Anda di halaman 1dari 8

PERCOBAAN VI

KELARUTAN

I. TUJUAN
1. Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
2. Menerapkan faktor-faktoryang mempengaruhi kelarutan suatu zat.
3. Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat.
II. DASAR TEORI

Secara kuantitatif,kelarutan zat dinyatakan sebagai konsentrasi


zat terlarut didalam larutan jenuhny pada suhu dan tekanan tertentu.
Kelarutan dinyatakan dalam satuan militer pelarut yang dapat melarutkan
suatu gram zat. Misalnya 1 gr asam salisilat akan larut dalam 550 ml air.
Kelarutan dapat juga dinyatakan dalam satuan molalitas,molaritas dan
persen. Suatu sediaan obat yg diberikan secara oral dalam seluran cerna
harus mengalami proses pelepasan dari sediaannya kemudian zat aktif
akan melarut selanjutnya diabsorpsi. Proses pelepasan zat aktif dari
sediaany dan proses pelarutannya sangat dipengaruhi oleh sifat sifat kimia
dan fisika zat tersebut serta formukasi sediaannya. Salah saru sifat zat aktif
yang penting untuk diperhatikan adala kelaruran karena pada umumnya
zat baru diabsorpsi setelah kelarut dalam cairan saluran cerna. Oleh karena
itu salah satu usaha untum meninggkatkan tersediaan hayati suatu sediaan
adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya.

Faktor-Faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat


antara lain adalah :

1. pH
2. Suhu
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel zat
5. Konstamta dielektrik bahan pelarut
6. Adanya zat-zat lain seperti surfaktan,pembentuk kompleks, ion
sejenis,dll

Telah diketahui bahwa kelarutan suatu zat sangat dipengaruhu


polaritas bahan pelarut. Pelarut polar mempunyau konstanta dielektrik
yang tinggi sehingga dapat melarutkan zat-zat noj polar sukar larut
didalamnya. Demikin pula sebaliknya zat-zat yang polar sukar larut
didalam bahan pelarut non polar. Konstanta dielektrik adalah suatu
besaran tanpa dimensi dan merupakan rasio antara kapasitas elektrik
medium (Cx) Terhadap vakum (Cv) atau Cx.Cv-1.

Besarnya konstanta dielektrik menurut Moore dapat diatur


dengan menambahkan bahan pelarut lain. Tetapan dielektrik suatu
campuran bahan pelarut merupakan hasil penjumlahn tetapan dielektrik
masing-masing sesudah dikalikan dengan % bolume setial komponen
pelarur. Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran
dibandingkan dengan pelarut tunggalnya fenomena ini diken dengan
istilah cosolvency sedangkan bahan pelarut didalam pelarut campjran
yang mampu meningkatkankelarutan zat disebut co-solvent.
Etanol,gliserin dan propilen glikol adalah contoh-contoh co-solvent hang
umum digunakan dalam bidang farmasi,khususnya dalam pembutan
sediaan eliksir. Data konstanta dielektrik beberapa bahan pelarut :

Tabel Dielektrik Zat kimia

Nama Bahan ε Nama Bahan ε


N-metilfornamid 190 Kloroform 4,8
Air 80,4 Asam hidroklorida 4,6
Gliserin 43,0 Etil eter 4,34
Metil alkohol 33,7 Minyak zaitun 3,1
Etil alkohol 25,7 Minyak biji kapas 3,0
N-propialkohol 21,8 Asam oleat 2,45
Aseton 21,4 Toluen 2,39
Benzaldehid 17,8 Benzen 2,28
Amil alcohol 15,8 Dioksan 2,26
Benzil alcohol 13,1 Minyak lemon 2,25
Fenol 9,7 Karbon tetraklorida 2,24
Metil salisilat 9,0 Petrolatum cair 2-5
Etil asetat 6,4

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia


tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatupelarut (solvent).
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut
dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan
jenuh namun ada juga larutan tak jenuh serta larutan tepat jenuh.. Zat-zat
tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Pelarut umumnya merupakan suatucairan yang dapat berupa zat murni
ataupuncampuran. Zatyang terlarut, dapat berupagas, cairan lain,
ataupadat. Kelarutan bervariasi dari selalu larutseperti etanol dalam air,
hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah “tak
larut”(insoluble) sering diterapkan padas enyaw a yang sulit larut,
walaupun sebenarnya hanya adasangat sedikit kasus yang benar-benar
tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi,titik
kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu
larutan yang disebut lewat jenuh Larutan adalah campuran yang bersifat
homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih.
Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah.
Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat
diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop
optis sekalipun Larutan. (Anonim,2015 )

Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut)
kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan
kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi
dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi
apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh
( masih dapat larut).
2. Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute
yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau
dengan kata lain, larutan KELARUTAN yang partikel- partikelnya tepat
habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal).
Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti
larutan tepat jenuh.
3. Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang
mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan
jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat
terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila
bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh
(mengendap). ( DirjenPOM.1979 )
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat terlarut,
jenis pelarut, temperatur, dan tekanan.

1. Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan Zat-zat dengan struktur kimia yang
mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat
yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur
(like dissolves like). Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam
pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut
nonpolar. Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely
miscible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan
minyak dan air tidak bercampur (completely immiscible). (Hardjadi,1993)
2. Pengaruh Temperatur(Suhu) pada Kelarutan Kelarutan gas umumnya
berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air dipanaskan,
maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air,
sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang.
Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih
tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada
temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat.
Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan
proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm,
maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka
sesuai dengan azas Le Chatelier kesetimbangan itu bergeser ke arah proses
endoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya
bertambah pada temperatur yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses
pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya berkurang pada suhu yang
lebih tinggi. (Anief,Moh.2003)
3. Pengaruh tekanan pada kelarutan Perubahan tekanan pengaruhnya kecil
terhadap kelarutan zat cair atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm
hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %.
Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut hukum
Henry massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya)
berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan
partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya
kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-
nya dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi
dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air.(Ansel,Haward.1989)
4. Pengaruh Jumlah zat terlarut dan pelarut pada kelarutan Jika jumlah pelarut
lebih banyak maka kelarutannya akan makin besar, sedangkan bila jumlah
pelarut lebih sedikit maka kelarutan akan semakin kecil. D. Alat dan Bahan
1. Gelas Kimia 250 ml 2. Gelas Ukur 100 ml 3. Sendok plastik / spatula 4.
Air Suling 5. Garam dapur / NaCl (1 sendok teh) E. Cara Kerja 1.
Masukkan air suling 100 ml ke dalam gelas kimia 250 ml. 2. Masukkan
satu sendok teh garam ke dalamnya lalu aduk hingga garam terlarut. 3.
Ulangi langkah 1 hingga garam mulai tidak terlaurt lagi.
(Martin,Alfreddkk.1990)
III. Alat dan Bahan Percobaan

Alat Percobaan

1. Gelar beker dan erlenmeyer


2. Gelas ukur
3. Alat pengocok orbital
4. Kertas saring
5. Statif dan buret
6. Batang pengaduk

Bahan Percobaan

1. Asam Oksalat Jenuh


2. Larutan NaOH 0.05
3. Indikator PP
4. Aquades
IV. Prosedur Kerja
1. Kristal asam oksalat dilarutkan dalam aquades 50ml pada suhu 60
derajat Celcius sampai tepat jenuh
2. Asam oksalat jemuh dimasukkan dalam beker glass kecil
3. Bekee glass kecil tersebit lalu diletakkan didalam beker glass besar
yang sudah diisi gaeam dan es batu
4. Letakkan thermometer pada beker glass kecil tersebut
5. Larutan diaduk hingga suhu dalam beker glass kecil turun 45°C
6. Ambil sejumlah 10 ml larutan lalu diencerkan sampai lalu diencerkan
sampai 100 ml
7. Larutan yang telah diencerkan tersebut lalu diambil 10 ml dan
ditambhkan indikator PP sebanyam 3 tetes. Larutan dititrasi dengan
NaOH 0,5 N
8. Volume NaOH yang dibutuhkan dicatat dalam tabel pengamatan
9. Lakukan hal yang sama untuk penurunan suhu 35,25,dan 15°C
10. Buatlah grafik antara harga In s vs 1/T
11. Dari hasil titrasi diproleh volume NaOH. Volume NaOH tersebit
digunakan untuk menghitung kelarutan asam oksalat.
12. Berdasarkan harga kelarutan maka dapat dihitung panas pelarutnya
dengan menggunakan persamaan Van't Hoff/
13. Dari persamaan tersebut, maka didapatkan ∆H, kemudian dihitung
harga rata-rata rata ∆H sebesar J/mol.

Cara perhitungan :

Ukurlah berapa Suhu dan rata-rata dari pratikum yang telah dilakukan
sehingga mencapai tititk jenuh.

PERTANYAAN:

1. kelarutan asam oksalat pada masing-masing suhu tersebut!


2. Apakah yang dimaksud dengan kepatutan?
3. Apakah yang dimaksud dengan konstanta dielektrik?

JAWABAN:

Suhu T1 T2 T3 Rata-rata
45° 7 5 5,5 17/3
35° 7 6 5 18/3
25° 8 6 5 19/3
15° 8 8 7 23/3

1. Kelautan adalah campuran yang terdiri dari pelarut dan zat pelarut
2. Konstanta dielektrik adalah suatu besaran tanpa dimensi dan merupakan
rasio antara kapasitas elektrik medium ( cx )
V. PEMBAHASAN
Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada
suhu tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih
solute atau solven telah terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang
homogen.
Secara kuantitatif, kelarutan merupakan konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif
didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk
membentuk dispersi molekuler homogen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH,
temperatur, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik
pelarut, dan surfaktan, serta efek garam. Semakin tinggi temperature
maka akan mempercepat kelarutan zat, semakin kecil ukuran partikel zat
maka akan mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya garam akan
mengurangi kelarutan zat. Seringkali zat terlarut lebih lebih larut dalam
campuran pelarut daripada dalam satu pelarut saja.Gejala ini dikenal
dengan melarut bersama (cosolvency), dan pelarut yang dalam kombinasi
menaikkan kelarutan zat disebut cosolvent.
Pada praktikum ini, zat yang diuji sebagai sampel dan standar
adalah asam oksalat.Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pelarut campur dan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan asam oksalat.

VI. KESIMPULAN
1. Semakin lama pengocokan maka kelarutan suatu zat semakin besar.
2. Semakin tinggi konstanta dialektrik suatu zat maka semakin tinggi
pulakelarutan suatu zat.
3. Semakin besar konsentrasi surfaktan yang ditambahkan maka
semakintinggi pula kelarutan suatu zat.
4. Semakin tinggi p, suatu zat maka semakin cepat pula kelarutan suatu
zat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Muslim

Indonesia : Makassar.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI ; Jakarta.


Hardjadi, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramedia Pestaka, Jakarta.

Anief, Moh. 2003. Ilmu Meracik Obat, Gajah Mada University Press;

Yogyakarta.

Ansel, Haward. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia; Makassar.

Martin, Alfred dkk. 1990. Farmasi Fisika jilid I dan II Edisi III. Press;

Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai