Resume Komunikasi Pemasaran
Resume Komunikasi Pemasaran
Nim : 2018210035
B. Usaha swasta
Dalam suatu usaha swasta, modal usahanya dimiliki seluruhnya atau sebagian besar oleh pihak swasta.
Usaha swasta ini dilihat dari besar kecilnya skaala usaha terdiri dari usaha kecil, usaha menengah, dan
usaha besar. Usaha swasta jumlahnya paling banyak jika dibandingkan dengan usaha negara dan usaha
koperasi. Oleh karena itu, perannya cukup besar di dalam perekonomian nasional.
Usaha swasta dapat dibaagi ke dalam beberapa bentuk usaha/organisasi perusahaan, yaitu Perusahaan
perorangan atau Usaha Dagang (UD), Persekutuan Firma (Fa), Persekutuan Komanditer (CV), dan
Perseroan
dan lain-lain
Apabila suatu persekutuan komanditer jatuh pailit, maka seluruh anggotanya pun jatuh
pailit karena hutang-hutang persekutuan juga menjadi hutang-hutang mereka yang
harus ditannggung sampai dengan kekayaan pribadi, kecuali untuk pesero komanditer,
di mana ia hanya menanggung sebatas modal yang telah disetornya.
Berbeda dengan manusia, badan hukum PT sebagai subjek hukum pendukung segala
hak dan kewajiban tidak dapat bertindak sendiri. Badan hukum menjadi subjek hukum
bukan secara alamiah, melainkan ditentukan oleh hukum yang dibuat manusia melalui
lembaga yang berwenang untuk itu. Oleh karena itu, PT perlu dilengkapi dengan organ
atau alat perlengkapannya supaya dapat berfungsi sebagai subjek hukum seperti
manusia.
Organ PT tersebut terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), direksi dan
komisaris.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
RUPS merupakan organ PT yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam sebuah PT.
RUPS ini terdiri dari para pemegang saham sebagai satu kesatuan. Tentunya di
dalam RUPS tersebut terdapat pemegang saham terbanyak (pemegang saham
mayoritas) dan pemegang saham yang menguasai saham dalam jumlah kecil
sehingga tidak memiliki kekuasaan mayoritas (pemegang saham minoritas).
Pemegang saham mayoritas dapat mendominasi keputusan-keputusan RUPS,
karena itu UUPT memberikan beberapa pembatasan tertentu untuk melindungi
pemegang saham minoritas dalam rangka mewujudkan keadilan.
Dalam Pasal 63 UUPT ditentukan, bahwa RUPS mempunyai segala wewenang yang
tidak diberikan kepada direksi dan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam
UUPT atau Anggaran Dasar.
Jadi, kekuasaan RUPS cukup besar, misalnya mengangkat dan memberhentikan
direksi dan komisaris.
Direksi
Direksi atau pengurus PT adalah organ yang mengurus PT sehari-hari yang
diangkat RUPS. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan
untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan terbaik di
dalam maupun di luar pengadilan.
Komisaris
Komisaris atau pengawas PT adalah organ yang bertugas mengawasi
kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberi nasihat
kepada direksi. Komisaris juga diangkat dan bertanggung jawab kepada RUPS.
g. Merjer, Konsolidasi, dan Akuisisi
Untuk lebih memberdayakan diri beberapa PT dapat melakukan merjer, konsolidasi,
dan akuisisi. Banyak alasan yang menyebabkan beberapa PT melakukan demikian,
antara lain dalam rangka efisiensi, diversifikasi, kekuatan pasar, keuntungan pajak, dan
prestise.
Definisi masing-masingnya sebagai berikut :
Merjer (penggabungan perusahaan) adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan
ke dalam salah satu di antara perusahaan-perusahaan yang melakukan
penggabungan, kemudian perusahaan yang menggabungkan diri berakhir
kedudukannya sebagai suatu badan hukum/perusahaan karena dibubarkan dan
dilikuidasi, dan yang tinggal adalah perusahaan yang menerima penggabungan.
Misalnya, PT A mejer dengan PT B, maka tinggal PT A saja atau PT B saja.
