Anda di halaman 1dari 16

TOLERANSI DAN KERJASAMA ANTAR UMAT BERAGAMA

Disusun Oleh

Amanda Milano Andiartama 210703110043


Tsabitah Daffa`Aulia Akmal 210703110061
Erlangga Budi Prasetya 210703110066
Carlyna Septi Aisya 210703110105
Rosa Rahmayanti 210703110092
Imroatul Hasanah 210703110011
Kallista Aisyah 210703110039
Audi Azmi 210703110119

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG TAHUN 2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................I

KATA PENGANTAR.............................................................................................II

BAB I.......................................................................................................................1

Pendahuluan.............................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

Pembahasan..............................................................................................................4

A. Toleransi dan Toleransi Beragama...............................................................4

B. Bentuk Penerapan Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia...............5

C. Kebijakan Pemerintah Indonesia Untuk Menerapkan Toleransi Umat


Beragama..............................................................................................................7

D. Pemerataan Toleransi Umat Beragama di Indonesia....................................8

E. Pandangan Setiap Daerah di Indonesia Mengenai Toleransi Umat


Beragama..............................................................................................................9

F. Solusi Untuk mengatasi krisisnya sikap toleransi antar umat beragama yang
masih menjangkit di Indonesia...........................................................................10

BAB III..................................................................................................................11

Penutup...................................................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................11

B. Saran............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

I
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala


Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga
kelompok saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Toleransi
Antar Umat Beragama”

Shalawat serta salam tetap kita haturkan kepada Baginda Nabi Besar
Muhammad Shalallahu'alaihi Wa Sallam yang telah memberikan pedoman kepada
kita dan jalan yang sebenar-benarnya yaitu berupa ajaran agama Islam yang
berdiri sempurna dan menjadi rahmat bagi alam semesta beserta isinya.

Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh Dosen yang telah membantu
saya dan teman - teman baik secara etika, moral maupun materi yang telah
diberikan. Terima kasih juga kepada teman kelompok seperjuangan yang yang
telah mendukung dan memberi saran sehingga bisa menyelesaikan tugas ini
dengan tepat waktu. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman -teman
yang telah memberi konstribusi baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam pembuatan makalah ini.

Disini makalah yang kelompok saya susun masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para Dosen guna
menjadi acuan agar saya dan teman - teman bisa lebih baik lagi dalam pengerjaan
makalah di masa mendatang.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan bagi kita
semua khususnya juga para pembaca agar lebih bermanfaat untuk perkembangan
dan peningkatan ilmu pengetahuan.

II
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia yang dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai dari
banyaknya etnis, suku, agama, bahasa, budaya, dan adat-istiadat. Untuk
persoalan dalam agama, negara Indonesia secara konstitusional mewajibkan
warganya untuk memeluk satu dari agama-agama yang diakui eksistensinya
sebagaimana tercantum di dalam pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945. Negara
memberi kebebasan kepada penduduk untuk memilih salah satu agama yang
telah ada di Indonesia yaitu agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik,
Hindu, Budha dan Konghuchu. Kenyataan ini dengan sendirinya memaksa negara
untuk terlibat dalam menata kehidupan beragama.

Dalam ketentuan pasal 29 UUD 1945 tercantum sangat penting artinya bagi
agama-agama dan para pemeluknya karena telah memberi jaminan dan sarana
umat di dalam mengisi dan memperkaya kehidupan berbangsa yang
beraneka ragam. Setiap orang diberikan kesempatan untuk memilih agama dan
tiap pemeluk agama mendapatkan kesempatan untuk menjalankan agama yang
telah dianutnya, juga menciptakan kehidupan beragama sesuai dengan ajaran
agama masing-masing. Pengembangan dan kehidupan beragama tidak boleh
menjurus ke arah pemikiran dan pemahaman agama yang sempit, hal ini bisa
menimbulkan konflik antar agama. Kemajemukan bangsa Indonesia harus
dipandang sebagai salah satu alat untuk memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa dengan selalu menjalin sikap toleransi, saling menghargai
satu dengan lainnya. Dengan dasar pemahaman tersebut, perbedaan-perbedaan
yang ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia sebenarnya bisa juga
digunakan memenuhi kepentingan bersama agar dapat hidup rukun. Dalam
kehidupan masyarakat yang serba majemuk, berbagai perbedaan yang ada
seperti dalam suku, agama, ras atau antar golongan, merupakan realita yang

