Anda di halaman 1dari 10

ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)

Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(1): 102-111, Maret 2021

Penyakit Ginjal Polikistik disertai Anemia Hemolitik Autoimun

Yosa Tamia Marisa1*, Harnavi Harun2


Bagian Penyakit Dalam RSUP. Dr. M Djamil Padang1
Sub-bagian Ginjal Hipertensi RSUP Dr. M Djamil Padang2
*e-mail: yossamarisa@gmail.com

Abstrak

Penyakit ginjal polikistik (PKD) terdiri atas autosomal dominan PKD (ADPKD) dan autosom resesif
PKD (ARPKD). ADPKD adalah gangguan multifaktorial yang bercirikan kista ginjal bilateral dan
umum menyerang pasien dewasa. Kista hepar adalah manifestasi ekstrarenal yang paling umum
dari ADPKD dan sering merupakan temuan insidental dan secara klinis yang tidak signifikan.
Telah dilaporkan sebuah laporan kasus dengan penyakit polikistik di ginjal dan hepar disertai
anemia hemolitik autoimmun pada seorang pasien wanita usia 62 tahun. ADPKD merupakan
penyakit progresif dan gejala cenderung memburuk seiring waktu. Perawatan untuk ADPKD
melibatkan pengelolaan gejala dan memperlambat perkembangan penyakit. Komplikasi ADPKD
yang paling serius adalah gagal ginjal tahap akhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gejala dan pemeriksaan laboratorium yang menegakkan diagnosis penyakit ginjal polikistik
disertai anemia hemolitik autoimun.

Kata Kunci: penyakit ginjal polikistik, kista hepar, AIHA, ADPKD

Polycystic Kidney Disease with Anemia Hemolytic Autoimmune

Abstract

The hereditary forms of polycystic kidney disease of autosomal dominant PKD (ADPKD) and
autosomal recessive PKD (ARPKD) are the main forms. ADPKD is a multifactorial disorder
characterized by bilateral renal cysts and commonly affects adult patients. The most common
extrarenal manifestations of ADPKD are liver cysts and is often incidental findings and clinically
insignificant. A case report has been reported with polycystic disease in the kidneys and liver
with autoimmune hemolytic anemia. ADPKD is a progressive disease and symptoms tend to get
worse over time. ADPKD involves managing the symptoms and slowing disease progression. The
most serious complication of ADPKD is end stage kidney failure. This aim of this study was to
determine the symptoms and laboratory tests that confirm the diagnosis of polycystic kidney
disease accompanied by autoimmune hemolytic anemia.

Keywords: Polycystic Kidney Disease, liver cyst, AIHA, ADPKD

PENDAHULUAN yang mengandung cairan atau bahan


Polikistik berasal dari dua kata poly semisolid, jika digabungkan polikistik berarti
yang berarti banyak dan Cystic yang berarti banyak kista. Penyakit polikistik merupakan
rongga tertutup abnormal, dilapisi epitel salah satu penyakit polikistik herediter yang

