Anda di halaman 1dari 20

Nama : nur sukmawati

Nim : 2018210035

Kelas : AA/HUKUM KOMERSIAL

"hukum tentang perusahaan"

B. Usaha swasta

Dalam suatu usaha swasta, modal usahanya dimiliki seluruhnya atau sebagian besar oleh pihak swasta.
Usaha swasta ini dilihat dari besar kecilnya skaala usaha terdiri dari usaha kecil, usaha menengah, dan
usaha besar. Usaha swasta jumlahnya paling banyak jika dibandingkan dengan usaha negara dan usaha
koperasi. Oleh karena itu, perannya cukup besar di dalam perekonomian nasional.

Usaha swasta dapat dibaagi ke dalam beberapa bentuk usaha/organisasi perusahaan, yaitu Perusahaan
perorangan atau Usaha Dagang (UD), Persekutuan Firma (Fa), Persekutuan Komanditer (CV), dan
Perseroan

4. Persekutuan Komanditer/Commanditaire Vennottchap (CV)


Pengertian
CV merupakan persekutuan terbuka yang terang-terangan menjalankan perusahaan,
yaitu di samping satu orang atau lebih sekutu biasa yang bertindak sebagai pengurus,
mempunyai satu orang atau lebih sekutu diam yang bertanggung jawab atas jumlah
pemasukannya .
CV merupakan pengembangan lebih lanjut dari bentuk usaha Fa. Di dalam CV ini masih
terdapat ciri Fa yang melekat pada sekutu pengurus (sekutu komplementer, sekutu
aktif). Sedangkan unsur tambahan pada CV yang berbeda dengan Fa adalan pada
munculnya sekutu diam (sekutu komanditer, sekutu pasif). Sekutu diam (sleeping
partner) ini tidak dikenal Pada Fa.
Kelebihan CV justru pada adanya sekutu diam tersebut menyebabkan sarana
menyebabkan CV lebih fleksibel karena tersedianya sarana bagi pemodal untuk
berinvestasi di dalam pembentukan CV, sementara yang bersangkutan sendiri tidak
perlu bertindak sebagai pengurus, cukup sebagai sekutu diam saja. Pada Fa semua
sekutunya merupakan pengurus sama dengan sekutu aktif (active partnet) pada CV.
Bentuk usaha CV ini merupakan suatu bentuk peralihan yang berapa yang berada di
antara Fa dan PT. Dalam CV terkandung, baik ciri Fa maupun ciri
PT. Dalam CV.terkandung, baik ciri PT sampai pada tingkat tertentu.
Pengaturan
CV secara khusus diatur dalam Pasal 19, Pasal 20, dan Pasal 21 KUHD. Sama halnya
juga dengan Fa, di samping ketentuan khusus tersebut, berlaku ketentuan umum yang
terdapat dalam KUH Perdata, yaitu tentang persekutuan perdata dan perikatan.
Pendirian
Sama halnya juga dengan Fa, CV adalah persekutuan yang melibatkan lebih dari satu
orang pengusaha. Oleh karena itu, pendiriannya harus melalui pembuatan suatu
perjanjian pendirian meskipun secara lisan. Pembuatan perjanjian ini tunduk pada
aturan hukum perjanjian. Perjanjian inilah yang kemudian didaftarkan dan
diumumkan.
Setelah pendirian tersebut selesai, pengusaha harus mendaftarkan perusahaan pada
Departemen Perindustrian dan Perdagangan sesuai dengan undang-undang tentang
wajib daftar perusahaan dan mengurus berbagai macam perizinan sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
Tanggung jawab
Sebagaimana dijelaskan bahwa di dalam CV ini terdapat dua macam sekutu, yaitu
sekutu aktif yang di samping menanamkan modal ke dalam perusahaan juga bertugas
mengurus perusahaan dan sekutu pasif atau sekutu diam yang hanya memasukkan
modal, tetapi tidak terlibat di dalam pengurusan perusahaan. Akibatnya, terdapat juga
dua macam tanggung jawab sekutu CV.
Sekutu aktif bertanggung jawab tidak saja terbatas pada kekayaan CV, tetapi juga
kekayaan pribadi (kalau diperlukan).
Di sini persis sama dengan sekutu pada sebuah Fa. Lain halnya dengan sekutu pasif
yang hanya bertanggung jawab terbatas pada modal yang dimasukkan saja. Misalnya,
A sebagai sekutu pasif pada CV ABC memasukkan modal Rp 1 juta, maka kalau CV ABC
tersebut mempunyai kewajiban terhadap pihak ketiga (katakanlah D) sebesar Rp 10
juta, A hanya wajib menanggung sebesar modal yang telah di investasikannya tersebut
saja (yaitu Rp 1 juta). A tidak perlu menambah uang untuk membayar sisa hutang
perusahaan tersebut. Hal ini tentunya berbeda dengan B dan C yang merupakan
sekutu aktif dalam CV tersebut, yang menyebabkan mereka bertanggung jawab
bertanggung jawab tidak terbatas, baik secara sendiri-sendiri (A atau B) maupun
secara bersama-sama (A dan B). Apabila A dan B ini masing-masing memasukan modal
Rp 1 juat. Sebagai sekutu aktif mereka masih harus mengorbankan kekayaan pribadi
untuk menutupi sisa hutang perusahaan tersebut.
e. Berakhir Persekutuan Komanditer
Berakhirnya Persekutuan Komanditer boleh dikatakan sama dengan berakhirnya
persekutuan Firma, yaitu dianggap bubar apabila :