Konsolidasi (peleburan perusahaan) adalah peleburan dua atau lebih perusahaan
menjadi satu perusahaan yang baru sama sekali, sementara masing-masing
perusahaan yang meleburkan diri berakhir kedudukannya sebagai suatu badan
hukum/perusahaan. Misalnya PT A berkonsolidasi dengan PT B, maka muncul PT C
sebagai nama baru dari PT A+PT B yang sudah meleburkan diri.
Akuisisi (pengambilalihan perusahaan) adalah pembelian atau pengambilalihan seluruh
atau sebagian saham satu atau lebih perusahaan oleh perusahaan lainnya atau
pemilik perusahaan lainnya, tetapi perusahaan yang diambil alih sahamnya tetap
hidup sebagai badan hukum/perusahaan, hanya saja kini berada di bawah kontrol
perusahaan yang mengambil alih saham-sahamnya.
Misalnya PT A mengakuisisikan PT B, maka baik PT A maupun PT B masih tetap
ada, namun kontorl perusahaannya sudah beralih kepada PT A sebagai perusahaan
pembeli seluruh atau sebagaian saham PT B.
Pengaturan tentang penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan PT tersebut
terdapat dalam Pasal 102 sampai dengan Pasal 109 UUPT. Pengaturan lebih terinci
akan diatur dengan peraturan pemerintah.
h. Perusahaan Kelompok
Untuk lebih memperkuat diri perusahaan-perusahaan bekerja sama satu sama lainnya
dan dapat membentuk perusahaan kelompok (group company/concern), yaitu suatu
gabungan atau susunan dari perusahaan-perusahaan yang secara yuridis mandiri, yang
terkait satu dengan yang lain begitu erat sehingga membentuk suatu satuan ekonomi
yang tunduk pada suatu pimpinan dari suatu perusahaan induk sebagai pimpinan
sentral. Adapun ciri konsern tersebut adalah a) adanya kesatuan dari sudut ekonomi,
dan b) adanya jumlah jamak secara yuridis.
Dalam konsern tersebut terdapat perusahaan yang mendominasi/melaksanakan
pimpinan sentral sebagai perusahaan induk, dan perusahaan yang bergantung pada
putusan perusahaan yang dominan sebagai perusahaan anak.
i. Pembubaran Perseroan
Pembubaran Perseroan dapat dilakukan karena :
Keputusan RUPS
Jangka waktunya telah berakhir
Penetapan pengadilan
1) Keputusan RUPS
Keputusan RUPS tentang pembubaran perseroan sah jika keputusan tersebut diambil
sesuai dengan ketentuan pasal 74 ayat (1) UU No. 1 tahun 1995 yaitu berdasarkan
musyawarah untuk mufakat dan pasal 76 UU tersebut dalam hal penggabungan,
peleburan, pengambilalihan, kepailitan, dan pembubaran perseroan, bahwa keputusan
RUPS sah apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit ¾
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh
paling sedikit ¾ bagian dari jumlah suara tersebut. Perseroan resmi dibubarkan pada
saat ditetapkan dalam keputusan RUPS, dan selanjutnya dilikuidasi oleh likuidator.
2) Jangka Waktunya telah Berakhir
Jika perseroan bubar karena jangka waktu berdirinya (sebagaimana ditetapkan dalam
Anggaran Dasar) telah berakhir, maka Menteri Kehakiman atas permohonan Direksi
dapat memperpanjang jangka waktu tersebut. Permohonan tersebut diajukan paling
lambat 90 (sembilan puluh) hari sebelum jangka waktu berdirinya perseroan berakhir.
Permohonan untuk memperpanjang jangka waktu tersebut hanya dapat dilakukan
berdasarkan keputusan RUPS yang dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili
paling sedikit ¾ bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan
disetujui oleh paling sedikit ¾ bagian dari jumlah suara tersebut.
