Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH PROFESI

STASE NEURO PUSAT

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KHASUS


SPINAL CORD INJURY DI RSUD SIDOARJO

Di susun oleh:

I Nyoman Arya Rahma

Trisna 202020641011091

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KHASUS


SPINAL CORD INJURY DI RSUD SIDOARJO
Periode (01 Juli-31 Juli 2021)

LAPORAN NEURO PUSAT

Di susun oleh:

I Nyoman Arya Rahma Trisna

202020641011091

Telah diperiksa dan disetujuin oleh

Pembimbing

Winar Hartini, Ftr


NIP: 196509291989032069
PRAKATA PRAKTIK

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan izinnya
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang penatalaksanaan fisioterapi pada
pasien ostheoatritis knee sinistra grade II-III di RSUD Sidoarjo guna memenuhi
tugas praktikkinik yang dilakukan di RSUD Sidoarjo. Shalawat serta salam tak
lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para
pengikutnya

Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah ini, meskipun masih


banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Untuk itu penulis
mengharapkankritik yang membangun guna keberhasilan penulis yang akan
datang.

Penulis menyadari makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan


dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikan
makalah ini, semoga segala upaya yang telah dicurahkan mendapat berkah dari
Allah SWT. Aamiin.

Sidoarjo, 18 juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................i
Lembar Pengesahan.......................................................................................ii
Prakata Praktik..............................................................................................iii
Daftar Isi..........................................................................................................iv
Daftar Gambar................................................................................................v
BAB I Pendahuluan........................................................................................1
A. Rumusan Masalah.................................................................................2
B. Tujuan Penulis......................................................................................2
C. Manfaat Penulis....................................................................................2
BAB II Tinjauan Pustaka..............................................................................3
A. Definisi Spinal Cord Injury..................................................................3
B. Anatomi................................................................................................3
C. Klasifikasi Spinal Cord Injury..............................................................6
D. Etiologi.................................................................................................7
E. Manifestasi Klinis.................................................................................8
F. Patofisiologi..........................................................................................9
BAB III Status Klinis......................................................................................11
BAB IV Kesimpulan Dan Saran....................................................................25
Daftar Pustaka
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Medulla Spinalis...........................................................................4

Gambar 2.2 Pasan SpinalCord Injury...............................................................5

Gambar 2.3 Fungsi Medulla Spinalis...............................................................5


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingkat kecelakaan lalu lintas di kota besar terbilang cukup tinggi.
Kecelakaan lalu lintas tersebut dapat menimbulkan kerugian yang cukup
tinggi bagi pelaku atau korban kecelakaan. Akibat yang ditimbulkan bagi
korban atau pelaku kecelakaan itu sendiri dapat berupa efek fisik dan psikis.
Dari segi fisik, tentunya kecelakaan dapat menyebabkan timbulnya luka pada
setiap jaringan tubuh yang terkena trauma dari kecelakaan. Selain itu, jika
kecelakaan yang terjadi cukup berat dapat juga terjadi fraktur atau patah
tulang pada salah satu segmen, baik ektremitas ataupun tulang belakang.
Fraktur pada tulang belakang memiliki tingkat resiko yang cukup tinggi,
karena fraktur tersebut dapat juga mengenai sumsum tulang belakang atau
medula spinalis. Sehingga akan terjadi cedera medula spnalis. Cedera medula
spinalis merupakan suatu trauma pada tulang belakang yang menyebabkan lesi
pada medula spinalis, sehingga menimbulkan gangguan neurologik.
Penyebab dari cedera medula spinalis, yaitu kecelakaan lalu lintas (50%),
jatuh (25%), dan cedera yang berhubungan dengan olahraga (10%); selain itu,
akibat kekerasan dan kecelakaan kerja. Selain itu, penyakit penyerta juga
dapat menjadi penyebab dari cedera medula spinalis, yaitu myelitis melintang,
polio, spina bifida, ataksia friedreich, dll.
Cedera pada medula spinalis dapat menimbulkan terjadinya tanda dan
gelaja yang tergantung pada tingkat kerusakan dari medula spinalis tersebut,
diantaranya gangguan motorik, gangguan sensorik, gangguan bladder dan
bowel, autonomic desrefleksia, dll. Disinilah peran fisioterapi sangat
diperlukan untuk memfasilitasi pemulihan kekuatan otot, fleksibilitas,
meningkatkan mobilitas, koordinasi, dan mempertahankan fungsi tubuh
melalui latihan.
Hal inilah yang melatarbelakangi kami, untuk membuat sebuah makalah
yang berjudul Spinal Cord Injury (SCI). Diharapkan dengan adanya makalah

