Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PNEUMONIA

COVID-19 COMORBID HIPERTENSI

Oleh
Nurul Amilia Oktivana, S.Kep
NIM 202311101161

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI


NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Nurul Amilia Oktivana, S.Kep.


NIM 202311101161
Tempat Pengkajian : Jurnal “Fulminant COVID-19 Pneumonia in a 53-Yr-Old
Man: A Case Report” (Vivian Gga dkk., 2020)

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

I. Identitas Pasien
Nama : Tn. X No. RM : xxxxxx
Umur : 53 tahun Pekerjaan : Supir Bus
Jenis Kelamin : Laki-Laki Status Perkawinan : Kawin
Agama : Kristen Tanggal MRS : 21 April 2021 Jam : 07.00 WIB
Pendidikan : SMA Tanggal Pengkajian : 21 April 2021 Jam : 08.00 WIB
Alamat : Nigeria Sumber Informasi : Jurnal

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa Medik:
Pneumonia Covid-19
2. Keluhan Utama:
Klien mengeluhkan demam selama dua minggu, batuk kering, sesak napas,
diare, sakit kepala dan sakit tenggorokan.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Setibanya di ruang isolasi, pasien mengalami gangguan pernapasan
dengan frekuensi pernapasan 40 napas / menit, saturasi oksigen 83% pada
udara ruangan, suhu 36,4 oC, denyut nadi 106 denyut / menit, tekanan
darah 140 / 90 mmHg. Gula darah acak saat presentasi adalah 7,2 mmol /
L. Penilaian pneumonia COVID-19 yang parah telah dilakukan.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
Klien mengatakan bahwa klien merasa demam selama dua minggu, batuk
kering, sesak napas, diare, sakit kepala dan sakit tenggorokan. Karena
gejala di atas, ia dibawa ke rumah sakit swasta di mana ia dirawat dengan
antibiotik dan antimalaria tanpa perbaikan. Usap nasofaring dan
orofaringeal diambil untuk tes PCR untuk COVID-19 yang ternyata
positif. Pasien dirujuk ke pusat isolasi di Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Abuja untuk pengelolaan lebih lanjut.
a. Penyakit yang pernah dialami:
klien memiliki riwayat penyakit hipertensi, dan DM.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
klien mengatakan bahwa tidak memiliki alergi terhadap makanan. Obat,
atau plester.
c. Imunisasi:
Pasien mengatakan telah diimunisasi lengkap imunisasinya.
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Pasien mengatakan bahwa sehari hari pasien selalu bekerja sebagai
supir bus, pasien pergi pada pukul 5 pagi dan pulang pada pukul 9 malam.
Pasien mengatakan bahwa sehari-harinya pasien suka mengkonsumsi
minuman manis dan selalu meminta di buatkan teh yang manis kepada
istrinya untuk dibawa bekerja.
e. Obat-obat yang digunakan:
pasien mengkonsumsi obat antihipertensi dan obat hipoglikemik oral yaitu
amlodipine 10 mg dan metformin 500 mg setiap 12 jam untuk mengontrol
hipertensi dan diabetesnya.
5. Riwayat penyakit keluarga:
Klien mengatakan apabila tidak ada yang sakit seperti dirinya di
keluarganya.
Genogram:

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
// : Cerai
: Anak kandung
: Anak angkat
: Anak kembar
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal serumah

III. Pengkajian Keperawatan


1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah menyangka kalua ia
menderita covid-19, pasien mengira bahwa ia hanya sakit flu biasa oleh
karena itu pasien tidak memeriksakan sakitnya ke dokter. Pasien juga
mengatakan rutin untuk meminum obat untuk mengontrol darah tinggi dan
diabetes militusnya.
Interpretasi : pola presepsi kesehatan klien sedikit terganggu dengan klien
merasa malu untuk keluar rumah.
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
Antropometr
y BB = 80 kg
TB = 175 cm
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 74 𝑘𝑔
𝐼𝑀𝑇 = (𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛)2 =(175)2=
Interpretasi : Indek Masa Tubuh (IMT) pasien berada pada rentang
Kelebihan Berat Badan
Biomedical sign :
a. Leukosit : 11,6 × 109 / L
b. Neutrofil Diferensial : 66%
c. Limfosit : 14%.
d. Trombosit 581 × 109 / L
e. Gula darah acak : 7,2 mmol / L
Intrepretasi : Gula darah pasien tinggi dan pasien mengalami
trombositosis.
Clinical Sign :
a. Klien terlihat lemah.
b. Klien terlihat pucat.
Interpretasi : pasien terlihat
sakit

Diet Pattern (intake makanan dan cairan):


Sebelum sakit :
Pasien mengatakan makan 2 kali sehari yaitu pada siang hari dan
malam hari, pasien mengatakan makan dengan makanan cepat saji
dikarenakan pasien harus cepat untuk kerja kembali, pasien tidak lupa
untuk meminum munuman manis seperti coca colla, pepsi dan minuman
yang sejenis, namun apabila di rumah pasien selalu makan makanan
dengan nasi dan lauk pauk, pasien juga mengatakan tidak pernah sarapan.
Saat Sakit :
Saat sakit pasien mengatakan selalu makan makan dengan rutin dan
memakan makanan yang rendah gula, saat sakit pasien juga banyak
mengkonsumsi air putih dan jarang mengkonsumsi minuman tinggi gula,
saat sakit pasien berusaha untuk mengkonsumsi makanan dengan rutin.
Interpretasi : Pola diet pattern pasien bermasalah sebelum sakit.

