Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Bila ditinjau lebih jauh

mengenai Undang-Undang tersebut, maka manusia dengan lingkungan tidak

bisa dipisahkan (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009).

Masalah kesehatan sangat kompleks dan saling berkaitan dengan masalah-

masalah di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi

masalah kesehatan masyarakat tidak hanya dilihat dari segi kesehatan itu

sendiri tapi harus dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap kesehatan

tersebut (Notoatmodjo, 1997).

Usaha masyarakat menentukan kesehatannya, untuk penyakit menular dan

lingkungan sosial sangat berpengaruh tehadap penularan, penyebaran, dan

pelestarian agent di dalam lingkungan ataupun pemberantasannya.

Lingkungan sosial yang menentukan norma serta perilaku orang berpengaruh

terhadap penularan penyakit secara langsung dari orang ke orang, seperti

halnya penularan penyakit kelamin, penyakit kulit, penyakit pernapasan

(Winslow, 2007).

Keadaan perumahan atau pemukiman adalah salah satu faktor yang

menentukan keadaan hygiene, mortalitas dan morbiditas menurun dan wabah

1
2

berkurang dengan sendirinya, seperti yang dikemukakan WHO bahwa

perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula

tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat. Karena rumah terlalu sempit

maka penularan bibit penyakit dari manusia yang satu kemanusia yang lain

akan lebih mudah terjadi (Entjang, 2000).

Kurangnya air bersih khususnya untuk menjaga kebersihan diri, dapat

menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata. Hal ini terjadi karena bakteri

yang selalu ada pada kulit dan mata mempunyai kesempatan untuk

berkembang. Apalagi di antara masyarakat dengan keadaan gizi yang kurang

seperti kekurangan vitamin A, B dan C. Penyakit akibat kurangnya air bersih

adalah penyakit trachoma dan segala macam penyakit kulit yang disebabkan

jamur, dan bakteri (Slamet, 2007).

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari

pengaruh lingkungan. Salah satu bagian tubuh manusia yang sangat cukup

sensitif terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Lingkungan yang

sehat dan bersih akan membawa efek bagi kulit. Demikian pula sebaliknya,

lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya bebagai macam

penyakit antara lain penyakit kulit (Harahap, 2000).

Bakteri, bersama-sama dengan jamur dan virus, dapat menyebabkan

banyak penyakit kulit. Infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah

pioderma. Manifestasi klinis infeksi bakteri pada kulit sangat bervariasi,

sesuai dengan bakteri penyebabnya, bagian tubuh yang dikenai, dan keadaan

imunologik penderita (Harahap, 2000).


3

Berdasarkan penelitian Frengki di Pesantren Darel Hikmah tahun 2011,

ada hubungan yang bermakna antara personal hygiene yaitu kebersihan kulit,

kebersihan tangan dan kuku, kebersihan genetalia, kebersihan pakaian,

kebersihan handuk, kebesihan tempat tidur dan sprei dengan kejadian

penyakit kulit.

Berdasarkan daftar 10 penyakit terbesar di Puskesmas Manduro, penyakit

kulit merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak yaitu berada dalam

urutan ke dua dengan total 200 penderita penyakit kulit, sedangkan penyakit

yang terbesar utama adalah diare.

Menurut data Puskesmas Manduro pada bulan Januari-Oktober tahun

2017. Wilayah kerja Puskesmas Manduro meliputi 6 desa yaitu Desa

Bangunrejo memiliki kasus penyakit kulit yang paling tinggi dengan

berjumlah 26,5%, Desa Watesnegoro dengan 16,5% penderita, Desa

Candiharjo dengan 15,5% penderita, Desa Kunjorowesi dengan 14%

penderita, Desa Wonosari dengan 14% penderita, dan Desa Manduro dengan

13,5% penderita.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan frekuensi mandi pada ibu yang memiliki anak usia 2-

10 tahun dengan prevalensi penyakit kulit di desa Bangunrejo kecamatan

Ngoro kota Mojokerto?


4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis hubungan frekuensi mandi pada ibu yang memiliki anak

usia 2-10 tahun dengan prevalensi penyakit kulit di desa Bangunrejo

kecamatan Ngoro kota Mojokerto.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden (usia, pendidikan,

pekerjaan, lingkungan, status ekonomi, budaya, jumlah anak).

b. Menganalisis frekuensi mandi pada ibu yang memiliki anak usia

2-10 tahun di desa Bangunrejo kecamatan Ngoro kota Mojokerto.

c. Menganalisis prevalensi penyakit kulit pada ibu yang memiliki

anak usia 2-10 tahun di desa Bangunrejo kecamatan Ngoro kota

Mojokerto.

d. Mengetahui hubungan frekuensi mandi pada ibu yang memiliki

anak usia 2-10 tahun dengan prevalensi penyakit kulit di desa

Bangunrejo kecamatan Ngoro kota Mojokerto.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai literatur terutama masalah hubungan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) dengan prevalensi penyakit kulit sehingga

dapat diketahuinya pentingnya menerapkan PHBS dalam kehidupan

sehari-hari.
5

2. Bagi Akademis

Menambah pengetahuan khususnya di bidang penanggulangan

penyakit kulit, dan sebagai acuan untuk mengembangkan serta

meningkatkan ketrampilan dalam mengaplikasikan ilmu yang sudah

diperoleh selama perkuliahan.

3. Bagi Masyarakat

Dapat menjadi masukan terhadap perbaikan kebiasaan hidup yang

merugikan bagi kesehatan sehingga dapat menjaga kesehatan diri

khususnya yang berkaitan dengan penyakit kulit infeksi.

4. Bagi Peneliti Lain

Dapat digunakan sebagai masukan yang berkaitan dengan penyakit kulit

infeksi untuk penelitian lebih lanjut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fekuensi Mandi

Mandi merupakan bagian yang penting dalam menjaga kebersihan

diri. Mandi dapat menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang

peredaran darah, memberikan kesegaran pada tubuh. Sebaiknya mandi dua

kali sehari, alasan utama ialah agar tubuh sehat dan segar bugar. Mandi

membuat tubuh kita segar dengan membersihkan seluruh tubuh kita (Stassi,

2005).

Urutan mandi yang benar adalah seluruh tubuh dicuci dengan sabun

mandi. Oleh buih sabun, semua kotoran dan kuman yang melekat

mengotori kulit lepas dari permukaan kulit, kemudian tubuh disiram sampai

bersih, seluruh tubuh digosok hingga keluar semua kotoran atau daki.