1
ini dapat membatu masyarakat sekitar untuk menambah wawasan tentang
spinal cord injury baik dari definisi, penyebab, serta tanda dan gejala yang
akan ditimbulkan. Selain itu, sekaligus dapat diperuntukan untuk
memperkenalkan peran fisioterapi dalam spinal cord injury.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana problematika fisioterapi pada spinal cord injury?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui problematika fisioterapi pada spinal cord injury.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Spinal Cord Injury


Spinal cord injury adalah cidera pada tulang belakang baik
langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan lesi di medulla spinalis
sehingga menimbulkan gangguan neurologis, dapat menyebabkan kecacatan
menetap atau kematian. (Perdossi, 2006)

Tulang belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari leher


sampai ke selangkangan. Tulang vertebrae terdiri dari 33 tulang, antara lain : 7
buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah
tulang sacral. Diskus intervertebrale merupakan penghubung antara dua
korpus vertebrae. Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan
(aligment) tulang belakang dan memungkinkan mobilitas vertebrae. Di dalam
susunan tulang tersebut terangkai pula rangkaian saraf-saraf, yang bila terjadi
cedera di tulang belakang maka akan mempengaruhi saraf-saraf tersebut
(Bima, 2014).

Spinal Cord Injury (SCI) adalah cedera yang terjadi karena trauma
sumsum tulang belakang atau tekanan pada sumsum tulang belakang karena
kecelakaan yang dapat mengakibatkan kehilangan atau gangguan fungsi baik
sementara atau permanen di motorik normal, indera, atau fungsi otonom serta
berkurangnya mobilitas atau perasaan (sensasi). Spinal cord injury (SCI)
terjadi ketika sesuatu (seperti: tulang, disk, atau benda asing) masuk atau
mengenai spinal dan merusakkan spinal cord atau suplai darah. (Harvey,
2016)
B. Anatomi Spinal Cord Injury

Medulla spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang


terbentang dari foramen magnum sampai dengan L1. Medulla spinalis terletak
di kanalis vertebralis, dan di bungkus oleh 3 meninges yaitu duramater,
arakhnoid, dan piamater. Saraf spinal dilindungi oleh tulang vertebra dan
ligament dan juga oleh meningen spinal dan LCS. (Snell, 2007)
Gambar 2.1 Medulla spinalis

Disepanjang medulla spinalis melekat 31 pasang saraf spinal melalui


radiks anterior atau radiks motorik dan radiks superior atau radiks sensorik.
Masing – masing radiks mendekat pada medulla spinalis melalui fila
radikularia yang membentang disepanjang segmen – segmen medulla spinalis
yang sesuai. Masing- masing radiks saraf memiliki sebuah ganglion radiks
posterior, yaitu sel-sel yang membentuk serabut saraf pusat dan tepi. 31
pasang saraf spinal diantaranya yaitu (Snell, 2007) :

a. 8 pasang saraf servikal

b. 12 pasang saraf thorakal

c. 5 pasang saraf lumbal

d. 5 pasang saraf sacral

e. 1 pasang saraf koksigeal


Gambar 2.2 Pasang medulla spinalis

Gambar 2.3 Fungsi Medulla spinalis

Fungsi medulla spinalis (Evans dkk, 2003) :

a. Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu di kornu motorik atau kornu
ventralis.

b. Mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks tungkai. Refleks


merupakan respon bawah sadar terhadap adanya suatu stimulus internal
ataupun eksternal untuk mempertahankan keadaan seimbang dari tubuh.
Refleks yang melibatkan otot rangka disebut dengan reflek somatic
dan refleks
yang melibatkan otot polos, otot jantung, atau kelenjar disebut refleks
otonom atau visceral.

c. Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum.

d. Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh.

Berkaitan dengan masukan sensorik, setiap daerah spesifik di tubuh yang di


persarafi oleh saraf spinal tertentu yang disebut area dermatom. Saraf spinal
juga membawa serat-serat yang bercabang untuk mempersarafi organ-organ
dalam, dan kadang-kadang nyeri yang berasal dari salah satu organ tersebut
dialihkan ke dermatom yang dipersarafi oleh saraf spinal yang sama. (Evans
dkk, 2003).

