Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Pajak merupakan salah satu
pendapatan daerah yang sangat berpengaruh dalam
peningkatan pendapatan asli daerah. Pajak mempunyai peran
yang sangat penting bagi pembangunan daerah yang bertujuan
untuk membangun masyarakat yang mencakup secara
keseluruhan aspek kehidupan masyarakat yang berjalan
dengan baik dalam rangka menciptakan masyarakat yang adil,
makmur dan sejahtera.
Pembangunan daerah merupakan tanggung jawab warga
negara dan masyarakatnya. Pembangunan daerah berkaitan
dengan penyelenggaraan otonomi daerah menurut Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah
menjadi landasan bagi pengembangan otonomi daerah di
Indonesia. Dalam undang-undang ini disebutkan bahwa
pengembangan otonomi pada daerah adalah hak, wewenang
1
2

dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus


sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan retribusi daerah merupakan pendapatan asli
daerah yang cukup besar perannya dalam menyumbang
terbentuknya PAD. Sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di Indonesia saat ini penarikan retribusi
hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah.
Pengertian retribusi daerah adalah pembayaran wajib
pajak kepada negara karena adanya jasa tertentu yang
diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan
(M. Pahala Sihaan, 2016:4). Jadi retribusi daerah jasa dan
adanya retribusi daerah langsung dapat ditunjuk. Misalnya
retribusi pasar dibayar karena adanya penggunaan pasar
tertentu oleh sipembayar retribusi.
Dengan adanya otonomi daerah dipacu untuk dapat
berkreasi menari sumber penerimaan daerah yang dapat
mendukung pembiayaan pengeluaran daerah. Pelaksanaan
pembangunan di daerah sangat tergantung dari pendapatan asli
daerah serta pengelolaan daerah itu sendiri. Hadirnya Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah membawa perubahan yang begitu besar bagi
pelaksanaan pembangunan daerah. Untuk melaksanakan
pembangunan yang berkesinambungan maka daerah lebih
dituntut untuk dapat menggali seoptimal mungkin sumber-
sumber keuangannya, seperti: pajak, retribusi atau pungutan
yang merupakan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah,
sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
32 tahun 2004. Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan
digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum,
termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat
membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Dengan demikian diharapkan pemerintah dapat
berkonsentrasi terhadap kebutuhan publik dan menampung
saran serta aspirasi masyarakatnya dalam pelaksanaan
pembangunan yang menjadi tolak ukur keberhasilan
pelaksanaan suatu pemerintahan.
Dalam melaksanakan pembangunan dengan
menerapkan prinsip otonomi yang diharapkan pemerintah
daerah mampu melaksanakan pembangunan daerahnya secara
mandiri tanpa bergantung dengan pemerintah pusat maka
sumber pembiayaannya diperoleh dari pajak daerah. Hal
utama yang harus diperhatikan dalam melaksanakan otonomi
daerah yang baik dengan pembiayaan pembangunan daerah
yaitu mampu membiayai pembangunan daerah dari sumber
penerimaan yang dimiliki dengan cara meningkatkan
pendapatan asli daerah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004
Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Daerah, sumber penerimaan pendapatan daerah terbagi dalam
3 kelompok, yaitu : Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.
Sedangkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari
:
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan, dan

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

Kota Cimahi merupakan Kota yang mempunyai banyak


potensi untuk meningkatkan pendapatan asli daerahnya dari
berbagai kegiatan ekonomi. Potensi tersebut berada pada
sektor pariwisata, kuliner, hiburan dan sektor ekonomi lainnya
yang mempunyai potensi untuk menghasilkan pajak daerah
dan retribusi daerah yang bersumber dari Kota Cimahi.
Berikut ini adalah tabel pendapatan asli daerah yang meliputi
pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah.
5

Tabel 1. 1

Target, Realisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kota Cimahi Tahun Anggaran 2012-2016
6

Salah satu sumber PAD yang paling dapat diandalkan untuk


menunjang pelaksanaan pembangunan pemerintahannya yang
tentunya dengan tidak mengesampingkan sumber-sumber yang
lainnya adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Namun hal
ini dapat diperjelas dalam tabel 1.1 di atas, dimana jumlah
anggaran PAD pada tahun anggaran 2014 pajak daerah dan
retribusi daerah tidak mencapai target yang telah ditetapkan.
Hal tersebut bisa saja dikarenakan kurang optimal dalam
melakukan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.
Maka dari itu dengan adanya ekstensifikasi dan intensifikasi
diharapkan dapat mendorong peningkatan pendapatan asli
daerah.