Keluarkan daki dari wajah, kaki, dan lipatan. Gosok terus dengan tangan,

kemudian seluruh tubuh disiram sampai bersih sampai kaki (Irianto, 2007).

B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta

adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah

penyakit akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan

perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin kompleks.

Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan,

perbaikan pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor

6
7

keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis

memiliki andil 30-35% terhadap derajat kesehatan.

Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup

besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang

tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS).

1. Definisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

a. Perilaku Sehat

Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif

untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit,

melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam

gerakan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2011).

b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

PHBS adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan

mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program prioritas

yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat atau

Asuransi Kesehatan atau JPKM (Depkes RI, 2008)

c. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Program PHBS dalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar

atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok

dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan

informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan,

sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan, binasuasana dan


8

pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat

mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri dan dapat menerapkan

cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara, dan meningkatkan

kesehatannya (Depkes RI, 2011).

d. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam Rumah Tangga.

Perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga adalah upaya

untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan

mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan

aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (Proverawati, 2012).

Perilaku hidup bersih dan sehat adalah semua perilaku kesehatan yang

dilakukan atas kesadaran sehingga keluarga dapat menolong dirinya

sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan

kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan kesehatan masyarakat

(Sudayasa, 2009).

2. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Hilya, 2011)

a. Anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit

b. Anak tumbuh sehat dan cerdas

c. Produktivitas anggota keluarga meningkat

d. Pengeluaran biaya dapat di alokasikan untuk pemenuhan gizi keluarga,

pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan

3. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Dinkes RI, 2008)


9

Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator

lingkungan. Adapun indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

pada tatanan rumah tangga, adalah:

a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan seperti bidan, dokter dan para medis

lainnya (Proverawati, 2012).

b. Memberi bayi ASI eksklusif

ASI ekslusif adalah pemberian asi sejak bayi dilahirkan sampai

sekitar 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapat tambahan

cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air putih. Pada

pemberian ASI ekslusif bayi juga tidak diberikan makanan tambahan

tambahan seperti pisang, biskuit, bubur susu, tim dan sebagainya

(Suradi, 2004).

c. Menimbang balita setiap bulan

Penimbangan bayi dan balita setiap bulan dimaksudkan untuk

memantau pertumbuhan balita tersebut setiap bulan. Penimbangan ini

dilaksanakan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia 1 bulan

hingga 5 tahun. Setelah dilakukan penimbangan, catat hasilnya di buku

KMS (Kartu Menuju Sehat).

d. Menggunakan air bersih

Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti memasak,

mandi, hingga kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih banyak
10

mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai

macam penyakit (Sudayasa, 2009).

Agar air minum tidak menyebabkan penyakit maka air tersebut

hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan kesehatan. Air yang

sehat harus memenuhi persyaratan yaitu sebagai berikut :

1. Syarat fisik yaitu persyaratan air minum yang sehat adalah bening

(tidak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara di luarnya.

2. Syarat bakteriologis yaitu air minum yang sehat harus bebas dari

segala bakteri.

3. Syarat kimia yaitu air minum yang sehat harus mengandung zat-zat

tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau

kelebihan salah satu zat kimia dalam air akan menyebabkan

gangguan fisiologis pada manusia.

e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun dapat

enghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di

tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan setiap

kali sebelum makan dan melakuka aktifitas yang menggunakan

tanggan. Seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air besar,

sebelum memegang makanan maupun sebelum menyusui bayi

(Sudayasa, 2009).

Waktu mencuci tanggan pakai sabun yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Sebelum makan
11

2. Sebelum menyajikan makanan

3. Setelah buang air besar

4. Setelah menceboki bayi atau anak

5. Setelah memegang unggas atau hewan

6. Setelah menyusui bayi

7. Setelah batuk atau bersin dan membersihkan hidung

8. Setelah membersihkan sampah

9. Setelah bermain di tanah atau lantai (terutama bagi anak-anak)

Ada beberapa manfaat yang diperoleh setelah seseorang

melakukan cuci tangan pakai sabun, yaitu antara lain :

 Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan

 Mencegah penularan penyakit, seperti disentri, flu burung, flu

babi, typhus dan lain-lain.

 Tangan menjadi bersih dan bebas kuman.

f. Menggunakan jamban sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas

pembuangan kotoran manusia yang teridiri atas tempat jongkok atau

tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung)

yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkannya. Ada beberapa syarat jamban sehat yakni tidak

mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh

serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah

dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap


12

pelindung, penerangan dan ventilasi udara yang cukup, lantai kedap

air, tersedia air, sabun dan alat pembersih.

g. Memberantas jentik nyamuk di rumah sekali seminggu

Lakukan pemeriksaan jentik berkala di lingkungan rumah.

Pemeriksaan tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam

rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar

rumah seperti talang air dan lain-lain yang dilakukan secara teratur

setiap minggu. Selain itu juga dilakukan pemberantasan sarang nyamuk

dengan cara 3 M (menguras, mengubur, menutup).

h. Makan buah dan sayur setiap hari

Konsumsi sayuran dan buah sangat dianjurkan karena banyak

mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang

bermanfaat bagi tubuh. Sayur dan buah merupakan sumber makanan

yang mengandung gizi lengkap dan sehat. Sayur berwarna hijau

merupakan sumber kaya karoten (provitamin A). Semakin tua warna

hijau,maka semakin banyak kandungan karotennya (Proverawati,

2012).

i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Aktifitas fisik, baik berupa olahraga maupun kegiatan lain yang

mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan

fisi, mental dan mepertahankan hidup agar tetap sehat dan bugar

sepanjang hari. Jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan


13

dalamkehidupan sehari-hari yakni berkjalan kaki, berkebun, mencuci

pakaian, dan lain-lain.

j. Tidak merokok di rumah

Satu batang rokok yang dihisap, akan mengeluarkan lebih dari

4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar dan

karbon monoksida (CO). Jika ada anggota keluarga yang merokok

(perokok aktif), terlebih didalam rumah, maka asap yang dihasilkan

darirokok tersebut tidak hanya bahaya bagi perokok itu sendiri,

melainkan juga orang-orang disekitarnya (perokok pasif) yang tentu

berefek buruk bagi kesehatan. Rumah sebagai tempat berlindung bagi

keluarga, termasuk dari asap rokok. Oleh karena itu, perokok pasif

harus berani menyuarakan haknya untuk bebas dari kepulan asap

rokok.