waktu yang ditentukan untuk bekerja telah lampau,

barang musnah atau usaha yang menjadi tugas pokok selesai

seorang atau lebih anggota mengundurkan diri atau meninggal dunia,

dan lain-lain

Dalam prakteknya, pengunduran diri seorang anggota tidak selalu membuat


persekutuan komanditer menjadi bubar. Sering kita lihat bahwa seorang anggota
persekutuan komanditer yang mundur digantikan oleh orang lain dengan tetap
mempertahankan persekutuan yang ada.

Pasal 31 KUHD mengatur bahwa pembubaran persekutuan (firma ataupun komanditer)


sebelum waktu yang ditentukan (karena pengunduran diri atau pemberhentian) harus
dilakukan dengan suatu akte otentik, didaftarkan pada Pengadilan Negeri, dan
diumumkan dalam Berita Negara. Apabila hal ini tidak dilakukan maka persekutuan
tetap dianggap ada terhadap pihak ketiga.
Pasal 32 KUHD mengatur cara penyelesaian pembubaran, yaitu dilakukan atas nama
perseroan oleh anggota-anggota yang telah mengurus perseroan, kecuali apabila ditunjuk
orang lain dalam akte pendirian atau persetujuan kemudian, atau semua pesero
(berdasarkan suara terbanyak) mengangkat seseorang untuk menyelesaikan pembubaran.
KUHD tidak mengatur tugas-tugas mereka, hal itu diserahkan kepada para pesero. Pasal
1802 KUHS mengatur bahwa orang yang ditunjuk untuk menyelesaikan pembubaran
harus mempertanggung jawabkan segala usaha dan hasil-hasilnya kepada para pesero
dan berkewajiban mengganti kerugian apabila perseroan menderita kerugian karena
perbuatannya. Setelah urusan dengan orang yang ditugaskan ini selesai, maka
pembagian kepada para pesero dapat dilakukan.
Selama proses pembubaran, persetkuan masih berjalan sehingga proses likuidasi
benar-benar selesai. Kelebihan dari likuidasi adalah laba, dan apabila terjadi
kekurangan maka itu adalah kerugian.

Apabila suatu persekutuan komanditer jatuh pailit, maka seluruh anggotanya pun jatuh
pailit karena hutang-hutang persekutuan juga menjadi hutang-hutang mereka yang
harus ditannggung sampai dengan kekayaan pribadi, kecuali untuk pesero komanditer,
di mana ia hanya menanggung sebatas modal yang telah disetornya.

