Analisis Isu Kontemporer Global - Kelompok 1
Analisis Isu Kontemporer Global - Kelompok 1
1. TERORISME
Isu terorisme saat ini telah menjadi fenomena global utamanya
pasca terjadinya serangan 11 September 2001 terhadap gedung World
Trade Center dan Pentagon di Amerika Serikat. Peristiwa ini dapat
disebut sebagai serangan teroris paling merusak dalam sejarah dunia
karena mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang cukup besar. Tragedi
ini kemudian menjadi momentum bagi perkembangan isu terorisme dalam
tataran internasional serta mengubah pandangan global mengenai
ancaman terorisme.
Dalam bahasa Inggris, kata “terrorism” berasal dari kata “to
terrorize” yang berarti menakut-nakuti, sementara dalam bahasa Latin
kata ini disebut “Terrere”, yang berarti “gemetar” atau “menggetarkan”.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan teror sebagai
penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha
mencapai tujuan (terutama tujuan politik) (Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional). Hakekat dalam perbuatan Terorisme yakni
mengandung perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan dengan
karakter politik. Bentuk perbuatan dapat berupa perompakan,
pembajakan ataupun penyanderaan. Pelaku dapat merupakan individu,
kelompok, atau Negara. Hasil yang diharapkan adalah munculnya rasa
takut, pemerasan, dengan target manusia ataupun harta
,sementara metode yang digunakan adalah kekerasan atau ancaman
kekerasan (Muladi, 2002).
Pasca peristiwa 11 September 2001, Indonesia telah dihadapkan
pada aksi dan serangan terorisme yang cukup beruntun. Tercatat ada
puluhan aksi terorisme yang pernah terjadi, beberapa diantaranya
seperti bom bali 1 pada 12 Oktober 2002, bom bali 2 pada 1
Oktober 2005, pengeboman kudebes Australia yang terjadi pada 9
September 2004, pengeboman di hotel JW Marriott dan Ritz- Carlton
pada tahun 2009, serta serangan Sarinah pada tahun 2016. Rentetan
kejadian ini mengakibatkan kerugian yang luar biasa bagi Indonesia,
1
baik dari segi materi, korban jiwa, hingga berdampak pada sektor
ekonomi (Tribunnews, 2016). Meningkatnya perkembangan isu dan
serangkaian aksi kejahatan terorisme di Indonesia tersebut kemudian
menjadi dasar bagi pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan anti-
terorisme. Seperti keluarnya UU No 15 Tahun 2003 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan Inpres No 4 Tahun 2002
tentang pembentukan Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme
(DKPT) sampai dibentuknya Badan Nasional Pemberantasan Terorisme
pada tahun 2010 (Wuryandari, 2014).
2. PANDEMI COVID-19
2
ketiga terbanyak di Asia dengan 113.664 kematian. Namun, angka
kematian diperkirakan jauh lebih tinggi dari data yang dilaporkan lantaran
tidak dihitungnya kasus kematian dengan gejala Covid-19 akut yang
belum dikonfirmasi atau dites.
Virus yang menyebabkan COVID-19 terutama ditransmisikan
melalui droplet (percikan air liur) yang dihasilkan saat orang yang
terinfeksi batuk, bersin, atau mengembuskan nafas. Droplet ini terlalu
berat dan tidak bisa bertahan di udara, sehingga dengan cepat jatuh dan
menempel pada lantai atau permukaan lainnya. Anda dapat tertular saat
menghirup udara yang mengandung virus jika Anda berada terlalu dekat
dengan orang yang sudah terinfeksi COVID-19. Anda juga dapat tertular
jika menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi lalu menyentuh
mata, hidung, atau mulut Anda.
3
dengan Indonesia pada 1998 mengindikasikan bahwa sekitar 40% dari
seluruh kegiatan penebangan adalah liar, dengan nilai mencapai 365 juta
dolar AS (Wikipedia).
Kerusakan hutan akibat pembalakan liar dapat menyebabkan
banjir dan tanah longsor. Selain membawa dampak negatif untuk
lingkungan, penebangan liar juga menghilangkan produk hutan, misalnya
hasil getah atau buah pohon dan lain sebagainya, yang merugikan
ekonomi warga disekitar hutan tersebut.
4
2. DAMPAK YANG TERJADI : Aksi dan tindakan para pelaku teror akan
membuat rakyat luas takut dan mulai mewaspadai kejahatan terorisme.
Bahkan rasa takut dan trauma psikologis dialami oleh para korban aksi dan
tindakan terorisme. Rasa dendam dan kebencian sudah pasti tumbuh dan
bersemayam. Rasa khawatir untuk berinteraksi dengan kelompok lain juga
bisa jadi muncul karena didasari oleh sikap takut dan was-was akan
adanya kejahatan terorisme.