C. Personal Hygiene

1. Definisi

Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu Personal

yang artinya perorangan dan Hygiene berarti sehat. Kebersihan

perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. (Wartonah,

2003)

Menurut, Personal Hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan

fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana


14

seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk

dirinya. (Perry, 2005)

2. Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah (Wartonah, 2003):

a. Body image, yaitu gambaran individu terhadap dirinya yang

mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan

fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

b. Praktik sosial, yaitu pada anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,

makaakanmungkinterjadi perubahan pola personal hygiene.

c. Status sosial ekonomi, yaitu Personal Hygiene memerlukan alat dan

bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang

semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

d. Pengetahuan, yaitu pengetahuan mengenai Personal Hygiene sangat

penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan

kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus

menjaga kebersihan kakinya.

e. Budaya, yaitu pada sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu

tidak boleh mandi.

f. Kebiasaan seseorang, yaitu ada kebiasaan orang yang menggunakan

produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun,

dansampo.
15

g. Kondisi fisik atau psikis, yaitu pada keadaan tertentu atau sakit

kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk

melakukannya.

3. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene

Dampak yang akan timbul jika Personal Hygiene kurang adalah

(Wartonah,2003):

a. Dampak fisik, yaitu gangguan fisik yang terjadikarena adanya

gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan yang

sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran

mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada

kuku.

b. Dampak psikososial, yaitu masalah sosial yang berhubungan dengan

Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman,

aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala individu dengan kurang perawatan diri adalah

(Departemen Kesehatan RI, 2000):

a. Fisik

- Rambut dan kulit kotor

- Kuku panjang dan kotor

- Gigi kotor disertai mulut bau

- Penampilan tidak rapi


16

- Badan bau dan pakaian kotor

b. Psikologis

- Malas dan tidak ada inisiatif

- Menarik diri atau isolasi diri

- Merasa tak berdaya , rendah diri dan merasa hina

c. Sosial

- Interaksi kurang

- Kegiatan kurang

- Tidak mampu berperilaku sesuai norma

- Cara makan tidak teratur, buang air besar dan buang air kecil di

sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

5. Pemeliharaan dalam Personal Hygiene

Pemeliharaan Personal Hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu,

keamanan dan kesehatan. Personal Hygiene meliputi (Potter, 2005):

a. Kebersihan Kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling

pertamamemberikan kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit

denganbaik. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari

kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan

hidup sehari-hari.

Dalam memelihara kebersihan kulit kebiasaan yang sehat

harusselalu diperhatikan adalah menggunakan barang keperluan


17

sehari-harimiliksendiri, mandi minimal 2 kali sehari, mandi

memakai sabun, menjaga kebersihanpakaian, makan yang bergizi

terutama banyak sayur danbuah, danmenjagakebersihan

lingkungan.

b. Kebersihan Rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat bersih dan

indah sehingga akan menimbulkan kesan bersih dan tidak berbau.

Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala,

maka perlu memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci

rambut sekurang-kurangnya 2 kali seminggu, mencuci rambut

memakai sampo/bahan pencuci rambut lainnya, dan sebaiknya

menggunakan alat pemeliharaan rambut sendiri.

c. Kebersihan Gigi

Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan

membersihkan gigi sehingga terlihat bersih. Hal yang perlu

diperhatikan dalam menjagaakesehatan gigi adalah menggosok gigi

secara benar dan teratur dianjurkan setiapsehabis makan, memakai

sikat gigi sendiri, menghindari makanmakanan yangmerusakgigi,


18

membiasakan makan buahyang menyehatkan gigi danmemeriksa

gigi secara teratur.

d. Kebersihan Telinga

Hal yang diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah

membersihkan telinga secara teratur, dan tidak mengorek telinga

dengan benda tajam.

e. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku

Seperti halnya kulit, tangan kaki, dan kuku harus dipelihara dan

ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan

hidup sehari-hari. Tangan, kaki, dan kuku yang bersih

menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang

kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan

penyakit tertentu. Untuk menghindari bahaya kontaminasi maka

harus membersihkan tangan sebelum makan, memotong kuku

secara teratur, membersihkan lingkungan, dan mencuci kaki

sebelum tidur.

6. Hal yang Mencakup Personal Hygiene

Kegiatan yang mencakup Personal Hygiene adalah:

a. Mandi
19

Mandi merupakan bagian yang penting dalam menjaga kebersihan

diri. Mandi dapat menghilangkan bau, menghilangkan kotoran,

merangsang peredaran darah, memberikan kesegaran pada tubuh.

Sebaiknya mandi dua kali sehari, alasan utama ialah agar tubuh sehat

dan segar bugar. Mandi membuat tubuh kita segar dengan

membersihkan seluruh tubuh kita (Stassi, 2005).

Urutan mandi yang benar adalah seluruh tubuh dicuci dengan

sabun mandi. Oleh buih sabun, semua kotoran dan kuman yang

melekat mengotori kulit lepas dari permukaan kulit, kemudian tubuh

disiram sampai bersih, seluruh tubuh digosok hingga keluar semua

kotoran atau daki. Keluarkan daki dari wajah, kaki, dan lipatan.

Gosok terus dengan tangan, kemudian seluruh tubuh disiram sampai

bersih sampai kaki. (Irianto, 2007)

b. Perawatan mulut dan gigi

Mulut yang bersih sangat penting secara fisikal dan mental

seseorang. Perawatan pada mulut juga disebut oral hygiene. Melalui

perawatan pada rongga mulut, sisa-sisa makanan yang terdapat di

mulut dapat dibersihkan. Selain itu, sirkulasi pada gusi juga dapat

distimulasi dan dapat mencegah halitosis (Stassi, 2005).

Maka penting untuk menggosok gigi sekurang-kurangnya 2 kali

sehari dan sangat dianjurkan untuk berkumur atau menggosok gigi

setiap kali selepas kita makan (Sharma, 2007).


20

Kesehatan gigi dan rongga mulut bukan sekedar menyangkut

kesehatan di rongga mulut saja. Kesehatan mencerminkan kesehatan

seluruh tubuh. Orang yang giginya tidak sehat, pasti kesehatan

dirinya berkurang. Sebaliknya apabila gigi sehat dan terawat baik,

seluruh dirinya sehat dan segar bugar. Menggosok gigi sebaiknya

dilakukan setiap selesai makan. Sikat gigi jangan ditekan keras pada

gigi kemudian digosokkan cepat. Tujuan menggosok gigi ialah

membersihkan gigi dan seluruh rongga mulut. Dibersihkan dari sisa

makanan, agar tidak ada sesuatu yang membusuk dan menjadi sarang

bakteri (Irianto, 2007).

c. Cuci tangan

Tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak berhubungan

dengan apa saja. Kita menggunakan tangan untuk menjamah

makanan setiap hari. Selain itu, sehabis memegang sesuatu yang

kotor atau mengandung kuman penyakit, selalu tangan langsung

menyentuh mata, hidung, mulut, makanan serta minuman. Hal ini

dapat menyebabkan pemindahan sesuatu yang dapat berupa penyebab

terganggunya kesehatan karena tangan merupakan perantara

penularan kuman (Irianto, 2007).

