Modul 2 Sistem Pengkodean Bilangan
Modul 2 Sistem Pengkodean Bilangan
Seperti telah diterangkan dalam uraian mengenai sistem bilangan oktal dan
heksadesimal di bagian depan, untuk menyatakan 1 angka desimal diperlukan 4
angka biner. Tetapi dengan 4 bit sebenarnya dapat dinyatakan 16 macam simbol
yang berbeda sehingga kesepuluh simbol dalam bilangan desimal dapat dinyatakan
dengan beberapa himpunan (set) kode yang berbeda. Perlu dibedakan dengan tegas
antara pengkodean dan konversi. Kalau suatu bilangan dikonversikan ke bilangan
lain maka kedua bilangan itu mempunyai harga/nilai. Namun tidak demikian dengan
pengkodean. Sebagai contoh, kalau angka 8 desimal dikonversikan ke biner, maka
satusatunya pilihan adalah 1000. Tetapi kalau angka 8 ini dikodekan ke biner, ada
bermacam-macam kode yang dapat dibentuk, walaupun hanya terdiri atas 4 bit.
Pembahasan mengenai macam-macam kode, akan dijelaskan pada subbab
berikutnya.
2. SISTEM PENGKODEAN
Sistem Desimal Disandi Secara Biner atau BCD (singkatan dari Binary Coded
Decimal) merupakan kode yang paling sederhana karena kode itu sendiri merupakan
konversi dari desimal ke biner. Kode BCD merepresentasikan masing-masing 10
digit desimal (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9) menjadi kode 4-digit biner. Kode ini sangat
berguna untuk outputting bagi display yang selalu menggunakan numerik atau angka
(0 sampai 9), demikian juga angka seperti yang ada pada jam digital atau voltmeter
digital.
Bilangan BCD sangat berguna jika informasi data desimal hendak disalurkan ke
dalam atau ke luar dari sebuah sistem digital. Sebagai contoh, rangkaian dalam
kalkulator saku dapat mengolah bilangan BCD. Dengan memasukkan bilangan
desimal melalui papan tombol kalkulator, akan diperoleh jawaban berbentuk bilangan
desimal pada penampang-penampil LED dan LCD.
Contoh lain aplikasi sistem BCD adalah pencacah elektronik, multimeter digital,
dan jam digital. Semua rangkaian tersebut bekerja pada sistem BCD.
urutan kode, yaitu 1, 2, 4, dan 8, berurut dari bit yang paling kanan. Hanya saja
dalam kode BCD tidak ada nilai lebih dari 9.
Untuk mengetahui gambaran lebih jelas mengenai BCD, dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Contoh:
1. 9
2. 6
3. 10
4. 163
Jawab :
3. Bagaimana untuk angka 10? Apakah akan berkode 1010? Tentu saja
jawabannya tidak. Perlu diingat bahwa kode BCD tidak melebihi nilai 9.
Angka 10, merupakan gabungan antara nilai 1 dan 0, sehingga kode
BCDnya adalah 0001 0000. Diperlukan 8 digit untuk mengkodekan angka
10.
Kode Excess-3 (XS3) berhubungan dengan kode BCD, hal ini disebabkan oleh
sifat biner-terkode-desimalnya. Dengan kata lain, masing-masing kelompok 4-bit
dalam kode XS3 sama dengan suatu digit desimal tertentu. Kode XS3 adalah selalu
tiga angka lebih besar dari pada angka BCD. Kode Excess-3 (XS3) diperoleh dengan
menambahkan 3 (=0011) kepada kode BCD standar, dan inilah alasan pemberian
namanya. Nilai tertinggi untuk BCD Excess-3 adalah (9+3) = 1100 Excess-3
Contoh:
1. 9
2. 6
3. 10
4. 163
Jawab :
1001
0011 +
1100
0110
0011 +
1001
3. BCD standar untuk angka 10 = 0001 0000, maka kode Excess-3 (XS3) =
0100 0011
4. BCD standar untuk angka 163 = 0001 0110 0011, maka kode Excess-3
(XS3) 163 = 0100 1001 0110
Gray code ini diperkenalkan oleh Frank Gray pada tahun 1947. Gray Code
atau kode kelabu merupakan salah satu kode biner yang tak berbobot selain dari
kode Excess 3. Gray Code bukan merupakan kode jenis BCD. Masing-masing
kenaikan hitungan (penambahan) pada Gray Code dilakukan hanya dengan
pengubahan satu bit saja. Dalam biner 4 bit, semua berubah keadaan (dari 0111 ke
1000). Dalam garis yang sama, Gray Code hanya mempunyai perubahan keadaan
pada bit sebelah kiri (0100 ke 1100), terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1
Jenis kode ini digunakan dalam pengkodean posisi sudut dari peralatan yang
bergerak secara berputar, seperti motor stepper, mesin bubut otomatis serta gerinda.
Kode gray biasanya juga dipakai pada mechanical encoder, misalnya pada telegraf.
Untuk bilangan gray code tidak memiliki aturan cara konversi, yang perlu
diingat adalah kelanjutan dari bilangan yang satu ke bilangan berikutnya hanya boleh
berubah 1 angka.
Dalam Gray Code, setengah bagian atas, yaitu untuk kode desimal 5-9,
merupakan bayangan cermin dari pada setengah bagian bawah, yaitu kode untuk
desimal 0-4, kecuali untuk bit 3 (bit ke 4 dari kanan). Sifat ini disebut reflective. Di
samping itu, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.1, Gray Code juga mempunyai sifat
bahwa kode untuk desimal yang berturutan berbeda hanya pada 1 bit. Sifat ini
sangat penting dalam pengubahan sinyal-sinyal mekanis atau listrik ke bentuk digital.
Sebagai contoh, kalau tegangan yang dikenakan pada suatu voltmeter digital
berubah dari 3 volt ke 4 volt (dalam biner dari 0011 ke 0100), maka ada
kemungkinan bit 2 (bit ke 3 dari kanan) akan berubah lebih dulu dari bit-bit yang lain
sehingga akan memberikan penunjukan sementara 0111 (= 7) yang jelas salah.
Dengan penggunaan kode Gray kesalahan seperti ini tidak akan terjadi.
Tabel 2.1. Perbandingan Sistem Bilangan dengan Pengkodean BCD, Excess-3, dan
Gray Code
2.4. ASCII
ASCII terdiri atas 7 bit yang dapat mengkodekan semua angka desimal, huruf
abjad, baik huruf besar maupun kecil, tanda-tanda khusus dan tanda baca, dan
beberapa kode kendali/kontrol yang umum dipakai dalam komunikasi data. Dalam
praktek sekarang, walaupun aslinya 7 bit, kebanyakan ASCII menggunakan 8 bit
dengan bit tambahan dipakai sebagai bit parity, kadang kadang untuk membentuk
aksara yang bukan aksara latin.
Sebagai informasi sistem kode EBCDIC terdiri atas 8 bit, dan digunakan
dalam komputer-komputer IBM tipe 360 dan 370 yang sangat terkenal itu. Pada
modul ini, yang lebih diperdalam hanyalah mengenai ASCII, sedangkan sistem kode
EBCDIC hanya sekedar informasi.
Sumber
http://www.cdrummond.qc.ca/cegep/informat/Professeurs/Alain/images/ASCII1.GIF
LATIHAN :
1. Tentukan kode BCD, Excess-3, Gray, serta ASCII dengan tanpa melihat tabel
untuk bilangan dibawah ini!
a. 12(10)
b. 1001(2)
c. 3A(16)
a. 00100010 (BCD)
b. 10100011 (Excess-3)
c. 0110 (Gray)
d. SD