Anda di halaman 1dari 14

ISSN:2339 -0042 (p)

SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272


ISSN: 2528-1577 (e)

COGNITIVE RESTRUCTURING DAN DEEP BREATHING UNTUK


PENGENDALIAN KECEMASAN PADA PENDERITA FOBIA SOSIAL

OLEH:
RUNIA HANIFA1 DAN MEILANNY BUDIARTI SANTOSO2

1 Mahasiswa Program Studi Kesejahteraan Sosial Universitas Padjadjaran_runiahanifa90@yahoo.com


2 Dosen Departemen Kesejahteraan Sosial Universitas Padjadjaran __ meilannybudiarti13@gmail.com

Abstrak
Fobia sosial adalah salah satu metal illness yang dihadapi oleh banyak orang dewasa dan
terutama pada remaja yang masih mengalami perubahan baik pada fisiknya maupun perubahan secara
psikologis. Fobia sosial terjadi karena individu mengalami kecemasan terhadap lingkungan sosialnya.
Hal tersebut disebabkan adanya penyimpangan cara berfikir atau kognisi individu. Terapis dalam
menangani klien individu dengan kecemasan, dapat menggunakan beberapa metode, salah satunya
metode cognitive restructuring (CR) dan teknik deep breathing.
Klien dengan fobia sosial diberikan treatment oleh terapis untuk mengatasi kecemasan dan
pikiran negatif terhadap lingkungan sosialnya. Dengan menggunakan metode cognitive restructuring
(CR), klien dibantu untuk menstruktur ulang kognisinya yang terbiasa untuk berpikir dengan mindset
negatif dan menyebabkan rasa cemas terhadap lingkungan sosialnya. Adapun teknik deep breathing,
digunakan untuk melancarkan pernapasan klien ketika mengalami kecemasan. Ketika individu
mengalami fobia sosial, kecemasan yang dialami klien dapat mengakibatkan kesulitan bernafas.
Dengan melakukan teknik deep breathing, klien dapat merasa lebih rileks dan dapat berpikir dengan
lebih jernih untuk dapat meghilangkan pikiran-pikiran negatinya.

Abstract
Social phobia is a mental illness that is faced by many adults and particularly in adolescents
who are still experiencing changes in both the physical and psychological changes. Social phobia
occurs because individuals experiencing anxiety of their social environment. This is due to their way
of thinking or cognition deviation of individual. The therapist in handling individual clients with
anxiety, can use several methods, such as cognitive restructuring (CR) and deep breathing
techniques.
Clients with social phobia are given treatment by a therapist to cope with anxiety and negative
thoughts of their social environment. By using cognitive restructuring (CR), a client helped to re-
structure the cognition which accustomed to think in a negative mindset and cause anxiety to the
social environment. The technique of deep breathing is used to launch the client when experiencing
anxiety. When individuals experience social phobia, anxiety experienced by clients can lead to
breathing difficulties. By doing deep breathing techniques, the client can feel more relaxed and able
to think more clearly in order to abolishing negative thoughts.

Kata Kunci: cognitive restructuring, pengendalian kecemasan, deep breathing, fobia sosial

1. Pendahuluan

230
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

Setiap individu manusia memiliki Cognitive Restructuring (CR)