3. Pola eliminasi: (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)


BAK Sebelum sakit Setelah sakit
Frekuensi ± 8 x/hari ± 10 x/hari
Jumlah - ml/hari - ml/hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Bau Khas Amoniak Khas amoniak
Karakter Cair Cair
BJ Tidak terkaji Tidak terkaji
Alat bantu Tidak memakai Tidak memakai
Lain-Lain
BAB Sebelum sakit Setelah sakit
Frekuensi 1 x/hari 4 x/hari
Jumlah - ml/hari - ml/hari
Warna Kuning Kuning
Bau Khas feses Khas feses
Karakter lembek cair
Alat bantu Tidak memakai Tidak memakai
Lain-lain
Interpretasi:
Pola eliminasi BAB pasien terganggu.
4. Pola aktivitas & latihan
Aktivitas pasien sehari-hari adalah bekerja sebagai supir bus namun saat
sakit ia tidak lagi bekerja
Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3:
dibantu alat, 4: mandiri
Interpretasi : pola aktivitas dan latihan klien normal.
Status Oksigenasi : pasien mengalami gangguan pernafasan dengan
saturasi oksigen 83 %, klien sesak nafas, RR 40 x/menit
Fungsi kardiovaskuler :
TD = 140/90 mmHg
Nadi = 106 x/menit
Suhu = 36,4 0C
CRT = < 2 detik
Terapi oksigen : pasien memakan terapi oksigen intranasal dengan
kecepatan 5 L/menit
5. Pola tidur & istirahat (saat sebelum sakit dan setelah sakit)
Istirahat dan Tidur Sebelum sakit Setelah sakit
Durasi ± 8 jam/hari (21.00 WIB ± 13 jam/hari (20.00 WIB -
- 04.00 WIB 08.00 WIB
Gangguan tidur Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak ada
ada gangguan tidur gangguan saat tidur, klien
hanya terbangun hanya
untuk ke makar mandi
Keadaan bangun Baik baik
tidur
Kualitas tidur Pasien merasa puas dan Pasien merasa puas dan
segar saat terbangun. segar saat bangun
Interpretasi : pola tidur dan istirahat pasien normal.
6. Pola kognitif & perceptual
Pola Kognitif
Pasien dapat mengerti dan memahami kata-kata yang du ucapkan oleh
perawat. Selain itu, pasien mampu mengingat segala peristiwa yang telah
terjadi dengan baik dan jelas.
Fungsi dan keadaan indera :
Penglihatan : klien mengatakan pandangan nya kabur.
Pendengaran : pasien dapat mendengar suara dengan baik baik suara
pelan maupun suara yang keras.
Peraba : pasien dapat meraba benda halus dan benda yang
bertekstur kasar
Pengecap : pasien dapat membedakan semua rasabaik rasa manis,
pahit, asam, dan asin.
Penciuman : pasien dapat mencium dan membedakan aroma dengan
baik.
Interpretasi : fungsi dan keadaan indera penglihatan klien sedikit
terganggu.
7. Pola persepsi diri
Gambaran diri :
Klien mengatkan bahwa klien dapat menerima kodisinya saat ini. Dan
klien ikhlas terhadap penyakit yang dideritanya.
Identitas Diri :
Klien adalah seorang suami dengan 3 anak yang sehari-harinya bekerja
sebagai supir bus untuk meghidupi keluarganya.
Harga diri :
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan harga dirinya dikarenakan
walaupun sakit pasien tetap akan menjaga hargadirinya dengn baik.
Peran Diri :
Pasien mengatakan selalu melakukan tugas sebagai suami dan ayah
dengan baik dan selalu berusaha semaksimal mungkin dalam melakukan
pekerjaannya.
Ideal diri :
Klien mengatakan saai ini sangat menyesal dikarenakan saat klien bekerja
klien tidak dapat memberikan nafkah kepada istrinya dan tidak dapat
menjadi tulang punggung keluarga.
8. Pola seksualitas & reproduksi
Pola seksualitas
Klien selalu merasa disayang dan selalu di damping oleh keluarganya.
Fungsi reproduksi
Klien adalah suami yang sudah menikah dan memiliki 3 orang anak.
Interpretasi: pola seksualitas dan reproduksi pasien tidak mengalami
masalah.
9. Pola peran & hubungan
Keluarga klien menyebutkan bahwa klien adalah suami dan ayah yang
baik, dan keluarga juga mengatakan bahwa klien selalu melakukan
perannya dengan baik, dan pasien juga sangat ramah dengan tetangga
sekitar rumahnya.
Interpretasi: pola hubungan klien dengan keluarga dan tentangga normal.
10. Pola manajemen koping-stress
Klien selalu menyelesaikan masalah dengan cara berdiskusi dengan
keluarga sehingga permasalahan dapat diselesaikan bersama dan juga
selalu menceritakan permasalahan yang di alami dengan keluarganya.
Interpretasi : pola koping – stres pasien baik
11. Sistem nilai & keyakinan
Klien mengatakan selalu beribadah dengan rajin, selalu berdoa kepada
tuhan dn selalu rajin beribadah di gereja.
Interpretasi : sistem nilai dan keyakinan pasien tidak mengalami masalah.