102
Penyakit Ginjal Polikistik disertai Anemia Hemolitik Autoimun
Yosa Tamia Marisa1*, Harnavi Harun2

jarang, dapat melibatkan satu atau beberapa merupakan indikasi masalah ginjal yang lebih
organ. Penyakit hati polikistik sering serius. Hipertensi ditemukan dengan derajat
bersamaan dengan polikistik ginjal yang berbeda pada 75% pasien ADPKD
autosomal dominan atau autosomal (Ettorre et al, 2012).
dominant polycystic kidney disease (ADPKD). Pengobatan pada ADPKD bersifat
Sebanyak 50% pasien dengan ADPKD suportif dimana pengobatan ini dapat
mempunyai kista hati (Vachha et al, 2011). berkembang progresif bila terjadi gagal ginjal
Kista ginjal dapat disebabkan oleh anomali yang memungkinkan dialisis dan trasplantasi
kongenital ataupun kelainan yang didapat. ginjal. Penatalaksanaan ini bertujuan untuk
Kista ginjal dibedakan menjadi ginjal mencegah komplikasi dan memelihara
multikistik diplastik, ginjal polikistik, dan fungsi ginjal. Tindakan bedah dengan
kista ginjal Soliter (Purnomo, 2009). memecah kista tidak banyak manfaatnya
Protein yang berperan pada untuk memperbaiki fungsi ginjal (Ong et al,
penyakit hati polikistik disebut hepatocystin 2010).
yang dikode oleh gen PRKCRH, terdapat pada Komplikasi penyakit polikistik
kromosom 19p dan gen SEC63 pada diantaranya pielonefritis. Infeksi sekunder
kromosom 6q. sedangkan pada penyakit pada kista dapat memberi keluhan nyeri
polikistik ginjal kelainan gen utama adalah pinggang yang hebat, kista yang semakin
PKD-1 dan PKD-2. besar akan menekan parenkim ginjal
ADPKD paling sering disebabkan oleh akibatnya terjadi iskemia dan menurunkan
perubahan pada gen PKD1 dan PKD2 (Chebib perlahan fungsi ginjal secara perlahan.
and Tores, 2018). Hipertensi dapat terjadi karena iskemia
Manifestasi klinis ADPKD tidak jaringan ginjal yang menyebabkan
menunjukkan gejala hingga dekade peningkatan renin angiotensin (Ong et al,
keempat. Nyeri yang dirasakan tumpul di 2010).
daerah lumbar merupakan tanda terjadinya Pada penyakit polikistik, mutasi pada
iritasi di daerah peritoneal akibat kista yang PKD-1 ataupun PKD-2 meyebabkan
ruptur. Nyeri yang terjadi secara konstan makrofag di darah (monosit) menginfiltrasi
merupakan petanda dari perbesaran satu jaringan. Hal ini terjadi karena adanya
atau lebih kista. Gross Hematuria terjadi kegagalan regulator dari imun nonspesifik di
ketika kista yang ruptur masuk kedalam darah. Hal serupa juga terjadi pada sistem
pelvis ginjal. Hematuria mikroskopi lebih hematopoietic yang berlanjut dan
sering terjadi dibanding gross hematuria dan menyebabkan fragmentasi dari sel eritrosit

103
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(1): 102-111, Maret 2021

oleh antibodi dan makrofag (Kelton et al, yang melekat pada eritrosit, lalu direaksikan
2011). Hal ini menyebabkan hemolisis sel dengan antibodi monoklonal seperti IgG dan
darah merah autoimun atau yang biasa kita komplemen C3d. Jika terjadi aglutinasi maka
kenal AIHA. Anemia hemolitik autoimun hasilnya positif. Artinya IgG atau C3d atau
adalah suatu kelainan dimana terdapat keduanya melekat di eritrosit tersebut.
antibodi tertentu pada tubuh yang Indirect Coomb’s test. Serum pasien diambil,
menganggap eritrosit sebagai antigen non- direaksikan dengan sel-sel reagen yaitu sel
selfnya sehingga menyebabkan eritrosit darah merah yang telah terstandar. Jika
mengalami lisis (McPhee and Papadakis, terjadi aglutinasi maka hasilnya positif.
2010). Artinya ada imunoglobulin di serum tersebut
Ada 2 mekanisme yang menyebabkan yang bereaksi dengan sel-sel reagen
terjadinya anemia hemolitik autoimun, yaitu (Schwartz et al, 2011). Terapi yang dapat
aktivasi komplemen dan aktivasi mekanisme diberikan pada anemia hemolitik autoimun
seluler, atau kombinasi keduanya. Defisiensi adalah glukokortikoid, dan splenektomi pada
isozim piruvat kinase yang ditemukan dalam kasus yang tidak berespon dengan
sel darah merah menimbulkan anemia pemberian glukokortikoid (Kelton et al,
hemolitik. Piruvat kinase adalah enzim kunci 2011).
dalam glikolisis. Enzim ini berfungsi untuk
katalisator dan menghasilkan ATP. Defisiensi PRESENTASI KASUS
piruvat kinase menyebabkan penimbunan Telah di rawat seorang pasien wanita
zat antara glikolisis sehingga kemampuan berumur 62 tahun di Bangsal Penyakit Dalam
mengangkut oksigen oleh darah akan RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan :
berkurang. Penurunan pembentukan ATP Keluhan Utama: Perut kanan atas yang
akan menyebabkan gangguan pada pompa semakin membengkak sejak 2 minggu yang
kation di membran sel sehingga kalsium akan lalu.
masuk ke dalam sel, sementara kalium dan Riwayat Penyakit Sekarang: perut kanan atas
H2O akan keluar sel. Hal ini menimbulkan yang semakin membengkak sejak 2 minggu
dehidrasi dan eritrosit akan difagositosis yang lalu. Nyeri pada perut kanan atas sejak
oleh sel-sel limpa (Kalyani et al, 2012). 1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan hilang
Untuk mendiagnosis anemia hemolitik timbul, nyeri kadang menjalar ke punggung
dilakukan pemeriksaan Coomb’s test. Ada 2 kanan. Perut terasa cepat penuh dan
cara, yaitu direct Coomb’s test. Sel eritrosit kenyang sejak 1 bulan yang lalu. Badan
pada pasien dibersihkan dari protein-protein terasa lemah dan letih sejak 3 minggu yang

