Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan hasil survei dan riset yang dilakukan lembaga pendidikan independen
(Kemendikbud, 2013) berkaitan dengan kualitas pendidikan di dunia, masih menempatkan
Indonesia dalam kelompok negara dengan kualitas mutu pendidikan yang rendah. Misalkan
hasil riset yang dilakukan UNDP ( United Nations Development Programme ) dengan
melakukan riset terhadap human development index (HDI ) yang dirilis pada tahun 2010 lalu,
menempatkan Indonesia diposisi 108 dari 169 negera, selain itu Third Matemathics and
Sciences Study (TIMS) juga melaporkan bahwa kemampuan matematika siswa Indonesia
berada diurutan ke-34 dari 38 negara, sedangkan kemampuan IPA berada diurutan ke-32 dari
38 negara. Dengan melihat hasil riset tersebut, mencerminkan keadaan pendidikan di
Indonesia sangat memprihatinkan dan tidak dapat dipungkiri bahwa sumber daya manusia
Indonesia perlu ditingkatkan lagi.
Banyak program dan langkah-langkah strategis yang dilakukan pemerintah untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Mulai dari
program peningkatan profesionalisme guru sampai dengan perubahan mendasar pada
struktur kurikulum yang lebih adaptif terhadap perubahan zaman. Salah satu perubahan
mendasar yang bisa kita lihat dalam struktur kurikulum yang digunakan di Indonesia yaitu
dengan mengamanatkan pembelajaran saintifik ( scientific appoach) berbasis inkuiri (Inquiry
Learning) dalam melakukan pengembangan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di dalam
kelas sehingga mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali pengetahuan
yang akan didiskusikan di kelas, memberikan kesempatan interaksi siswa dengan siswa, dan
siswa dengan guru dalam diskusi kelompok tanpa terbatas ruang dan waktu sehingga
diharapkan nantinya terjadi peningkatan pada cara berpikir dan pemahaman siswa dalam
menyelesaikan masalah-masalah didunia nyata yang akan mereka hadapi dan secara jangka
panjang akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia secara
keseluruhan.
Kemendikbud (2013) menambahkan pembelajaran berbasis inkuiri sebagaimana yang
diamanatkan dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013  juga memberikan pandangan bahwa
pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa. Melalui pembelajaran

1
berbasis inkuiri guru dapat merancang proses pembelajaran yang sedemikian rupa agar siswa
secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan mengamati,
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang ditemukan. Pembelajaran berpendekatan inkuiri juga memberi
kesempatan bagi siswa untuk menguasai konsep-konsep secara utuh meliputi: proses,
produk, dan sikap sesuai dengan hakikat sains. Indikasi penguasaan sains secara utuh dapat
dilihat pada hasil belajar siswa yang baik pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama semester ganjil dan awal semester
genap tahun pelajaran 2015/2016 pada siswa-siswa SMA Negeri I Waru Pamekasan
diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk mata pelajaran pada umumnya
masih didominasi oleh guru (Teacher-Centered Learning), siswa hanya mendengar dan
mencatat sehingga siswa terlihat kurang aktif di dalam kegiatan pembelajaran, dalam hal ini
guru cenderung menggunakan metode ceramah di dalam kegiatan pembelajaran daripada
dengan metode yang lainnya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan siswa kelas
hampir sebagian besar siswa mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran dianggap
membosankan karena terlalu banyak konsep yang harus dihafalkan (banyak hafalan), mereka
juga kurang dapat memahami manfaat pelajaran yang mereka pelajari bagi kehidupan nyata
dan cara pengajarannya juga kurang menarik serta jarang dilaksanakan praktikum, bahkan
secara umum di sekolah tersebut masih banyak siswa yang hasil belajarnya belum tuntas dan
dan lebih miris dan memprihatinkan lagi siswa-siswa SMA Negeri 1 Waru Pamekasan yang
secara gerografis berada di daerah pantura pulau Madura masih banyak siswa yang masih
mempercayai dan memegang teguh hal-hal yang mistis di daerahnya.
Sebagaimana kita pahami bahwa pengetahuan mistis merupakan pengetahuan yang
tidak rasional, tidak masuk akal dan tidak bisa diterima dengan akal sehat karena ajaran atau
keyakinan tentang fenomena alam yang terjadi diperoleh melalui meditasi atau latihan
spiritual, bebas dari kebergantungan pada indera dan rasio meskipun kadang pengetahuan
ini memiliki bukti empiris tetapi kebanyakan tidak dapat dibuktikan secara empiris.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu adanya pembahasan karya ilmiah tentang
peranan pembelajaran berbasis inquiry ( Inquiry Learning) untuk menghilangkan pemahaman
mistis pada siswa SMA Negeri 1 Waru Pamekasan.

2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam karya ilmiah ini dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan pembelajaran berbasis inquiry ( Inquiry Learning) di SMA
Negeri 1 Waru Pamekasan ?
2. Bagaimana pemahaman mistis siswa SMA Negeri 1 Waru Pamekasan ?
3. Bagaimana peranan pembelajaran berbasis inquiry ( Inquiry Learning) untuk
menghilangkan pemahaman mistis pada siswa SMA Negeri 1 Waru Pamekasan ?

C. TUJUAN
Adapun tujuan pembahasan masalah pada karya ilmiah yang berupa makalah dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran berbasis inquiry ( Inquiry Learning) di
SMA Negeri 1 Waru Pamekasan
2. Untuk mengetahui pemahaman mistis siswa SMA Negeri 1 Waru Pamekasan
3. Peranan pembelajaran berbasis inquiry ( Inquiry Learning) untuk menghilangkan
pemahaman mistis pada siswa SMA Negeri 1 Waru Pamekasan.

D. MANFAAT
Adapun manfaat pemahasan masalah pada karya ilmiah yang berupa makalah dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Bagi penulis
Untuk meningkatkan pemahaman dan peranan pembelajaran berbasis inquiry
(Inquiry Learning)
2. Bagi siswa
Untuk menambah aspek pengetahuan, aspek keterempilan proses dan mengubah
cara pandang terhadap fenomena yang terjadi dalam alam sekitar dan kehidupan
sehari-hari
3. Bagi sekolah
Untuk menambah referensi dalam pengambilan kebijakan dalam peningkatan kualitas
pembelajaran di SMA Negeri 1 Waru Pamekasan

Anda mungkin juga menyukai