C. Klasifikasi Spinal Cord Injury


Penentuan dari level cedera pada adalah penting, terdapat perbedaan yang
jelas antara lesi di bawah dan di atas T1. Cedera pada 7 segmen servikal diatas
T1 menyebabkan tetraplegia dan bila lesi di bawah level T1 medulla spinalis
menyebabkan paraplegia.
Menurut American Spinal Injury Association:
 Grade A : Complete, hilangnya seluruh fungsi motorik dan sensorik
hingga level terbawah.
 Grade B : Incomplete, hilangnya seluruh fungsi motorik dan sebagian
fungsi sensorik di bawah tingkat lesi.
 Grade C : Incomplete, jika lebih dari separuh kekuatan otot yang di tes
dengan MMT memilki nilai kurang dari 3.
 Grade D : Jika lebih dari separuh kekuatan otot yang di tes dengan MMT
memiliki nilai lebih atau sama dengan 3.
 Grade E : Fungsi motorik dan sensorik normal (tidak ada defisit
neurologis) (Junita, 2013).
Sedangkan lesi pada medula spinalis menurut ASIA resived 2000, terbagi atas:
a. Paraplegi : Suatu gangguan atau hilangnya fungsi motorik atau dan sensorik
karena kerusakan pada segment thoraco-lumbo-sacral.
b. Quadriplegi : Suatu gangguan atau hilangnya fungsi motorik atau dan
sensorik karena kerusakan pada segment cervikal.

D. Etiologi Spinal Cord Injury

Cedera medulla spinalis dibagi menjadi 2 jenis :

a. Cedera medulla spinalis traumatic, terjadi ketika benturan fisik eksternal


seperti yang diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau
kekerasan, merusak medulla spinalis. Sebagai lesi traumatic pada medulla
spinalis dengan beragam deficit motorik dan sensorik atau paralisis. Sesuai
dengan American Board Of Physical Medicine And Rehabilitation
Examination Outline For Spinal Cord Injury Medicine, Cidera medulla
spinalis traumatic mencakup fraktur, dislokasi dan kontusio dari kolum
vertebra. (Dewanto G dkk, 2007)

b. Cedera medulla spinalis non traumatic, terjadi ketika kondisi kesehatan


seperti penyakit, infeksi atau tumor mengakibatkan kerusakan pada
medulla spinalis, atau kerusakan yang terjadi pada medulla spinalis yang
bukan disebabkan oleh gaya fisik eksternal. Faktor penyebab dari cidera
medulla spinalis mencakup penyakit motor neuron, myelopati spondilotik,
penyakit infeksius dan inflamatori, penyakit neoplastik, penyakit vascular,
kondisi toksik dan metabolic dan gangguan congenital dan perkembangan.
(Dewanto G dkk, 2007)

Menurut Kemas (2015) ada beberapa penyebab dari spinal cord injury (SCI),
antara lain:
1. Trauma tumpul
2. Trauma tusuk
3. Spondilitis ankilosa
4. Artritis reumatoid
5. Abses spinal dan tumor, khususnya limfoma dan mieloma multipel.
6. Kecelakaan lalu lintas/jalan raya.
7. Injury atau jatuh dari ketinggian.
E. Manifestasi Klinis Spinal Cord Injury

Gambaran klinik tergantung pada lokasi dan besarnya kerusakan yang


terjadi. Kerusakan meningitis : berupa hilangnya fungsi motorik maupun
sensorik kaudal dari tempat kerusakan disertai shock spinal. Shock spinal
terjadi pada kerusakan mendadak sumsum tulang belakang karena hilangnya
rangsang yang berasal dari pusat. Peristiwa ini umumnya berlangsung selama
1-6 minggu, kadang lebih lama. Tandanya adalah kelumpuhan flaccid,
anastesia, gangguan fungsi rektum dan kandung kemih, bradikardia dan
hipotensi.

Sindrom sumsum blakang bagian depan menunjukkan kelumpuhan


otot lurik dibawah tempat kerusakan disertai hilangnya rasa nyeri dan suhu
pada kedua sisinya, sedangkan rasa raba dan posisi tidak terganggu.