104
Penyakit Ginjal Polikistik disertai Anemia Hemolitik Autoimun
Yosa Tamia Marisa1*, Harnavi Harun2

lalu, pasien juga merasakan semakin pucat Riwayat Penyakit Keluarga


dalam 3 minggu ini. Nafsu makan berkurang Tidak ada keluarga pasien yang
sejak 2 minggu yang lalu. Mual ada, muntah mempunyai penyakit yang sama dengan
tidak ada sejak 4 hari yang lalu. Pasien telah pasien
berobat 4 hari yang lalu di RSUD dan telah Riwayat Pekerjaan, ekonomi, kebiasaan,
dilakukan USG dengan hasil polikistik hati, dan perkawinan
pasien kemudian dirujuk ke M Djamil untuk Pasien adalah seorang petani. Riwayat
penatalaksanaan lebih lanjut. Sesak nafas terpapar insektisida ada, riwayat terpapar
tidak ada. Mata kuning tidak ada. Penurunan radiasi tidak ada. Kebiasaan suka makan
berat badan tidak ada. Demam tidak ada. kacang-kacangan tidak ada.
Batuk tidak ada. Nyeri pinggang tidak ada. Pasien tidak merokok, tidak pernah minum
Riwayat mimisan tidak ada, muntah darah alkohol
tidak ada, buang air besar hitam tidak ada. Pasien datang dalam Kesadaran:
Riwayat buang air kecil berwarna seperti teh Composmentis cooperative Tekanan darah:
pekat tidak ada. Riwayat buang air besar 120/70 mmHg, Nadi: 86x/menit, teratur,
keluar cacing tidak ada, buang air besar pengisian cukup, Nafas: 20x/menit. Suhu:
pucat seperti dempul tidak ada. Riwayat 36,6 °C. Keadaan umum: baik
mencret-mencret sebelumnya tidak ada. Keadaan gizi: baik. Berat badan: 50 kg.
Buang air besar dan buang air kecil jumlah Tinggi badan: 155 cm. BMI: 20.83
dan konsistensi biasa (normoweight). Anemis: (+). Sianosis: (-).
Riwayat Penyakit Dahulu Pada pemeriksaan fisik Hepar teraba 4 jari
Riwayat sakit kuning sebelumnya tidak BAC, 3 jari bawah procesus xipoedeus pinggir
ada. Riwayat sakit paru-paru sebelumnya tumpul, permukaan rata, konsistensi kenyal,
tidak ada. Riwayat nyeri perut seperti ini fluktuasi (+) nyeri tekan (-) dan lien S0,
sebelumnya tidak ada ballottement (-/-).Punggung: nyeri tekan,
Riwayat Pengobatan nyeri ketok sudut Costo Vetebre Angel tidak
Riwayat minum obat penghilang rasa ada.
sakit dalam jangka waktu lama dan jamu- Pada pemeriksaan laboratorium
jamuan sebelumnya tidak ada. Riwayat didapatkan Hemoglobin: 7,5 gr/dl.
minum obat 6 bulan sebelumnya tidak ada. Hematokrit: 23 % Leukosit: 6.900/mm3.
Riwayat tranfusi darah sebelumnya tidak Trombosit: 256.000/mm3. LED: 30mm/jam.
ada. Hitung jenis: 0/3/0/71/22/4. Gambaran
darah tepi, Eritrosit: normositik normokrom,