Salah satu pendapatan asli daerah yang sangat


berpengaruh bagi pembangunan daerah adalah berasal dari
pajak daerah dan retribusi daerah. Tetapi masih banyak
masyarakat yang melakukan penghindaran terutama pajak
7

daerah karena minimnya pengetahuan wajib pajak tentang


pentingnya membayar pajak yang akan menimbulkan masalah
rendahnya tingkat penerimaan yang berasal dari pajak. Untuk
itu pemerintah harus melakukan sosialisasi tentang pentingnya
membayar pajak agar dapat meningkatkan penerimaan yang
berasal dari pajak daerah supaya pemerintah bisa membiayai
pembangunan daerahnya secara mandiri tanpa mengandalkan
bantuan dari pemerintah pusat.
8

Tabel 1. 2 Perbandingan Target dan Realisasi Pajak


Daerah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta
Presentase Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Tahun (2012-2016)
9

Berdasarkan tabel 1.2 di atas, dapat dilihat bahwa


jumlah penerimaan pajak daerah di Kota Cimahi tiap tahun
selalu mengalami peningkatan. Penerimaan pajak daerah
memiliki kontribusi yang besar terhadap penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Cimahi. Pada tahun 2014
target penerimaan pajak daerah tidak tercapai hal ini mungkin
saja terjadi dikarenakan kurangnya optimalisasi dalam
melakukan pemungutan pajak sehingga realisasi penerimaan
pajak daerah tidak mencapai target. Presentase realisasi
tertinggi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah terjadi
pada tahun 2012 yaitu sebesar 55,65%. Rata-rata realisasi
kontribusi pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah
dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebesar 43,31%. Angka
tersebut masih bisa ditingkatkan apabila dalam upaya
ekstensifikasi dan intensifikasi pajak daerah dan retribusi
daerah terus dilakukan sehingga penerimaan pajak daerah akan
tetap stabil dari tahun ke tahun akan selalu mengalami
peningkatan.
10

Tabel 1. 3 Perbandingan Target dan Realisasi Retribusi


Daerah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta
Presentase Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Tahun (2012-2016)
11

Berdasarkan tabel 1.3 di atas, dapat dilihat bahwa


jumlah penerimaan retribusi daerah di Kota Cimahi tiap tahun
selalu mengalami peningkatan. Penerimaan retribusi daerah
memiliki kontribusi terhadap penerimaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Cimahi. Pada tahun 2014 target
penerimaan retribusi daerah tidak tercapai hal ini mungkin saja
terjadi dikarenakan kurangnya optimalisasi dalam melakukan
pemungutan retribusi daerah. Rata-rata realisasi kontribusi
retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah dalam kurun
waktu 5 tahun adalah sebesar 4,75%. Angka tersebut masih
bisa ditingkatkan apabila dalam upaya ekstensifikasi dan
intensifikasi pajak daerah dan retribusi daerah terus dilakukan.

Tabel 1. 4 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah


Tahun (2012-2016)

Sumber: Bappenda Kota Cimahi Tahun 2012-2016 diolah


12

Berdasarkan tabel 1.4 di atas, terlihat bahwa


penerimaan Pendapatan Asli Daerah setiap tahunnya selalu
mengalami kenaikan. Rata-rata pertumbuhan Pendapatan Asli
Daerah selama 5 tahun sebesar 114,30%. Pertumbuhan
Pendapatan Asli Daerah setiap tahunnya selalu meningkat,
namun terjadi penurunan pertumbuhan Pendapatan Asli
Daerah pada tahun 2016 sebesar 113,18%. Hal ini menunjukan
bahwa Pendapatan Asli Daerah memiliki pencapaian yang baik
karena pertumbuhannya cukup stabil walaupun mengalami
penurunan. Penurunan ini dapat disebabkan oleh penurunan
penerimaan masing-masing jenis pajak daerah. Otonomi
daerah bukan berati eksploitasi daerah untuk menghasilkan
PAD setinggi-tingginya. Dengan demikian upaya
ekstensifikasi dan intensifikasi PAD khususnya dari sektor
pajak daerah bisa dilakukan selama tidak menimbulkan
masalah baru bagi daerah dan tidak membebani masyarakat.
Salah satu upaya ekstensifikasi dan intensifikasi pajak
daerah yang dapat dilakukan pemerintah daerah guna
meningkatkan pajak daerah adalah melalui peningkatan
pengelolaan pajak daerah dengan baik, salah satunya dengan
efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak. Peningkatan
pengelolaan pajak merupakan salah satu pilihan yang baik
karena permasalahan yang sering dihadapi daerah dalam
mengoptimalkan penerimaan pajak daerah lebih pada
13