kelebihan dan kelemahannya masing-masing, merupakan metode dalam praktik pekerjaan
sehingga individu membutuhkan peran orang sosial yang digunakan untuk mengatasi
lain dalam lingkungan sosialnya untuk masalah terkait dengan kondisi cognitive
menjalani kehidupannya. Pada praktikum ini, seseorang. Terdapat beberapa tahapan dalam
praktikan berhadapan dengan klien yang melakukan metode Cognitive Restructuring,
menyatakan dirinya sebagai individu yang yaitu:
merasa adanya kesulitan dan hambatan saat ia 1) Menjelaskan terlebih dahulu maksud
berada di dalam lingkungan sosialnya untuk dan tujuan digunakannya kolom
menjalani aktivitas sehari-hari dan masa cognitive restructuring kepada klien.
depannya. Klien mengaku bahwa dirinya tidak 2) Dimulai dari menuliskan kejadian atau
suka berinteraksi dengan orang lain, termasuk situasi apa yang menimbulkan emosi
dengan keluarganya. pada klien.
Menurut klien, hubungann dengan 3) Lalu meminta klien untuk menentukan
keluarganya baik-baik saja namun memang self talk negative seperti apa yang
tidak saling terbuka. Klien berpikir bahwa ditimbulkan dari kejadian tersebut.
ketika berada di lingkungan sosial, orang 4) Dari self talk negative tersebut klien
disekitar akan memperhatikan dan mengkritik diajak berdiskusi apakah hal tersebut
penampilan atau perilaku klien yang membuat seharusnya ia pikirkan? Apabila
klien merasa sangat cemas dan tidak nyaman. jawaban klien hal tersebut tidak
Selain itu, kecemasan tersebut juga seharusnya ia pikirkan, maka klien di
mempengaruhi aktivitas sehari-hari seperti arahkan mencari sudut pandang lain
pergi kuliah, pergi ke rumah makan, dan lain dari kejadian itu, hasilnya ditulis di
sebagainya. Namun, klien juga merasa bahwa kolom self talk positive;
klien memiliki potensi besar dalam dirinya 5) Apabila klien telah mengerti cara kerja
yang membuatnya tidak putus asa. Oleh karena dari cognitive restructuring, klien
itu, praktikan melakukan proses intervensi ditugaskan dalam 2 (dua) minggu
guna membantu klien menghadapi kondisinya untuk membuat sendiri form tersebut.
tersebut. Tabel 1 berikut adalah contoh
Cognitive Restructuring Form yang harus diisi
2. Metode, Hasil dan Pembahasan oleh klien:
Cognitive Restructuring Form

231
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

Tabel 1
Contoh Cognitive Restructuring Form (CRF) 3 Kolom
Kejadian Self Talk Negative Self Talk Positive

Sumber: Back, Judith S., Beck, Aaron. 1995

Cognitive restructuring form atau biasa berpikiran otomatis negatif pada suatu
disebut dysfunctional thoughts form kejadian untuk mencari pikiran alternatif yang
merupakan formula untuk membiasakan klien positif. Ketika klien sudah terbiasa melakukan
untuk mengubah pikiran negatifnya menjadi terapi ini, klien sedikit demi sedikit akan
pikiran alternatif yang lebih positif. Di dalam mampu menjadikan pikiran alternatif positif
kolom kejadian dituliskan aktivitas-aktivitas tersebut menjadi pikiran otomatis klien.
yang menghasilkan rasa cemas atau takut.
Kemudian di dalam kolom self talk negative, Deep Breathing Menurut Harsono (1988)
dituliskan pikiran otomatis yang muncul ketika Teknik deep breathing dapat digunakan
klien mengalami kejadian tersebut. Biasanya untuk mengurangi kecemasan yang dialami
kolom ini disertai dengan persentase (%) rasa oleh klien, termasuk pada klien dengan fobia
cemas atau takut yang dialami klien. Pada sosial. Adapun langkah-langkah yang harus
kolom self talk positive, dituliskan pula oleh dilakukan saat melakukan teknik deep
klien pikiran alternatif yang lebih positif ketika breathing adalah sebagai berikut:
klien mengalami kejadian tersebut. Hal ini 1) Duduk dengan badan tegak, kedua
bertujuan untuk mengurangi rasa cemas atau tangan rileks diantara lutut.
takut yang dirasakan klien. Pada kolom ini 2) Mata dipejamkan. Kemudian ambilah
juga biasanya disertai oleh persentase (%) rasa nafas pelan-pelan sedalam-dalamnya
cemas atau takut klien bilamana berkurang melalui mulut (mulut jangan dibuka
ataupun tetap. terlalu lebar), rasakan udara
CRF ini dipakai oleh praktikan dalam menyelinap ke seluruh pelosok alveoli
melakukan cognitive behavioural therapy paru-paru.
(CBT). Form ini bertujuan untuk melakukan
pembiasaan pada klien yang terbiasa