105
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(1): 102-111, Maret 2021

polikrom (+) Leukosit: jumlah cukup, Pada pemeriksaan Ultrasonografi


morfologi normal Trombosit: jumlah cukup, (USG) abdomen didapatkan kesan hati
morfologi normal. MCV: 84fL MCH: 28 pg, membesar, permukaan rata, parenkim
MCHC: 33 % Retikulosit: 2,6 % Ureum: 16 homogen, halus, pinggir tajam, vena tidak
mg/dl, Creatinin: 1,1 mg/dl, SGOT/SGPT: melebar, duktus biliaris melebar, vena porta
21/13 u/l, Total protein: 6,0 gr/dl Albumin: normal. Kandung empedu: dinding tebal,
3,0 g/dl, Globulin: 3,1 gr/dl, GDS: 102 mg/dl batu (+), Pankreas: normal, Lien: tidak
Bilirubin total: 0,8 mg/dl, Direk comb tes (+), membesar, ginjal polikistik bilateral seperti
HbsAg: nonreaktif, Anti Hcv: negatif, LDH: yang terlihat pada Gambar 1.
276 u/l.

Gambar 1. Pemeriksaan Ultrasonografi pada Abdomen

106
Penyakit Ginjal Polikistik disertai Anemia Hemolitik Autoimun
Yosa Tamia Marisa1*, Harnavi Harun2

Gambar 2. Pemeriksaan Computed Tomography (CT) Scan Abdomen


Hasil CT scan pada abdomen memberikan kesan: Kista hepar multiple, Polycystic kidney disease bilateral,
Dilatasi bilier intra dan ekstrahepatal ec batu CBD, Kolelitiasis dan kolesistitis.

DISKUSI minggu yang sudah dirasakan sejak 2 bulan


Telah dilaporkan seorang pasien yang lalu. Pembengkakan perut kanan atas
wanita berumur 62 tahun yang dirawat di ini disertai dengan nyeri yang hilang timbul.
bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Dari pemeriksaan fisik kami menemukan
Padang dengan diagnosis penyakit ginjal hepatomegali dengan konsistensi yang
polikistik, anemia sedang normositik kenyal dan adanya fluktuasi. Dari
normokrom ec hemolitik ec autoimun, pemeriksaan laboratorium tidak terdapat
kolesistitis dan kolelitiasis. Kasus ini cukup peningkatan fungsi hati. Hasil pemeriksaan
menarik karena penyakit polikistik cukup USG abdomen pada pasien ini ditemukan
jarang ditemukan. multipel kista pada hepar dan polikistik
Diagnosis akhir pada pasien ini ginjal dan telah dikonfirmasi dengan
ditegakkan dari serangkaian pemeriksaan pemeriksaan CT Scan Abdomen dengan
meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik dan kontras yang mengarahkan adanya suatu
pemeriksaan penunjang. Pada pasien ini ADPKD. Anjuran biopsi ginjal maupun
dari anamnesa didapatkan pembesaran pemeriksaan gen bisa memperkuat
perut kanan atas yang meningkat sejak 2 diagnosis, pada pasien ini tidak dilakukan

107
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(1): 102-111, Maret 2021