Cidera sumsum belakang sentral jarang ditemukan. Keadaan ini pada


umumnya terjadi akibat cidera di daerah cervical dan disebabkan oleh
hiperekstensi mendadak sehingga sumsum belakang terdesak dari dorsal oleh
ligamentum flavum yang terlipat. Cidera tersebut dapat terjadi pada orang
yang memikul barang berat diatas kepala, kemudian terjadi gangguan
keseimbangaan yang mendadak sehingga beban jatuh dan tulang terasa nyeri
saat di hiperekstensi. Gambaran klinik berupa tetraparese parsia. Gangguan
pada ekstremitas atas lebih ringan dari pada ekstremitas bawah sedangkan
daerah perianal tidak terganggu.

Kerusakan tulang belakang setinggi vertebra lumbal 1 dan 2


mengakibatkan anastesia perianal, gangguan fungsi defikasi, miksi, impotensi
serta hilangnya reflek anal dan reflek bulbokafernosa. (Brunner dan Suddarth,
2002)

Manifestasi klinis trauma medulla spinalis (Brunner dan Suddarth, 2002) :

a. Nyeri akut pada blakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena

b. Paraplegia
c. Tingkat neurologis

d. Paralisis sensorik dan motorik total

e. Kehilangaan kontrol kandung kemih (refensi urin, distensi kandung kemih)

f. Penurunan keringat dan tonus vasomoto

g. Penurunan fungsi pernafasaan

h. Gagal nafas

i. Pasien biasanya mengatakan takut leher atau tulang punggungnya patah

j. Kehilangan kotrol kandung kemih dan usus besar

k. Penurunan tekanan darah diawali dengan vaskuler perifer

l. Kelemahaan motorik ekstremitas atas lebih besar dari ekstremitas bawah

F. Patofisiologi Spinal Cord Injury


Salah satu cedera pada vertebra terjadi akibat fraktur kompresi.
Adanya kekuatan secara vertical yang mengenai pada vertebra akan
menimbulkan kompresi aksial. Muatan aksial yang terjadi akan melebihi
kemampuan peredam kejut (shok absorber) yang dimiliki oleh diskus
intervertebralis. Dengan adanya kekuatan yang besar tersebut, maka diskus
akan terdorong masuk ke dalam korpus vertebra dan menghancurkannya.
Pecahan korpus tersebut akan menyebar ke posterior dan merusak medulla
spinalis. (Junita, 2013)
Sesaat setelah cedera, pasien akan mengalami masa’spinal shock’.
Sel saraf di bawah level cedera tidak berfungsi, tidak adanya reflek saat itu
dan anggota gerak mengalami flaksid. Penurunan aktivitas sel saraf dapat
dapat terjadi selama beberapa jam atau hari bahkan mencapai 6 bulan.
Setelah spinal shock mereda, reflek kembali dan memasuki masa
spastisitas. Cedera vertebra di bawah L1 (ujung medulla spinalis) tidak
mengalami spastis karena kerusakan hanya mengenai akar saraf atau conus
terminalis.
Setelah spinal shock mereda, reflek di bawah level cedera kembali bahkan
menjadi hiperaktif. Tetapi pada level cedera, reflek tidak kembali
(arefleksia) atau mungkin tetap menjadi arkus reflek yang terputus-putus.
(Tasha, 2012)
Kerusakan pada medulla spinalis menyebabkan perjalanan sensorik
dan motorik terputus di area lesi sehingga informasi sensorik dan motorik
di bawah level cedera tidak dapat diteruskan dari dan ke otak. Hal itu
menyebabkan terjadi paralysis aktivitas otot dan kehilangan sensasi di
daerah tersebut. Pada level cedera terjadi kerusakan komplet pada sel
saraf, terputusnya arkus reflek dan paralysis flaccid dari otot yang
diinervasi oleh saraf pada segmen medulla spinalis yang lesi. Kehilangan
reflek segmental di regio lumbal membuat otot-otot penting pada anggota
gerak bawah mengalami flaccid paralysis. Hal yang sama terjadi jika lesi
meluas sampai level lumbal atau cauda equina yang mungkin akan
mempengaruhi aktivitas reflek bladder dan bowel. Kelumpuhan anggota
gerak bawah tidak hanya terjadi pada kontrol volunteer tetapi juga
involunter (Kemas, 2015).
BAB III
STATUS KLINIS

NAMA MAHASISWA : I Nyoman Arya Rahma Trisna


NIM 202020641011091
TEMPAT PRAKTIK : RSUD Sidoarjo
PEMBIMBING : Winar Hartini. Ftr