3) Penetapan Pengadilan
Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan atas :
Permohonan kejaksaan berdasarkan alasan kuat bahwa perseroan telah melanggar
kepentingan umum;
Permohonan satu orang pemegang saham atau lebih mewakili paling sedikit 1/10
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah;
Permohonan kreditor berdasarkan alasan perseroan tidak mampu membayar
utangnya setelah dinyatakan pailit, atau harta kekayaan perseroan tidak cukup
untuk melunasi seluruh hutangnya setelah pernyataan pailit dicabut;
Permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum
dalam akta pendirian perseroan
Dalam hal pembubaran perseroan dengan penetapan pengadilan, ditetapkan pula
penunjukan likuidator
j. Likuidasi
Dalam hal perseroan bubar, Likuidator dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
wajib :
Mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan (pasal 21 UU No. 1 tahun 1995 jo UU No. 3
tahun 1982);
Mengajukan permohonan untuk diumumkan dalam Berita Negara RI;
Mengumumkan dalam dua surat kabar harian; dan
Memberitahukan kepada Menteri Kehakiman
Jangka waktu 30 hari tersebut dihitung sebagai berikut :
Jika perseroan dibubarkan oleh RUPS, maka jangka waktu tersebut dihitung sejak
tanggal pembubaran oleh RUPS;
Jika perseroan dibubarkan oleh penetapan pengadilan, jangka waktu tersebut dihitung
sejak tanggal penetapan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap
Jika likuidator lalai mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan (UU No. 3 tahun 1982) maka
likuidator secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh
pihak ketiga. Dalam pendaftaran dan pengumuman tersebut, wajib disebutkan nama dan
alamat likuidator.
Jika perusahaan dibubarkan, maka perseroan tidak dapat melakukan tindakan hukum
kecuali diperlukan untuk membereskan kekayaannya dalam proses likuidasi. Tindakan
pemberesan tersebut meliputi :
Pencatatan dan pengumpulan kekayaan perseroan;
Penentuan tata cara pembagian kekayaan;
Pembayaran kepada para kreditor;
Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham; dan
Tindakan-tindakan lain yang diperlukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan
Jika suatu perusahaan tengah dalam proses likuidasi, maka dalam surat keluar (di
belakang nama perseroan) dicantumkan kata-kata dalam proses likuidasi. Likuidator
dari perseroan yang telah bubar wajib memberitahukan kepada semua kreditor dengan
surat tercatat mengenai bubarnya perseroan. Pemberitahuan tersebut memuat :
Nama dan alamat likuidator;
Tata cara pengajuan tagihan;
Jangka waktu pengajuan tagihan yang tidak boleh lebih dari 120 hari terhitung sejak
surat pemberitahuan diterima
Jika tidak ditunjuk likuidator, maka direksi bertindak selaku likuidator. Ketentuan
mengenai pengangkatan, pemberhentian, wewenang, kewajiban, tanggung jawab, dan
pengawasan terhadap direksi berlaku pula bagi likuidator.
Atas permohonan satu orang atau lebih yang berkepentingan atau atas permohonan
kejaksaan, Ketua pengadilan Negeri dapat mengangkat likuidator baru dan
memberhentikan likuidator lama karena yang bersangkutan tidak melaksanakan tugas
sebagaimana mestinya atau dalam hal hutang perseroan melebihi kekayaan perseroan.
Likuidator bertanggung jawab atas likuidasi kepada RUPS. Sisa kekayaan hasil lukuidasi
diperuntukkan bagi pemegang saham. Likuidator wajib mendaftarkan dan
mengumumkan hasil akhir proses likuidasi sesuai dengan ketentuan pasal 21 dan 22 UU
No. 1 tahun 1995 serta mengumumkannya dalam dua surat kabar harian.
C. Usaha negara
Pengertian
Usaha negara yang sering juga disebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah
perusahaan yang dimiliki secara mutlak ataupun sebagian besar oleh negara (Head,
1997:7).
Pengaturan
Pengaturan BUMN di Indonesia terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara. Pengaturan lebih lanjut
terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1998.
Di dalam undang-undang tersebut ditentukan tiga bentuk usaha negara yaitu :
Perusahaan Jawatan (Perjan);
Perusahaan Umum (Perum); dan
Perusahaan Perseroan (Perseroan).