4. Perseroan Terbatas (PT)


Pengertian
Dalam Pasal 1 Undang-Undang No.1 tahun 1995 tentang Perseroan terbatas (UUPT)
ditentukan bahwa PT adalah :
“badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memnuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya ”.
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa PT adalah suatu badan hukum. PT Berbeda
dengan UD, Fa, dan CV yang bukan badan hukum. Sebagai badan hukum dalam PT
terdapatan pemisahan kekayaan antara milik perusahaan dengan milik pribadi
pengusaha. Di samping itu, sebagai badan hukum PT wajib mendapatkan pengesahaan
dari pemerintah, dalam hal ini Menteri Kehakiman. Bentuk usaha yang bukan badan
hukum tidak memiliki kewajiban demikian.
Dalam pengertian tersebut juga disebutkan bahwa PT didirikan berdasarkan
perjanjian. Maksudnya PT bukanlah perusahaan perorangan seperti UD, tetapi suatu
persekutuan sama halnya dengan Fa dan CV didirikan oleh lebih dari satu orang.
Untuk mendirikan sebuah PT paling kurang harus terdapat dua orang pengusaha.
Banyaknya pengusaha yang terlibat dalam sebuah PT memungkinkan adanya
akumulasi modal yang lebih banyak, yang merupakan ciri PT yang membedakan
dengan badan hukum lain seperti koperasi.
Pada sebuah PT modalnya dibagi dke dalam saham-saham (shares,stocks). Para
pemegang saham inilah pengusah PT tersebut.
Terdapat dua macam PT, yaitu PT tertutup yang disingkat PT merupakan perseroan
terbatas yang modalnya dimiliki para pemegang saham yang masih saling mengenal
satu sama lainnya. Misalnya anggota keluarga, sahabat, kenalan, dan tetangga yang
pendiriannya tunduk pada UUPT. Disamping itu, PT terbuka yang pada nama
perusahaannya memakai singkatan PT (pada awal) dan Tbk (pada akhir) nama PT
tersebut. Dalam PT terbuka pemegang sahamnya sudah tidak saling mengenal lagi.
Bahkan, sampai melintasi batas-batas negara.
Dalam Pasal 1 UUPT disebutkan bahwa PT terbuka adalah :
“perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu
atau perseroan yang melakukan penawaran umum, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal”.
Pendirian PT terbuka, di samping harus memenuhi ketentuan UUPT dan peraturan
pelaksanaannya, juga ketentuan Undang-Undang republik Indonesia Nomor 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal (UUPM) dan peraturan pelaksanaannya.
PT merupakan bentuk usaha yang paling luwes dan ideal dalam rangka memupuk
keuntungan, namun terdapat juga kelemahannya yaitu kemungkinan adanya
spekulasi, manipulasi, dan kecerobahan pengelolaan.
Pengaturan
Dahulu PT diatur KUHD, yaitu dalam Pasal 36 sampai dengan Pasal 56. Pengaturan
yang hanya 21 pasal tersebut tentunya tidak cukup menampung berbagai aspek PT
yang sudah demikian berkembang akibat perkembangan perekonomian dan dunia
usaha. Oleh karena itu, dikeluarkanlah UUPT untuk menggantikan ketentuan dalam
KUHD tersebut.
Khusus untuk PT terbuka di samping UUPT berlaku juga Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM). Dan khusus untuk PT
Penanaman Modal Asing disamping UUPT berlaku Undang-Undang republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, sebagaimana telah diubah
dengan pendirian PT patungan (joint venture) yang melibatkan modal nasional dan
modal asing. Kepada PT (perseroan) di samping UUPT, berlaku Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1969 tentang bentuk-bentuk Usaha Negara dan
peraturan-peraturan pelaksanaannya
Pendirian
PT didirikan melalui beberapa tahapan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan di
dalam UUPT, sebagai berikut.
Pembuatan Akta Notaris
Para pengusaha yang ingin mendirikan PT terlebih dahulu datang ke kantor
notaris untuk membuat akta pendirian PT. Akta pendirian merupakan suatu
perjanjian antara pendirian para pendiri PT tersebut. Isinya ditentukan sendiri
oleh para pendiri, yang kemudian dituangkan notaris dalam suatu format khusus
yang disediakan untuk itu sesuai dengan UUPT.
Menurut Pasal 8 UUPT akta pendirian PT memuat anggaran dan keterangan lain
sekurang-kurangnya :
Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
kewarganegaraan pendiri;
Susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,
dan kewarganegaraan anggota direksi dan komisaris yang pertama kali
diangkat; dan kewarganegaraan direksi dan komisaris pertama kali diangkat;
dan
Nama pemegamg saham yang telah mengambil begaian saham serta
perincian jumlah saham dan nilai nominal atau nilai yang diperjanjikan dari
saham yang telah ditempatkan dan disetor pada saat pendirian.
Sedangkan Anggaran Dasar sendiri sekurang-kurangnya berisi :
Nama dan tempat kedudukan perseroan;
Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan sesuai dengan perundang-
undang yang berlaku;
Jangka waktu berdirinya perseroan;
Besarnya jumlah modal dasar, modal yang di tempatkan dan modal yang
disetor;
Jumlah saham, jumlah klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham
untuk tiap klasifikasi ; hak-hak yang melekat pada setiap saham; dan nilai