Tanggal Pembuatan Laporan: 18 Juli 2021


Kondisi/ Kasus: Neuro Pusat / Strok Infrak CVA

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA


Nama : M. Yh
Umur : 24 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Operator kreen
Alamat : Griya allamanda A2 6A
II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT
A. DIAGNOSIS MEDIS
SCI Syringohydromyelia yang multi septated di proksimal tumor mulai level C1 s/d
Th8 dan distal tumor L2 s/d L4
B. CATATAN KLINIS
(Medika mentosa, hasil lab, foto rontgen, MRI, CT-Scan, dll)
Kesimpulan dari CT-Scan :
1. Heterogenous contrast enhancing intramedular mass di level Th9 s/d L2 disertai
hemosiderin cap sign dan bulging spinal cord
2. Ukuran massa : 1,52 X 1,26 X 15,4 cm
3.Massa menyebabkan obstruksi, terjadi Syringohydromyelia yang multi septated di
proksimal tumor mulai level C1 s/d Th8 dan distal tumor L2 s/d L4
4.Massa kesan di canalis centralis, tampak juga hemosiderin bekas intratumoral
hemorrhage
5.DD: Ependymoma (Most likely), Astrocytoma
C. RUJUKAN DARI DOKTER
Poli Saraf

III. SEGI FISIOTERAPI

11
A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

B. ANAMNESIS (AUTO/HETERO)
1.KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan tangan dan kaki tidak bisa di Gerakan dan susah untuk di
angkat dan pasien mengeluhkan susah untuk berdiri terlalu lama dan berjalan
terlalu lama
2.RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
(Sejarah keluarga dan genetic, kehamilan, kelahiran dan perinatal, tahap
perkembangan, gambaran perkembangan, dll)
Pasien merasakan sakit pada bulan februari yang dimana kaki terasa berat dan
susah di gerakan. Pada tanggal 20 februari 2021 pasien pernah ke RSUD dan
dokter di RSUD Sidoarjo mengajurkan pasien di bawa ke RS Doktor Sutomo
untuk melakukan pemeriksaan pada tanggal 29 maret 2021. Pada tanggal 15 Juni
2021 pasien melakukan operasi dan selesai di oprsai pasien dapat di rawat inap
selama 2 minggu dan pasien dapat diem di rumah selama 53 hari. Pada tanggal 23
Agustus 2021 pasien di rujuk ke RSUD Sidoarjo melakukan terapi
3.RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
-
4.RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA
Hipertensi (-)
Asamurat (-)
Kolestrol (-)
DM (-)
Trauma (-)

5.RIWAYAT PENGOBATAN

6.ANAMNESIS SISTEM
a. Kepala dan Leher
-
b. Kardiovaskular

c. Respirasi

d. Gastrointestinal

e. Urogenital

f. Musculoskeletal
Adanya kekakuan otot pada kedua kaki di sertai nyeri
g. Nervorum

C. PEMERIKSAAN
1.PEMERIKSAAN FISIK
a) TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah : 120/70 mmhg
Denyut nadi : 66x/ menit
Pernapasan : 22x/menit
Temperatur : 36.5o C
Tinggi badan : 170cm
Berat badan : 60kg

b) INSPEKSI (STATIS & DINAMIS)


(Posture, Fungsi motorik, tonus, reflek, gait, dll)
Statis :
 Pasien dating menggunakan kursi roda
 Pasien masih menggunakn alat bantu bak (kateter)
 Pasien terasamenahan nyeri pada
pingang Dinamis :
 Pasien kesulitan berpidah dari kursi roda ke bed
 Pasien kesulitan mengontrol kakinya jika di Gerakan fleksi ekstensi
 Pasien masih blm kuat untuk berdiri
c) PALPASI
(Nyeri, Spasme, Suhu lokal, tonus, bengkak, dll)
Suhu badan normal
Nyeri (+) saat kedua kaki di gerakn fleksi ekstensi pada otot tungkai bawah
Odem (-)
Suhu normal
Tignes
d) PERKUSI
e) AUSKULTASI

f) GERAK DASAR
Gerak Aktif :
Regio Hip :

Regio Hip Dextra Sinistra


ROM Nyeri ROM Nyeri
Fleksi Tidak full Nyeri Tidak full Nyeri
Ekstensi Tidak full Nyeri Tidak full Nyeri
Abduksi Tidak full Nyeri Tidak Full Nyeri
Adduksi Tidak full Nyeri Tidak Full Nyeri
Internal rotasi Tidak full Nyeri Tidak full Nyeri
Eksternal rotasi Tidak full Nyeri Tidak full Nyeri

Regio Knee :