karena keterbatasan sumberdaya. kronis dan hampir 50% diantaranya


Pemeriksaan Imaging cukup menjalani terapi hemodialisis pada usia 60
mendiskirpsikan diagnosa pada pasien ini tahun keatas. ADPKD tidak menimbulkan
dan tata laksana ditekankan pada terapi gejala hingga akhir dekade keempat (Chebib
suportif dan simptomatik. and Torres, 2018).
Penyakit polikistik pada pasien ini Pada umumnya terdapat dua gen
ditegakkan karena ditemukan penyakit yang berperan terhadap terbentuknya kista
ginjal polikistik dan polikistik hepar. Pada yaitu PKD-1 yang terletak pada lengan
literatur disebutkan bahwa ada dua bentuk pendek kromosom 16, dan PKD-2 yang
polikistik ginjal yaitu bentuk dewasa yang terletak pada lengan pendek kromosom 4.
bersifat autosomal dominan atau ADPKD PKD-1 mengkode protein polikistin-1 yang
dan bentuk anak-anak yang bersifat diketahui berperan dalam perlekatan sel ke
autosomal resesif atau ARPKD (Vachha et al, sel atau sel ke matriks. Gen PKD-2
2011). Pada pasien ini diduga dalam bentuk mengkode polikistin-2 yang bersama
yang pertama. Penyakit ginjal polikistik dengan PKD-1 membentuk heterodimer.
dominan autosomal (ADPKD) merupakan Belum diketahui bagaimana mutasi pada
penyakit sistemik dan progresif yang protein tersebut menyebabkan kista.
ditunjukkan dengan pembentukan dan Gangguan interaksi antara sel-matriks
pembesaran kista di ginjal dan organ lain diduga dapat menyebabkan gangguan pada
antara lain hati, pankreas dan limpa pertumbuhan, diferensiasi dan
(Purnomo, 2009). pembentukan matriks oleh sel epitel
Ada 3 bentuk dari penyakit ginjal tubulus dan menyebabkan terbentuknya
polikistik dominan autosomal yaitu tipe-1 kista (Lee et al, 2011).
yang merupakan 90% kasus dan gen yang Penyakit polikistik hepar memiliki
bermutasi pada kromosom nomer 16 hubungan dengan penyakit polikistik ginjal.
lengan pendek; tipe-2 terletak pada Literatur menyebutkan bahwa 1 dari 5
kromosom nomer 4 lengan pendek; tipe-3 orang dengan penyakit polikistik ginjal
belum diketahui gen yang bertanggung autosomal dominan pada usia diatas 30
jawab (Lee et al, 2011). tahun mengalami penyakit polikistik hepar.
Dalam literatur disebutkan bahwa Ada dua gen yang berperan dalam
prevalensi penyakit ginjal polikistik terjadinya polikistik hepar yaitu
dominan autosomal 1:1000 individu dan hepatocystin yang dikode oleh gen PRKCSH,
10% diantaranya mengalami penyakit ginjal terdapat pada kromosom 19p dan gen

108
Penyakit Ginjal Polikistik disertai Anemia Hemolitik Autoimun
Yosa Tamia Marisa1*, Harnavi Harun2

SEC63 pada kromosom 6q. Secara didapatkan hasil direct comb test positif.
epidemiologi angka kejadian dari penyakit Penegakkan diagnosis ini telah sesuai
hati polikistik tersebut adalah 1:100.000 dengan alur diagnosis anemia hemolitik
sampai dengan 1:1.000.000/ tahun. autoimun. Pemeriksaan direct Coomb’s test
Asimptomatis atau tanpa gejala seringkali memiliki spesifisitas 98 % untuk mendeteksi
terjadi atau gejala baru dirasakan pada AIHA. Hasil yang positif menunjukkan
dekade ke empat kehidupan. Angka adanya imunoglobulin yang melapisi
kejadian ADPKD terbanyak pada wanita permukaan eritrosit yang menyebabkan
dibandingkan pria. Pada penyakit hati terjadinya destruksi eritrosit (Lee et al,
polikistik dapat terjadi kolestasis baik intra 2011).
maupun ekstra hepatal, dimana Hubungan antara penyakit polikistik
terbentuknya kista hepar diduga karena dengan AIHA belum begitu jelas. Pada
defek kongenital dari sistem bilier pada penyakit polikistik, mutasi pada PKD-1
ADPKD. Sampai saat ini belum ada ataupun PKD-2 menimbulkan makrofag di
mekanisme pasti menjelaskan hal tersebut. darah (monosit) infiltrasi ke jaringan. Hal ini
Pada pasien ini, terjadi obstruksi parsial terjadi karena adanya kegagalan regulator
kronik pada sistem bilier dan hal ini dari imun nonspesifik di darah. keadaan
menimbulkan peradangan (kolesistitis) dan tersebut akan berlanjut dan menyebabkan
peradangan kronik ini akan mencetuskan fragmentasi dari sel eritrosit oleh antibodi
terjadi batu pada empedu tersebut sesuai dan makrofag (Schwart dan Goldman,
dengan teori inflamasi (Chebib and Torres, 2010).
2018). Pengobatan pada pasien bersifat
Diagnosis anemia sedang normositik konservatif, dimana pemantauan fungsi
normokrom ec hemolitik ec autoimun ginjal dan fungsi hepar dilakukan secara
terjadi pada pasien ditegakkan dengan berkala (Chebib and Tores, 2018). Pada
adanya keluhan pucat, badan letih lesu dari pasien ini tidak dilakukan aspirasi kista
pemeriksaan ditemukan Hb: 7,5 mg/dl karena multiple kista. Menurut literatur
dengan gambaran darah tepi normositik aspirasi kista multiple memiliki tingkat
normokrom dengan polikromasi. Menurut rekurensi yang tinggi, sehingga sebaiknya
kriteria WHO kisaran Hb < 8gr/dl dan Hb> 6 pada pasien ini dilakukan tindakan dengan
gr/dl termasuk anemia sedang. Pada teknik PAIR (Puncture, aspiration, injection,
pemeriksaan retikulosit didapatkan nilai 2,6 reaspiration) atau teknik marsupialisasi
% dan dari pemeriksaan Coomb’s tes