Berdasarkan penelitan WHO dalam National Campaign for

Handwashing with Soap (2007) telah menunjukkan mencuci tangan

pakai sabun dengan benar pada 5 waktu penting yaitu sebelum

makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi, sesudah


21

menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan dapat

mengurangi angka kejadian diare sampai 40%. Cuci tangan pakai

sabun dengan benar juga dapat mencegah penyakit menular lainnya

seperti tifus dan flu burung.

Langkah yang tepat cuci tangan pakai sabun adalah sebagai berikut

(National Campaign for Handwashing with Soap, 2007):

1. Basuh tangan dengan air mengalir dan gosokkan kedua

permukaan tangan dengan sabun secara merata, dan jangan

lupakan sela-sela jari

2. Bilas kedua tangan sampai bersih dengan air yang mengalir

3. Keringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan

kering

d. Membersihkan Pakaian

Pakaian yang kotor akan menghalangi seseorang untuk terlihat

sehat dan segar walaupun seluruh tubuh sudah bersih. Pakaian

banyak menyerap keringat, lemak dan kotoran yang dikeluarkan

badan. Dalam sehari saja, pakaian berkeringat danberlemak ini

akan berbau busuk dan menganggu. Untuk itu perlu mengganti

pakaian dengan yang besih setiap hari. Saat tidur hendaknya kita

mengenakan pakaian yang khusus untuk tidur dan bukannya

pakaian yang sudah dikenakan sehari-hari yang sudah kotor. Untuk

kaos kaki, kaos yang telah dipakai 2 kali harus dibersihkan.

Selimut, sprei, dan sarung bantal juga harus diusahakan supaya


22

selalu dalam keadaan bersih sedangkan kasur dan bantal harus

sering dijemur (Irianto, 2007).

7. Tujuan Personal Hygiene

Tujuan dari Personal Hygiene adalah untuk meningkatkan derajat

kesehatan, memelihara kebersihan diri, memperbaiki Personal Hygiene

yang kurang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan, dan

meningkatkan rasa percaya diri. (Wartonah, 2003).

D. Definisi Kulit

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan

mempunyai fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam

gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui

sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk

secara terus–menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah

mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, serta pembentukan pigmen

untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari. Selain itu

kulit juga berfungsi sebagai peraba, perasa serta pertahanan terhadap

tekanan dan infeksi dari luar (Azhara, 2011).

Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada

keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh.

Warna kulit juga berbeda, dari kulit yang berwarna terang ( fair skin ),

pirang, hitam, warna merah muda pada telapak tangan dan kaki bayi,

serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa (Azhara,

2011).
23

1. Anatomi Kulit

Kulit terletak pada bagian tubuh yang paling luar. Luas kulit

orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira – kira 15% berat badan.

Rata – rata tebal kulit 1-2 mm.Paling tebal 6 mm yaitu ada di

telapak tangan dan kaki dan yang paling tipis ada dipenis. Kulit

terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu epidermis , dermis atau korium

dan jaringan subkutan atau subkutis ( Harahap, 2000).

Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu (Harahap, 2000):

a. Epidermis, terbagi atas empat lapisan yaitu basal atau stratum

germinativum, lapisan malphigi atau stratum spinosum, lapisan

granular atau stratum granulosum dan lapisan tanduk atau

stratum korneum.

b. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan

di atas jaringan subkutan.

c. Jaringan subkutan (subkutis atau hipodermis) merupakan lapisan

yang langsung dibawah dermis.

2. Fungsi Kulit

Mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan

tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah sebagai berikut

(Harahap, 2000):

a. Pelindung

Jaringan tanduk sel epidermis paling luar membatasi

masuknya benda-benda dari luar dan keluarnya cairan


24

berlebihan dari dalam tubuh. Melanin yang memberi warna pada

kulit dari akibat buruk sinar ultra violet.

b. Pengatur Suhu

Di waktu suhu dingin peredaran di kulit berkurang guna

mempertahankan suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran

darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dari

kelenjar keringat, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu

panas.

c. Penyerapan

Kulit dapat menyerap bahan tertentu seperti gas dan zat

larut dalam lemak lebih mudah masuk kedalam kulit dan masuk

ke peredaran darah, karena dapat bercampur dengan lemak yang

menutupi permukaan kulit masuknya zat tersebut melalui folikel

rambut dan hanya sekali yang melalui muara kelenjar keringat.

d. Indera Perasa

Indera perasa di kulit karena rangsangan terhadap

sensoris dalam kulit. Fungsi indera perasa yang utama adalah

merasakan nyeri, perabaan, panas dan dingin.

3. Penyakit Kulit

Salah satu bagian tubuh yang cukup sensitif terhadap berbagai

macam penyakit adalah kulit .Kulit merupakan pembungkus yang

elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Lingkungan

yang sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit.
25

Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi

sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit

kulit (Harahap, 2000).

Faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit

adalah iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah

suburnya jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor

ekonomi yang kurang memadai (Harahap, 2000).

Salah satu faktor yang menyebabkan penyakit kulit adalah

kebersihan perorangan yang meliputi kebersihan kulit, kebersihan

rambut dan kulit kepala, kebersihan kuku, intensitas mandi dan lain-

lain (Potter, 2005).

Penyakit kulit adalah peradangan kulit yang menimbulkan reaksi

peradangan yang terasa gatal, panas dan berwarna merah. Penyakit

kulit terjadi pada orang yang kulitnya terlalu peka, kadang

menunjukkan sedikit gejala dan kadang dalam kondisi yang parah

(Sudoyo, 2006).

Penyakit kulit adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan

jaringan penutup permukaan tubuh dan bersifat relatif ringan.

Meskipun bersifat relatif ringan, apabila tidak ditangani secara serius,

maka hal tersebut dapat memperburuk kondisi kesehatan (Diana,

2004).