nominal setiap saham;
Susunan, jumlah dan nama anggota direksi dan komisaris;
Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
Tata cara pemilihan, pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota
direksi dan komisaris;
Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen; dan
Ketentuan-ketentuan lain menurut UUPT.
Pengesahan Menteri Kehakiman
Akta notaris yang telah dibuat tersebut kemudian dikirim ke Jakarta untuk
mendapatkan pengesahaan Menteri Kehakiman dalam rangka memperoleh status
badan hukum.
Badan hukum PT tersebut baru diperoleh setelah adanya pengesahan dari
Menteri Kehakiman. Dalam Pasal 9 UUPT disebutkan bahwa Menteri Kehakiman
akan memberikan pengesahan dalam janka waktu paling lama 60 (enam puluh)
hari setelah diterimanya permohonan pengesahan PT, lengkap dengan lampiran-
lampirannya. Jika permohonan di tolak, Menteri Kehakiman memberitahukan
kepada pemohon secara tertulis disertai dengan alasannya dalam jangka waktu
60 (enam puluh) hari itu juga.
Pendaftaran Wajib
Akta pendirian/anggaran dasar PT secara lengkap disertai SK pengesahan dari
Menteri Kehakiman kemudian wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan sesuai
dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib
Daftar Perusahaan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal pengesahan
PT atau tanggal diterimanya laporan.
Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara (TBN)
Apabila pendaftaran dalam daftar perusahaan telah dilakukan, berikutnya direksi
mengajukan permohonan pengumuman perseroan di dalam TBN dalam waktu
paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak pendaftaran tersebut.
Pendirian PT telah selesai dengan dilakukannya pengumuman, berikutnya perlu
diselesaikan berbagai perizinan sesuai dengan perundang-undangan perizinan
yang berlaku, seperti juga pada pendirian bentuk usaha lainnya.
Tanggung Jawab
Pada sebuah PT, pengusahanya adalah para pemegang saham. Para pemegang saham
itu bertanggung jawab terbatas sebesar saham yang dimasukkannya ke dalam PT.
Tanggung Jawab terbatas demikian sebenarnya tercermin dari nama bentuk usaha PT
sendiri, yaitu perseroan terbatas. Kata “terbatas” menunjukkan adanya tanggung
jawab pemegang saham yang terbatas pada modal yang dimasukkan.
Dalam UUPT ketentuan tanggung jawab terbatas diatur Pasal 3 yang berbunyi :
“pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan
yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian
perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya”.
Adanya tanggung jawab terbatas demikian merupakan ketentuan umum, karena UUPT
memberikan pengecualiannya dalam hal-hal tertentu. Menurut Pasal 3 ayat (2) UUPT
sistem tanggung jawab terbatas tidak berlaku apabila :
Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;
Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung ataupun tidak langsung
dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata untuk kepentingan
pribadi;
Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh perseroan; atau
Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun tidak langsung secara
melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang mengakibatkan
kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi hutang perseroan.
Modal dan Saham
Dalam sebuah PT terdapat tiga macam modal, yaitu modal dasar, modal yang
ditempatkan, dan modal yang disetor.
Modal dasar adalah sejumlah maksimum modal yang disebut dalam akta pendirian.
Modal yang ditempatkan adalah modal yang disanggupkan oleh para pemegang
saham. Dan modal yang disetor adalah modal yang benar-benar telah disetor oleh
para pemegang saham dalam kas perseroan .
Dalam UUPT ditentukan bahwa modal dasar perseroan paling sedikit Rp
20.000.000,00 sementara modal yang ditempatkan adalah 25% dari modal dasar yang
harus telah ditempatkan pada saat pendirian perseroan. Berarti 25% x Rp
20.000.000,00 = Rp 5.000.000,00. Dan modal yang disetor paling sedikit 50% dari nilai
nominal setiap saham yang dikeluarkan. Berarti 50% x Rp 5.000.000,00 = Rp
2.500.000,00.
Modal PT tersebut terdiri dari saham-saham, baik saham atas nama dan atau atas
tunjuk. Menurut Pasal 46 UUPT, menyangkut saham ini ditetapkan dalam Anggaran
Dasar (AD). Saham dapat terdiri dari satu klasifikasi atau lebih.
Mungkin saja dalam sebuah PT terdapat bermacam-macam saham, misalnya saham
biasa, saham prioritas, dan saham-saham lain dengan hak khusus yang semuanya
harus ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
Dalam Penjelasan Pasal 36 UUPT dijelaskan bahwa pemegang saham biasa berhak
untuk mengambil keputusan dalam RUPS mengenai perseroan, hak menerima
pembagian dividen dan sisa kekayaan dalam proses likuidasi. Dalam Pasal 72 UUPT
diatur bahwa setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara (one share
one vote), kecuali dalam Anggaran Dasar ditentukan lain.
f. Organ Perseroan Terbatas