IV. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum:
- Pasien tampak pucat, berbaring di tempat tidur dan kesadara klien
komposmetis
- Tanda vital:
- Tekanan Darah: 140/90 mmHg
- Nadi: 106 x/mnt
- RR: 40 x/mnt
- Suhu: 36,4 oC
- Saturasi Oksigen : 83%

Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)


1. Kepala
- Inspeksi = kepala terlihat simetris, tidak terlihat pembesaran, rambut
berdistribusi normal warna rambut hitam, tidak tampak
adanya lesi .
- Palpasi = tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
lesi.
2. Mata
- Inspeksi = Alis mata merata, bulu mata simetris, sklera tidak ikterik,
reflek terhadap cahaya positif, dan pupil isokor, tidak ada
lesi.
- Palpasi = mata tidak cowong, tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri
tekan.
3. Telinga
- Inspeksi = tidak ada lesi, telinga simetris, telinga bersih,
pendengaran normal.
- Palpasi = tidak ada nyeri tekan pada telinga.
4. Hidung
- Inspeksi = hidung simetris, tidak ada luka, klien dapat mencium
dengan normal.
- Palpasi = tidak ada nyeri tekan pada hidung.
5. Mulut
- Inspeksi = membrane mukosa pucat, mukosa bibir kering, tidak ada
lesi.
6. Leher
- Inspeksi = tidak tampak pembesaran pada leher, leher tampak
simetris, tidak tampak adanye lesi di leher,
- Palpasi = tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
deformitas tulang leher.
7. Dada
Jantung
- Inspeksi = Ictus cordis tidak terlihat, tidak terlihat
adanya pembeengkakan atau penonjolan.
- Palpasi = teraba inctur cordis pada intercostal 4-5 linea
midclavicularis sinistra, tidak teraba nyeri tekan.
- Perkusi = bunyi jantung pekak, Batas jantung
a. Batas kanan atas jantung di ICS II parasternalis
dekstra;
b. Batas kanan bawah di ICS IV parasternalis dekstra;
c. Batas kiri atas di ICS II linea parasternalis sinistra;
d. Batas kiri bawah ICS VI linea medial clavicula
sinistra yang berarti kesan jantung tidak melebar
- Auskultasi = tidak ter dapat bunyi jantung tambahan yakni:
a. Bunyi jantung I (terletak di ICS IV linea sternalis
kiri, dan ICS V linea mid clavicula kiri/apeks);
b. Bunyi jantung 2 (terletak ICS II, ICS II linea
sternalis kiri, dan ICS III linea sternalis).
Paru
- Inspeksi = betuk dada normal, ekpansi dada simetris, pernafasan
terlihat pernafasan dada dan perut, RR 40 x/menit,
pernapasan cepat dan dangkal.
- Palpasi = taktil fremitus normal dan terdapat nyeri tekan.
- Perkusi = bunyi paru-paru sonor.
- Auskultasi = suara napas normal.
8. Abdomen
- Inspeksi = bentuk perut normal, terdapat otot bantu pernapasan
abdomen, tidak ada luka di perut.
- Auskultasi = bising usus 40 x/menit (normal 5-30 x/menit)
- Perkusi = suara abdomen hipertimpani dan perut terasa
penuh (kembung).
- Palpasi = terdapat nyeri tekan abdomen, tidak ada pembesaran
hepar dan limpa.
9. Urogenetal
- Inspeksi = tidak ada pembengkakan, keadaan urogenetalia
(alat kelamin dan anus) dan bersih
- Palpasi = tidak ada nyeri tekan
10. Ekstremitas
Ektremitas Atas
- Inspeksi = tidak ada deformitas sendi, tidak ada lesi, otot tidak
mengalami atrofi ataupun hipertrofi
- Palpasi = kedua tangan tidak mengalami krepitasi, tonus otot
normal, kekuatan otot tangan kanan 4 dan tangan kiri
4
Ekstremitas Bawah
- Inspeksi = tidak ada perubahan bentuk kaki kanan dan kiri, terdapat
pertumbuhan rambut pada kaki kanan dan kiri, tidak tampak
lesi
- Palpasi = tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema.
Pemeriksaan Kulit Dan kuku
- Inspeksi = kuku pasien bersih, tidak ada perbedaan warna kulit tidak
ada lesi.
- Palpasi = turgor kulit normal, kulit kembali kesemula < 1 detik,
CRT < 2 detik
11. Keadaan lokal
- Pasien terlihat lemah, pasien tampak sesak dan pasien berbaring
ditempat tidur dengan alat bantu nafas.
V. Terapi
a. Amlodipine
b. Metformin
c. Ceftriaxone
d. Hydroxychloroquine
e. Seng sulfat
f. Azitromisin
g. Lopinavir / ritonavir
h. Vitamin C
Deskripsi Terapi
No Jenis Terapi Farmakodinamin dan Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi & Implikasi