Penyakit kulit merupakan peradangan kulit epidermis dan dermis

sebagai respons terhadap faktor endogen berupa alergi atau eksogen


26

berasal dari bakteri dan jamur. Gambarannya polimorfi, dalam artian

berbagai macam bentuk, dari bentol, bercak merah, basah, keropeng

kering, penebalan kulit disertai lipatan kulit yang semakin jelas, serta

gejala utama adalah gatal. Dermatitis termasuk penyakit kulit yang

menyebalkan, karena kekambuhannya, serta penyebabnya yang sukar

untuk dicari dan ditentukan. Sifat dermatitis adalah residif, dalam

artian bisa kambuh, tergantung dari jenisnya dan faktor pencetusnya,

maka kekambuhan bisa dihindari. Sebagai contoh Dermatitis

Numularisyang memiliki bentuk seperti koin (uang logam) yangbasah

dan gatal (Ganong, 2006).

4. Penyebab Penyakit Kulit

Jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak

antara lain (Fregert, 1988):

a. Agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan,

kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat mineral. Agen fisik

menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada

kulit. Kebanyakan iritan kulit langsung merusak kulit dengan

jalan :

1. Mengubah pHnya

2. Bereaksi dengan protein (denaturasi)

3. Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya

4. Merendahkan daya tahan kulit.

b. Agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :


27

1. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam

logam.

2. Sensitizer berupa logam dan garam, senyawa yang berasal dari

anilin, derivat nitro aromatik, resin,bahan kimia karet, obat,

antibiotik,kosmetik, tanaman.

3. Agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak dan

mineral.

4. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni

benzoat, hidrokarbon aromatik klor, danpewarna akridin.

c. Agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk.

Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu

terjadinya penyakit kulit. Zat kimia dapat menyebabkan penyakit

kulit. Zat kimia tersbut anatar lain adalah kromium, nikel, kobalt,

dan merkuri.

5. Jenis-Jenis Penyakit Kulit

Penyakit kulit karena infeksi bakteri adalah scrofuloderma,

tuberculosis cutis verucosa, kusta (leprae), patek. Gangguan kulit

karena infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah

pioderma. (Fregert, 1988).


28

Gambar 2.1. Pioderma

Penyakit kulit karena parasit dan insekta adalah scabies,

pediculosis capitis, pediculosis corporis, pediculosis pubis,

creeping eruption, amoebiasis cutis, gigitan serangga,

trichomoniasis. (Fregert, 1988)

Gambar 2.2. Scabies

6. Patofisiologi Penyakit Kulit

Personal Hygiene yang kurang dan menurunnya daya tahan

tubuh menyebabkan bakteri, virus, jamur dan parasit mudah masuk

ke dalam tubuh. Pada penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri

dan virus, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran

darah. Sedangkan pada penyakit kulit akibat infestasi parasit


29

seperti sarcoptes scabiei yang hidup dirambut dan bertelur disana.

Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa.

Kelainan kulit yang timbul akibat dari garukan gatal akibat

sensitisasi terhadap sekret dan exkret sarcoptes kurang lebih

sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai

dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika. Gerukan

dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder

(Ganong, 2006).

Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum

korneum (lapisan kulit yang paling luar) yang mencolok yang

menyebabkan kebocoran kapiler, hipoproteinemia dan

keseimbangan nitrogen yang negatif. Karena dilatasi pembuluh

darah kulit yang luas, sejumlah besar panas akan hilang jadi

dermatitis eksfoliatifa memberikan efek yang nyata pada keseluruh

tubuh. Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama yaitu

pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit sel dalam lapisan

basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel yang baru terbentuk

bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak sebagai

sisikatauplak jaringan epidermis yang profus (Ganong, 2006).

Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non

imunologik dan imunologik (alergik), tetapi sebagian besar

merupakan reaksi imunologik. Pada mekanisme immunologik,

alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah
30

tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang

rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap

(hapten). Obat atau metaboliknya yang berupa hapten ini harus

berkonjugasi dahulu dengan protein misalnya jaringan, serum atau

protein dari membran sel untuk membentuk antigen obat dengan

berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen

lengkap (Ganong, 2006).

7. Mikrobiologi Kulit

Kulit manusia tidak bebas hama (steril). Kulit steril hanya

didapatka pada waktu yang sangat singkat setelah lahir. Kulit

manusia tidak steril karena permukaan kulit mengandung banyak

bahan makanan (nutrisi) untuk pertumbuhan organisme, antara

lain lemak, bahan yang mengandung nitrogen, mineral, dan lain

yang merupakan hasil tambahan proses keratinisasi atau yang

merupakan hasil apendiks kulit. Mengenai hubungannya dengan

manusia, bakteri dapat bertindak sebagai parasit yaitu dapat

menimbulkan penyakit atau sebagai komensal yang merupakan

flora normal (Djuanda, 2007).


A.

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep berdasarkan teori H. L. Blum

PHBS:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan.
2. Memberi ASI ekslusif.
3. Menimbang bayi dan balita.
4. Menggunakan air bersih.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun.
6. Menggunakan jamban sehat.
7. Memberantas jentik di rumah.
8. Makan buah dan sayur setiap hari.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
10. Tidak merokok di dalam rumah.

11. Kebersihan kulit (frekuensi mandi)

Lingkungan Prevalensi Pelayanan Kesehatan


1. Fisik 1. Screening
Penyakit Kulit
2. Sosial 2. Penyuluhan PHBS
3. Budaya

Karakter
1. Usia
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Status Ekonomi
5. Budaya
6. Kebersihan
7. Jumlah Anak

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

31
32

Terdapat beberapa faktor timbulnya prevalensi penyakit kulit,

diantaranya PHBS, lingkungan, pelayanan kesehatan, karakter. PHBS adalah

semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota

keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan,

sedangkan PHBS di Rumah Tangga merupakan upaya untuk memberdayakan

anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku

hidup bersih dan sehat. Peneliti melakukan penelitiannya pada ibu yang

mempunyai anak usia 2-10 tahun untuk mengetahui hubungan frekuensi

mandi dengan prevalensi penyakit kulit.