Berbeda dengan manusia, badan hukum PT sebagai subjek hukum pendukung segala
hak dan kewajiban tidak dapat bertindak sendiri. Badan hukum menjadi subjek hukum
bukan secara alamiah, melainkan ditentukan oleh hukum yang dibuat manusia melalui
lembaga yang berwenang untuk itu. Oleh karena itu, PT perlu dilengkapi dengan organ
atau alat perlengkapannya supaya dapat berfungsi sebagai subjek hukum seperti
manusia.
Organ PT tersebut terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), direksi dan
komisaris.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
RUPS merupakan organ PT yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam sebuah PT.
RUPS ini terdiri dari para pemegang saham sebagai satu kesatuan. Tentunya di
dalam RUPS tersebut terdapat pemegang saham terbanyak (pemegang saham
mayoritas) dan pemegang saham yang menguasai saham dalam jumlah kecil
sehingga tidak memiliki kekuasaan mayoritas (pemegang saham minoritas).
Pemegang saham mayoritas dapat mendominasi keputusan-keputusan RUPS,
karena itu UUPT memberikan beberapa pembatasan tertentu untuk melindungi
pemegang saham minoritas dalam rangka mewujudkan keadilan.
Dalam Pasal 63 UUPT ditentukan, bahwa RUPS mempunyai segala wewenang yang
tidak diberikan kepada direksi dan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam
UUPT atau Anggaran Dasar.
Jadi, kekuasaan RUPS cukup besar, misalnya mengangkat dan memberhentikan
direksi dan komisaris.
Direksi
Direksi atau pengurus PT adalah organ yang mengurus PT sehari-hari yang
diangkat RUPS. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan
untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan terbaik di
dalam maupun di luar pengadilan.
Komisaris
Komisaris atau pengawas PT adalah organ yang bertugas mengawasi
kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberi nasihat
kepada direksi. Komisaris juga diangkat dan bertanggung jawab kepada RUPS.
g. Merjer, Konsolidasi, dan Akuisisi
Untuk lebih memberdayakan diri beberapa PT dapat melakukan merjer, konsolidasi,
dan akuisisi. Banyak alasan yang menyebabkan beberapa PT melakukan demikian,
antara lain dalam rangka efisiensi, diversifikasi, kekuatan pasar, keuntungan pajak, dan
prestise.
Definisi masing-masingnya sebagai berikut :
Merjer (penggabungan perusahaan) adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan
ke dalam salah satu di antara perusahaan-perusahaan yang melakukan
penggabungan, kemudian perusahaan yang menggabungkan diri berakhir
kedudukannya sebagai suatu badan hukum/perusahaan karena dibubarkan dan
dilikuidasi, dan yang tinggal adalah perusahaan yang menerima penggabungan.
Misalnya, PT A mejer dengan PT B, maka tinggal PT A saja atau PT B saja.
Konsolidasi (peleburan perusahaan) adalah peleburan dua atau lebih perusahaan
menjadi satu perusahaan yang baru sama sekali, sementara masing-masing
perusahaan yang meleburkan diri berakhir kedudukannya sebagai suatu badan
hukum/perusahaan. Misalnya PT A berkonsolidasi dengan PT B, maka muncul PT C
sebagai nama baru dari PT A+PT B yang sudah meleburkan diri.
Akuisisi (pengambilalihan perusahaan) adalah pembelian atau pengambilalihan seluruh
atau sebagian saham satu atau lebih perusahaan oleh perusahaan lainnya atau
pemilik perusahaan lainnya, tetapi perusahaan yang diambil alih sahamnya tetap
hidup sebagai badan hukum/perusahaan, hanya saja kini berada di bawah kontrol
perusahaan yang mengambil alih saham-sahamnya.
Misalnya PT A mengakuisisikan PT B, maka baik PT A maupun PT B masih tetap
ada, namun kontorl perusahaannya sudah beralih kepada PT A sebagai perusahaan
pembeli seluruh atau sebagaian saham PT B.
Pengaturan tentang penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan PT tersebut
terdapat dalam Pasal 102 sampai dengan Pasal 109 UUPT. Pengaturan lebih terinci
akan diatur dengan peraturan pemerintah.
h. Perusahaan Kelompok
Untuk lebih memperkuat diri perusahaan-perusahaan bekerja sama satu sama lainnya
dan dapat membentuk perusahaan kelompok (group company/concern), yaitu suatu
gabungan atau susunan dari perusahaan-perusahaan yang secara yuridis mandiri, yang
terkait satu dengan yang lain begitu erat sehingga membentuk suatu satuan ekonomi
yang tunduk pada suatu pimpinan dari suatu perusahaan induk sebagai pimpinan
sentral. Adapun ciri konsern tersebut adalah a) adanya kesatuan dari sudut ekonomi,
dan b) adanya jumlah jamak secara yuridis.
Dalam konsern tersebut terdapat perusahaan yang mendominasi/melaksanakan
pimpinan sentral sebagai perusahaan induk, dan perusahaan yang bergantung pada
putusan perusahaan yang dominan sebagai perusahaan anak.
i. Pembubaran Perseroan
Pembubaran Perseroan dapat dilakukan karena :
Keputusan RUPS
Jangka waktunya telah berakhir
Penetapan pengadilan
1) Keputusan RUPS