Regio Knee Dextra Sinistra


ROM Nyeri ROM Nyeri
Fleksi Tidak full Nyeri Tidak full Nyeri
Ekstensi Tidak full Nyeri Tidak full Nyeri

Regio Ankle :

Regio Ankle Dextra Sinistra


ROM Nyeri ROM Nyeri
Dorso Fleksi Full Tidak Full Tidak
Plantar Fleksi Full Tidak Full Tidak
Inversi Full Tidak Full Tidak
Eversi Full Tidak Full Tidak
Gerak Pasif :

Regio Hip :
Regio Hip Dextra Sinistra

ROM Nyeri ROM Nyeri

Fleksi Tidak Full Nyeri Tidak Full Nyeri

Ekstensi Tidak Full Nyeri Tidak Full Nyeri

Adduksi Tidak Full Nyeri Tidak Full Nyeri

Abduksi Tidak Full Nyeri Tidak Full Nyeri

Internal rotasi Tidak full Nyeri Tidak full Nyeri

Eksternal rotasi Tidak full Nyeri Tidak full Nyeri

Regio Knee :
Regio Knee Dextra Sinistra

ROM Nyeri ROM Nyeri

Fleksi Tidak Full Nyeri Tidak Full Nyeri

Ekstensi Tidak Full Nyeri Tidak Full Nyeri

Regio Ankle :

Regio Dextra Sinistra


Ankle ROM Nyeri Endfeel ROM Nyeri Endfeel
Dorso Full Tidak Elastic Full Tidak Elastic
Fleksi
Plantar Full Tidak Elastic Full Tidak Elastic
Fleksi
Inversi Full Tidak Elastic Full Tidak Elastic
Eversi Full Tidak Elastic Full Tidak Elastic
Isometrik :
Kaki kiri : subjek bergerak dengan LGS penuh tanpa melawan gravitasi
Kaki kana :subjek bergerak dengan LGS penuh tanpa melawan gravitasi

Regio Hip :

Regio Hip Dextra Sinistra


Nyeri Tahanan Nyeri Tahanan
Fleksi Nyeri Tanpa Nyeri Tanpa
tahanan tahanan
Ekstensi Nyeri Tanpa Nyeri Tampa
tahanan tahanan
Abduksi Nyeri Tanpa Nyeri Tampa
tahanan tahananl
Adduksi Nyeri Tanpa Nyeri Tampa
tahanan tahananl

Regio Knee :

Regio Knee Dextra Sinistra


Nyeri Tahanan Nyeri Tahanan
Fleksi Nyeri Tanpa Nyeri Tanpa
tahanan tahanan
Ekstensi Nyeri Tanpa Nyeri Tanpa
tahanan tahanan
Regio Ankle :

Regio Ankle Dextra Sinistra


Nyeri Tahanan Nyeri Tahanan
Plantar Fleksi Tidak Tanpa Tidak Tampa
tahanan tahanan
Dorso Fleksi Tidak Tanpa Tidak Tampa
tahanan tahanan
Inversi Tidak Tanpa Tidak Tanpa
tahanan tahanan
Everi Tidak Tampa Tidak Tampa
tahanan tahanan

g) KOGNITIF, INTRA-PERSONAL, INTER-PERSONAL


Kognitif : pasien mampu mengingat kronologi kejadian sakitnya.
Intraperonal : pasien mempunyai semangat untuk sembuh.
Interpersonal : pasien mampu berkomunikasi dengan baik dengan
terapis

h) KEMAMPUAN FUNGSIONAL DASAR, AKTIVITAS FUNGSIONAL,


& LINGKUNGAN AKTIVITAS
Kemampuan fungsional dasar : pasien mengalami keterbatasan
melakukan Gerakan pada kedua kakinya
Aktivitas fungsional : pasien mengalami keterbatasan dalam
melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan
pidah duduk dari kursi roda ke bed
Lingkungan aktivitas : pasien masih belum mampu melakukan
pekerjaannya di kantor karena kondisi yang
dimiliki saat ini
2.PEMERIKSAAN SPESIFIK
(Nyeri, MMT, LGS, Antropometri, Sensibilitas, Tes Khusus, dll)
Skala Asworth
Regio D S
Hip 4 4
Knee 4 4
Ankle 4 4