III
harus digunakan untuk memajukan negara dan bangsa Indonesia dan menuju
cita-cita yang diinginkannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kerukunan hidup umat beragama merupakan
suatu sarana yang penting dalam menjamin integrasi nasional, sekaligus
merupakan kebutuhan dalam rangka menciptakan stabilitas yang diperlukan
bagi proses pencapaian masyarakat Indonesia yang bersatu dan damai.
Kerjasama yang rukun dapat terjadi apabila diantara para pemeluk agama
merasa saling membutuhkan, saling menghargai perbedaan, saling tolong
menolong, saling membantu dan mampu menyatukan pendapat. Toleransi dalam
pergaulan antar umat beragama berdasar dari pengamalan ajaran agama
masing-masing. Demi memelihara kerukunan beragama sikap toleransi harus
dijaga dan dipahami untuk menghindari konflik. Biasanya konflik antar
umat beragama disebabkan oleh sikap merasa paling benar dengan cara
mengeliminasi kebenaran orang.

Ironisnya, hal tersebut menjangkit Indonesia yaitu krisisnya sikap toleransi antar
umat beragama. Tidak adanya rasa menghargai, sikap merasa paling benar
dan minimnya sikap toleransi yang ada pada diri umat beragama di
Indonesia saat ini. Karenanya, diperlukan pemahaman kembali mengenai
makna toleransi dalam menjalin hubungan antar umat beragama.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut.

1. Apa itu toleransi secara umum dan toleransi beragama?


2. Apa saja bentuk penerapan sikap toleransi umat beragama di Indonesia?
3. Apa saja kebijakan dari pemerintah Indonesia untuk menerapkan toleransi
antar umat beragama?
4. Apakah toleransi umat beragama di Indonesia sudah merata di seluruh
daerah?
5. Apakah setiap daerah di Indonesia mempunyai pandangan yang berbeda
terkait toleransi umat beragama?

IV
6. Bagaimana mengatasi krisisnya sikap toleransi antar umat beragama yang
masih menjangkit di Indonesia?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini,
yaitu

1. Untuk mengetahui definisi dari toleransi secara umum dan toleransi umat
beragama
2. Untuk mengetahui bentuk penerapan sikap toleransi umat beragama di
Indonesia
3. Untuk mengetahui kebijakan apa saja yang dikeluarkan oleh pemerintah
untuk meneraokan toleransi umat beragama
4. Untuk mengetahui apakah toleransi umat beragama di Indonesia sudah
merata atau belum
5. Untuk mengetahui apakah setiap daerah di Indonesia mempunyai
pandangan yang berbeda terkait toleransi umat beragama
6. Untuk mengetahui cara mengatasi krisisnya sikap toleransi umat beragama
yang ada di Indonesia.

V
BAB II

Pembahasan

A. Toleransi dan Toleransi Beragama


Indonesia adalah Negara yang luas dan mempunyai banyak keanekaragaman.
Mulai dari keragaman suku, bangsa, budaya, bahasa, agama dan sebagainya.
Karena keanekaragaman yang dimiliki oleh Indonesia ini, sudah seharusnya
rakyatnya bisa menjaga dan melestarikannya jika itu berhubungan dengan budaya
dan bahasa, serta rakyat Indonesia juga harus menghormati dan menghargai
keragaman yang ada. Salah satu bentuk menghargai adalah dengan melakukan
toleransi. Secara etimologis, toleransi berasal dari bahasa Inggris, toleration.
Toleransi adalah sikap membiarkan orang lain untuk dapat melakukan sesuatu
sesuai dengan kepentingannya (Suryan A. Jamrah, 2015). Makna toleransi dalam
Bahasa latin yaitu tolerate, Yaitu sikap manusia yang menghargai dan
menghormati orang lain atau membiarkan orang lain untuk menjalankan agama
yang dipilihnya. Menurut kamus ilmiah populer toleransi yaitu sifat dan sikap
membiarkan atau menghargai. Berarti toleransi adalah sikap rela menerima orang
lain yang berbeda (Huda, 2015). Sedangkan menurut bahasa arab, kata toleransi
berasal dari kata ‫ َس َم َح‬yang bermakna mengijinkan, memudahkan, lapang dada,
pengampunan, maksudnya adalah sikap yang menggambarkan bentuk saling
menghormati, saling bekerjasama dalam masyarakat yang berbeda baik suku,
etnis, budaya, politik, ataupun agama. Kata ‫ َس ُم َح‬artinya murah hati atau toleran
(Maman S. Mahayana, 1997). Maka berdasarkan beberapa pengertian dari
toleransi tersebut, toleransi bisa diartikan sebagai suatu perbuatan yang dilakukan
oleh manusia untuk memberikan kesempatan bagi orang lain melakukan suatu hal
yang tentunya tidak bersifat negatif guna mencegah terjadinya perpecahan akibat
adanya perbedaan atau keragaman. Maka dari itu toleransi ini sangat penting
untuk diterapkan oleh rakyat Indonesia yang mempunyai banyak keragaman.
Tentunya untuk mencegah adanya perselisihan sesama rakyat Indonesia yang
dapat berujung pada perpecahan.