232
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

3) Keluarkan udara pelan-pelan melalui apakah ingin mengembangkan potensi ataukah


mulut dengan dibantu oleh otot-otot bersama-sama mencari jalan keluar dari
perut. masalah yang dihadapi klien.
4) Rasakan sampai seakan-akan paru- Sebelumnya sempat praktikan
paru menjadi kosong udara. singgung bahwa klien merupakan seorang
5) Istirahat sebentar, kemudian ulangi yang tertutup dan pemalu. Itu terlihat dari
prosedur di atas beberapa kali. jarangnya klien mengemukakan pendapat
Deep breathing dilakukan untuk apabila sedang bercakap-cakap, juga apabila
menenangan jiwa dan pikiran klien, sehingga ditanya hanya menjawab seadanya, klien
keberhasilan dari teknik ini sangat ditentukan jarang membuka obrolan terlebih dahulu.
oleh seberapa rileks diri klien. Klien mengatakan dirinya merupakan
seseorang yang tidak mudah untuk masuk ke
Hasil Assesment dalam suatu lingkungan yang dianggap baru
Pada tahapan assesment ini praktikan dan asing. Dalam tahap asesstment praktikan
menggali informasi sebanyak-banyaknya mengajak klien untuk mengisi form kelebihan
tentang diri klien, lingkungan klien, potensi serta kekurangan untuk menggali potensi dan
serta masalah yang dihadapi klien dengan masalah klien.
tujuan untuk menentukan arah konseling

Tabel 2
Kelebihan dan Kekurangan Klien
Aspek-aspek pribadi
Nam Masalah
Kelebihan Kekurangan yang ingin di
a (Jika Ada)
kembangkan
1. Loyal 1. Tidak mudah 1. Sering 1. Ingin lebih
2. Tidak mudah memulai interaksi cemas percaya diri.
menyerah. dengan orang lain 2. Tidak 2. Ingin memiliki
Klien

3. Mempunyai 2. Terlalu suka pikiran yang


imajinasi yang menginginkan hal bergaul positif.
bebas, senang yang perfect, semua
menulis harus terlihat baik
Sumber : Praktikan mikro, 2015

233
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

Gambar 1
Genogram Klien

Sumber : Praktikan mikro, 2015


Keterangan:
Menikah :

Laki – laki :

Perempuan :

Meninggal :

Berdasarkan genogram yang telah dan menjadi ibu rumah tangga. Nenek dari
dibuat oleh klien, maka dapat dipaparkan Ayah dan Kakek dari Ibu klien keduanya sudah
hubungan keluarga yang dimiliki oleh klien meninggal dunia.
adalah sebagai berikut: Klien (A) merupakan Hubungan hubungan dengan keluarga
anak ke-2 dari 3 bersaudara. Klien (A) berusia berdasarkan penuturan klien dirasakan baik-
20 tahun sebagai seorang mahasiswa di sebuah baik saja namun tidak begitu dekat. Ayah klien
universitas swasta di Kota Bandung. Kakak memiliki 5 saudara kandung dan Ibu klien
klien (R) berusia 23 tahun, saat ini bekerja di memiliki satu saudara kandung. Hubungan
pertambangan dan adik klien (T) berusia 14 antara keluarga besar dari pihak ayah maupun
tahun masih duduk di bangku SMP. Klien saat pihak ibu klien dirasakan oleh klien cukup
ini tinggal di Bandung, jauh dari Ayah (R) dan dekat meskipun jarang bertemu. Keluarga
Ibu (D) yang berada di Cilegon. Saat ini ayah besar hanya bertemu ketika ada acara besar
klien sudah berumur 53 tahun sehingga sudah saja
tidak lagi bekerja. Ibu klien berumur 51 tahun

234
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

Gambar 2 Ecomap Klien

Ibu

Ayah

Aban A Adi
g k
E
(tema H
n) (tema
n)

Sumber: Praktikan mikro, 2015


Keterangan :
Ada masalah, buruk
Renggang
Hubungan baik, ada timbal balik
Hubungan timbal balik yang kuat

Kedekatan yang timbul antara klien merupakan hubungan yang kuat setalah
dengan ibunya karena klien merasa beliau hubungan klien dengan ibunya. Adik klien
merupakan orang yang paling mengerti merupakan teman bermain dan bercerita ketika
dirinya. Klien mengatakan ibu merupakan klien menghabiskan waktunya dirumah. Klien
tempat ia menceritakan keluh kesahnya selama juga merasa adiknya sangat perhatian dan
ini. Meskipun klien belum pernah nyaman untuk dijadikan teman mengobrol.
menceritakan hal-hal pribadi kepada Ibunya. Hubungan klien dengan kakaknya baik
Sedangkan kedekatan klien dengan ayahnya namun tidak kuat, klien mengaku bahwa
karena beliau merupakan orang yang sangat kakaknya sedikit dingin terhadap klien dan
perhatian. Ketika klien harus pulang malam, jarang mengobrol. Namun kakaknya
maka ayahnya tidak akan membiarkan klien merupakan saudara yang sangat peduli dengan
untuk pulang sendirian. Namun, menurut klien. Hal ini dirasakan klien saat pertama kali
klien, Ayahnya adalah orang yang emosional pindah ke Bandung, dimana klien merasa
dan sering menggunakan suara tinggi ketika terbantu dan kakaknya adalah salah satu orang
sedang marah. Meskipun begitu hubungan terdekat klien saat di Bandung. Klien
antara klien dengan ayahnya cukup dekat menganggap kakaknya bersikap dingin
meskipun tidak sedekat dengan ibu dan terhadap dirinya mungkin dikarenakan
adiknya. Kedekatan klien dengan adiknya kakaknya adalah laki-laki dan tidak terlalu