ketidakefektifan dan keefisienan pengelolaan pemungutan


pajak.

Pemerintah Kota Cimahi berusaha menggali potensi


kotanya dengan baik di bidang pariwisata yaitu menyediakan
tempat rekreasi, wisata kuliner, wisata belanja dan lainnya.
Dari aspek tersebut diharapkan dapat mendatangkan
penghasilan yang tidak sedikit untuk Kota Cimahi.
Tabel 1. 5 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


Dendi Barkah Pengaruh Hasil penelitian
(2014) Ekstensifikasi dan menunjukan bahwa
Unversitas Intensifikasi ekstensifikasi dan
Komputer Perpajakan intensifikasi
Indonesia terhadap perpajakan
Penerimaan Pajak mempunyai pengaruh
Daerah positif dan signifikan
terhadap penerimaan
pajak daerah.
Ade Pengaruh Hasil penelitian
Rahmi Intensifikasi dan menunjukan bahwa
(2013) Ektensifikasi Intensifikasi dan
Terhadap Ekstensifikasi
Peningkatan mempunyai pengaruh
Pendapatan Asli positif dan signifikan
Daerah Guna terhadap kemandirian
Mewujudkan keuangan daerah
Kemandirian melalui penerimaan
Keuangan Daerah pajak daerah.
Boy Roni Pengaruh Hasil penelitian
(2010) Ekstensifikasi dan menunjukan bahwa
Univeristas Intensifikasi Intensifikasi dan
Padjajaran Pajak Daerah Ekstensifikasi tidak
14

dalam berpengaruh secara


Meningkatkan parsial terhadap
Pendapatan Asli pendapatan asli daerah
Daerah .
Tunliu J.J Pengaruh Hasil penelitian
(2010) Intensifikasi danmenunjukan bahwa
Universitas Ektensifikasi Intensifikasi
Brawijaya Terhadap berpengaruh signifikan
Peningkatan terhadap peningkatan
Pendapatan Asli PAD namun
Daerah Gunapelaksanaan
Mewujudkan Ekstensifikasi tidak
Kemandirian berpengaruh secara
Keuangan Daerah signifikan dalam
meningkatkan PAD.
Meilda Ellysa Pengaruh Pajak Hasil penelitian
Putri dan Sri Daerah dan menunjukan bahwa
Rahayu (2015) Retribusi Daerah pajak daerah dan
Universitas terhadap retribusi daerah
Telkom Pendapatan Asli mempunyai pengaruh
Daerah positif dan signifikan
dalam meningkatkan
pendapatan asli
daerah.
Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian


sebelumnya adalah peneliti memilih untuk melaksanakan
ekstensifikasi dan intensifikasi pajak daerah dan retribusi
daerah. Perbedaan hasil penelitian di atas memberikan
motivasi untuk dilakukannya penelitian dengan judul:
15

“PENGARUH EKSTENSIFIKASI,
INTENSIFIKASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI
DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN
ASLI DAERAH (Studi Kasus Pada Badan Pengelola
Pendapatan Daerah Kota Cimahi Tahun Anggaran 2012-
2016).”

1.2 Identifikasi Masalah


Masalah yang terjadi pada saat ini adalah bahwa
pendapatan asli daerah di Badan Pengelola Pendapatan Daerah
Kota Cimahi fluktuatif dari tahun anggaran 2012 hingga tahun
anggaran 2016.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di
atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Ekstensifikasi Pajak Daerah dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Badan
Pengelola Pendapatan Daerah Kota Cimahi pada tahun
2012-2016.
2. Bagaimana Pengaruh Intensifikasi Pajak Daerah
dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di
Badan Pengelola Pendapatan Daerah Kota Cimahi
pada tahun 2012-2016.
3. Bagaimana Pengaruh Retribusi Daerah dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Badan
16

Pengelola Pendapatan Daerah Kota Cimahi pada tahun


2012-2016.