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut :

Ada hubungan frekuensi mandi pada ibu yang memiliki anak usia 2-10

tahun dengan prevalensi penyakit kulit di Desa Bangunrejo Kecamatan Ngoro

Kota Mojokerto.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Observasi Analitik dengan rancangan

cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi mandi

pada ibu yang memiliki anak usia 2-10 tahun di desa Bangunrejo kecamatan

Ngoro kota Mojokerto melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner

dan observasi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di desa Bangunrejo kecamatan Ngoro kota

Mojokerto.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari Oktober-November 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia

2-10 tahun di desa Bangunrejo kecamatan Ngoro kota Mojokerto yang

berjumlah 198 ibu dengan anak usia 2-10 berjumlah 132 anak.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah anak-anak berusia 2-10 tahun

adapun alasan pemilihan sampel penelitian, berdasarkan laporan bulanan

33
34

selama tahun 2017 dan diketahui bahwa kunjungan terbanyak adalah pada

jenis kelamin dan usia tersebut.

a. Besar Sampel

Besar sampel didapat dengan rumus menurut Slovin sebagai

berikut:

N
n=
1+ Nd 2

Keterangan:

n = besar sampel

N = besar populasi

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (10%)

132
1+(132 ×0,1¿¿ 2)¿

132
n=
1+1,32

132
n=
2,32

n=56,88 ≈57

Jadi sampel yang diperlukan untuk penelitian ini sebanyak 57 orang.

b. Kriteria Inklusi

1. Anak usia 2-10 tahun yang tinggal di desa Bangunrejo

Kecamatan Ngoro kota Mojokerto.

2. Anak usia 2-10 /tahun yang pernah maupun belum pernah

mengalami penyakit kulit pada bulan Januari-November

2017.
35

3. Anak usia 2-10 tahun yang mau dijadikan sebagai

responden.

c. Kriteria Eksklusi

1. Ibu meninggal dunia.

2. Menolak untuk di berikan kuisioner.

3. Meninggalkan tempat pada saat pemberian kuisioner

penelitian.

4. Tidak mau mengisi informed consent.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling

yang merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus

peneliti sehingga layak dijadikan sampel.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer berupa frekuensi mandi pada ibu yang memiliki anak

usia 2-10 tahun di desa Bangunrejo kecamatan Ngoro kota Mojokerto

melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder didapat dari hasil penelusuran laporan data

Puskesmas Manduro yang terkait dengan prevalensi penyakit kulit dan

data kependudukan dari Kantor Kelurahan di desa Bangunrejo kecamatan

Ngoro kota Mojokerto.


36

E. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah personal hygiene

yang dilihat dari kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan

pakaian, kebersihan handuk, kebersihan tempat tidur dan sprei.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keluhan penyakit kulit.


37

3. Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Kategori Skala


Pengukuran
Freekuensi Mandi adalah bagian Wawancara 1. mandi 1x Nominal
mandi yang penting dalam dan kuisioner sehari
menjaga kebersihan diri.
Mandi dapat 2. mandi 2x
menghilangkan bau, sehari
menghilangkan kotoran,
merangsang peredaran
darah, memberikan
kesegaran pada tubuh.
Penyakit kulit Penyakit kulit dalam Wawancara 1. Ya Nominal
penelitian ini adalah dan kuisioner 2. Tidak
scabies yang ditandai
dengan: papul, vesikel,
urtika. Gerukan dapat
menimbulkan erosi,
ekskoriasi, krusta dan
infeksi sekunder.
Pyoderma yang ditandai
dengan: ruam
kemerahan, gatal,
krusta, kulit bersisik,
pus, pustula, luka
berdarah dan bau busuk.
38

F. Prosedur Pengumpulan Data

Proses Penelitian

Ibu yang mempunyai anak usia 2-10 tahun

Informed Consent

Ya Tidak

Wawancara dengan menggunakan


kuesioner

Pengumpulan dan penggolahan data

Kesimpulan dan hasil

Bagan 4.1 Alur Penelitian : Hubungan frekuensi mandi pada

Ibu yang memeliki anak usia 2-10 tahun dengan prevalensi penyakit

kulit di desa Bangunrejo kecamatan Ngoro kota Mojokerto tahun

2017.

G. Pengelolahan Data

Data yang terkumpul kemudian akan diolah melalui tahapan sebagai berikut:

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban,

konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner.

2. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses

pengolahan data dengan memberikan angka nol atau satu.


39

3. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan

diteliti guna memudahkan analisis data.

4. Entry Data, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan

komputer.

H. Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan uji statistik chi square. Uji chi

square disebut juga dengan kai kuadrat. Chi square adalah salah satu jenis uji

komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel, dimana skala

data kedua variabel adalah nominal (Hidayat, 2012).

1. Analisa Univariat

Analisa data dengan mendistribusikan variabel frekuensi mandi di

desa Bangunrejo yang disajikan dalam bentuk tabel dan distribusi

frekuensi.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dari

masing-masing variabel independen yaitu frekuensi mandi dengan

variabel dependen (keluhan penyakit kulit). Uji analisa dengan

menggunakan uji chi-square pada taraf kepercayaan 95% sehingga

diketahui hubungan antar variabel penelitian.


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Bangunrejo kecamatan Ngoro Kota

Mojokerto. Desa Bangunrejo memiliki luas wilayah 37.890 Ha denganjumlah

penduduk 795 jiwa (laki-laki 411 Jiwa, perempuan 384 Jiwa)

Batas-batas Desa Bangunrejo

- Sebelah Utara : Kec. Krembung

- Sebelah Timur : Desa Watesnegoro

- Sebelah Selatan : Desa Watesnegoro

- Sebelah Barat : Desa Candiharjo

B. Hasil Penelitian

Hasil penyebaran kuesioner dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

1. Analisis Univariat

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Mandi di Desa


Bangunrejo kecamatan Ngoro kota Mojokerto

FrekuensiMandi Frekuensi Persentase %


Buruk (mandi < 2 sehari) 25 43,9
Baik (mandi 2 kali sehari) 32 56,1
Total 57 100.0
Sumber: Hasil Survei, 2017

40
41

43.9 Buruk
Baik
56.1

Gambar 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan FrekuensiMandi Di Desa


Bangunrejo kecamatan Ngoro kota Mojokerto

Tabel 5.1 dan Gambar 5.1 menunjukkan bahwa dari 57 responden

yang diteliti, sebagian besar memiliki kebiasaan mandi yang baik yaitu

sebanyak 32 orang atau 56,1% responden dan hanya 25 orang atau 43,9%

responden yang memiliki kebiasaan mandi yang buruk.

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Prevalensi Penyakit Kulit


di Desa Bangunrejo kecamatan Ngoro kota Mojokerto

Penyakit kulit Frekuensi Persentase %


Ya 21 36,8
Tidak 36 63,2
Total 57 100.0
Sumber: Hasil Survei, 2017
42

36.8
Ya
Tidak

63.2

Gambar 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Prevalensi Penyakit


Kulit di Desa Bangunrejo kecamatan Ngoro kota Mojokerto

Tabel 5.2 dan Gambar 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden sebanyak 36 orang atau 63,2% tidak terkena penyakit kulit,

hanya 21 orang atau 36,8% responden terkena penyakit kulit.