VI
Sikap toleransi yang merupakan salah satu komponen penting adalah toleransi
dalam beragama, hal ini dikarenakan Indonesia adalah Negara yang mempunyai
bermacam-macam agama, terdapat enam agama yang diakui oleh Indonesia. Yaitu
Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, dan Konghucu. Karena agama di Indonesia
yang beragam tersebut maka harus ada bentuk toleransi antar umat beragama di
Indonesia. Toleransi beragama sendiri mempunyai arti yaitu masing-masing umat
beragama membiarkan dan menjaga suasana kondusif bagi umat atau pemeluk
agama lain untuk dapat melaksanakan ibadah dan agamanya tanpa dihalang-
halangi oleh siapapun (Suryan A. Jamrah, 2015). Maka dari itu di Indonesia
toleransi antar umat beragama merupakan hal yang sangat fundamental. Karena
bangsa Indonesia merupakan negara dengan multi suku, agama dan ras. Merawat
dan melanggengkan toleransi menjadi hal yang utama untuk menjaga
keberlangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Iksan, 2015).

D. Bentuk Penerapan Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia


Keberagaman dan perbedaan merupakan sesuatu yang wajar terjadi, terlebih
karena Indonesia memiliki banyak keberagaman dan kultur, maka sangat
diperlukan sikap dan cara hidup bertoleransi antar umat beragama. Toleransi antar
umat beragama adalah cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan
baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan. Namun, yang sering terjadi
adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan yang
mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dan memaksakan toleransi
dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya,
pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat
beragama merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam
masyarakat (Ismardi, Arisman, 2014). Jaminan konstitusi terhadap kebebasan
beragama di Indonesia ditegaskan dalam pasal 18E ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang bebas memeluk agama
dan beribadat menurut agamanya dan setiap orang berhak atas kebebasan
meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran, dan sikap sikap sesuai dengan hati
nuraninya. Maka sangat diperlukan sikap toleransi antar umat beragama. Namun,

VII
apabila sikap dan cara hidup bertoleransi antar umat beragama tidak diterapkan,
maka tidak menutup kemungkinan banyak konflik yang bermunculan.

Dalam memahami nilai-nilai toleransi beragama sekurang-kurangnya ada tiga


prasyarat untuk membangun toleransi beragama, antara lain: pertama, adanya
keterlibatan aktif untuk menjaga perbedaan menjadi suatu yang bernilai positif,
bermanfaat, dan menghasilkan kesejahteraan dan kebajikan. Kedua, tidak
mengklaim pemilikan tunggal kebenaran, maksudnya bahwa di agama lain juga
diajarkan kebenaran seperti kasih saying, kejujuran, atau kebenaran yang bersifat
substansial dan universal. Ketiga, adanya sikap toleransi dan menghargai (Yunus,
2017).

Agama selalu mengajarkan kedamaian, keselamatan, dan juga memiliki nilai


kebenaran yang mutlak, jadi jika suatu konflik sosial yang di latar belakangi oleh
agama terjadi hingga sampai pada kekerasan, maka terjadi penyimpangan terkait
ajaran agama yang dilakukan oleh para pemeluk agama tersebut (Orlando, 2015).
Kerukunan antar umat beragama adalah cara untuk mempertemukan dan
menciptakan kedamaian antara orang yang tidak seagama atau antara golongan
umat beragama dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut pasal 1 angka (1)
peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam No. 9 dan 8 tahun 2006
tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam
pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat
beragama , dan pendirian rumah ibadat menjelaskan bahwa kerukunan umat
beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi
toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam
pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

Jadi kerukunan merupakan hidup yang rukun, damai, dan tentram yang
diwujudkan dengan saling toleransi, menghargai, meneima adanya perbedaan
keyakinan, membiarkan orang lain mengamalkan ajaran yang dianut masing-
masing, dan kemampuan untuk menerima perbedaan (Rusydi, Zolehah, 2018).

