Anda di halaman 1dari 10

STMIK STIKOM BALIKPAPAN 1

MODUL 2 SISTEM PENGKODEAN


BILANGAN

A. TEMA DAN TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN


1. Tema : Sistem Pengkodean Bilangan
2. Fokus : 1. Definisi Pengkodean
Pembahasan 2. Sistem Pengkodean
Materi Pokok
3. Tujuan : 1. Mahasiswa dapat memahami konsep sistem
Kegiatan pengkodean bilangan
Pembelajaran 2. Mahasiswa mampu membedakan sistem kode: BCD,
Excess-3, Gray Code, dan ASCII
3. Mahasiswa dapat mengkonfersi dari sistem bilangan
ke dalam sistem pengkodean bilangan.

B.URAIAN MATERI POKOK


1. DEFINISI PENGKODEAN

Pengkodean kadang disebut dengan penyandian, terdiri kode yang


memasangkan serangkaian karakter berurutan dari suatu kumpulan dengan sesuatu
yang lain, untuk memfasilitasi penyimpanan teks pada komputer dan transmisi teks
melalui jaringan telekomunikasi.

Seperti telah diterangkan dalam uraian mengenai sistem bilangan oktal dan
heksadesimal di bagian depan, untuk menyatakan 1 angka desimal diperlukan 4
angka biner. Tetapi dengan 4 bit sebenarnya dapat dinyatakan 16 macam simbol
yang berbeda sehingga kesepuluh simbol dalam bilangan desimal dapat dinyatakan
dengan beberapa himpunan (set) kode yang berbeda. Perlu dibedakan dengan tegas
antara pengkodean dan konversi. Kalau suatu bilangan dikonversikan ke bilangan
lain maka kedua bilangan itu mempunyai harga/nilai. Namun tidak demikian dengan
pengkodean. Sebagai contoh, kalau angka 8 desimal dikonversikan ke biner, maka
satusatunya pilihan adalah 1000. Tetapi kalau angka 8 ini dikodekan ke biner, ada

Firmansyah, S.Kom. Sistem Digital


STMIK STIKOM BALIKPAPAN 2

bermacam-macam kode yang dapat dibentuk, walaupun hanya terdiri atas 4 bit.
Pembahasan mengenai macam-macam kode, akan dijelaskan pada subbab
berikutnya.

2. SISTEM PENGKODEAN

2.1. KODE BCD

Sistem Desimal Disandi Secara Biner atau BCD (singkatan dari Binary Coded
Decimal) merupakan kode yang paling sederhana karena kode itu sendiri merupakan
konversi dari desimal ke biner. Kode BCD merepresentasikan masing-masing 10
digit desimal (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9) menjadi kode 4-digit biner. Kode ini sangat
berguna untuk outputting bagi display yang selalu menggunakan numerik atau angka
(0 sampai 9), demikian juga angka seperti yang ada pada jam digital atau voltmeter
digital.

Bilangan BCD sangat berguna jika informasi data desimal hendak disalurkan ke
dalam atau ke luar dari sebuah sistem digital. Sebagai contoh, rangkaian dalam
kalkulator saku dapat mengolah bilangan BCD. Dengan memasukkan bilangan
desimal melalui papan tombol kalkulator, akan diperoleh jawaban berbentuk bilangan
desimal pada penampang-penampil LED dan LCD.

Contoh lain aplikasi sistem BCD adalah pencacah elektronik, multimeter digital,
dan jam digital. Semua rangkaian tersebut bekerja pada sistem BCD.

Bilangan BCD memiliki peran terbatas dalam komputer. Beberapa jenis


komputer 8-bit menggunakan BCD, tetapi komputer jenis ini lambat dan lebih rumit
dibandingkan dengan komputer biner. Komputer pada dasarnya tidak sekedar
memproses bilangan, tetapi harus dapat bekerja dangan nama-nama, data-data non
numerik, grafis dan lain-lain. Karenanya komputer modern (misalnya seperti
komputer Personal Computer = PC) menggunakan mikroprosesor yang memproses
bilangan biner dan bukan BCD.

Proses yang dilakukan mirip halnya seperti mengkonfersi bilangan desimal


menjadi bilangan biner. Setiap bit dalam BCD diberi bobot menurut letaknya dalam

Firmansyah, S.Kom. Sistem Digital


STMIK STIKOM BALIKPAPAN 3

urutan kode, yaitu 1, 2, 4, dan 8, berurut dari bit yang paling kanan. Hanya saja
dalam kode BCD tidak ada nilai lebih dari 9.

Untuk mengetahui gambaran lebih jelas mengenai BCD, dapat dilihat pada
Tabel 2.1.