2. Analisis Bivariat

Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel (univariat)

dapat diteruskan dengan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan

antar variabel. Berikut ini akan disajikan hasil pengujian menggunakan uji

Chi square.
43

Tabel 5.3 Hubungan Antara Frekuensi Mandidengan Prevalensi


Penyakit Kulit di Desa Bangunrejo kecamatan Ngoro kota
Mojokerto
Penyakit kulit
Frekuensi mandi Total p-value
Ya Tidak
Buruk (mandi < 2 sehari) 20 (80%) 5 (20%) 25 (100%)
Baik (mandi 2 kali sehari) 1 (3,1%) 31 (96,9%) 32 (100%) 0,000
Total 21 (36,8%) 36 (63,2%) 57(100%)
Sumber : Hasil Survei, 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, dari 100% responden

yang memiliki frekuensi mandi yang buruk 80%terkena penyakit kulit.

Dan dari 100% responden dengan frekuensi mandi yang baik 96,9% tidak

terkena penyakit kulit.

Hasil perhitungan chi squaremenunjukkan bahwa ada hubungan

antara frekuensi mandi dengan prevalensi penyakit kulit di desa

Bangunrejo kecamatan Ngoro kabupaten Mojokerto, terbukti dengan nilai

p-value sebesar 0,000 < 0,05 atau 5%.


BAB VI

PEMBAHASAN

Kulit adalah jaringan yang selama ini kurang diperhatikan oleh sebagian

besar orang sampai terjadi sesuatu.Lalu mereka baru menyadari betapa pentingnya

kulit bagi citra diri. Dengan demikian kulit pada manusia mempunyai peranan

yang sangat penting, selain fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup juga

mempunyai arti lain yaitu ras, dan sarana komunikasi nonverbal antar individu

satu dengan yang lain.

Banyak penyakit kulit menyebabkan gatal dan ketidaknyamanan untuk jangka

waktu lama. Penyakit kulit dapat menyebabkan kegagalan fungsi kulit dan ini

sama seriusnya dengan penyakit hati dan ginjal. Penyakit kulit sering terjadi pada

seorang individu yang kurang memperhatikan kebersihan dan biasanya terjadi

pada masyarakat yang belum mengerti akan kebersihan atau personal hygiene.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan

antara frekuensi mandi dengan prevalensi penyakit kulit di desa Bangunrejo

kecamatan Ngoro kabupaten Mojokerto, terbukti dengan nilai p-value sebesar

0,000 < 0,05 atau 5%.

Hal ini didukung dengan data penelitian yang menunjukkan bahwa dari 100%

responden yang memiliki frekuensi mandi yang buruk 80%terkena penyakit kulit.

Dan dari 100% responden dengan frekuensi mandi yang baik 96,9% tidak terkena

penyakit kulit.

Penyakit kulit menurut Ganong(2006), merupakan peradangan kulitepidermis

dan dermis sebagairespons terhadap faktor endogenberupa alergi atau eksogen

44
45

berasal dari bakteri dan jamur. Penyakit ini juga bisa terjadi karena kebersihan

perorangan yang salah satunya adalah kebersihan kulit.

Dalam penelitian ini penyakitkulit yang terjadi pada responden selain

dikarenakan personal hygiene yang masih belum dikategorikan baik, penyakit

kulit ini disebabkan dari pengetahuan yang kurang dariresponden serta berbagai

faktor-faktor seperti kebiasaan tempat tinggal yang dibiarkan kotor, memakai baju

yang berulang serta tidak adanya sarana air bersih yang mengalir. Ini dilihat dari

masih adannya juga personal hygiene yang baik tetapi masih terkena penyakit

kulit.

Penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini dilakukan oleh Agsa Sajida

pada tahun 2012 yang berjudul hubungan personal hygiene dan sanitasi

lingkungan dengan keluhan penyakit kulit di Kelurahan Denai, Kecamatan Medan

tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara kebersihan kulit dengan keluhan penyakit kulit bahwa proporsi kebersihan

kulit yang baik tidak mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 52,2%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor personal hygiene yang

menyebabkan penyakit kulit adalah faktor kebiasaan mandi. Dari 57 responden

yang diteliti, sebagian besar memiliki kebiasaan mandi yang baik yaitu sebanyak

32 orang atau 56,1% responden dan hanya 25 orang atau 43,9% responden yang

memiliki kebiasaan mandi yang buruk.

Intensitas mandi memang dilakukan dua kali dalam sehari, namun peralatan

mandi seperti handuk kurang terjaga kebersihannya. Hal ini dimungkinkan

kebanyakan orang biasanya tidak mengganti handuk setiap 3 hari sekali, dan tidak
46

meletakkan handuk di tempat yang cukup terkena sinar matahari.Hal ini berarti

bahwa kebersihan handuk kurang terjaga kebersihannya. Handuk yang digunakan

untuk mengeringkan badan sebaiknya bersih dan tidak lembab, setelah digunakan

sebaiknya handuk langsung di jemur. Secara berkala handuk diganti 1-2 kali

dalam seminggu untuk menjaga kebersihan (Yohmi, 2007).


BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Sebagian besar memiliki kebiasaan mandi yang baik yaitu sebanyak 32

orang atau 56,1% responden dan hanya 25 orang atau 43,9% responden

yang memiliki kebiasaan mandi yang buruk.

2. Sebagian besar responden sebanyak 36 orang atau 63,2% tidak terkena

penyakit kulit, hanya 21 orang atau 36,8% responden terkena penyakit

kulit

3. Ada hubungan antara frekuensi mandi dengan prevalensi penyakit kulit

di desa Bangunrejo kecamatan Ngoro kabupaten Mojokerto, terbukti

dengan nilai p-value sebesar 0,000 < 0,05 atau 5%

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Masyarakat agar lebih memperhatikan kebersihan lingkungan, dapat

membina kerjasama dengan puskesmas terdekat untuk membuat

program yang memungkinkan untuk memberikan penyuluhan yang

berhubungan dengan penyakit kulit, pengaruh sikap tentang kebersihan

diri terhadap penyakit kulit dapat dijadikan sebagai bahan penyuluhan

atau tambahan ilmu sebagai salah satu pencegahan terjadinya penyakit

47
48

kulit. Sehingga status kesehatan anak dan lingkungannya dapat terpantau

secara berkelanjutan

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melaksanakan penelitian

sejenis diharapkan menggunakan desain penelitian yang berbeda, dapat

menggunakan desain penelitian case control atau retrospketif.