farmakokinetik Efek Samping Keperawatan
1. Amlodipine Farmakodinamik 10 oral Amlodipine Amlodipine merupakan Penyuluhan dan
Amlodipine merupakan suatu mg/12 diindikasikan untuk kontraindikasi pada pengajaran pada fase
penghambat influx ion kalsium jam pengobatan hipertensi pasien-pasien yang ini merupakan
(slow channel blocker atau dan dapat digunakan diketahui sensitif tanggungjawab
antagonis ion kalsium) dan sebagai obat tunggal terhadap perawat. Dalam
menghambat influx untuk mengontrol dihydropyridine. Efek beberapa ruang
transmembran dari ion-ion tekanan darah pada samping yang paling lingkup praktek,
kalsium ke dalam jantung dan kebanyakan pasien. umum terobservasi pemberian obat dan
otot halus vaskular. Mekanisme Pasien-pasien yang adalah sakit kepala, pengkajian efek obat
kerja antihipertensi dari tidak cukup dikontrol edema, fatigue, juga merupakan
amlodipine didasarkan pada efek hanya dengan satu obat mengantuk, mual, nyeri tanggung jawab
relaksan langsung pada otot-otot antihipertensi mungkin perut, kemerahan, keperawatan yang
halus vaskular. Mekanisme yang mendapat keuntungan palpitation, dan pusing. penting. Selain itu
pasti tentang bagaimana tambahan dari Efek samping yang perawat harus mampu
amlodipine meredakan angina diberikannya paling sedikit mencegah resiko
belum sepenuhnya ditetapkan amlodipine, yang terobservasi secara kesalahan dalam
tetapi amlodipine menurunkan digunakan dalam umum, yaitu asthenia, pemberian obat.
beban ischemic total melalui dua kombinasi dengan dispepsia, dyspnea,
cara, yaitu: diuretik thiazide, obat gingival hyperplasia,
penghambat beta kejang otot, pruritus,
a. Amlodipine memperlebar
adrenoceptor, atau myalgia, ruam,
arteriola periferal dan
penghambat ACE. gangguan penglihatan,
dengan demikian,
Amlodipine dan jarang terjadi
menurunkan hambatan
diindikasikan untuk eritema multiforme.
periferal total (afterload)
pengobatan awal Seperti calcium
terhadap kerja jantung.
iskemia myocardial, channel blockers
Karena kecepatan jantung
baik disebabkan oleh lainnya, efek samping
tetap stabil, beban jantung
obstruksi tetap (angina berikutnya jarang
menjadi berkurang
stabil) dan/atau dilaporkan dan tidak
sehingga menurunkan
vasospasm/ dapat dikenali dari
konsumsi energi
myocardial dan oksigen. vasoconstriction penyakit dasar:
b. Mekanisme kerja (Prinzmetal’s atau myocardial infarction,
amlodipine kemungkinan variant angina) dari arrhythmia (termasuk
juga menyangkut dilatasi vasculature koroner. tachycardia ventrikular
dari arteri koroner utama Amlodipine dapat dan fibrilasi atrial), dan
dan arteriola koroner, baik digunakan jika suatu nyeri dada
dalam keadaan normal paparan klinis
maupun ischemic. Dilatasi menyarankan
ini meningkatkan komponen
pengiriman oksigen vasospastic/vasoconstri
myocardial pada pasien- ctive, tetapi hal ini
pasien yang mengidap hanya dapat dilakukan
kejang arteri koroner jika
(Prinzmetal’s atau variant vasospastic/vasoconstri
angina). ctive, belum pernah
ditetapkan. Amlodipine
Pemberian dosis sekali sehari dapat digunakan secara
pada pasien-pasien hipertensi
tunggal sebagai
dapat menurunkan tekanan darah monoterapi, atau dalam
selama 24 jam. Karena mula
kombinasi dengan
kerja amlodipine yang lambat, obat-obat antiangina
tidak menyebabkan hipotensi
lain pada pasien yang
akut. mengidap angina, yang
Farmakokinetik menolak terhadap nitrat
Absorpsi atau dosis yang
memadai dari beta
Setelah pemberian oral dari suatu blocker.
dosis terapeutik, amlodipine
diabsorpsi dengan baik, dengan
level darah puncak antara 6-12
jam setelah pemberian obat.
Bioavailability absolut
diperkirakan antara 64-80%.
Volume distribusi sekitar 21 l/kg.
Absorpsi dari amlodipine tidak
dipengaruhi oleh asupan
makanan.
Biotransformasi/eliminasi
Waktu paruh eliminasi plasma
terminal adalah sekitar 35-50 jam
dan tetap konsisten dengan dosis
sekali sehari. Level plasma yang
tetap, dicapai setelah 7-8 hari