VIII
Adanya suatu perbedaan tidak dapat dipungkiri dan sudah menjadi ketetapan
Tuhan, maka pengakuan terhadap adanya suatu keragaman keyakinan merupakan
pengakuan toleransi yang paling sederhana, mengingat sebagai seorang manusia
yang merupakan makhluk sosial yang diciptakan berbeda-beda. Toleransi yang
ada dapat dilihat dari berbagai aktivitas-aktivitas social yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan secara gotong royong baik yang menyangkut
kepentingan umum maupun untuk kepentingan perorangan. Individu-individu
yang berbeda keyakinan atau agama saling bekerja sama dengan tidak
memandang status perbedaan agama yang dianut (Abdillah, 2021).

E. Kebijakan Pemerintah Indonesia Untuk Menerapkan Toleransi Umat


Beragama
Undang-Undang Dasar 1945 bab IX Pasal Ayat (1) menyiratkan bahwa
agama dan syariat agama dihormati dan didukkan dalam nilai asasi kehidupan
bangsa dan negara. Dan setiap pemeluk agama bebas menganut agamanya dan
beribadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Setelah proklamasi
kemerdekaan Indonesia, pemerintah pada tanggal 3 Januari 1946 menetapka
Departemen Agama RI dengan tugas pokok, yaitu menyelenggarakan Sebagian
umum tugas pemerintah dan pembangunan dalam bidang agama. Pada buku
Pedoman Dasar Kehidupan Beragama tahun 1985-1986 Bab IV halaman 49 :

1. Kerumunan hidup beragama adalah proses yang dinamis yang sejalan


dengan pertumbuhan masyarakat .

2. Pembinaan kerukunan hidup beragama dilaksanakan secara sadar,


berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan
kerukunan hidup beragama.

3. Kondisi umat beragama yang positif dalam pelaksanaan pembinaan


kerukunan hidup beragama.

IX
Penetapan Presiden RI Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan dan
Penodaan Agama

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No.


01/BER/Mdn-Mag/1969 tentang Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama
oleh Pemeluk-pemeluknya.

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 70


Tahun 1978 tentang Pedoman Penyiaran Agama

Kepurusan Menteri Agama RI Nomor 473 Tahun 2003 tentang Petunjuk


Pelaksanaan Penanggulangan Kerukunan Hidup Umat Beragama.

Pasal 29 ayat 2 menyatakan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap


pendudukuntuk memeluk agamanya dan kepercayaannya itu.”. soekarno
menyatakan bahwa toleransi beragama merupakan kunci bagi persatuan
Indonesia.

F. Pemerataan Toleransi Umat Beragama di Indonesia


hasil survei menyatakan kerukunan umat beragama yang dilakukan
Kementerian Agama pada tahun 2015 menunjukkan rata-rata nasional kerukunan
umat beragama berada pada poin 75.36 dalam rentang 0-100. Tiga Ciri terpenting
dari kondisi toleransi di tanah air saat ini ialah toleransi yang pasif, atau biasa
disebut ko-eksistensi (lazy tolerance). Hidup berdampingan secara damai.

Toleransi semacam ini nyaris tidak menyumbangkan energi bagi penguatan


kohesi sosial. Dalam kondisi ini, setiap elemen sosial yang berbeda (suku,
agama), saling menguatkan dan memberdayakan satu sama lain.

Contoh: Partisipasi dalam perayaan hari-hari besar keagamaan. Saling


membantu dalam mendirikan rumah ibadah, dsb.