49
49

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Standar Pedoman Perawatan Jiwa

danTindakan Keperawatan. Jakarta.

Djuanda, Adhi. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Fakultas

KedokteranUniversitas Indonesia. Jakarta.

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya

Bakti.Bandung.

Ganong, dkk. 2006. Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.

Hadiwiyoto, Soedo. 2003. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah.

YayasanIdayu.Jakarta.

Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta.

Hidayat, Nur. 2006. Mikrobiologi Undusti. CV. Andi Offset. Yogyakarata.

Irianto, Koes. 2006. Menguak Dunia Mikroorganisme. CV. Yrama

Widya.Bandung.

Kusnoputranto, Haryoto. 2000. Kesehatan Lingkungan. Gramedia Pustaka

Utama.Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. 1999. Persyaratan Rumah Sehat. Keputusan Menteri

Kesehatan RI. No. 829/Menkes/SK/VII/1999.


50
49
49
50

Lampiran 1

Surat Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN PREVALENSI


PENYAKIT KULIT DI DESA BANGUNREJOKECAMATAN
NGORO
KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2017
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat :
Menyetujui berpartisipasi dalam penelitian ini dan bersedia mengisi

serta menjawab setiap pertanyaan yang diajukan terhadap diri saya. Saya

mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan sebagai responden

atau mengundurkan diri setiap saat tanpa adanya sanksi atau kehilangan

semua hak saya. Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai

penelitian ini atau mengenai keterlibatan saya dalam penelitian ini, dan

telah dijawab dengan memuaskan.

Mojokerto, Oktober 2017

Responden

( )
50
50
49
51

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN PREVALENSI
PENYAKIT KULIT DI DESA BANGUNREJOKECAMATAN NGORO
KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2017

No.
Urut:
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur : tahun
3. Alamat :

Personal Hygiene
Kebersihan Kulit
1. Berapa kali anda mandi dalam sehari?
a. 1 kali
b. 2 kali
2. Bagaimana cara anda mandi?
a. Mandi dengan air lalu menggosok kulit kemudian seluruh
tubuh disiram dengan air secukupnya
b. Mandi dengan air dan sabun dan menggosok kulit kemudian
seluruh tubuh disiram sampai bersih
3. Bagaimana kebiasaan anda dalam penggunaan sabun?
a. Memakai sabun sendiri
b. Memakai sabun bergantian dengan keluarga

Kebersihan Tangan dan Kuku


1. Bagaimana cara anda mencuci tangan?
a. Membasuh kedua tangan dengan air memakai wadah/
mangkuk lalu tangan dikeringkan dengan lap
b. Membasuh kedua tangan dengan air yang mengalir dan
menggosok kedua permukaan tangan dan sela-sela jari
dengan sabun dan disiram dengan air mengalir lalu tangan
dikeringkan dengan lap yang bersih
2. Berapa kali anda memotong kuku?
a. Dipotong saat sudah panjang
b. Sekali seminggu
3. Apakah anda menyikat kuku menggunakan sabun saat mandi ?
a. Ya
b. Tidak
52

Kebersihan Pakaian
1. Berapa kali anda mengganti baju dalam sehari?
a. 1 kali dalam sehari
b. Tidak pernah
2. Apakah anda menjemur pakaian yang dicuci dibawah terik matahari?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda mengganti baju setelah berkeringat?
a. Ya
b. Tidak

Kebersihan Handuk
1. Bagaimana kebiasaan anda memakai handuk?
a. Memakai handuk bergantian dengan keluarga
b. Memakai handuk sendiri
2. Bagaimana anda meletakkan handuk yang telah dipakai mandi?
a. Digantung dalam kamar
b. Dijemur di luar/ dijemuran
3. Bagaimana keadaan handuk anda ketika mandi?
a. Kering
b. Lembab

Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei


1. Berapa kali anda mengganti sprei?
a. 2 minggu sekali
b. Lebih dari 2 minggu
2. Apakah sprei yang anda gunakan sebelum tidur sudah
dibersihakan terlebih dahulu?
a. Ya
b. Tidak
3. Berapa kali anda menjemur kasur dan bantal?
a. 2 minggu sekali
b. Lebih dari 2 mingg
53

KELUHAN PENYAKIT KULIT

Apakah dalam 1 bulan terakhir ini anda pernah mengalami:

a. Kulit yang terasa gatal dengan frekuensi yang berulang-ulang Ya

Tidak

b. Adanya bercak-bercak kemerahan pada kulit


Ya

Tidak

c. Adanya bentol-bentol pada kulit ya

Tidak

d. Adanya kulit yang mengelupas seperti sisik dan kering Ya

Tidak
54

Lampiran 3
Frequency Table

Kebiasaan mandi
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Buruk 25 43.9 43.9 43.9
Baik 32 56.1 56.1 100.0
Total 57 100.0 100.0

Penyakit kulit
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 21 36.8 36.8 36.8
Tidak 36 63.2 63.2 100.0
Total 57 100.0 100.0

Crosstabs

Kebiasaan mandi * Penyakit kulit

Crosstab
Penyakit kulit
Ya Tidak Total
Kebiasaan mandi Buruk Count 20 5 25
% within Kebiasaan
80.0% 20.0% 100.0%
mandi
Baik Count 1 31 32
% within Kebiasaan
3.1% 96.9% 100.0%
mandi
Total Count 21 36 57
% within Kebiasaan
36.8% 63.2% 100.0%
mandi
54
55

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 35.646 1 .000
Continuity
32.419 1 .000
Correctionb
Likelihood Ratio 41.105 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
35.021 1 .000
Association
N of Valid Casesb 57
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
9.21.
b. Computed only for a 2x2
table

Symmetric Measures
Asymp. Std. Approx. Approx.
Value Errora Tb Sig.
Interval by Pearson's R
.791 .078 9.582 .000c
Interval
Ordinal by Spearman
.791 .078 9.582 .000c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 57
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
56
54

Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
Kebiasaan mandi 124.000 13.476 1141.026
(Buruk / Baik)
For cohort Penyakit
25.600 3.682 177.971
kulit = Ya
For cohort Penyakit
.206 .094 .453
kulit = Tidak
N of Valid Cases 57
57
54

Lampiran 4

Dokumentasi Penelitian
58
54

Anda mungkin juga menyukai