sejak pemberian obat secara
berurutan. Amlodipine secara
luas diabsorpsi oleh hati menjadi
metabolit inaktif di mana 10%
berupa komponen utama dan
60% metabolit diekskresikan
bersama urine.
2. Farmakodinamik 500 oral Metformin digunakan Hindari penggunaan
Farmakodinamik metformin mg/12 untuk mengobati pada pasien dengan
berbeda dengan obat antidiabetik jam diabetes melitus tipe 2 kondisi:
lainnya, yaitu dengan cara (NIDDM) yang kadar a. Asidosis metabolik
menurunkan produksi glukosa gula darahnya tidak akut atau kronis
hepatik, menurunkan absorpsi terkontrol dengan diet dengan atau tanpa
glukosa intestinal, memperbaiki dan aktivitas fisik. koma
sensitivitas insulin dengan cara b. Kondisi akut yang
meningkatkan pengambilan dan dapat mengubah
penggunaan glukosa perifer. fungsi ginjal
Penggunaan (misalnya
metformin tidak menjadikan dehidrasi, infeksi
pasien diabetik tipe 2 atau orang berat, syok)
normal mengalami hipoglikemia. c. Hipoksia penyebab
Kecuali, dalam hal tertentu, yaitu penyakit akut atau
metformin dikombinasikan kronis (misalnya
pemberiannya bersamaan dengan gagal jantung atau
insulin, atau obat lain yang pernapasan tidak
memiliki efek hipoglikemia. stabil, serangan
Metformin juga tidak jantung baru-baru
menyebabkan hiperinsulinemia. ini, syok)
Dengan terapi metformin, sekresi d. Alkohol akut
insulin tidak berubah. Hal ini keracunan atau
berkenaan dengan menurunnya alkoholisme
kadar insulin puasa, dan respon e. Gangguan ginjal
insulin plasma harian. berat (eGFR <30
Kecil kemungkinan metformin mL / menit)
meningkatkan berat badan. Efek samping
Sebaliknya, berat badan dapat a. Ketidaknyamanan
menurun pada terapi dengan dada, jantung
metformin berdebar
Farmakokinetik b. Gangguan saluran
Absorpsi cerna: Mual,
Bioavailabilitas absolut dari muntah, diare, sakit
metformin hidroklorida tablet perut, perut
500 mg, diberikan pada kondisi kembung, mulas /
pasien berpuasa, adalah sekitar dispepsia, perut
50% ‒ 60%. Makanan kembung, tinja
menurunkan kecepatan absorpsi abnormal, sembelit.
metformin. c. Badan lemas, gejala
Waktu puncak plasma sediaan mirip flu
regular adalah 2-3 jam, d. Gangguan perasa,
sedangkan sediaan extended sakit kepala.
release adalah 4-8 jam. e. Gangguan
Konsentrasi plasma secara stabil kejiwaan:
dapat dicapai dalam waktu 24‒48 Meningkatnya rasa
jam, umumnya <1 µg/mL. Pada mengantuk.
uji klinis, pemberian metformin f. Gangguan
hidroklorida tablet, bahkan pada pernapasan, toraks
dosis maksimum sekalipun, dan mediastinum:
kadar plasma maksimum tidak Infeksi saluran
melebihi 5 mcg/mL Pada dosis pernapasan atas.
reguler, efek maksimum g. Gangguan kulit dan
metformin dapat terjadi dalam jaringan subkutan:
dua minggu Penyakit kuku,
Distribusi ruam.
Ikatan metformin dengan protein h. Berpotensi Fatal:
plasma adalah minimal, dan Asidosis laktat.
dapat diabaikan. Volume
distribusi: 650 L, pada obat kerja
reguler. Metformin dapat
terdistribusi masuk ke dalam
eritrosit.
Metabolisme
Metformin tidak melalui efek
lintas pertama di hepar.
Eliminasi
Renal clearance berkisar 3,5 kali
lebih besar daripada creatinine
clearance. Pada penggunaan
tablet metformin kerja
reguler, renal clearance sekitar
450‒540 mL/menit.
Ekskresi metformin 90% terjadi
di urin, dalam bentuk tidak
berubah. Sekitar 90% dari dosis
obat yang diabsorpsi,
diekskresikan ke urin dalam
waktu 24 jam pertama, setelah
konsumsi metformin per oral.
Waktu paruh plasma sekitar 6,2
jam. Waktu paruh dalam darah
adalah sekitar 17,6 jam. Hal ini
berkenaan dengan massa eritrosit
yang dapat menjadi
kompartemen dalam
pendistribusian obat ini
3. Ceftriaxone Farmakodinamik 1 gr IV Ceftriaxone digunakan Hindari penggunaan
Ceftriaxone bekerja membunuh /12ja untuk membantu pada pasien dengan
bakteri dengan menginhibisi mengobati infeksi pada kondisi:
sintesis dinding sel bakteri.
m saluran nafas bagian
Ceftriaxone memiliki cincin beta bawah, sistem saluran a. Pasien yang
laktam yang menyerupai struktur kemih dan saluran hipersensitif