235
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

peka dengan keadaan klien sebagai seorang 1) Ketakutan atau rasa cemas terhadap
perempuan. satu atau lebih situasi sosial yang
Hubungan klien dengan dua temannya, memungkinkan adanya penilaian dari
E dan H terlihat berbeda. H cenderung lebih orang lain.
kuat hubungannya dengan klien dibandingkan Klien merasa tidak nyaman ketika
E. H adalah teman klien sejak SMP, sehingga berada di lingkungan yang ramai
klien menganggap hubungannya dengan H karena merasa orang-orang
lebih kuat dibandingkan dengan E. Klien memperhatikan dia
menganggap E masih terlalu baru untuk 2) Ketakutan individu jika individu
dijadikan teman dekat, meskipun saat di tersebut memperlihatkan ciri atau
kampus, klien selalu bersama-sama dengan E. gejala cemas yang akan dievaluasi
Walaupun demikian, hubungan antara klien secara negatif oleh orang lain.
dengan kedua temannya itu merupakan Ketika melakukan kegiatan yang
hubungan yang baik. dilihat banyak orang (misal, public
Ecomap yang klien buat begitu speaking, presentasi) klien akan
sederhana namun begitulah hubungan klien merasa tegang. Klien biasanya
dengan orang-orang terdekatnya, seperti dalam memutuskan untuk duduk dan
tabel kelebihan dan kekurangan yang memegang pensil atau alat tulis lain
menjelaskan bahwa klien tidak suka agar tidak terlihat gemetar.
melakukan hubungan dengan orang lain. Klien 3) Situasi sosial biasanya dihindari atau
juga merasa tidak begitu membutuhkan relasi dijalankan dengan ketakutan dan rasa
dengan terlalu banyak orang, karena hal cemas yang tinggi.
tersebut membuat diri klien semakin tidak Klien menghindari tempat ramai
nyaman. Oleh karena itu, klien tidak memiliki seperti rumah makan, kantin kampus,
masalah buruk dengan lingkungannya karena sampai terkadang tidak ingin kuliah.
ia menjauhi lingkungannya agar terhindar dari 4) Rasa takut, cemas, dan rasa
masalah. menghindar tersebut selalu ada,
Berdasarkan hasil asessment biasanya dalam janka waktu 6 bulan
menyangkut fobia sosial yang dialami klien, atau lebih.
praktikan menggunakan instrumen DSM-V Kecemasan yang dialami klien sudah
untuk mengidentifikasi kondisi klien. Hasil terasa sejak awal masuk SMA, yaitu
assestment terhadap klien menunjukkan hal- sekitar 4 tahun yang lalu.
hal sebagai berikut: 5) Rasa takut, cemas, dan rasa
menghindar menyebabkan secara