4. Bagaimana Pengaruh Ekstensifikasi, Intensifikasi


Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Badan
Pengelola Pendapatan Daerah Kota Cimahi pada tahun
2012-2016.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan,
maka maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisa pengaruh ekstensifikasi pajak daerah,
intensifikasi pajak daerah dan retribusi daerah dalam
meningkatkan pendapatan asli daerah di Badan Pengelola
Pendapatan Daerah Kota Cimahi. Sedangkan tujuan penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah Ekstensifikasi Pajak Daerah
mempunyai pengaruh dalam meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah di Badan Pengelola
Pendapatan Daerah Kota Cimahi.
2. Untuk mengetahui apakah Intensifikasi Pajak Daerah
mempunyai pengaruh dalam meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah di Badan Pengelola
Pendapatan Daerah Kota Cimahi.
17

3. Untuk mengetahui apakah Retribusi Daerah


mempunyai pengaruh dalam meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah di Badan Pengelola
Pendapatan Daerah Kota Cimahi.

4. Untuk mengetahui apakah Ekstensifikasi, Intensifikasi


Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mempunyai
pengaruh dalam meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah di Badan Pengelola Pendapatan Daerah Kota
Cimahi.

1.4 Kegunaan Penelitian


Adapun dengan adanya pelaksanaan penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah untuk
memberikan kontribusi pemikiran dalam mendukung
pengembangan teori yang ada dan dapat memperluas
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu
perpajakan khususnya mengenai pengaruh
ekstensifikasi dan intensifikasi pajak daerah dalam
meningkatkan pendapatan asli daerah.

2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi berbagai pihak, antara lain:
18

a. Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan, wawasan dan untuk memperoleh
gambaran nyata dari penerapan teori-teori yang
telah dipelajari dalam bidang perpajakan
khususnya mengenai pengaruh ekstensifikasi dan
intensifikasi pajak daerah dalam meningkatkan
pendapatan asli daerah.

b. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNJANI


Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
dokumentasi di perpustakaan untuk digunakan
sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya.

c. Badan Pengelola Pendapatan Daerah Kota Cimahi


Berdasarkan hasil penelitian ini, Badan Pengelola
Pendapatan Daerah Kota Cimahi dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam
meningkatkan pendapatan asli daerah.

d. Pihak lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya dalam
mengembangkan topik dan menjadi sumber
informasi dalam penelitian yang sejenis.
19

1.5 Kerangka Pemikiran


Ekstensifikasi memfokuskan pada peningkatan
kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya dan memfokuskan pada penambahan jumlah
wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak. Terdapat tiga
fungsi utama aparatur untuk menjamin suksesnya sistem
perpajakan (termasuk pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi dan
Intensifikasi), yaitu penyuluhan,pelayanan, dan pengawasan.
Selain melaksanakan otonomi daerah, maka
pemerintah memberikan kebebasan kebijakan dalam mekukan
pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak sesuai dengan
situasi dan kondisi potensi yang terdapat di dalam daerah
tersebut. Ekstensifikasi pajak ditunjukan kepada wajib pajak
baik orang pribadi maupun badan yang telah memenuhi syarat
untuk memiliki NPWP
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwan
ekstensifikasi pajak adalah kegiatan untuk mencari informasi
terkait objek dan subjek pajak yang telah memenihi syarat
sebagai wajib pajak daerah, tetapi bagi yang belum terdaftar
sebagai wajib pajak daerah akan dilakukan pengawasan serta
pembinaan melalui sosialisasi sampai mereka terdaftar sebagai
wajib pajak daerah.
Intensifikasi pajak kegiatan yang dilakukan untuk
menambah jumlah penerimaan dari wajib pajak yang sudah
terdaftar sebagai wajib pajak daerah. Proses pelaksanaan
20