109
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(1): 102-111, Maret 2021

dengan tujuan agar rekurensi dapat dicegah Chebib FT and Torres VE, 2018. Recent
(Giorgio et al, 2009). advances in the Management of
Pasien dikonsultasi ke bagian bedah Autosomal Dominant Polycystic
dan oleh bagian bedah digestif Kidney Disease. Clin J Am Soc
direncanakan dilakukan tindakan Nephrol. 13(11): 1765-1776.
kolesitektomi dan aspirasi kista hepar Ettorre GM, Vennarecci G, Santoro R,
secara laparoskopi. Pada pasien ini tidak Laurenzi A, Ceribelli C, Cintio AD et
dilakukan tindakah bedah karena pasien al, 2012. Giant Hydatid Cyst of The
menolak rencana pembedahan. Untuk Liver With a Retroperitoneal
pengobatan AIHA pada pasien, diberikan Growth: A Case Report. Journal of
terapi steroid metil prednisolone dengan Medical Case Reports. 6: 298.
dosis 0,8mg/kgBB/hari dan dilakukan Giorgio A, Sarno AD, Stefano G, Nunzia F,
evaluasi untuk nilai hb setelah 4-6 minggu Paolo M, Umberto S, et al, 2009.
terapi. Percutaneous Treatment of
Hydatid Liver Cyst. Recent Pat

KESIMPULAN Antiinfect Drug Discov. 4(1): 29-36.

Penyakit ginjal polikistik autosomal Purnomo BB, 2009. Dasar – Dasar Urologi.

dominan tidak menimbulkan gejala hingga Sagung Seto, Jakarta.

decade keempat hidup pasien. Penyakit ini Kalyani R, Thej MJ, Thomas AK, Raveesha A,

yang terjadi pada usia diatas 30 tahun dapat 2012. Chronic Cold Agglutinin

mengalami penyakit polikistik hepar yang Disease: A Case Report with

ditemukan pada kasus yaitu terjadi Review of Literature. Journal of

obstruksi parsial kronik pada sistem bilier Clinical and Diagnostic Research.

dan hal ini menimbulkan peradangan (Suppl-1)6(3): 480-482.

(kolesistitis) yang mencetuskan terjadi batu Kelton JG, Chan h, Heddle N, Whittaker S,

pada empedu. Pada pasien disertai 2011. Acquired Hemolytic Anemia.

diagnosis anemia sedang normositik Blood and Bone Marrow

normokrom ec hemolitik ec autoimun. Pathology, Chapter 10, 2nd Edition.

Pemeriksaan Coomb’s tes didapatkan hasil 185-202.

direct comb test positif. Lee K, Battini L, Gusella GL., 2011. Cilium,
Centrosome and Cell Cycle

DAFTAR PUSTAKA Regulation in Polycystic Kidney

110
Penyakit Ginjal Polikistik disertai Anemia Hemolitik Autoimun
Yosa Tamia Marisa1*, Harnavi Harun2

Disease. Biochim Biophys Acta. Management. 385(9981): 1993-


1812(10): 1263–1271. 2002.
McPhee SJ and Papadakis MA, 2010. Blood Schwartz RS, Goldman L, Schafer AI, 2011.
disorders. Current Medical Autoimmune and Intravascular
Diagnosis and Treatment. Chapter Hemolytic Anemias. Cecil
13, 50th edition. The McGraw-Hill Medicine, part 14.
Companies. Vachha B, Sun MRM, Siewert B, Eisenberg
Ong ACM, Devuyst O, Knebelmann B, Walz RL, 2011. Cystic Lesions of The
G, 2015. Autosomal Dominant Liver. American Journal of
Polycystic Kidney Disease: The Roentgenology. 196(4): 355-366.
Changing Face of Clinical

111

Anda mungkin juga menyukai