Abstrak
Penyakit ginjal polikistik (PKD) terdiri atas autosomal dominan PKD (ADPKD) dan autosom resesif
PKD (ARPKD). ADPKD adalah gangguan multifaktorial yang bercirikan kista ginjal bilateral dan
umum menyerang pasien dewasa. Kista hepar adalah manifestasi ekstrarenal yang paling umum
dari ADPKD dan sering merupakan temuan insidental dan secara klinis yang tidak signifikan.
Telah dilaporkan sebuah laporan kasus dengan penyakit polikistik di ginjal dan hepar disertai
anemia hemolitik autoimmun pada seorang pasien wanita usia 62 tahun. ADPKD merupakan
penyakit progresif dan gejala cenderung memburuk seiring waktu. Perawatan untuk ADPKD
melibatkan pengelolaan gejala dan memperlambat perkembangan penyakit. Komplikasi ADPKD
yang paling serius adalah gagal ginjal tahap akhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gejala dan pemeriksaan laboratorium yang menegakkan diagnosis penyakit ginjal polikistik
disertai anemia hemolitik autoimun.
Abstract
The hereditary forms of polycystic kidney disease of autosomal dominant PKD (ADPKD) and
autosomal recessive PKD (ARPKD) are the main forms. ADPKD is a multifactorial disorder
characterized by bilateral renal cysts and commonly affects adult patients. The most common
extrarenal manifestations of ADPKD are liver cysts and is often incidental findings and clinically
insignificant. A case report has been reported with polycystic disease in the kidneys and liver
with autoimmune hemolytic anemia. ADPKD is a progressive disease and symptoms tend to get
worse over time. ADPKD involves managing the symptoms and slowing disease progression. The
most serious complication of ADPKD is end stage kidney failure. This aim of this study was to
determine the symptoms and laboratory tests that confirm the diagnosis of polycystic kidney
disease accompanied by autoimmune hemolytic anemia.
102
Penyakit Ginjal Polikistik disertai Anemia Hemolitik Autoimun
Yosa Tamia Marisa1*, Harnavi Harun2
jarang, dapat melibatkan satu atau beberapa merupakan indikasi masalah ginjal yang lebih
organ. Penyakit hati polikistik sering serius. Hipertensi ditemukan dengan derajat
bersamaan dengan polikistik ginjal yang berbeda pada 75% pasien ADPKD
autosomal dominan atau autosomal (Ettorre et al, 2012).
dominant polycystic kidney disease (ADPKD). Pengobatan pada ADPKD bersifat
Sebanyak 50% pasien dengan ADPKD suportif dimana pengobatan ini dapat
mempunyai kista hati (Vachha et al, 2011). berkembang progresif bila terjadi gagal ginjal
Kista ginjal dapat disebabkan oleh anomali yang memungkinkan dialisis dan trasplantasi
kongenital ataupun kelainan yang didapat. ginjal. Penatalaksanaan ini bertujuan untuk
Kista ginjal dibedakan menjadi ginjal mencegah komplikasi dan memelihara
multikistik diplastik, ginjal polikistik, dan fungsi ginjal. Tindakan bedah dengan
kista ginjal Soliter (Purnomo, 2009). memecah kista tidak banyak manfaatnya
Protein yang berperan pada untuk memperbaiki fungsi ginjal (Ong et al,
penyakit hati polikistik disebut hepatocystin 2010).
yang dikode oleh gen PRKCRH, terdapat pada Komplikasi penyakit polikistik
kromosom 19p dan gen SEC63 pada diantaranya pielonefritis. Infeksi sekunder
kromosom 6q. sedangkan pada penyakit pada kista dapat memberi keluhan nyeri
polikistik ginjal kelainan gen utama adalah pinggang yang hebat, kista yang semakin
PKD-1 dan PKD-2. besar akan menekan parenkim ginjal
ADPKD paling sering disebabkan oleh akibatnya terjadi iskemia dan menurunkan
perubahan pada gen PKD1 dan PKD2 (Chebib perlahan fungsi ginjal secara perlahan.
and Tores, 2018). Hipertensi dapat terjadi karena iskemia
Manifestasi klinis ADPKD tidak jaringan ginjal yang menyebabkan
menunjukkan gejala hingga dekade peningkatan renin angiotensin (Ong et al,
keempat. Nyeri yang dirasakan tumpul di 2010).