Keputusan RUPS tentang pembubaran perseroan sah jika keputusan tersebut diambil
sesuai dengan ketentuan pasal 74 ayat (1) UU No. 1 tahun 1995 yaitu berdasarkan
musyawarah untuk mufakat dan pasal 76 UU tersebut dalam hal penggabungan,
peleburan, pengambilalihan, kepailitan, dan pembubaran perseroan, bahwa keputusan
RUPS sah apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit ¾
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh
paling sedikit ¾ bagian dari jumlah suara tersebut. Perseroan resmi dibubarkan pada
saat ditetapkan dalam keputusan RUPS, dan selanjutnya dilikuidasi oleh likuidator.
2) Jangka Waktunya telah Berakhir
Jika perseroan bubar karena jangka waktu berdirinya (sebagaimana ditetapkan dalam
Anggaran Dasar) telah berakhir, maka Menteri Kehakiman atas permohonan Direksi
dapat memperpanjang jangka waktu tersebut. Permohonan tersebut diajukan paling
lambat 90 (sembilan puluh) hari sebelum jangka waktu berdirinya perseroan berakhir.
Permohonan untuk memperpanjang jangka waktu tersebut hanya dapat dilakukan
berdasarkan keputusan RUPS yang dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili
paling sedikit ¾ bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan
disetujui oleh paling sedikit ¾ bagian dari jumlah suara tersebut.
3) Penetapan Pengadilan
Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan atas :
Permohonan kejaksaan berdasarkan alasan kuat bahwa perseroan telah melanggar
kepentingan umum;
Permohonan satu orang pemegang saham atau lebih mewakili paling sedikit 1/10
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah;
Permohonan kreditor berdasarkan alasan perseroan tidak mampu membayar
utangnya setelah dinyatakan pailit, atau harta kekayaan perseroan tidak cukup
untuk melunasi seluruh hutangnya setelah pernyataan pailit dicabut;
Permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum
dalam akta pendirian perseroan
Dalam hal pembubaran perseroan dengan penetapan pengadilan, ditetapkan pula
penunjukan likuidator
j. Likuidasi
Dalam hal perseroan bubar, Likuidator dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
wajib :
Mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan (pasal 21 UU No. 1 tahun 1995 jo UU No. 3
tahun 1982);
Mengajukan permohonan untuk diumumkan dalam Berita Negara RI;
Mengumumkan dalam dua surat kabar harian; dan
Memberitahukan kepada Menteri Kehakiman
Jangka waktu 30 hari tersebut dihitung sebagai berikut :
Jika perseroan dibubarkan oleh RUPS, maka jangka waktu tersebut dihitung sejak
tanggal pembubaran oleh RUPS;
Jika perseroan dibubarkan oleh penetapan pengadilan, jangka waktu tersebut dihitung
sejak tanggal penetapan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap
Jika likuidator lalai mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan (UU No. 3 tahun 1982) maka
likuidator secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh
pihak ketiga. Dalam pendaftaran dan pengumuman tersebut, wajib disebutkan nama dan
alamat likuidator.
Jika perusahaan dibubarkan, maka perseroan tidak dapat melakukan tindakan hukum
kecuali diperlukan untuk membereskan kekayaannya dalam proses likuidasi. Tindakan
pemberesan tersebut meliputi :
Pencatatan dan pengumpulan kekayaan perseroan;
Penentuan tata cara pembagian kekayaan;
Pembayaran kepada para kreditor;
Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham; dan
Tindakan-tindakan lain yang diperlukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan
Jika suatu perusahaan tengah dalam proses likuidasi, maka dalam surat keluar (di
belakang nama perseroan) dicantumkan kata-kata “dalam proses likuidasi”. Likuidator
dari perseroan yang telah bubar wajib memberitahukan kepada semua kreditor dengan
surat tercatat mengenai bubarnya perseroan. Pemberitahuan tersebut memuat :
Nama dan alamat likuidator;
Tata cara pengajuan tagihan;
Jangka waktu pengajuan tagihan yang tidak boleh lebih dari 120 hari terhitung sejak
surat pemberitahuan diterima
Jika tidak ditunjuk likuidator, maka direksi bertindak selaku likuidator. Ketentuan
mengenai pengangkatan, pemberhentian, wewenang, kewajiban, tanggung jawab, dan
pengawasan terhadap direksi berlaku pula bagi likuidator.
Atas permohonan satu orang atau lebih yang berkepentingan atau atas permohonan
kejaksaan, Ketua pengadilan Negeri dapat mengangkat likuidator baru dan
memberhentikan likuidator lama karena yang bersangkutan tidak melaksanakan tugas
sebagaimana mestinya atau dalam hal hutang perseroan melebihi kekayaan perseroan.
Likuidator bertanggung jawab atas likuidasi kepada RUPS. Sisa kekayaan hasil lukuidasi
diperuntukkan bagi pemegang saham. Likuidator wajib mendaftarkan dan
mengumumkan hasil akhir proses likuidasi sesuai dengan ketentuan pasal 21 dan 22 UU
No. 1 tahun 1995 serta mengumumkannya dalam dua surat kabar harian.