Aktivitas skor
Makan 10
Mandi 5
Kerapian / penampilan 5
Berpakian 5
Buang air besar 5
Buang air kecil 0
Penggunaan kamar mandi/toilet 5
Berpindah tempat 5
Mobilitas (berjalan padapermukaan 5
yang rata)
Menaiki/menuruni tangga 0
Hasil index barthel:
(55) ketergantungan berat (sangat tergntung) MMT

Regio Gerakan Hasil


Dextra Sinistra
Hip Fleksi 2 2
Ekstensi 2 2
Internal Rotasi 2 2
Eksternal Rotasi 2 2
Knee Fleksi 2 2
Ekstensi 2 2
Ankle Plantar Fleksi 3 3
Dorso Fleksi 3 3
Inversi 3 3
Eversi 3 3

Frankle asia spinal cord injury : A ( complete tidak ada fungsi sensorik dan montorik sampek
sacral S4-S5
D. UNDERLYING PROCCESS

traumatik Non traumatik

Kompresi aksial

Diskus akan terdorong masuk ke dalam korpus verterbra

Medula spinalis

SCI

Impraiment Functional limitation disability

Gangguan motorik
Gangguan mo torik otonom

Pasien kesulitan duduk mandiri


Kelemahan otot Kebas dan ke Dudu ke berdiri blm bisa
semutan Pasien sulit untuk berpindah dar i kurisi roda ke bed

Kekuatan otot

Pasein kusulitan untuk b ekerja ke kantor dan beri badan


Perubahan postur keseimbangan

Moblisasi ROM
Aktif pasif strengthening
Brathing exercise
Trasfer ambulasi exercise
E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
(International Clatification of Functonal and disability)

Impairment
• Penurunan kekuatan otot
• Penurunan keseimbangan
• Penurunan blader dan blower
• Sensorik terganggu

Functional Limitation
 Pasien kesulitan berjalan
 Duduk ke berdiri masih belum bisa
 Susah untuk memakai sepatu
 Pasien sulit untuk berpindah dari kursi roda ke bed
 Susah untuk mengakat kaki

Disability
- Pasien kesulitan untuk berkerja di kantor dan beribadah atau
sembahyang

F. PROGNOSIS
Qua at Vitam : Bonam
Qua at Sanam : Dubia ad Bonam
Qua at Fungsionam : Dubia ad Bonam
Qua at cosmeticam : Dubia ad Bonam

G. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1.Tujuan treatment
a) Jangka Pendek
o Meningkatkan keseimbangan
o Meningkatkan kekuatan otot
o sensorik

b) Jangka Panjang
Meningkatkan dan mengembalikan kemampuan fungsional
dalam aktivias sehari-hari.

2. Rencana tindakan
a) Teknologi Fisioterapi
ES
Rencana Tindakan
Mobilisasi ROM

H. PELAKSANAAN FISIOTERAPI

1. ES
F : 2- 3 kali perminggu
I : sesuai toleransi px
T : 15 menit
T : arus faradic
3. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)
Persiapan alat: Siapkan alat TENS
Persiapan klien: Posisi klien tidur tengkurap dan daerah yang akan diterapi bebas dari
kain dan gelang.
Pelaksanaan terapi:
Pasang elektroda pada sisi depan dan belakang pergelangan tangan.
Intensitas 15.0 MA
Atur waktu 15 menit

3. ULTT
Memberikan manfaat untuk melepaskan penjepitan syaraf medianus
Dosis :
F : Dilakukan setiap hari
I : 8 repetisi, 8 hitungan
T : ULTT 1
T : 1 menit

4. Stretching pada otot fleksor


Memberikan manfaat penguluran pada ligament dan otot agar lebih rileks dan
mengurangi ketegangan otot.
Dosis :
Diberikan pada area yang dirasakan adanya spasme dengan repetisi sesuai dengan
toleransi pasien.

5. Strenghtening otot ekstensor


Memberikan manfaat untuk meningkatkan kekuatan otot. Diberikan pada otot
ekstensor elbow dan wrist yang mengalami penurunan kekuatan otot.
Dosis :
F : Setiap hari
I : 8 repetisi, 8 hitungan
T : resistance exc
T : 2-3 menit
I. HASIL EVALUASI TERAKHIR

MMT
T1 T2 T3
Regio Gerakan D S D S D S

hip fleksi 2 2 2 2 2 2
ekstensi 2 2 2 2 2 2
abd 2 2 2 2 2 2
add 2 2 2 2 2 2
knee Fleksi 2 2 2 2 2 2
Ekstensi 2 2 2 2 2 2

wrist Plantar F 2 2 2 2 2 2

Dorso f 2 2 2 2 2 2
Inversi 2 2 2 2 2 2
eversi 2 2 2 2 2 2

T1 T2 T3
Nyeri 1 1 1
diam
Nyeri 5 5 4
gerak
Nyeri 2 2 1
tekan
J. EDUKASI DAN KOMUNIKASI