236
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

klinis, penderitaan yang signifikan atau fobia sosial. Dari hasil SAF tersebut, klien
lemahnya sosialisasi, berhubungan, didiagnosis memiliki fobia sosial dengan
atau area penting lain dalam menganggap orang lain berpikiran negatif dan
keberfungsian sosial. akan melakukan hal-hal yang tidak baik
Terlihat dari genogram bahwa terhadap klien. Intervensi yang akan diberikan
hubungan klien tidak terlalu luas praktikan pada klien adalah memperbaiki
dengan lingkungan sosialnya. pemikiran klien tentang citra dirinya serta
memperbaiki pemikiran klien terhadap
Plan of Treatment (POT) ketakutan tak berdasar terhadap dunia
Hasil assessment menunjukkan bahwa sosialnya. Dengan demikian, plan of treatment
klien memiliki beberapa permasalahan sebagai yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
berikut: 1) Tujuan: Praktikan membantu untuk
1) Perilaku klien yang menunjukkan rasa mendorong klien agar mampu
takut untuk berhubungan dengan membuat pikiran alternatif yang positif
lingkungan sosial yang asing dan baru. terhadap suatu kondisi tertentu, agar
2) Klien merasa tidak nyaman ketika klien dapat memilah pikiran seperti apa
berhadapan dengan orang banyak dan yang seharusnya klien gunakan dalam
bingung dalam memulai percakapan menghadapi permasalahannya.
dengan orang yang baru dikenalnya. 2) Praktikan menjelaskan kegunaan dan
3) Klien merasa tidak suka menjadi pusat manfaat penggunaan kolom self talk
perhatian orang lain karena takut positive, yaitu untuk klien dalam
mereka akan berpikiran negatif menghasilkan pikiran alternatif yang
terhadap dirinya. lebih positif untuk menghadapi situasi
Berdasarkan hasil assessment, yang menjadi permasalahan bagi klien
praktikan menyimpulkan masalah inti yang 3) Praktikan berkomunikasi dengan klien
sangat mempengaruhi diri klien saat ini adalah mengenai proses yang akan dilakukan
klien memiliki kecemasan ketika harus keluar oleh klien untuk mengatasi
rumah untuk kuliah ataupun saat melakukan permasalahannya dengan
pelatihan lomba debat sebagai kewajiban menggunakan cognitive restructuring
klien. Dalam referensi DSM-V kondisi yang form (CRF) guna mengubah kognisi
dialami klien disebut Social Anxiety Disorder negatif yang sering muncul dalam diri
(SAD) atau fobia sosial. Kemudian praktikan klien. Praktikan memberikan instruksi
menggunakan Social Anxiety Form (SAF) langkah-langkah pengisian CRF
untuk membuktikan jika klien positif memiliki

237
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

kepada klien, kemudian klien diminta 3) Teknik intervensi lain yang akan
untuk mengerjakan CRF-nya. digunakan adalah teknik deep
4) Proses pengisian cognitive breathing untuk mengatur napas klien
restructuring form (CRF) dilakukan ketika mengalami kecemasan dan agar
oleh klien dalam waktu lima minggu klien merasa lebih rileks sehingga
yang disertai dengan pendampingan kecemasan yang ada tidak
dari praktikan untuk setiap minggunya menyebabkan reaksi fisiologis.
guna pembahasan dan mengevaluasi 4) Proses pengisian cognitive
kondisi klien di tiap-tiap minggunya. restructuring form (CRF) dan teknik
Adapun untuk permasalahan klien olah tubuh deep breathing dilakukan
mengenai perasaan cemas dan perasaan takut oleh klien dalam waktu lima minggu
menghadapi kerumunan ketika membeli dan pelaksanaannya disesuaikan
makan, atau ke tempat umum, praktikan dengan kondisi klien.
menyusun plan of treatment sebagai berikut:
1) Tujuan: Agar klien dapat secara Treatment
bertahap mampu menghadapai Berdasarkan hasil asessment dan plan
kecemasanya dalam berinteraksi of treatment, maka intervensi yang akan
dengan lingkungan sosial. dilakukan praktikan terhadap klien mengenai
2) Dalam kasus ini praktikan bersama fobia sosial yang dialami klien adalah teknik
klien melakukan pengisian cognitive rational therapy dengan menggunakan
restructuring form (CRF) selama lima cognitive restructuring form (CRF).
minggu.
Tabel 3. Cognitive Restructing Form (CRF)

Treatment Persentase Persentase


Pengalaman Self Talk Negative Self Talk Positive
minggu ke- (%) (%)
1 Pergi kuliah 70% Saya takut akan - -
dipermalukan di kelas
Pergi ke 50% Saya tidak suka orang - -
rumah bergerombol
makan
Latihan 70% Saya takut dianggap - -
debat salah/aneh
2 Pergi kuliah 70% Saya tidak suka dengan Saya tidak akan berbicara 60%
teman-teman kelas dan agar tidak ditertawakan
dosen lagi
Pergi ke 50% Saya takut orang lain Mereka tidak selalu 45%
rumah membicarakan saya. melihat saya
makan Menganggap aneh
Latihan 60% Saya takut salah di depan Tidak semua orang 50%
debat orang banyak berpikir buruk