C. Usaha negara
Pengertian
Usaha negara yang sering juga disebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah
perusahaan yang dimiliki secara mutlak ataupun sebagian besar oleh negara (Head,
1997:7).
Pengaturan
Pengaturan BUMN di Indonesia terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara. Pengaturan lebih lanjut
terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1998.
Di dalam undang-undang tersebut ditentukan tiga bentuk usaha negara yaitu :
Perusahaan Jawatan (Perjan);
Perusahaan Umum (Perum); dan
Perusahaan Perseroan (Perseroan).
Di luar undang-undang tersebut masih terdapat bentuk-bentuk usaha negara lainnya yang
sifatnya khusus, seperti Pertamina yang diatur dalam undang-undang tersendiri. Dan
terdapat juga Perusahaan Daerah (PD) yang diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1962.
Pendirian
Pendirian sebuah BUMN berbeda dengan pendirian usaha swasta. Di sini peranan
pemerintah cukup besar dalam penetapan anggaran dasar perusahaan, tujuan, status
keuangan, metode operasi, manajemen dan sebagainya yang disertai dengan tindakan
legislatif ataupun eksekutif untuk menyediakan dana sebagai modal perusahaan.
Kecuali untuk perjan, BUMN juga harus didaftarkan sesuai dengan ketentuan wajib daftar
perusahaan dan menaati ketentuan perizinan.
Klasifikasi
Perjan
Perjan adalah BUMN yang seluruh modalnya terdiri dari kekayaan negara yang tidak
dipisahkan. Perjan merupakan bagian dari instasi pemerintah tertentu dan
pegawainya adalah pegawai negeri sipil yang tunduk pada perundang-undangan
kepegawaian yang berlaku. Oleh karena itu, Perjan bukan merupakan badan hukum.
Tujuan Perjan adalah semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
yang sifatnya tidak mencari laba (non-commercial corporation).
Perum
Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya terdiri dari kekayaan negara yang
dipisahkan. Oleh karena itu, Perum merupakan badan hukum publik. Pekerja di Perum
merupakan pegawai perusahaan negara yang diatur secara khusus. Perum ini
bergerak dalam bidang-bidang usaha tertentu yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak. Pegawai Perum merupakan buruh/pekerja yang
tindak pada hukum perburuhan/ ketenaga kerjaan yangberlaku. Jadi, statusnya sama
dengan mereka yang bekerja di perusahaan swasta. Tujuan Perum di samping
memberikan pelayanan kepada masyarakat banyak juga mencari keuntungan
(commercial and social service corporation).
Dalam Peraturan Pemerintah No.13 Tahun 1998 ditegaskan bahwa Perum adalah
“badan usaha milik negara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1969 dimana seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang
dipisahkan dan tidak terbagi atas saham”. Perum didirikan dengan Peraturan
Pemerintah yang menetapkan antara lain besarnya kekayaan negara yang dipisahkan
untuk penyertaan ke dalam modal Perum dan penunjukan Menteri Keuangan selaku
wakil pemerintah. Perum memperoleh status badan hukum setelah peraturan
pemerintah pendirian Perum berlaku.
Dalam Peraturan Pemerintah No.13 Tahun 1998 tersebut ditegaskan pula bahwa
maksud dan tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk
kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan
sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Dalam
Penjelasan Pasal 2 ditambahkan bahwa perusahaan umum dibedakan dengan
perusahaan perseroan karena sifat usahanya. Sifat usaha Perum lebih berat pada
pelayanan demi kemanfaatan umum, baik dalam pelayanan maupun dalam
penyediaan barang dan jasa. Namun, sebagai badan usaha diupayakan untuk tetap
mandiri dan untuk itu Perum harus mendapatkan laba agar bisa hidup berkelanjutan.
Oleh karena itu pula, kepada Perum diberi kesempatan untuk melakukan kerjasama
usaha atau joint venture dengan badan usaha lain maupun membentuk anak
perusahaan.
Untuk menjaga kemandirian dan profesionalisme pengelolaan Perum, maka selain
organ Perum (direksi dan dewan pengawas), pihak manapun dilarang untuk
mencampuri pengurusan Perum. Sementara organ Perum tersebut diangkat dan
diberhentikan oleh Menteri Keuangan.
Persero
Persero adalah BUMN yang seluruh atau sebagian besar modalnya terdiri dari
kekayaan negara yang dipisahkan. Persero merupakan badan hukum swasta yang
tunduk pada prinsip-prinsip aturan Perseroan Terbatas (PT) sebagaimana diatur di
dalam UUPT. Pegawai Persero adalah pekerja atau buruh yang tunduk pada
perundang-undangan ketenagakerjaan atau perburuhan. Tujuan Persero sama dengan
tujuan PT swasta, yaitu mencari laba (commercial corporation).
Dalam peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1998 ditegaskan bahwa terdapat dua
macam Persero yaitu Persero dan Persero Terbuka. Persero adalah “badan usaha milik
negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 yang
berbentuk Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1995 yang seluruh atau paling sedikit 51% saham yang dikeluarkannya dimiliki
oleh negara melalui pernyataan modal secara langsung. Sedangkan Persero terbuka
adalah “Persero yang modalnya dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria
tertentu atau persero yang melakukan penawaran umum, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal”.
Pengertian modal negara ke dalam modal saham Persero ditetapkan dengan
peraturan pemerintah yang memuat maksud penyertaan dan besarnya kekayaan
negara yang dipisahkan untuk penyertaan modal tersebut. Pelaksanaannya dilakukan
menurut ketentuan UUPT.
Berkaitan dengan maksud dan tujuan pendirian Persero Peraturan Pemerintah No. 12
Tahun 1998 merinci sebagai berikut :
menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat
baik di pasar dalam negeri maupun internasional; dan
memupuk keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.
Dalam Penjelasan Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah tersebut ditegaskan bahwa
meskipun Persero didirikan dengan maksud dan tujuan untuk mencari keuntungan,
namun dapat pula persero didirikan untuk melaksanakan penugasan khusus yakni
Persero yang sifat usahanya untuk melaksanakan pelayanan kepentingan masyarakat
luas. Di samping itu, dalam hal adanya kebutuhan masyarakat luas yang mendesak,
pemerintah dapat pula menugaskan suatu Persero melaksanakan fungsi pelayanan
kemanfaatan umum, seperti program kemitraan, dan pembinaan usaha kecil dan
koperasi.