• Melakukan Latihan yang di arahin fisioterapis


• Hindari rotasi badan
• Mengedukasi pasien dan keluarga cara tidur ke duduk dan duduk ke berdiri
• Menyarankan agar keluarga selalu mendukung dan mendampingi pasien selama
melakukan latihan.
• Mengedukasi pasien untuk berusaha meraih benda di sekitar dalam posisi duduk

K. CATATAN PEMBIMBING PRAKTIK

L. CATATAN TAMBAHAN

..................,.......................
.
Pembimbing

( )
BAB IV
KESIMPULAN

Spinal cord injury (SCI) atau cedera pada saraf spinal adalah kondisi
terjadinya kerusakan pada medulla spinalis akibat adanya trauma atau
benturan sehingga menyebabkan gangguan neurologis pada bagian yang
disarafi. SCI dapat dibagi menjadi dua berdasarkan penyebabnya yaitu
traumatic mencakup fraktur, dislokasi dan kontusio dari kolumna vertebra
dan non traumatic mencakup penyakit motor neuron, myelopati
spondilotik, penyakit infeksius dan inflamatori, penyakit neoplastik,
penyakit vascular, kondisi toksik dan metabolic dan gangguan congenital
dan perkembangan. Tanda dan gejala dari SCI antara lain gngguan pada
fungsi neurologis, motorik dan sensorik. SCI sering kali terjadi
disebabkan karena adanya trauma ataupun kompresi pada tulang belakang
dan dapat menyebabkan kerusakan pada spinal cord berupa memar,
kontusio, kerusakan melintang laserasi dengan atau tanpa gangguan
peredaran darah, dan perdarahan. Kerusakan ini akan memblok syaraf
parasimpatis untuk melepaskan mediator kimia, kelumpuhan otot
pernapasan, sehingga mengakibatkan respon nyeri hebat dan akut
anestesi. Iskemia dan hipoksemia syok spinal, gangguan fungsi rektum
serta kandung kemih. Gangguan kebutuhan gangguan rasa nyaman nyeri,
oksigen dan potensial komplikasi, hipotensi, bradikardia dan gangguan
eliminasi. Problematika fisioterapi yang timbul antara lain keterbatasan
ROM, kelumpuhan, spastisitas, gangguan mobiliasi dan transfer, nyeri,
potensial terjadi kontrakur, potensial terjadi kekakua sendi, potensial
terjadi gangguan pernafasan, dan potensial gangguan integritas kulit.

24
DAFTAR PUSTAKA

Bima, A., 2014. Anatomi Dan Fisiologi Tubuh Manusia. Ed.1. Yogyakarta :
Bhafana publishing

Harvey, LA. 2016. Physiotherapy Rehabilitation For People With Spinal Cord
Injuries. Journal of PHYSIOTHERAPY. Volume 62, Halaman: 4-11.

Kemas, Nas. 2015. Rehabilitation Of Spinal Cord Injuries. World Journal


of Orthopedics. Volume 18, Nomor 1, Halaman: 8-16.

Junita, Maja. 2013. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Cedera Servikal Medula


Spinalis. Jurnal Biomedik (Jbm). Volume 5, Nomor 3, Halaman: 181-189.

Peraturan Menteri Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun


2015 Tentang Standar Pelayanan Fisioterapi. 5 November 2015. Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1662. Jakarta

Tasha. 2012. Unserstanding Spinal Cord Injury : American Academy Of


Neurology.

Evans, Mardjono M, Sidharta P. 2003. Neurologi Klinis Dasar. Halaman 35-36.


Jakarta : Dian Rakyat.

Perdossi. 2006. Konsensus Nasional: Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma


Spinal. Jakarta

Snell RS. 2007. Neuroanatomi Klinik : Pendahuluan dan Susunan Saraf Pusat.
Edisi 5. Halaman 1-16 Jakarta : EGC

Brunner, L dan Suddarth, D. 2002. Buku Ajaraan Keperawataan Medikal Bedah.


Edisi 8. Jakarta : EGC

Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. 2007. Panduan Praktis Diagnosis


dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Halaman 19-23. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai