Kelas: XII-MIA 2
Latar Belakang
1. Munculnya dua blok, yaitu Blok Barat di bawah Amerika Serikat dan Blok
Timur di bawah Uni Soviet yang saling memperebutkan pengaruh di dunia.
2. Adanya kecemasan negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara
berkembang, sehingga berupaya meredakan ketegangan dunia.
3. Ditandatanganinya “Dokumen Brioni” tahun 1956 oleh Presiden Joseph Broz
Tito (Yugoslavia), PM Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul
Nasser (Mesir), bertujuan mempersatukan negara-negara non blok.
4. Terjadinya krisis Kuba 1961 karena US membangun pangkalan militer di
Kuba secara besar-besaran, sehingga mengkhawatirkan AS.
5. Pertemuan 5 orang negarawan pada sidang umum PBB di markas besar PBB.
Tujuan
1. Meredakan ketegangan dunia sebagai akibat pertentangan dua blok adidaya
yang bersengketa.
2. Mengusahakan terciptanya suasana dunia yang aman dan damai.
3. Mengusahakan terwujudnya hubungan antarbangsa secara demokratis.
4. Menentang kolonialisme, politik apartheid, dan rasialisme.
5. Memperjuangkan kebebasan dalam bidang ekonomi dan kerja sama atas
dasar persamaan derajat.
6. Meningkatkan solidaritas di antara negara-negara anggota Gerakan Non
Blok.
7. Menggalang kerja sama antara negara berkembang dan negara maju menuju
terciptanya tata ekonomi dunia baru.
Pendiri
1. Presiden Yugoslavia – Joseph Broz Tito
2. Presiden Indonesia – Soekarno
3. Presien Mesir – Gamal Abdul Nasser
4. Perdana Menteri India – Pandit Jawaharlal Nehru
5. Kwame Nkrumah dari Ghana
KTT
Konferensi pertama
Pertemuan pertama berlangsung tahun 1961 di Beogard guna
mencetuskan prinsip politik bersama. Pengertian politik itu berbunyi “politik
berdasarkan koeksistensi damai, bebas blok, tidak menjadi anggota persekutuan
militer dan bercita cita melenyapkan kolonialisme dalam segala bentuk dan
manifestasinya”. Konferensi pertama negara nonblok September 1961 di
Beograd dianggap kelanjutan Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung.
Sebanyak 25 negara ikut ambil bagian (8 dari Asia, 9 Afrika, Eropa
(Yugoslavia), Amerika Latin (Kuba) dan 6 Arab. Tenaga pendorong konferensi
ini adalah Presiden Tito yang semakin bergeser ke Dunia Ketiga karena ingin
lepas dari isolasi kedua blok. Bertiga dengan Nehru dan Nasser, Tito
memerankan kelompok vokal pertemuan. Konferensi membahas diskriminasi
ras, bantuan untuk kemajuan dan perkembangan serta pelucutan senjata.
Konferensi kedua
Bulan Oktober 1964 berlangsung konferensi kedua di Kairo yang diikuti
utusan 48 negara dan sepuluh negara berstatus pengamat resmi (kebanyakan
dari Amerika Latin). Pada kedua konferensi sudah tampak adanya pertentangan
antara kelompok ngara moderat pimpinan Nehru dan kelompok radikal
pimpinan Soekarno serta Kwame Nkrumah.
Konferensi ketiga
Bulan September 1970 Konferensi Non Blok ketiga diadaan di Lusaka,
ibu kota Zambia. Jumlah peserta bertambah menjadi 54 negara, 9 negara
mengirimkan pengamat. Tema pokok konferensi yang dipimpin Presiden
Zambia Kenneth Kaunda mempermasalahkan rezim rasialis minoritas kulit
putih di Afrika Selatan. Prinsip nonblok dinyatakan tidak berkurang
kekuatannya seperti yang telah dirumuskan dalam resolusi Kairo dan Beogard.
Konferensi keempat
Konferensi tingkat tinggi keempat berlangsung September 1973 dan
diikuti 75 negara di Aljazair. Kamboja diwakili pangeran Sihanouk untuk
pemerintahan kerajaan. Para pengamat terdiri dari organisasi gerakan
kemerdekaan dan pembebasan Afrika Selatan dan Amerika Latin. Tema pokok
konferensi yang dipimpin Presiden Aljazair Boumedienne adalah masalah
negara-negara melarat. Dalam resolusi penutup dirumuskan hak menasionalisasi
perusahaan asing.
Konferensi kelima
Konferensi kelima berlangsung Agustus 1976 di Colombo, ibu kota Sri
Lanka. Dalam konferensi ini, selain dipertegas kepentingan negara-negara
nonblok yang dirugikan tata ekonomi dunia yang tidak adil yang bisa
mengancam perdamaian dunia juga dirumuskan perjuangan bersama negara-
negara nonblok dalam lapangan perdagangan, industri, teknologi termasuk
memperkuat media informasi negara-negara nonblok. Konferensi berhasil
merumuskan program aksi bersama yang disebut deklarasi perjuangan.