D. Usaha Koperasi
Pengertian
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Dari definisi tersebut terdapat koperasi yang para anggotanya terdiri dari orang seorang
yang disebut koperasi primer dan koperasi yang beranggotakan badan-badan hukum
koperasi yang disebut koperasi sekunder.
Baik koperasi primer maupun koperasi sekunder merupakan badan hukum.
Pengaturan
Usaha koperasi (cooperative) diatur dalam Undang-Undang republik Indonesia Nomor 12
Tahun 1992 tentang Perkoperasiaan. Undang-Undang tersebut dibuat mengacu terutama
pada Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang menentukan bahwa perekonomian Indonesia
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Dalam penjelasan Pasal
33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 tersebut ditambahkan bahwa kemakmuran
masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Dan bangun
perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi.
Pendirian
Untuk mendirikan sebuah koperasi primer dibutuhkan sekurang-kurangnya 20 (dua
puluh) orang sebagai anggota. Dan untuk mendirikan sebuah koperasi sekunder sekurang-
kurangnya terdapat 3 (tiga) koperasi :
Daftar nama pendiri;
Nama dan tempat kedudukan ;
Maksud dan tujuan serta bidang usaha:
Ketentuan mengenai keanggotaan;
Ketentuan mengenai rapat anggota;
Ketentuan mengenai pengelolaan;
Ketentuan mengenai permodalan;
Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya;
Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha; dan
Ketentuan mengenai sanksi.
Akta pendirian tersebut diperlukan juga untuk mendapatkan pengesahan badan hukum
koperasi, yang perlu dimintakan secara tertulis kepada Pemerintah. Untuk mendapatkan
pengesahan status badan hukum koperasi, para pendiri mengajukan permintaan tertulis
disertai atau pendirian koperasi.
Pengesahaan tersebut diberikan dalam jangka waktu tiga waktu tiga bulan setelah
diterimanya permintaan pengesahaan. Jangka waktu yang sama juga diberikan kepada
pemerintah untuk memberitahukan secara tertulis kepada pendiri koperasi apabila terjadi
penolakan.
Selanjutnya pengesahan pemerintah tersebut diumumkan dalam Berita Negara. Dan sama
halnya juga dengan bentuk usaha lainnya koperasi harus didaftarkan sesuai dengan
undang-undang wajib daftar perusahaan dan diurus berbagai perizinan operasional usaha.

Anda mungkin juga menyukai