X
G. Pandangan Setiap Daerah di Indonesia Mengenai Toleransi Umat
Beragama
Sikap toleransi sangatlah penting sebagai alat pemersatu bangsa. Tanpa
adanya toleransi kehidupan yang penuh dengan kemajemukan dan perbedaan ini
tidak akan pernah bersatu. Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat
kemanjemukan yang cukup tinggi. Suku, budaya yang cukup beragam dan bahasa
daerah yang cukup banyak, maka sangat dibutuhkan sikap toleransi yang
diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di dalamnya. Setiap orang
harus saling mengerti dan memahami akan arti perbedaan. Namun fenomena yang
terjadi akhir-akhir ini masih banyak terjadi gejolak sosial yang timbul dari akibat
kurang bisa menegakkan sikap toleransi, khususnya sikap toleransi antarumat
beragama. Toleransi merupakan bagian dari visi teologi islam sejatinya harus
dikaji  secara mendalam dan diaplikasikan dalam kehidupan beragama karena ia
adalah suatu keniscayaan sosial bagi seluruh umat beragama dan merupakan jalan
bagi terciptanya kerukunan antarumat beragama.

Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, islam memiliki konsep yang


jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama, bagi kalian agama kalian, dan bagi kami
agama kami” adalah contoh populer dari toleransi dalam islam. Fakta-fakta
historis itu menunjukan bahwa masalah toleransi dalam islam bukanlah konsep
asing atau ghorib. Toleransi adalah bagian integral dari islam itu sendiri yang
detail-detailnya kemudian dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir
mereka. Kemudian rumusan-rumusan ini disempurnakan oleh para ulama dengan
pengayaan-pengayaan baru sehingga pada akhirnya menjadi praktik kesejahteraan
dalam masyarakat islam.

XI
H. Solusi Untuk mengatasi krisisnya sikap toleransi antar umat
beragama yang masih menjangkit di Indonesia
Salah satu penyebab lahirnya konflik disebabkan oleh stereotype satu
kelompok terhadap kelompok lain yang berbeda agama. Beberapa kasus yang
diikuti oleh upaya saling serang, saling membunuh, membakar rumah-rumah
ibadah dan tempat-tempat bernilai bagi masing-masing pemeluk agama telah
terjadi dimana-mana di muka bumi ini. Dalam beberapa dekade terakhir ini,
banyak umat agama lain memberikan steriotype kepada umat Islam sebagai umat
yang radikal, tidak toleran, teroris, fundamentalis dan sangat subjektif dalam
memandang kebenaran agama lain. Sementara umat Kristen dipandang sebagai
umat yang agresif dan ambisius, bertendensi menguasai segala aspek kehidupan
manusia. Tendensi-tendensi umat beragama dalam menyebarkan pesan agama
dengan tanpa memperdulikan kebesaran agama lain telah melahirkan konflik baru
dalam beragama. Beberapa kasus yang sangat tendensius adalah konflik antar
umat beragama di Moro Filipina (Islam dengan Kristen), pembantaian muslim
Rohingnya oleh umat Budha di Myammar, bentrokan sektarian di kota Boda,
Republik Afrika Tengah yang melibatkan antara orang Muslim dengan orang
Kristen, konflik di Poso, antara umat Islam dengan Kristen, serta konflik Syiah di
Jawa Timur. Dua kasus yang terjadi di Indonesia masih sangat berpotensi ke arah
konflik, dan di sini dibutuhkan kearifan dari semua pihak agar potensi yang telah
ada dapat diredam untuk menciptakan Indonesia indah dan bebas dari konflik
agama yang berlarut-larut,

Toleransi antar umat beragama adalah cara agar kebebasan beragama dapat
terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan. Namun
yang sering terjadi adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan
kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan
memaksakan toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat
mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai kebebasan
beragama dan toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang penting
dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat.

XII
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan
Indonesia kaya akan keberagaman yang mana salahsatunya adalah
keberagaman antar umat beragama. Dalam beragama, toleransi dan kebebasan
perlu diterapkan supaya kita saling membangun atau bersinergi untuk
menciptakan suasana aman, nyaman, tentram dan kondusif antara satu sama lain.
Adanya kebijakan dari pemerintah juga menambah betapa pentingnya toleransi
antar umat beragama di Indonesia. Namun, Adanya konflik sering kali terjadi. Hal
ini bukan berarti antar agama saling membenci, sebab setiap agama diajarkan
tentang kasih sayang dan kerukunan antar satu sama lain. Pemikiran stereotiplah
yang membuat mereka memahami suatu perbedaan antar umat beragama secara
dangkal dan seenaknya sendiri tanpa memahami apa yang sebenarnya diajarkan
oleh agama mereka. Oleh sebab itu, toleransi antar umat beragama adalah hal
yang sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kita supaya
kita bisa saling mengerti dan memahami satu sama lain dengan lebih baik.