Konferensi keenam
Konferensi nonblok keenam berlangsung September 1979 di Havana, ibu
kota Kuba. Jumlah peserta menjadi 94 negara, peninjau dari 20 negara dan 18
organisasi dan negara yang berstatus tamu. Meskipun suasana konferensi
diliputi pertentangan antara kelompok moderat dan kelompok radikal,
konferensi berhasil merumuskan resolusi untuk memperkuat prinsip-prinsip
nonblok yang dirumuskan dalam deklarasi politik. Selain itu, deklarasi ekonomi
yang mempertegas sikap negara-negara nonblok terhadap apa yang mereka
nyatakan sebagai dominasi ekonomi asing yang merugikan kekayaan negara-
negara sedang berkembang berhasil pula dirumuskan.
Konferensi ketujuh
Keanggotaan Kamboja tidak berhasil diselesaikan sehingga baik
pemerintahan Heng Samrin maupun rezim Pol Pot hanya berstatus peninjau,
Konferensi Tingkat Tinggi Non Blok yang sedianya diadakan bulan September
1982 di Baghdad ibu kota Irak batal karena perang antara Irak dan Iran belum
berhasil diselesaikan. Lalu, Delhi ibu kota India menjadi pengganti tempat
berlangsungnya Konferensi Non Blok ketujuh.
ASEAN
Latar Belakang
Persamaan Letak Geografis
Berdasarkan letak geografis ASEAN, Semua negara di Asia Tenggara
terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia.
Selain itu, negara-negara di Asia Tenggara juga terletak di antara dua
samudra, yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Sementara berdasarkan letak astronomis ASEAN, kawasan ini terletak
pada 28°LU – 11°LS dan 93°BT – 141°BT.
Persamaan Dasar Kebudayaan
Setiap negara di kawasan Asia Tenggara memiliki dasar kebudayaan,
bahasa, tata kehidupan, dan pergaulan yang hampir sama.
Sebab mereka merupakan pewaris dari peradaban rumpun Melayu
Austronesia.
Persamaan Nasib
Hampir semua negara di Asia Tenggara pernah dijajah oleh bangsa barat,
kecuali Thailand.
Hal inilah yang menumbuhkan rasa “setia kawan” antara bangsa-bangsa di
Asia Tenggara.
Persamaan Kepentingan
Adanya kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial budaya,
keamanan, dan stabilitas politik menjadi latar belakang berdirinya
organisasi ASEAN.
Adapun tempat yang menjadi pintu gerbang sebagai jalan utama bagi lalu
lintas perdagangan dunia di Asia Tenggara, yaitu Selat Malaka dan Selat
Sunda.
Tujuan
1. Mempunyai tanggung jawab untuk memperkuat stabilitas ekonomi dan
sosial.
2. Menjamin adanya perdamaian dan laju pembangunan nasional.
3. Memastikan adanya kestabilan keamanan dari campur tangan luar dengan
segala bentuk manifestasinya.
Pendiri
1. Adam Malik, wakil dari Indonesia.
2. Tun Abdul Razak, wakil dari Malaysia.
3. Sinnathamby Rajaratnam, wakil dari Singapura.
4. Narsisco Ramos, wakil dari Filipina.
5. Thanat Khoman, wakil dari Thailand.
KTT
KTT ke-1
Pencetusan Bali Concord II yang akan dideklarasikan itu berisi tiga konsep
komunitas ASEAN yang terdiri dari tiga pilar, yaitu Komunitas Keamanan
ASEAN (ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC) dan Komunitas Sosial
Budaya ASEAN (ASSC).
KTT ke-10
OKI
Latar Belakang
1. Terjadinya pembakaran masjidil Aqsha oleh Israel.
2. Israel menduduki negara-negara jazirah Arab yang menyebabkan perang
Arab-Israel pada tahun 1967.
3. Isreal menduduki Yarussalem.
Tujuan
1. Melenyapkan perbedaarn diskriminasi, kolonialisme dan rasial.
2. Memperteguh dan menjunjung tinggi perjuangan umat islam.
3. Membantu dan mendukung Palestina untuk memperjuangkan kemerdekaan.
4. Meningkatkan solidaritas antar negara-negara islam.
5. Melindungi tempat-tempat suci dan ibadah agama.
Pendiri
OKI didirikan atas prakarsa Raja Hussein II (Maroko) dan Raja Faisal (Arab
Saudi) pada tanggal 25 September 1969 berdasarkan Deklarasi Rabat (Maroko)
dan memiliki Sekretaris Jenderal yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi.
KTT
Sampai tahun tahun 2016, OKI telah mengadakan 13 kali KTT, yaitu di
Rabat (1969, Lahore (1974), Ta’if/Mekkah (1981), Casablanca (1984), Kuwait
(1987), Dakar (1991), Casablanca (1994), Teheran (1997), Doha (2000),
Putrajaya, Malaysia (2003), Dakar (2008), Kairo (2013), dan Turki (2016).
Selain KTT rutin, OKI tercatat telah 5 kali menyelenggarakan KTT luar biasa,
yakni di Islamabad (1997), Doha (2003), Mekkah (2005 dan 2012), dan Jakarta
(2016). KTT luar biasa diselenggarakan jika ada masalah-masalah mendesak
yang perlu segera diselesaikan.
KTN