daerah lumbar merupakan tanda terjadinya Pada penyakit polikistik, mutasi pada
iritasi di daerah peritoneal akibat kista yang PKD-1 ataupun PKD-2 meyebabkan
ruptur. Nyeri yang terjadi secara konstan makrofag di darah (monosit) menginfiltrasi
merupakan petanda dari perbesaran satu jaringan. Hal ini terjadi karena adanya
atau lebih kista. Gross Hematuria terjadi kegagalan regulator dari imun nonspesifik di
ketika kista yang ruptur masuk kedalam darah. Hal serupa juga terjadi pada sistem
pelvis ginjal. Hematuria mikroskopi lebih hematopoietic yang berlanjut dan
sering terjadi dibanding gross hematuria dan menyebabkan fragmentasi dari sel eritrosit
103
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(1): 102-111, Maret 2021
oleh antibodi dan makrofag (Kelton et al, yang melekat pada eritrosit, lalu direaksikan
2011). Hal ini menyebabkan hemolisis sel dengan antibodi monoklonal seperti IgG dan
darah merah autoimun atau yang biasa kita komplemen C3d. Jika terjadi aglutinasi maka
kenal AIHA. Anemia hemolitik autoimun hasilnya positif. Artinya IgG atau C3d atau
adalah suatu kelainan dimana terdapat keduanya melekat di eritrosit tersebut.
antibodi tertentu pada tubuh yang Indirect Coomb’s test. Serum pasien diambil,
menganggap eritrosit sebagai antigen non- direaksikan dengan sel-sel reagen yaitu sel
selfnya sehingga menyebabkan eritrosit darah merah yang telah terstandar. Jika
mengalami lisis (McPhee and Papadakis, terjadi aglutinasi maka hasilnya positif.
2010). Artinya ada imunoglobulin di serum tersebut
Ada 2 mekanisme yang menyebabkan yang bereaksi dengan sel-sel reagen
terjadinya anemia hemolitik autoimun, yaitu (Schwartz et al, 2011). Terapi yang dapat
aktivasi komplemen dan aktivasi mekanisme diberikan pada anemia hemolitik autoimun
seluler, atau kombinasi keduanya. Defisiensi adalah glukokortikoid, dan splenektomi pada
isozim piruvat kinase yang ditemukan dalam kasus yang tidak berespon dengan
sel darah merah menimbulkan anemia pemberian glukokortikoid (Kelton et al,
hemolitik. Piruvat kinase adalah enzim kunci 2011).
dalam glikolisis. Enzim ini berfungsi untuk
katalisator dan menghasilkan ATP. Defisiensi PRESENTASI KASUS
piruvat kinase menyebabkan penimbunan Telah di rawat seorang pasien wanita
zat antara glikolisis sehingga kemampuan berumur 62 tahun di Bangsal Penyakit Dalam
mengangkut oksigen oleh darah akan RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan :
berkurang. Penurunan pembentukan ATP Keluhan Utama: Perut kanan atas yang
akan menyebabkan gangguan pada pompa semakin membengkak sejak 2 minggu yang
kation di membran sel sehingga kalsium akan lalu.
masuk ke dalam sel, sementara kalium dan Riwayat Penyakit Sekarang: perut kanan atas
H2O akan keluar sel. Hal ini menimbulkan yang semakin membengkak sejak 2 minggu
dehidrasi dan eritrosit akan difagositosis yang lalu. Nyeri pada perut kanan atas sejak
oleh sel-sel limpa (Kalyani et al, 2012). 1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan hilang
Untuk mendiagnosis anemia hemolitik timbul, nyeri kadang menjalar ke punggung
dilakukan pemeriksaan Coomb’s test. Ada 2 kanan. Perut terasa cepat penuh dan
cara, yaitu direct Coomb’s test. Sel eritrosit kenyang sejak 1 bulan yang lalu. Badan
pada pasien dibersihkan dari protein-protein terasa lemah dan letih sejak 3 minggu yang
104
Penyakit Ginjal Polikistik disertai Anemia Hemolitik Autoimun
Yosa Tamia Marisa1*, Harnavi Harun2
105
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(1): 102-111, Maret 2021
106
Penyakit Ginjal Polikistik disertai Anemia Hemolitik Autoimun
Yosa Tamia Marisa1*, Harnavi Harun2
107
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(1): 102-111, Maret 2021
108
Penyakit Ginjal Polikistik disertai Anemia Hemolitik Autoimun
Yosa Tamia Marisa1*, Harnavi Harun2
SEC63 pada kromosom 6q. Secara didapatkan hasil direct comb test positif.
epidemiologi angka kejadian dari penyakit Penegakkan diagnosis ini telah sesuai
hati polikistik tersebut adalah 1:100.000 dengan alur diagnosis anemia hemolitik
sampai dengan 1:1.000.000/ tahun. autoimun. Pemeriksaan direct Coomb’s test
Asimptomatis atau tanpa gejala seringkali memiliki spesifisitas 98 % untuk mendeteksi
terjadi atau gejala baru dirasakan pada AIHA. Hasil yang positif menunjukkan
dekade ke empat kehidupan. Angka adanya imunoglobulin yang melapisi
kejadian ADPKD terbanyak pada wanita permukaan eritrosit yang menyebabkan
dibandingkan pria. Pada penyakit hati terjadinya destruksi eritrosit (Lee et al,
polikistik dapat terjadi kolestasis baik intra 2011).