238
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

3 Pergi kuliah 50% Takut dijelek-jelekkan Tidak akan dipermalukan 35%


dosen dan teman teman jika saya sudah tau
jawabannya
Pergi ke 50% Takut dianggap aneh Jika saya berpakaian 25%
rumah normal, saya tidak akan
makan terlihat aneh
Latihan 60% Takut melakukan Saya bekerja tim, bila 40%
debat kesalahan salah teman saya akan
membantu
3 Pergi kuliah 50% Takut dijelek-jelekkan Tidak akan dipermalukan 35%
dosen dan teman teman jika saya sudah tau
jawabannya
Pergi ke 50% Takut dianggap aneh Jika saya berpakaian 25%
rumah normal, saya tidak akan
makan terlihat aneh
Latihan 60% Takut melakukan Saya bekerja tim, bila 40%
debat kesalahan salah teman saya akan
membantu
4 Pergi kuliah 40% Cemas memikirkan apa Saya menyiapkan mata 30%
yang terjadi di kelas kuliah dengan baik
nanti
Pergi ke 30% Cemas terhadap Banyak yang lebih 25%
rumah pandangan orang mencolok penampilannya
makan dari saya
Latihan 40% Akan dilihat banyak Audience yang menonton 35%
debat orang datang untuk mendukung
kami
5 Pergi kuliah 30% Takut dosen dan teman Sudah beberapa minggu 20%
kelas tidak ada yang melakukan
hal buruk, saya akan baik
baik saja
Pergi ke 35% Takut dilihat orang Orang lain tidak akan 20%
rumah mempedulikan bagaimana
makan penampilan saya
Latihan 40% Saya takut melakukan Audience adalah orang 25%
debat kesalahan di depan orang yang ramah dan
audience tidak akan menjelek-
jelekkan saya
Sumber: Praktikum Mikro 2015

Berdasarkan tabel Cognitive mampu membuat pikiran alternatif positif


Restructuing Form (CRF) di atas, terlihat terhadap kejadian tersebut.
bahwa klien mampu berpikir terbalik denga Setelah dilakukan intervensi dengan
mengisi form positive dari perilakunya tersebut menggunakan CRF, klien lebih mampu
sejalan dengan yang klien tuliskan. Di kolom menerima kondisi sekitarnya dan tidak
pertama, klien tidak mengisi kolom self talk berpikiran negatif tentang dirinya sendiri.
positif karena persentase kecemasan pada Klien bisa membedakan mana yang tergolong
kolom ini dijadikan sebagai baseline. Namun self talk negative dan mengubahnya menjadi
untuk beberapa minggu setelahnya, klien self talk positive.

239
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

Intervensi dilakukan dalam waktu dua sedalam-dalamnya dan keluarkan nafas


minggu. Ketika klien telah mengerjakan CRF, sebanyak-banyaknya. Klien diperintahkan
kemudian praktikan bersama klien untuk duduk dengan badan tegak, kedua
mendiskusikan hasil CRF yang telah tangan rileks diantara lutut, mata dipejamkan.
dikerjakannya tersebut. Klien mengatakan Kemudian ambilah nafas pelan-pelan sedalam-
setelah membuat kolom tersebut ia menjadi dalamnya melalui mulut (mulut jangan dibuka
terbuka pikirannya sehingga mampu terlalu lebar), dan rasakan udara menyelinap ke
memikirkan pikiran lain yang lebih positif. seluruh pelosok alveoli paru-paru. Keluarkan
Karena biasanya klien hanya berpikir dalam udara pelan-pelan melalui mulut dengan
satu pandangan yang sayangnya merupakan dibantu oleh otot-otot perut. Rasakan sampai
self-talk negatif. Klien tidak lagi mengambil seakan-akan paru-paru menjadi kosong udara.
kesimpulan bahwa apa yang terjadi merupakan Istirahat sebentar, kemudian ulangi prosedur di
kesalahannya atau citra dirinya yang aneh atas beberapa kali. Deep breathing dilakukan
dimata orang lain dan klien dapat berpikir lebih untuk menenangan jiwa dan pikiran.
rasional serta tidak mengambil kesimpulan
secara tergesa-gesa. Terminasi
Selain intervensi yang dilakukan Setelah intervensi dan evaluasi terhadap
menggunakan metode CRF akan efektif klien telah dilakukan, tahapan selanjutnya
apabila minggu selanjutnya dibarengi dengan adalah terminasi. Terminasi ini dilakukan
intervensi behavioral sesuai dengan plan of karena telah berakhirnya masa praktikum
treatment. Intervensi pada kasus kedua mikro dan target minimal dari intervensi ini
mengenai permasalahan klien mengenai sudah tercapai. Target minimal dari praktikan
perilaku cemas klien yang takut menghadapi dalam intervensi ini, yaitu klien dapat
kumpulan orang serta tampil di depan orang mengurangi kecemasan yang biasa dirasakan,
lain. Teknik intervensi yang akan dilakukan dan mampu mengendalikan diri ketika cemas
dalam menyelesaikan permasalahan ini tersebut datang. Juga menghasilkan pikiran
pengendalian kecemasan yaitu olah tubuh dan alternative yang positif untuk menghilangkan
memperlambat gerak tubuh serta deep rasa cemas.
breathing. Dalam melakukan terminasi ini,
Kemudian selanjutnya merupakan teknik praktikan menjabarkan hal-hal yang sudah
deep breathing, yaitu latihan pernafasan yang dilakukan dari awal sampai akhir dilakukannya
dipakai untuk menenangkan orang. Teknik intervensi. Praktikan pun menjabarkan hasil-
pernafasan ada bermacam-macam. Akan tetapi hasil yang sudah tercapai saat intervensi
prinsipnya sama saja, yaitu ambil nafas dilakukan. Pada tahap terminasi klien pun

