentukan kebijakan-kebijakan, menyangkut pengaturan dan
pendistribusian atau alokasi dari sumber-sumber daya yang dimiliki dalam

2
7 Abbas Mirakka, Executive Director, International Monetary Fund Washington, USA, Progress and Challenges
of lslamic Banking, Review of Islamic Economics, Vol.4 No.2 (1997).
9
negara diperlukan adanya kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang
akan dipakai untuk menentukan kebijakan tersebut.
Implementasi kebijaksanaan dapat dipandang sebagai suatu proses
melaksanakan keputusan kebijaksanaan. Daniel A. Mazmanian dan Paul A.
Sabatier, sebagaimana dikutip oleh Solichin Abdul Wahab, yang menjelaskan
makna implementasi ini dengan pernyataan : 
”memahami apa senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku
atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yakni
kejadian kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya
pedoman-pedoman kebijaksanaan negara, yang mencakup baik usaha-usaha
untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat atau
dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian”
Proses implementasi kebijaksanaan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut
perilaku badan-badan administrasi yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan program yang menimbulkan ketaatan pada diri kelompok
sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan-jaringan kekuatan-kekutan
politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat
mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat, dan yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap dampak; baik yang diharapkan (intended) maupun yang
tidak diharapkan (negative effects).
Selanjutnya, dalam implementasi pengembangan bank syariah, bank Indonesia,
pemerintah telah menentukan sasaran pengembangan perbankan syariah melalui
4 (empat) tahap pencapaian pengembangan syariah secara nasional. Tahapan
tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tahap pertama (2002 - 2004), yaitu tahap peletakan landasan


pengembangan yang kuat bagi pertumbuhan industri perbankan syariah.
fokus aktivitas dalam tahap ini adalah menyusun ketentuan kelembagaan
ban syariah dan menyiapkan infrastruktur dasar yang diperlukan untuk
pertumbuhan bank syariah.
2. Tahap kedua (2005-2009), yaitu tahap penguatan industri, peningkatan
daya saing, efisiensi operasi, spesifikasi produk, serta kompetensi, dan
profesionalisme SDI perbankan syariah.
3. Tahap ketiga (2010-2012) adalah tahap untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan operasional perbankan syariah sesuai dengan standar
keuangan dan kualitas pelayanan international.
4. Tahap keempat (2013-2015), yaitu tahap di mana industri perbankan telah
mencapai satu pangsa yang signifikan untuk memberikan kontribusi
dalam sistem perekonomian nasional. Pada saat itu diharakan telah
terbentuk integrasi dengan sektor-sektor lainnya, khususnya dengan
lembaga keuangan syariah bukan bank dan institusi pendudukungnya.
10
Selain bentuk kebijakan ekonomi dalam pengembangan perbankan syariah
diatas, terdapat 4 (empat) paradigma kebijakan dalam perbankan yang perlu
menjadi perhatian, yaitu :

1. Market driven, dimana Bank Indonesia bersama dengan stakeholder yang


lain melakukan public education kepada masyarakat untuk mendukung
proses positioning. Hal ini terjadi karena industri perbankan syariah
tumbuh sebagai realisasi dari kebutuhan masyarakat yang membutuhkan
jasa pelayanan keuangan dan perbankan yang sesuai prinsip syariah
2. Fair treatmend, yang artinya pengembangan kerangka ketentuan maupun
upaya bagi penyempurnaan infrastruktur industri dilakukan berdasarkan
konsep perlakuan yang sama, yang mengakomodasi ciri-ciri operasional
khusus perbankan syariah, serta menyusun program pengembangan yang
disesuaikan dengan tahapan pertumbuhan industri.
3. Gradual and sutainnable approach, yaitu program pengembangan
perbankan dapat dipandang sebagai suatu upaya transformasi suatu
industri yang dilakukan menurut fokus dam prioritas dalam suatu tahapan
yang terstruktur dan berkesinambungan.
4. Comply to syariah principle, yang artinya kepatuhan terhadap prinsip-
prinsip syariah yang merupakan suatu argumen utama keberadaan
industri perbankan syariah. adapun implementasi kepatuhan terhdapa
prinsip syariah merupakan upaya untuk menginkorporasi nilai-nilai
syariah, bai dalam skema transaksi keuangan sampai pada
implementasinya dalam mengelolausha yang tercermin dalam corporate
govermance industri perbankan syariah yang baik.
Adapun sasaran strategis dalam kebijakan perkembangan perbankan syariah
diterapkan dengan berpedoman pada strategi pengebangan perbankan syariah,
adalah untuk pencapaian sebagai berikut :

1. Kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah. hal ini dilakukan dengan


menerbitkan peraturan yang bertujuan untuk memberikan panduan dalam
penerapan akad keuangan syariah secara baik, yanti dengan
dikeluarkannya peraturan tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran
Dana bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah.
2. Implementasi aturan prudential. Bank indonesia berkomitmen terhadap
pengembangan good corporate govermance (GCG) dan pemutakhiran
sistem pengawasan dan pemeriksaan Bank Syariah.
3. Efisiensi operasional dan daya saing. Dalam hal ini Bank Syariah telah
mengeluarkan ketentuan mengenai perubahan kegiatan usaha Bank
Umum Konvensional menjadi Bank Umum yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah dan pembukaan kantor bank yang
11
melaksakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah oleh bank
konvensional.
4. Stabilitas sistemik dan terciptanya maslahat perekonomian untuk
meningkatkan kontribusi industri perbankan syariah, Bank Indonesia
telah menyelesaikan kajian lebijakan entry dan exit pada industri
perbankan syariah. melalui kebijakan yang direkomendasikan diharapkan
industri perbankan syariah akan didukung oleh pelaku yang memiliki
keahlian dan dedikasi yang tinggi dalam mengembangkan industri
perbankan.
5. Pengembangan SDI (Sumber Daya Insani). Pengambangan SDI di bidang
perbankan syariah terus dilakukan, baik disisi pengelola bank syariah
maupun pengawas bank syariah, maupun masyarakat, yaitu melalui
program edukasi yang sistemik, terfokus, dan berkesinambungan.
6. Inisiatif strategis untuk mengoptimalisasi fungsi sosial bank syariah. Hal
ini dilakukan melalui peran perbankan syariah dalam memfasilitasi
hubungan valuntary sector (dana sosila) dengan pemberdayaan ekonomi
kerakyatan. Terkait dengan inisiatif ini, Bank Indonesia telah membentuk
kerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan seluruh
perbankan syariah dalam mengembangkan program Perbankan Syariah
Peduli Umat (PSPU).

12
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan


prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis
Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun),
kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung
gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram.

Pasar uang (money market) adalah pasar yang memperjualbelikan surat


berharga jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih dari 1 tahun, seperti
sertifikat bank indonesia (SBI), surat berharga pasar uang, serfifikat deposito,
interbank call money, banker’s acceptance, commercial paper, treasury bills,
repurchase agreement, dan foreign exchange market.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. Pengantar Pasar Modal, Cetakan Kelima, PT
Asdi Mahasatya, Jakarta 2006.

Abbas Mirakka, Executive Director, International Monetary Fund Washington,


USA, Progress and Challenges of lslamic Banking, Review of Islamic
Economics, Vol.4 No.2. 1997.

14
Fatwa Dewan Syari'ah nasionalno: 37/dsn-mui/x/2002,

http://www.scribd.com/doc/68479980/37-Pasar- Uang-Antarbank-Berdasarkan-
Prinsip- Syariah

Dahlan Siamat. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : Lembaga. Penerbit


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2001 hal 208.

Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Kencana, Jakarta 2007

Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Pustaka Alvabet, Jakarta ,


2009

15

Anda mungkin juga menyukai