Contoh:

Tentukan kode BCD dari bilangan desimal berikut :

1. 9

2. 6

3. 10

4. 163

Jawab :

1. Angka 9 merupakan penjumlahan 8 dengan 1, sehingga kode BCD-nya


adalah: 1001

2. Angka 6 merupakan penjumlahan 4 dengan 2, kodenya adalah: 0110.

3. Bagaimana untuk angka 10? Apakah akan berkode 1010? Tentu saja
jawabannya tidak. Perlu diingat bahwa kode BCD tidak melebihi nilai 9.
Angka 10, merupakan gabungan antara nilai 1 dan 0, sehingga kode
BCDnya adalah 0001 0000. Diperlukan 8 digit untuk mengkodekan angka
10.

4. Untuk menyatakan bilangan desimal ratusan diperlukan 3 kode BCD, jadi 12


bit. Bilangan 163 dikodekan dengan 0001 0110 0011.

Firmansyah, S.Kom. Sistem Digital


STMIK STIKOM BALIKPAPAN 4

2.2. KODE EXCESS-3

Kode Excess-3 digunakan dalam memanipulasi bilangan-bilangan yang


dipergunakan dalam operasi peralatan digital. Sandi ini diterapkan pada rangkaian
yang dipakai dalam operasi perhitungan seperti kalkulator ataupun komputer.

Kode Excess-3 (XS3) berhubungan dengan kode BCD, hal ini disebabkan oleh
sifat biner-terkode-desimalnya. Dengan kata lain, masing-masing kelompok 4-bit
dalam kode XS3 sama dengan suatu digit desimal tertentu. Kode XS3 adalah selalu
tiga angka lebih besar dari pada angka BCD. Kode Excess-3 (XS3) diperoleh dengan
menambahkan 3 (=0011) kepada kode BCD standar, dan inilah alasan pemberian
namanya. Nilai tertinggi untuk BCD Excess-3 adalah (9+3) = 1100 Excess-3

Firmansyah, S.Kom. Sistem Digital


STMIK STIKOM BALIKPAPAN 5

Contoh:

Tentukan kode Excess-3 (XS3) dari bilangan desimal berikut :

1. 9

2. 6

3. 10

4. 163

Jawab :

1. BCD standar untuk angka 9 = 1001, maka :

1001

0011 +

1100

2. BCD standar untuk angka 6 = 0110, maka :

0110

0011 +

1001

3. BCD standar untuk angka 10 = 0001 0000, maka kode Excess-3 (XS3) =
0100 0011

4. BCD standar untuk angka 163 = 0001 0110 0011, maka kode Excess-3
(XS3) 163 = 0100 1001 0110

Firmansyah, S.Kom. Sistem Digital


STMIK STIKOM BALIKPAPAN 6

2.3. GRAY CODE

Gray code ini diperkenalkan oleh Frank Gray pada tahun 1947. Gray Code
atau kode kelabu merupakan salah satu kode biner yang tak berbobot selain dari
kode Excess 3. Gray Code bukan merupakan kode jenis BCD. Masing-masing
kenaikan hitungan (penambahan) pada Gray Code dilakukan hanya dengan
pengubahan satu bit saja. Dalam biner 4 bit, semua berubah keadaan (dari 0111 ke
1000). Dalam garis yang sama, Gray Code hanya mempunyai perubahan keadaan
pada bit sebelah kiri (0100 ke 1100), terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1

Jenis kode ini digunakan dalam pengkodean posisi sudut dari peralatan yang
bergerak secara berputar, seperti motor stepper, mesin bubut otomatis serta gerinda.
Kode gray biasanya juga dipakai pada mechanical encoder, misalnya pada telegraf.

Untuk bilangan gray code tidak memiliki aturan cara konversi, yang perlu
diingat adalah kelanjutan dari bilangan yang satu ke bilangan berikutnya hanya boleh
berubah 1 angka.

Dalam Gray Code, setengah bagian atas, yaitu untuk kode desimal 5-9,
merupakan bayangan cermin dari pada setengah bagian bawah, yaitu kode untuk
desimal 0-4, kecuali untuk bit 3 (bit ke 4 dari kanan). Sifat ini disebut reflective. Di
samping itu, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.1, Gray Code juga mempunyai sifat

Firmansyah, S.Kom. Sistem Digital


STMIK STIKOM BALIKPAPAN 7

bahwa kode untuk desimal yang berturutan berbeda hanya pada 1 bit. Sifat ini
sangat penting dalam pengubahan sinyal-sinyal mekanis atau listrik ke bentuk digital.
Sebagai contoh, kalau tegangan yang dikenakan pada suatu voltmeter digital
berubah dari 3 volt ke 4 volt (dalam biner dari 0011 ke 0100), maka ada
kemungkinan bit 2 (bit ke 3 dari kanan) akan berubah lebih dulu dari bit-bit yang lain
sehingga akan memberikan penunjukan sementara 0111 (= 7) yang jelas salah.
Dengan penggunaan kode Gray kesalahan seperti ini tidak akan terjadi.