240
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

merasa bahwa apa-apa yang ia dapatkan sesuai kecemasan meskipun masih sedikit
dengan apa yang ia harapkan dalam menyikapi kaku untuk dilakukan. Ia mengaku
berbagai persoalan. masih harus banyak latihan dalam
teknik tersebut.
Evaluasi 3) Tujuan dari intervensi telah tercapai,
Evaluasi dilaksanakan setelah proses klien mampu mengurangi kecemasan
treatment selesai dilakukan. Dalam proses terhadap lingkungan sosialnya. Namun
evaluasi ada beberapa kriteria yang dilakukan disamping itu perlu latihan dalam
untuk menilai apakah proses pendampingan menggunakan teknik pengendalian
telah berjalan dengan sesuai dengan rencana. kecemasan karena kondisi real tidak
1) Dalam proses pendampingan ini klien sama dengan latihan, perlu improvisasi
mengatakan ada banyak manfaat yang dan kesabaran dari klien untuk benar-
ia rasakan. Pertama klien mempunyai benar mengendalikan kecemasannya
teman untuk bercerita apa saja tentang tersebut.
masalahnya, ia mengakui bahwa fobia
sosial ini baru pertama kali diceritakan 3. Simpulan dan Saran (Conclusion and
kepada orang lain yaitu kepada Suggestion)
praktikan. Kemudian pendampingan Tahapan dalam praktikum ini telah
ini membantu klien keluar dari dilaksanakan dari mulai kontak awal sampai
kecemasannya. Hal tersebut diakui dengan tahapan terminasi. Klien yang
oleh klien. Secara jujur bahwa sejak praktikan intervensi memiliki kondisi fobia
pertama kali pendampingan ini dimulai sosial yang menjadi fokus dalam proses
telah terjadi perubahan dalam diri. Ia intervensi dalam proses praktikum ini.
lebih mampu mengontrol diri dan 1) Takut menghadapai lingkungan
pikiran. Dulunya klien tidak mau sosialnya
mengatakan pendapatnya walaupun 2) Merasa tidak mampu mengontrol rasa
bisa menjawab dan kini ia mengatakan cemas
sudah mulai lebih berani untuk 3) Serta merasa orang lain akan
memasukkan diri kedalam kondisi mengevaluasi dirinya
sosial. Dari persoalan di atas praktikan
2) Klien mengatakan bahwa dalam bersama klien berusaha mengatasi persoalan
pendampingan ini, teknik pengendalian yang dirasa mengganggu klien dengan
kecemasan dengan deep breathing menggunakan metode intervensi rational
banyak membantu menghadapi therapy dengan cognitive restructuring (CR)

241
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

untuk kasus kedua pengendalian kecemasan yang di atas rata-rata sehingga


berupa teknik deep breathing digunakan untuk disarankan melakukan pendampingan
meminamilisir reaksi panik dan cemas. Teknik yang lebih lanjut apabila memang
latihan yang digunkan yaitu mengatur cara dibutuhkan oleh klien.
bernapas, untuk merasakan pernapasan yang 3) Klien disarankan mengungkapkan
normal dan tidak terburu-buru, artinya kendala yang dihadapi kepada orang
mengurangi kecemasan tua atau keluarga agar pihak luar
Dapat disimpulkan hasil dari intervensi mampu membantu klien menghadapi
dengan menggunakan metode di atas adalah: kendala apabila muncul kembali rasa
1) Klien sedikit demi sedikit mulai bisa cemas
mengurangi pemikiran-pemikiran
negatif dan interpretasi buruk terhadap UCAPAN TERIMA KASIH
dirinya sendiri atau lingkungan Dalam kesempatan ini penulis ingin
sosialnya. Klien mampu berpikir menyampaikan ucapan terimakasih kepada
secara positif atas suatu kejadian. pihak yang telah memberikan bantuan,
2) Klien mampu membuat pikiran dorongan, serta bimbingan sehingga penulis
alternative yang lebih positif untuk dapat menyelesaikan penulisan laporan
menghadapi suatu kondisi. praktikum mikro ini. Penulis menyampaikan
3) Klien mampu secara bertahap terima kasih setulus-tulusnya kepada:
mengendalikan kecemasannya. 1) Allah SWT karena atas rahmat-Mu penulis
Berdasarkan kepada hasil yang telah masih diberi kesehatan baik lahir maupun
dicapai pada praktikum ini, praktikan mencoba batin, sehingga Laporan Praktikum Mikro
memberikan saran kepada klien sebagai ini dapat terselesaikan dengan baik.
berikut: 2) Bapak Budi Muhammad Taftazani, S.Sos.,
1) Klien diharapkan mampu MPSSp., selaku koordinator praktikum ini.
mempertahankan self talk positive dan 3) Tim Dosen Praktikum Mikro yang telah
bisa mempertahankan perubahan membimbing saya.
dalam mengontrol emosinya agar 4) Ibu Meilanny Budiarti Santoso, S.Sos.,
dalam menghadapi suatu masalah SH., M.Si selaku supervisor yang telah
dapat melihat lebih positif. banyak membantu dalam bimbingan
2) Klien disarankan untuk melakukan selama proses praktikum berlangsung.
terapi kepada psikolog professional Demikian laporan praktikum mikro ini
untuk menangani kondisi klien, karena disusun, akhir kata penulis berharap laporan ini
klien didiagnosa memiliki fobia sosial

242
ISSN:2339 -0042 (p)
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOLUME: 6 NOMOR: 2 HALAMAN: 154 - 272
ISSN: 2528-1577 (e)

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan


bagi semua pihak pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Alladin, Assen. 2015. Integrative CBT for
Anxiety Disorders. John Wiley & Sons
Brandell R Jerrold. 2010. Theory&Practice In
Clinical Social Work: Sage Publishing
Carleton R.N., McCreary D.R., Norton P.J., &
Asmundson, G.G. 2006. Brief Fear of
Negative Evaluation scale revised.
Depression and Anxiety.
Davison Gerald, C. John M.neale. Aann M
Kring. 2012. Psikologi abnormal
cetakan ke 9. Jakarta: Rajwali pers
diterjemahkan oleh Noermalasari fajar
Gerald Corey. 2009. Konseling dan
Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
Geldard, Kathryn dan Geldard, David. 2011.
Keterampilan Praktik Konseling.
ogyakarta : PUSTAKA PELAJAR.
Hofmann, Stefan G., Otto, Michael W. 2008.
Cognitive Behavioral Therapy for Social
nxiety Disorder. New York: Taylor &
Francis Group
Felgoise, Stephanie., Nezu, Arthur M., Nezu,
Christine M.., Reinecke, Mark A. 2006.
Encyclopedia of Cognitive Behavior
Therapy. Springer Science & Business
Media
Kearney, Christopher A. 2005. Social Anxiety
Disorder and Social Phobia. U.S:
Business Media, Inc
Taftazani, Budi, M., 2013, Bahan Mata Kuliah
Social Case Work.
Wibhawa, Budhi, Raharjo, Santoso T. dan B.,
Meilanny, 2010, Dasar-dasar
Pekerjaan. Sosial, Bandung: Widya
Padjadjaran.

243

Anda mungkin juga menyukai