kegiatan intensifikasi dengan cara melakukan pembinaan,


sosialisasi peraturan yang terkait pajak daerah, pengawasan,
pemeriksaan, pencairan, tunggakan, penagihan dan penerapan
sanksi yang tegas dalam rangka meningkatkan kesadaran dan
kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan daerahnya sesuai dengan aturan yang berlaku
untuk peningkatan penerimaan pajak.
Pajak merupakan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan yang dibayarkan kepada negara untuk
penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk
menyelenggarakan otonomi daerah. Otonomi daerah membuat
daerah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam
mengatur urusan rumah tangganya.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr.
Rochmat Soemitro, SH dalam Siti Resmi (2017:1)
menjelaskan Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak
rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin
dan “surplus”-nya digunakan untuk public saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Terkait pungutan yang ada di Indonesia, Siti Kurnia
Rahayu (2013:45) berpendapat bahwa terdapat 5 jenis
pungutan yaitu pajak negara (pajak pusat) yang
pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pajak
daerah yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah
21

daerah, retribusi daerah yaitu pungutan daerah terhadap orang


pribadi atau badan yang diberikan jasa atau izin tertentu oleh
pemerintah daerah, bea dan cukai yang merupakan pungutan
negara atas lalu lintas barang maupun terhadap barang-barang
tertentu, dan penerimaan negara bukan pajak.
Berdasarkan jenis pungutan tersebut, maka sumber
penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah
daerah dalam rangka pembangunan dan penyelenggaraan
pemerintahan sesuai dengan otonomi daerah adalah pajak
daerah dan retribusi daerah yang berasal dari dalam daerah
serta yang dapat dikembangkan berdasarkan potensi maupun
kondisi yang dimiliki oleh setiap daerah yang mempunyai
pengaruh ukup besar dalam rangka melaksanakan
pembangunan dan untuk mensejahterakan hidup rakyat.
Pajak Daerah merupakan salah satu sumber
pendapatan daerah yang penting dan yang paling potensial
untuk membiayai pelaksanaan pemerintah daerah. Pajak
Daerah adalah pungutan wajib atas orang pribadi atau badan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah tanpa kontraprestasi
secara langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Siti Kurnia
Rahayu (2013:46).
22

Jenis Pajak Daerah yang dapat dipungut oleh


pemerintah daerah menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 2 ayat
(1) dan ayat (2) yaitu Pajak Provinsi yang terdiri atas Pajak
Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air
Permukaan dan Pajak Rokok.
Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas Pajak Hotel, Pajak
Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan
Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir,
Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan.
Berdasarkan hal tersebut, daerah dilarang memungut
pajak selain jenis pajak provinsi dan kabupaten/kota di atas
tetapi dapat tidak dipungut apabila potensinya memang kurang
memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan daerah yang
ditetapkan dengan peraturan daerah.
Jenis Retribusi Daerah yang dapat dipungut oleh
pemerintah daerah menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 110
ayat (1), Pasal 127, dan Pasal 141 yaitu Retribusi Jasa Umum
yang terdiri atas Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi
Pelayanan Persampahan/Kebersihan, Retribusi Penggantian
Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil,
23

Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat,


Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum, Retribusi
Pelayanan Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor,
Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran, Retribusi
Penggantian Biaya Cetak Peta, Retribusi Penyediaan dan/atau
Penyedotan Kakus, Retribusi Pengolahan Limbah Cair,
Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang, Retribusi Pelayanan
Pendidikan, dan Retribusi Pengendalian Menara
Telekomunikasi.
Retribusi Jasa Usaha terdiri atas Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan,
Retribusi Tempat Pelelangan, Retribusi Terminal, Retribusi
Tempat Khusus Parkir, Retribusi Tempat Penginapan/
Pesanggrahan/Villa, Retribusi Rumah Potong Hewan,
Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan, Retribusi Tempat
Rekreasi dan Olahraga, Retribusi Penyeberangan di Air, dan
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
Retribusi Perizinan Tertentu terdiri atas Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan, Retribusi Izin Tempat Penjualan
Minuman Beralkohol, Retribusi Izin Gangguan, Retribusi Izin
Trayek, dan Retribusi Izin Usaha Perikanan. Retribusi Daerah
sebagaimana halnya dengan Pajak Daerah merupakan salah
satu Pendapatan Asli Daerah, menjadi salah satu sumber
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
daerah untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan
24