maupun ekstra hepatal, dimana Hubungan antara penyakit polikistik
terbentuknya kista hepar diduga karena dengan AIHA belum begitu jelas. Pada
defek kongenital dari sistem bilier pada penyakit polikistik, mutasi pada PKD-1
ADPKD. Sampai saat ini belum ada ataupun PKD-2 menimbulkan makrofag di
mekanisme pasti menjelaskan hal tersebut. darah (monosit) infiltrasi ke jaringan. Hal ini
Pada pasien ini, terjadi obstruksi parsial terjadi karena adanya kegagalan regulator
kronik pada sistem bilier dan hal ini dari imun nonspesifik di darah. keadaan
menimbulkan peradangan (kolesistitis) dan tersebut akan berlanjut dan menyebabkan
peradangan kronik ini akan mencetuskan fragmentasi dari sel eritrosit oleh antibodi
terjadi batu pada empedu tersebut sesuai dan makrofag (Schwart dan Goldman,
dengan teori inflamasi (Chebib and Torres, 2010).
2018). Pengobatan pada pasien bersifat
Diagnosis anemia sedang normositik konservatif, dimana pemantauan fungsi
normokrom ec hemolitik ec autoimun ginjal dan fungsi hepar dilakukan secara
terjadi pada pasien ditegakkan dengan berkala (Chebib and Tores, 2018). Pada
adanya keluhan pucat, badan letih lesu dari pasien ini tidak dilakukan aspirasi kista
pemeriksaan ditemukan Hb: 7,5 mg/dl karena multiple kista. Menurut literatur
dengan gambaran darah tepi normositik aspirasi kista multiple memiliki tingkat
normokrom dengan polikromasi. Menurut rekurensi yang tinggi, sehingga sebaiknya
kriteria WHO kisaran Hb < 8gr/dl dan Hb> 6 pada pasien ini dilakukan tindakan dengan
gr/dl termasuk anemia sedang. Pada teknik PAIR (Puncture, aspiration, injection,
pemeriksaan retikulosit didapatkan nilai 2,6 reaspiration) atau teknik marsupialisasi
% dan dari pemeriksaan Coomb’s tes
109
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(1): 102-111, Maret 2021
dengan tujuan agar rekurensi dapat dicegah Chebib FT and Torres VE, 2018. Recent
(Giorgio et al, 2009). advances in the Management of
Pasien dikonsultasi ke bagian bedah Autosomal Dominant Polycystic
dan oleh bagian bedah digestif Kidney Disease. Clin J Am Soc
direncanakan dilakukan tindakan Nephrol. 13(11): 1765-1776.
kolesitektomi dan aspirasi kista hepar Ettorre GM, Vennarecci G, Santoro R,
secara laparoskopi. Pada pasien ini tidak Laurenzi A, Ceribelli C, Cintio AD et
dilakukan tindakah bedah karena pasien al, 2012. Giant Hydatid Cyst of The
menolak rencana pembedahan. Untuk Liver With a Retroperitoneal
pengobatan AIHA pada pasien, diberikan Growth: A Case Report. Journal of
terapi steroid metil prednisolone dengan Medical Case Reports. 6: 298.
dosis 0,8mg/kgBB/hari dan dilakukan Giorgio A, Sarno AD, Stefano G, Nunzia F,
evaluasi untuk nilai hb setelah 4-6 minggu Paolo M, Umberto S, et al, 2009.
terapi. Percutaneous Treatment of
Hydatid Liver Cyst. Recent Pat
Penyakit ginjal polikistik autosomal Purnomo BB, 2009. Dasar – Dasar Urologi.
decade keempat hidup pasien. Penyakit ini Kalyani R, Thej MJ, Thomas AK, Raveesha A,
yang terjadi pada usia diatas 30 tahun dapat 2012. Chronic Cold Agglutinin
obstruksi parsial kronik pada sistem bilier Clinical and Diagnostic Research.
(kolesistitis) yang mencetuskan terjadi batu Kelton JG, Chan h, Heddle N, Whittaker S,
direct comb test positif. Lee K, Battini L, Gusella GL., 2011. Cilium,
Centrosome and Cell Cycle
110
Penyakit Ginjal Polikistik disertai Anemia Hemolitik Autoimun
Yosa Tamia Marisa1*, Harnavi Harun2
111