Di luar undang-undang tersebut masih terdapat bentuk-bentuk usaha negara lainnya yang
sifatnya khusus, seperti Pertamina yang diatur dalam undang-undang tersendiri. Dan
terdapat juga Perusahaan Daerah (PD) yang diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1962.
Pendirian
Pendirian sebuah BUMN berbeda dengan pendirian usaha swasta. Di sini peranan
pemerintah cukup besar dalam penetapan anggaran dasar perusahaan, tujuan, status
keuangan, metode operasi, manajemen dan sebagainya yang disertai dengan tindakan
legislatif ataupun eksekutif untuk menyediakan dana sebagai modal perusahaan.
Kecuali untuk perjan, BUMN juga harus didaftarkan sesuai dengan ketentuan wajib daftar
perusahaan dan menaati ketentuan perizinan.
Klasifikasi
Perjan
Perjan adalah BUMN yang seluruh modalnya terdiri dari kekayaan negara yang tidak
dipisahkan. Perjan merupakan bagian dari instasi pemerintah tertentu dan
pegawainya adalah pegawai negeri sipil yang tunduk pada perundang-undangan
kepegawaian yang berlaku. Oleh karena itu, Perjan bukan merupakan badan hukum.
Tujuan Perjan adalah semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
yang sifatnya tidak mencari laba (non-commercial corporation).
Perum
Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya terdiri dari kekayaan negara yang
dipisahkan. Oleh karena itu, Perum merupakan badan hukum publik. Pekerja di Perum
merupakan pegawai perusahaan negara yang diatur secara khusus. Perum ini
bergerak dalam bidang-bidang usaha tertentu yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak. Pegawai Perum merupakan buruh/pekerja yang
tindak pada hukum perburuhan/ ketenaga kerjaan yangberlaku. Jadi, statusnya sama
dengan mereka yang bekerja di perusahaan swasta. Tujuan Perum di samping
memberikan pelayanan kepada masyarakat banyak juga mencari keuntungan
(commercial and social service corporation).
Dalam Peraturan Pemerintah No.13 Tahun 1998 ditegaskan bahwa Perum adalah
badan usaha milik negara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1969 dimana seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang
dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Perum didirikan dengan Peraturan
Pemerintah yang menetapkan antara lain besarnya kekayaan negara yang dipisahkan
untuk penyertaan ke dalam modal Perum dan penunjukan Menteri Keuangan selaku
wakil pemerintah. Perum memperoleh status badan hukum setelah peraturan
pemerintah pendirian Perum berlaku.
Dalam Peraturan Pemerintah No.13 Tahun 1998 tersebut ditegaskan pula bahwa
maksud dan tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk
kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan
sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Dalam
Penjelasan Pasal 2 ditambahkan bahwa perusahaan umum dibedakan dengan
perusahaan perseroan karena sifat usahanya. Sifat usaha Perum lebih berat pada
pelayanan demi kemanfaatan umum, baik dalam pelayanan maupun dalam
penyediaan barang dan jasa. Namun, sebagai badan usaha diupayakan untuk tetap
mandiri dan untuk itu Perum harus mendapatkan laba agar bisa hidup berkelanjutan.
Oleh karena itu pula, kepada Perum diberi kesempatan untuk melakukan kerjasama
usaha atau joint venture dengan badan usaha lain maupun membentuk anak
perusahaan.
Untuk menjaga kemandirian dan profesionalisme pengelolaan Perum, maka selain
organ Perum (direksi dan dewan pengawas), pihak manapun dilarang untuk
mencampuri pengurusan Perum. Sementara organ Perum tersebut diangkat dan
diberhentikan oleh Menteri Keuangan.
Persero
Persero adalah BUMN yang seluruh atau sebagian besar modalnya terdiri dari
kekayaan negara yang dipisahkan. Persero merupakan badan hukum swasta yang
tunduk pada prinsip-prinsip aturan Perseroan Terbatas (PT) sebagaimana diatur di
dalam UUPT. Pegawai Persero adalah pekerja atau buruh yang tunduk pada
perundang-undangan ketenagakerjaan atau perburuhan. Tujuan Persero sama dengan
tujuan PT swasta, yaitu mencari laba (commercial corporation).