asam amino D-alanyl-D-alanine kelamin, infeksi alat terhadap antibiotik
yang digunakan untuk membuat kelamin, infeksi cephalosporin atau
peptidoglikan. Tautan silang saluran cerna, infeksi antibiotik β-laktam
peptidoglikan dikatalisasi oleh tulang dan sendi, jenis lain
enzim transpeptidase yang infeksi sistem syaraf, b. Neonatus (bayi
merupakan Penicillin-Binding serta infeksi sel darah baru lahir sampai
Proteins (PBP). usia 28 hari)
Karena strukturnya yang mirip dengan
dengan asam amino D-alanyl-D- hiperbilirubinemia,
alanine, ceftriaxone secara ikterus,
ireversibel berikatan hipoalbuminemia,
dengan Penicillin-Binding atau asidosis
Proteins (PBP) yang terletak memerlukan
pada membran dalam bakteri. pengobatan
Ikatan ini kemudian kalsium melalui
menginaktivasi PBP sehingga intravena, atau
mengganggu proses infus yang
transpeptidasi peptidoglikan mengandung Ca
yang berperan menentukan Efek Samping
kekuatan dan rigiditas membran Ceftriaxone:
sel. Sebagai hasilnya, sel akan
lisis akibat rusaknya integritas a. Gastrointestinal
membran sel. (gangguan saluran
Sebagai sefalosporin generasi cerna): diare, mual,
ketiga, ceftriaxone adalah
antibiotik spektrum luas. muntah, stomatitis
Dibanding sefalosporin generasi (adanya jamur pada
pertama dan kedua, ceftriaxone mulut) dan glositis
memiliki aksi yang lebih baik (radang atau infeksi
dalam melawan bakteri gram lidah).
negatif, dan memiliki efikasi b. Kulit : pruritus
yang lebih rendah dalam (gatal diseluruh
melawan bakteri gram positif tubuh), urtikaria
Farmakokinetik (kelainan kulit
Absorpsi akibat alergi),
Pemberian secara intramuskular
dermatitis alergi,
diabsorpsi secara menyeluruh.
adema (cairan
Pada pemberian dosis 1 gram
secara intramuskular, ceftriaxone abnormal di antara
akan mencapai konsentrasi sel), eksantem
plasma puncak sebesar 81 mg/l (kelainan kulit
dalam 2-3 jam. Pada pemberian 1 secara serempak
gram ceftriaxone secara misal campak),
intravena, konsentrasi puncak eritema multiforma
plasma mencapai 200 mg/l jika (hipersensitivitas
pemberian dilakukan secara kulit akibat alergi)
bolus dan 150 mg/l pada
pemberian secara infus.
Distribusi
Ceftriaxone didistribusikan
dengan baik ke dalam cairan dan
jaringan tubuh. Sebanyak 85-
95% berikatan dengan protein
plasma. Volume distribusi
berkisar antara 5,8-13,5 l. Obat
ini dapat melewati sawar darah
otak dan mencapai konsentrasi
terapeutik pada cairan
serebrospinal. Ceftriaxone
ditemukan dapat melewati
plasenta dan ASI dalam
konsentrasi yang rendah.
Metabolisme
Ceftriaxone dimetabolisme di
hati.
Eliminasi
Sebagian besar obat ini
diekskresikan melalui urin, yaitu
sebanyak 40-67%. Sisanya
disekresikan ke dalam cairan
empedu dan ditemukan pada
feses dalam bentuk inaktif.
Ceftriaxone memiliki waktu
paruh yang lama, yaitu mencapai
6-9 jam.
4. Hydroxychloroquine Farmakodinamik Hari IV Mencegah dan Efek samping
Hydroxychloroquine atau 1: 400 mengobati malaria, hydroxychloroquin
hidroksiklorokuin bekerja mg/12 serta meringankan e yang perlu
melalui beberapa mekanisme, di
antaranya menyebabkan
jam gejala dari diwaspadai di
toksisitas pada parasit akibat Hari rheumatoid antaranya berupa
akumulasi heme bebas yang ke 2 : arthritis atau lupus retinopati,
bersifat toksik, memblokade 200 perpanjangan
masuknya virus dengan mg/12 interval QT,
menghambat glikosilasi reseptor
inang dan mengubah pH
jam kardiomiopati, dan
endosom, serta menghambat depresi sumsum
aktivitas lisosom dan autofagi. tulang. Potensi
Farmakokinetik interaksi obat bila
Hidroksiklorokuindiabsorpsi hydroxychloroquin
secara cepat setelah pemberian
oral dengan bioavailabilitas e digunakan
berkisar antara 67-74%, dan 50% bersamaan dengan
berikatan dengan protein plasma. digoxin, antasida,
Hidroksiklorokuin dan obat-obat
dimetabolisme di hati, memiliki
waktu paruh sekitar 40-50 hari,
aritmogenik
dan klirens yang rendah (96
ml/menit).
Absorbsi
Hidroksiklorokuin dikonsumsi
dalam bentuk sulfat.
Hidroksiklorokuin diabsorpsi di
saluran cerna bagian atas.
Hidroksiklorokuin secara cepat
diabsorpsi setelah pemberian oral
dengan bioavailabilitas berkisar
antara 67-74%. Pada pemberian
hidroksiklorokuin 200 mg secara
oral kepada laki-laki sehat,
didapatkan bahwa konsentrasi
puncak rata-rata
hidroksiklorokuin adalah 126,9
ng/ml, yang tercapai dalam 3,26
jam.
Distribusi
Sekitar 50% hidroksiklorokuin di
plasma berikatan dengan protein
plasma. Hidroksiklorokuin
memiliki volume distribusi yang
besar yaitu sekitar 200-800 L/kg
dan secara ekstensif beredar di
jaringan.
Metabolisme
Metabolisme hidroksiklorokuin
terjadi melalui proses dealkilasi
di hati oleh enzim CYP3A4.
Hidroksiklorokuin
dimetabolisme menjadi tiga
metabolit utama, yaitu desetil-
hidroksiklorokuin,
desetilklorokuin, dan bis-desetil-
hidroksiklorokuin).
Eliminasi
Obat ini memiliki waktu paruh
yang panjang, yaitu sekitar 40-50
hari, dengan klirens yang rendah
(96 ml/menit). Sebanyak 40-50%
hidroksiklorokuin diekskresikan
melalui ginjal (sekitar 16-21%
dari dosis yang diberikan
diekskresikan di urin dalam
bentuk utuh). Sebanyak 5% dari
obat diekskresikan melalui
pengelupasan kulit dan 24-25%
dieliminasi melalui feses.
5. Seng sulfat (Zink) Farmakodinamik 220 IV Zinc memiliki Efek samping Zinc
Mekanisme zinc yang mg/8 indikasi terapi yang paling parah
memberikan dampak antidiare jam dilaporkan dalam
tidak sepenuhnya diketahui.
pelengkap dalam penggunaan tablet dan
Diduga zinc memberikan efek mengatasi diare sirup zinc adalah mual
profilaktik dan terapeutik pada anak dan juga dan muntah. Namun,
terhadap diare, dengan efek mencegah pemberian obat tidak
langsung terhadap aktivitas vili perlu dihentikan jika
usus, mempengaruhi aktivitas
kekurangan zinc
kondisi mual dan
enzim disakaridase pada muntah tidak terlalu
permukaan perbatasan mikrovili parah. Tidak semua
usus, berperan dalam transportasi orang mengalami efek
air dan elektrolit usus halus, dan samping ini, baik yang
mempengaruhi fungsi sel T
mengonsumsi zinc
sehingga memperbaiki imunitas.
dalam bentuk tablet
Zinc bekerja dalam berbagai maupun sirup.
aspek proses metabolisme Mungkin juga ada
selular, antara lain sintesis beberapa efek samping
protein, proses pembelahan sel, yang belum disebutkan
dan proses penyembuhan luka. di atas
Zinc juga dibutuhkan untuk
aktivitas katalitik terhadap
sekitar 200 enzim dan sebagai
kofaktor pada lebih dari 300
enzim yang mempengaruhi
fungsi berbagai organ.
Zinc juga terlibat dalam
mekanisme penyerapan tembaga
dalam traktus gastrointestinal,
yang berguna dalam tatalaksana
penyakit Wilson. Zinc dalam
bentuk garam asetat, bekerja
dengan menstimulasi
metalotionein, suatuprotein
dalam sel-sel usus yang mengikat
unsur tembaga dan mencegah
penyerapan dan transpor ke hati.
Selain itu, zinc berperan penting
pada patofisiologi tingkah laku
depresif dan gangguan mood.
Pada kondisi depresi mayor,
konsentrasi zinc ditemukan
rendah dalam plasma darah
Farmakokinetik
Absorpsi
Absorpsi zinc terjadi di usus
halus dan dipengaruhi beberapa
faktor, antara lain adalah
makanan, dan keasaman labung,
di mana absorpsi dapat
meningkat pada pH <3.
Bioavailabilitas zinc dalam perut
kosong sekitar 60‒70%. Resorpsi
zinc akan berkurang seiring
meningkatnya kadar kation
bivalen lain, seperti Cu, Mg, Ca,
Ni, Cd, dan Fe.
Metabolisme
Zinc tidak dimetabolisme di hati,
namun dalam sel-sel hati zinc
akan berikatan dengan
metalotionein.
Distribusi
Zinc yang berikatan terutama
dengan plasma albumin sekitar
60‒70%, didistribusikan ke
seluruh jaringan tubuh. Total
zinc dalam tubuh manusia
berkisar 2‒4 gram. Namun,
sebagai elemen mineral zinc,
dalam plasma darah memiliki
konsentrasi sekitar 12‒16 mcm.
Eliminasi
Ekskresi zinc terutama ke feses.
Selain itu zinc juga diekskresikan
dalam jumlah sedikit ke dalam
air susu ibu, kulit, keringat,
menstruasi, dan cairan semen
pria.
6. Azitromisin Farmakodinamik 500 IV Azithromycin Hindari penggunaan Perawat
