Anda di halaman 1dari 4

KRITIK ARSITEKTUR LANJUT

Suci Lestari
93820007
3K191

PROGRAM STUDI MAGISTER PERANCANGAN ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERANCANGAN
UNIVERSITAS GUNADARMA

2020
Kota Depok merupakan kota Satelit yang berarti adalah sebuah kota kecil yang berada di tepi
sebuah kota besar yang meskipun merupakan komunitas mandiri, sebagian besar
penduduknya tergantung dengan kehidupan di kota besar. Biasanya penghuni kota satelit ini
adalah komuter dari kota besar tersebut. Kota Depok merupakan kota yang bergerak di banyak
bidang seperti ekonomi, bisnis, pendidikan, pelayanan public, dan lainnya. Dikarenakan kota
Depok merupakan kota satelit, maka dapat disimpulkan bahwa kota tersebut dihuni dan dipadati
oleh banyak orang dari berbagai kalangan. Dari kota Satelit yang bergerak di banyak bidang
maka didirikanlah bangunan-bangunan yang berada di pinggir Jalan Margonda Raya yang
bertujuan untuk memberikan fasilitas dan peluang bisnis dan ekonomi untuk masyarakat.
Bangunan-bangunan yang berada di sepanjang Jalan Margonda Raya dapat berupa ruko-ruko,
restaurant, mall, café, dan lain-lainnya.

Keadaan bangunan-bangunan ini sangat padat dan tidak mementingkan pentingnya GSB yang
merupakan suatu peraturan dalam hal pembangunan yang dapat berpengaruh oleh kondisi
yang lain seperti akses dan kepadatan sekitar.

Di dalam Pasal 13 Undang-undang No. 28 Th 2002


mengenai Bangunan Gedung telah menyebutkan
bahwasanya sebuah bangunan haruslah memiliki berbagai
persyaratan jarak bebas bangunan yg di dalamnya meliputi
GSB serta jarak antar bangunan. Selain itu juga dalam
membangun sebuah rumah, perlu sudah mendapatkan
standarisasi dari pihak pemerintah yg tercantum dalam SNI
No. 03-1728-1989. Standar tersebut isinya mengatur setiap
orang yang akan mendirikan bangunan haruslah memenuhi
berbagai persyaratan lingkungan di sekitar bangunan, di antaranya adalah larangan utk
membangun di luar batas GSB.

GSB atau garis sepadan bangunan dikota Depok sangatlah menjorok kearah jalan Margonda.
Hal tersebut menyebabkan tidak tersedianya area parkir untuk kendaraan. Padahal Jalan
Margonda dipenuhi oleh pertokoan yang padat. Tidak tersedianya lahan parkir membuat para
pengguna kendaraan memarkirkan kendaraannya kebahu jalan, sehingga membuat lebar jalan
termakan oleh ruang parkir dan dapat menyebabkan kemacetan. Perlunya tindakan Pemerintah
memecahkan masalah tersebut dengan cara membuat regulasi untuk memberikan tindakan
keras kepada para pengendara yang memarkirkan kendaraannya dibahu jalan.

Sebagai jalan utama Kota Depok yang menghubungkan berbagai wilayah, Jl. Margonda Raya
Depok berperan sebagai “tampilan” kota Depok yang mencerminkan bagaimana Depok. Jalan
yang bagus, memiliki fasilitas yang baik dan terawat, serta memiliki pedestrian yang baik,
nyaman, dan rindang akan mencerminkan kota depok sebagai kota yang nyaman. Namun
sangat disayangkan Jl. Margonda Depok belum memenuhi kriteria seperti yang disebutkan
barusan. Jl. Raya Margonda masih gersang, dan tidak ramah bagi pejalan kaki apalagi untuk
pengguna difabel. Trotoar masih banyak yang rusak, diserobot untuk lahan parkir, serta
digunakan untuk berdagang.

Trotoar Jalan Margonda, Depok, dijadikan lahan parkir untuk pelanggan bisnis setempat.
Sempitnya lahan parkir restoran atau bisnis lainnya ditengarai menjadi penyebabnya. Tempat
parkir sebuah bangunan restoran/pertokoan yang luasnya tidak mencukupi sehingga tumpah ke
pedestrian dan menghalangi pejalan kaki untuk melewati pedestrian. Sering di jumpai lubung-
lubang yang terdapat di pedestrian, tentunya hal ini akan mengganggu kenyamanan pejalan
kaki. Tinggi pedestrian yang tidak memenuhi standar membuat para lansia kesulitan untuk naik
ke atas trotoar. Tidak terdapat jalur khusus untuk penyandang tuna netra, menyebabkan kurang
aman bagi penyandang cacat untuk menggunakan jalur pedestrian, kurangnya penghijauan
yang menyebabkan panas dan gersangnya jalur pedestrian, serta sempitnya jalur pedestrian.
Kurangnya fasilitas umum di sepanang pedestrian Jl. Margonda Raya Depok seperti lampu,
tempat duduk, tempat sampah, halte, dll.

Solusi yang dapat diterapkan yaitu menetapkan peraturan


yang ketat terhadap pelanggar peraturan. Perlunya
membangunan bangunan khusus parkir di beberapa spot
penting di jalan Margonda agar kendaraan tidak
menggunakan bahu jalan. Membuat jalur khusus
kendaraan dan manusia dan juga di lengkapi fasilitas
seperti parkir sepeda, lampu jalan, kursi taman dan
tempat sampah.
Bila perlu di bangun Bridge khusus pejalan kaki agar
menambah kenyamanan para pejalan dan juga tidak
mengganggu jalur kendaraan. Diluar negeri sudah
mulai dibangun jembatan penyebrangan rekreatif
dengan fungsi khusus untuk para pejalan kaki.

Anda mungkin juga menyukai