I. Saran
Dalam melakasanakan toleransi antar umat beragama perlu diberlakukan juga
adanya kebebasan. Kebebasan diperlukan agar setiap orang bebas melakukan
kegiatan agama mereka masing-masing tanpa adanya paksaan. Jika hanya salah
satu diterapkan maka akan berdampak buruk bagi kehidupa kita sehari hari.
Hanya dengan cara tersebut kita bisa saling percaya dan memahami satu sama
lain. Oleh sebab itu, adanya berbagai kegiatan yang melibatkan seluruh umat
beragama perlu dilaksanakan, contohnya adalah lomba hari kemerdekaan. Hal ini
akan menimbulkan rasa kekeluargaan, rasa percaya antara satu sama lain dan
menghilangkan kesalahpahaman yang ada.

XIII
DAFTAR PUSTAKA

Suryan A. Jamrah, “Toleransi Antarumat Beragama: Perspektif Islam,” Jurnal


Ushuluddin 23, no. 2 (2015): 185–200.

Sholihul Huda, Model Toleransi Antar Agama di Balun Lamongan, Al-Hikmah:


Jurnal Studi Agama-agama, Vol. 1 No. 1, 2015.

Maman S. Mahayana, Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia


Widiasarana Indonesia, 1997) hlm. 338

Iksan. 2015. Demokrasi, Hukum Islam Dan Toleransi Antar Umat Beragama.
Fundamental, 4(1), 1-19.

Atabik, A., 2016. Harmonisasi Kerukunan Antar Etnis Dan Penganut Agama Di
Lasem. Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan, IV(1), pp. 36-49.

Abdillah, I. L., 2021. IMPLEMENTASI NILAI TOLERANSI ANTARUMAT


BERAGAMA ISLAM DAN KATOLIK DI DUSUN DUNGUS DESA SEBOTO
KECAMATAN GLADAGSARI KABUPATEN BOYOLALI. [Online]
Available at: http://perpus.iainsalatiga.ac.id/lemari/fg/free/pdf/?
file=http://perpus.iainsalatiga.ac.id/g/pdf/public/index.php/?pdf=11241/1/INAS
%20LAILA%20ABDILLAH%2023010170200
[Accessed 17 Oktober 2021].

Gaus, A., 2013. Kondisi Toleransi Agama di Indonesia. [Online]


Available at:
https://www.kompasiana.com/ahmadgaus/552c1f7b6ea8341f628b4584/kondisi-
toleransi-agama-di-indonesia
[Accessed 17 Oktober 2021].

XIV
I. & A., 2014. MEREDAM KONFLIK DALAM UPAYA HARMONISASI
ANTAR UMAT BERAGAMA. TOLERANSI: Media Komunikasi Umat
Bergama, VI(2), pp. 200-222.

Kesbangpollinmas, A., 2018. Strategi dan Kebijakan Untuk Mewujudkan dan


Memelihara Kerukunan Umat Beragama. [Online]
Available at: https://kesbangpollinmas.klungkungkab.go.id/2018/10/16/strategi-
dan-kebijakan-untuk-mewujudkan-dan-memelihara-kerukunan-umat-beragama/
[Accessed 17 Oktober 2021].

Rusydi, I. & Zolehah, S., 2018. MAKNA KERUKUNAN ANTAR UMAT


BERAGAMA DALAM KONTEKS KEISLAMAN DAN KEINDONESIAN. al-
Afkar, I(1), pp. 170-181.

Yunus, F. M., 2014. KONFLIK AGAMA DI INDONESIA PROBLEM DAN


SOLUSI PEMECAHANNYA. Substantia, XVI(2), pp. 217-228.

Yunus, M., 2017. IMPLEMENTASI NILAI-NILAI TOLERANSI BERAGAMA


PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (STUDI PADA
SMP NEGERI 1 AMPARITA KEC. TELLU LIMPOEKAB. SIDRAP). AL-
ISHLAH, XV(2), pp. 166-187.

DAFPUS RAW

kaarin belum referensi

XV

Anda mungkin juga menyukai