Tabel 2.1. Perbandingan Sistem Bilangan dengan Pengkodean BCD, Excess-3, dan
Gray Code

Desimal Biner BCD Excess-3 Gray Code

0 0000 0000 0000 0011 0011 0000

1 0001 0000 0001 0011 0100 0001

2 0010 0000 0010 0011 0101 0011

3 0011 0000 0011 0011 0110 0010

4 0100 0000 0100 0011 0111 0110

5 0101 0000 0101 0011 1000 0111

6 0110 0000 0110 0011 1001 0101

7 0111 0000 0111 0011 1010 0100

8 1000 0000 1000 0011 1011 1100

9 1001 0000 1001 0011 1100 1101

10 1010 0001 0000 0100 0011 1111

11 1011 0001 0001 0100 0100 1110

12 1100 0001 0010 0100 0101 1010

13 1101 0001 0011 0100 0110 1011

14 1110 0001 0100 0100 0111 1001

15 1111 0001 0101 0100 1000 1000

Firmansyah, S.Kom. Sistem Digital


STMIK STIKOM BALIKPAPAN 8

2.4. ASCII

Dalam penggunaan komputer secara umum, walaupun kode yang diolah


dalam komputer itu sendiri adalah angka-angka biner, tetapi selain angka-angka
desimal juga diproses huruf-huruf dan tanda-tanda baca/tanda khusus lainnya. Untuk
memroses data seperti ini tentunya diperlukan sistem kode yang lebih luas dari pada
sistem-sistem kode yang telah diterangkan sebelumnya. Kode yang berlaku umum
ini disebut kode "Alphanumeric" yang sering juga disingkat dengan nama
"Alphameric". Dua jenis kode yang paling umum dipakai dalam dunia komputer
sekarang ini adalah: ASCII (baca: eskii, singkatan dari: American Standard Code for
Information Interchange) dan EBCDIC (baca: ebsidik, singkatan dari: Extended
Binary Coded Decimal Interchange Code).

ASCII terdiri atas 7 bit yang dapat mengkodekan semua angka desimal, huruf
abjad, baik huruf besar maupun kecil, tanda-tanda khusus dan tanda baca, dan
beberapa kode kendali/kontrol yang umum dipakai dalam komunikasi data. Dalam
praktek sekarang, walaupun aslinya 7 bit, kebanyakan ASCII menggunakan 8 bit
dengan bit tambahan dipakai sebagai bit parity, kadang kadang untuk membentuk
aksara yang bukan aksara latin.

Sebagai informasi sistem kode EBCDIC terdiri atas 8 bit, dan digunakan
dalam komputer-komputer IBM tipe 360 dan 370 yang sangat terkenal itu. Pada
modul ini, yang lebih diperdalam hanyalah mengenai ASCII, sedangkan sistem kode
EBCDIC hanya sekedar informasi.

Dalam ASCII, karakter dengan kode di bawah 20 heksadesimal digunakan


sebagai kode kendali komunikasi, angka dikodekan dengan 30 - 39, huruf kapital
dikodekan 41 - 5A, huruf kecil 61 - 7A dan kode yang lainnya untuk tanda-tanda
baca, seperti tampak pada Tabel 2.2.

Firmansyah, S.Kom. Sistem Digital


STMIK STIKOM BALIKPAPAN 9

Tabel 2.2. Pengkodean ASCII

Sumber
http://www.cdrummond.qc.ca/cegep/informat/Professeurs/Alain/images/ASCII1.GIF

Firmansyah, S.Kom. Sistem Digital


STMIK STIKOM BALIKPAPAN 10

LATIHAN :

1. Tentukan kode BCD, Excess-3, Gray, serta ASCII dengan tanpa melihat tabel
untuk bilangan dibawah ini!

a. 12(10)

b. 1001(2)

c. 3A(16)

2. Tentukan bilangan desimal untuk kode berikut ini!

a. 00100010 (BCD)

b. 10100011 (Excess-3)

c. 0110 (Gray)

d. SD

3. Bedakan antara kode BCD, Excess-3, Gray, serta ASCII !!

Firmansyah, S.Kom. Sistem Digital

Anda mungkin juga menyukai