Dalam peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1998 ditegaskan bahwa terdapat dua
macam Persero yaitu Persero dan Persero Terbuka. Persero adalah badan usaha milik
negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 yang
berbentuk Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1995 yang seluruh atau paling sedikit 51% saham yang dikeluarkannya dimiliki
oleh negara melalui pernyataan modal secara langsung. Sedangkan Persero terbuka
adalah Persero yang modalnya dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria
tertentu atau persero yang melakukan penawaran umum, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal.
Pengertian modal negara ke dalam modal saham Persero ditetapkan dengan
peraturan pemerintah yang memuat maksud penyertaan dan besarnya kekayaan
negara yang dipisahkan untuk penyertaan modal tersebut. Pelaksanaannya dilakukan
menurut ketentuan UUPT.
Berkaitan dengan maksud dan tujuan pendirian Persero Peraturan Pemerintah No. 12
Tahun 1998 merinci sebagai berikut :
menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat
baik di pasar dalam negeri maupun internasional; dan
memupuk keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.
Dalam Penjelasan Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah tersebut ditegaskan bahwa
meskipun Persero didirikan dengan maksud dan tujuan untuk mencari keuntungan,
namun dapat pula persero didirikan untuk melaksanakan penugasan khusus yakni
Persero yang sifat usahanya untuk melaksanakan pelayanan kepentingan masyarakat
luas. Di samping itu, dalam hal adanya kebutuhan masyarakat luas yang mendesak,
pemerintah dapat pula menugaskan suatu Persero melaksanakan fungsi pelayanan
kemanfaatan umum, seperti program kemitraan, dan pembinaan usaha kecil dan
koperasi.
D. Usaha Koperasi
Pengertian
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Dari definisi tersebut terdapat koperasi yang para anggotanya terdiri dari orang seorang
yang disebut koperasi primer dan koperasi yang beranggotakan badan-badan hukum
koperasi yang disebut koperasi sekunder.
Baik koperasi primer maupun koperasi sekunder merupakan badan hukum.
Pengaturan
Usaha koperasi (cooperative) diatur dalam Undang-Undang republik Indonesia Nomor 12
Tahun 1992 tentang Perkoperasiaan. Undang-Undang tersebut dibuat mengacu terutama
pada Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang menentukan bahwa perekonomian Indonesia
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Dalam penjelasan Pasal
33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 tersebut ditambahkan bahwa kemakmuran
masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Dan bangun
perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi.
Pendirian
Untuk mendirikan sebuah koperasi primer dibutuhkan sekurang-kurangnya 20 (dua
puluh) orang sebagai anggota. Dan untuk mendirikan sebuah koperasi sekunder sekurang-
kurangnya terdapat 3 (tiga) koperasi :
Daftar nama pendiri;
Nama dan tempat kedudukan ;
Maksud dan tujuan serta bidang usaha:
Ketentuan mengenai keanggotaan;
Ketentuan mengenai rapat anggota;
Ketentuan mengenai pengelolaan;
Ketentuan mengenai permodalan;
Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya;
Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha; dan
Ketentuan mengenai sanksi.
Akta pendirian tersebut diperlukan juga untuk mendapatkan pengesahan badan hukum
koperasi, yang perlu dimintakan secara tertulis kepada Pemerintah. Untuk mendapatkan
pengesahan status badan hukum koperasi, para pendiri mengajukan permintaan tertulis
disertai atau pendirian koperasi.
Pengesahaan tersebut diberikan dalam jangka waktu tiga waktu tiga bulan setelah
diterimanya permintaan pengesahaan. Jangka waktu yang sama juga diberikan kepada
pemerintah untuk memberitahukan secara tertulis kepada pendiri koperasi apabila terjadi
penolakan.
Selanjutnya pengesahan pemerintah tersebut diumumkan dalam Berita Negara. Dan sama
halnya juga dengan bentuk usaha lainnya koperasi harus didaftarkan sesuai dengan
undang-undang wajib daftar perusahaan dan diurus berbagai perizinan operasional usaha.