masyarakat. Daerah diberi peluang dalam menggali potensi


sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis
Retribusi.
Retribusi Daerah mempunyai peranan yang sangat
besar terhadap pelaksanaan otonomi daerah untuk merealisasi
Pendapatan Asli Daerah. Semakin besar jumlah penerimaan
Retribusi Daerah maka akan semakin besar pula jumlah
penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Meilda Ellysa Putri dan
Sri Rahayu (2015).
Pendapat Kamaludin dalam Neni Nurhayani (2015)
yang menyatakan bahwa bentuk ekstensifikasi pemungutan
merupakan alat yang diharapkan untuk meningkatkan PAD.
Menurut Abubakar dalam Ade Rahmi (2013)
intensifikasi pajak dan retribusi daerah diartikan sebagai suatu
usaha yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk
meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi daerah yang
biasanya diaplikasikan dalam bentuk perubahan tarif pajak dan
retribusi daerah serta peningkatan pengelolaan pajak dan
retribusi daerah.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka hipotesis yang
dapat dirumuskan adalah ekstensifikasi dan intensifikasi Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh positif terhadap
Pendapatan Asli Daerah. Selain Pajak Daerah, Retribusi
Daerah pun menjadi salah satu sumber pendapatan daerah
yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintah daerah.
25

Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran


atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan. Siti Kurnia Rahayu (2013:47)
Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang
diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Adapun
sumber Pendapatan Asli Daerah yaitu Pajak daerah, Retribusi
daerah termasuk hasil dari pelayanan badan layanan umum
(BLU) daerah, Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan,
antara lain bagian laba dari BUMD, hasil kerja sama dengan
pihak ketiga, dan Lain-lain PAD yang sah. M.Pahala Siahaan
(2016:14).
Menurut Tunliyu dalam Neni Nurhayati (2015)
dikatakan bahwa bentuk intensifikasi dan ekstensifikasi
pemungutan pajak dan retribusi daerah merupakan alat yang
mampu untuk meningkatan PAD.
Pendapat lain dari Yustika dalam Neni Nurhayani
(2015) dikatakan bahwa ekstensifikasi dan intensifikasi pajak
dan retribusi daerah adalah suatu tindakan atau usaha-usaha
untuk memperbesar penerimaan daerah.
Pendapat Ade Rahmi (2013) Pendapatan Asli Daerah
(PAD) merupakan suatu pendapatan yang menunjukkan suatu
kemampuan daerah menghimpun sumber-sumber dana untuk
membiayai kegiatan rutin maupun pembangunan. Jadi
26

pengertian dari pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai


pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam
memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya
untuk membiayai tugas dan tanggung jawabnya.
Peran PAD sebagai sumber pembiayaan pembangunan
daerah masih rendah. Kendatipun perolehan PAD setiap tahun
relatif meningkat namun masih kurang mampu menggenjot
laju
pertumbuhan ekonomi daerah. untuk beberapa daerah yang
relatif minus dengan kecilnya peran PAD dalam APBD, maka
upaya satu-satunya acara adalah menarik investasi swasta
domestik ke daerah
Terkait dengan pengaruh Ekstensifikasi dan
Intensifikasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah.
Begitu pula hasil penelitan Neni Nurhayati (2015)
yang membuktikan bahwa intensifikasi pajak dan retribusi
daerah berpengaruh positif terhadap peningkatan Pendapatan
Asli Daerah (PAD), ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah
berpengaruh positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Boy Roni (2010) membuktikan bahwa
ekstensifikasi dan Intensifikasi pajak daerah tidak berpengaruh
secara parsial terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
27

Secara lebih jelas kerangka pemikiran yang telah


diuraikan dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:
29

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Ha1 : Ekstensifikasi Pajak Daerah berpengaruh dalam


meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

Ha2 : Intensifikasi Pajak Daerah berpengaruh dalam


meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

Ha3 : Retribusi Daerah berpengaruh dalam


meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

Ha4 : Ekstensifikasi, Intensifikasi Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah berpengaruh dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Data dalam penelitian ini bersumber dari data APBD
dan realisasi APBD Tahun Anggaran 2012-2016 yang
diperoleh dari Badan Pengelola Pendapatan Daerah Kota
Cimahi (BAPPEDA) yang berlokasi di Komplek Perkantoran
Pemerintah Daerah Kota Cimahi Gedung B Lantai 2 Jalan Rd
Demang Hardjakusumah Blok Jati Cihanjuang Kota Cimahi
Jawa Barat. Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober
sampai dengan bulan Desember.

Anda mungkin juga menyukai