Azithromycin bekerja dengan mg/12 digunakan untuk Azithromycin pada
menghambat sintesis protein membantu mengobati : pasien yang memiliki
jam
bakteri dengan cara berikatan infeksi kulit dan indikasi:
pada subunit ribosomal 50S dan jaringan lunak, infeksi a. Hipersensitif
ikatan polipeptida mikroba. saluran pernafasan, terhadap antibiotik
Azithromycin bersifat basa infeksi kelamin tidak golongan
sehingga lebih mudah dan lebih berkomplikasi karena makrolida.
cepat berpenetrasi ke dalam Chlamydia, b. Memiliki riwayat
mikroba. Azithromycin juga pencegahan ikterus kolestatik /
dapat menghambat pertumbuhan penyebarluasan infeksi disfungsi hati
dan pembentukan biofilm bakteri Mycobacterium Avium setelah penggunaan
yang berfungsi melindungi Complex (MAC), antibiotik
bakteri dari antibiotik. gonore/kencing nanah sebelumnya
Farmakokinetik tidak berkomplikasi, Efek samping yang
telah diketahui bahwa Imunisasi aktif mungkin terjadi pada
azithromycin memiliki volume terhadap demam tifoid penggunaan
distribusi yang besar, mencapai yang disebabkan oleh Azithromycin adalah:
konsentrasi jaringan yang tinggi, Salmonella typhi, a. Gangguan saluran
dan efisien terkonsentrasi pada granuloma inguinale cerna (mual,
lokasi infeksi. (suatu penyakit muntah,
Absorpsi menular seksual yang diare.sembelit).
Azithromycin diabsorpsi dengan disebabkan oleh b. Gangguan
baik melalui traktus Calymatobacterium penglihatan dan
gastrointestinal. Absorpsi akan granulomatis, yang iritasi, tuli, pusing,
berkurang dengan adanya menyebabkan sakit kepala,
makanan. Azithromycin peradangan menahun kelelahan.
memiliki bioavailabilitas sekitar pada alat kelamin). c. Anoreksia
34-52%. (Gangguan berupa
Azithromycin lepas cepat akan penurunan nafsu
mencapai waktu puncak dalam 2- makan yang
3 jam, sedangkan pada berlebihan),
azithromycin lepas lambat waktu d. Parestesia (sensasi
puncak serum tercapai sekitar 5 abnormal berupa
jam. kesemutan,
Distribusi tertusuk, atau
Azithromycin memiliki terbakar pada kulit
konsentrasi yang tinggi pada yang umumnya
jaringan, sel darah putih, dan dirasakan di tangan,
sedikit di cairan serebrospinal. kaki, lengan, dan
Volume distribusi berkisar 31-33 tungkai).
l/kg. e. Dysgeusia (kondisi
Metabolisme yang ditandai oleh
Azithromycin dimetabolisme di distorsi rasa dalam
hepar melalui demetilisasi. indera pengecap,
Eliminasi dimana seseorang
Azithromycin diekskresikan mengalami
melalui empedu dalam bentuk perubahan rasa saat
tidak berubah dan metabolit. mengecap makanan
Sebagian kecil dieliminasi atau minuman).
melalui urin. Waktu paruh f. Hidung tersumbat,
eliminasi terminal sekitar 70 sinusitis (inflamasi
jam. atau peradangan
pada dinding sinus).
g. Pembengkakan
wajah, pruritus
(rasa gatal yang
bisa meliputi
seluruh atau
sebagian tubuh
seseorang), ruam,
urtikaria/biduran,
arthralgia (nyeri
pada satu atau lebih
sendi).
7. Lopinavir / ritonavir Farmakodinamik 400 terapi lini kedua hipersensitivitas
Lopinavir memiliki ikatan mg/12 HIV/AIDS dalam terhadap Lopinavir
hidroksietilen dalam molekulnya, jam kombinasi dengan dan Ritonavir;
yang menjadikan obat ini suatu
substrat yang tidak dapat antivirus lainnya gangguan hati
dihidrolisis oleh protease HIV-1. berat; penggunaan
Protease sendiri merupakan bersama dengan
enzim yang digunakan pada benzodiazepin
proses pembentukan protein inti (midazolam,
pada virus, yang merupakan
proses penting dalam produksi
triazolam), derivat
partikel virus yang infeksius. ergot, (ergotamin,
Dengan mencegah proses dihidroergotamin,
pembelahan protein gag dan ergonovin,
gag- pol oleh enzim protease, metilergonovin),
lopinavir mencegah maturasi
virion, sehingga mengakibatkan
neuroleptik
virion yang diproduksi bersifat (pimozid), motilitas
imatur dan noninfeksius. Dengan saluran cerna
kata lain, efek antiviral lopinavir (cisaprid),
adalah mencegah infeksi sel-sel antihistamin
baru, tanpa menyembuhkan sel-
sel yang sudah terinfeksi DNA
(astemizol,
provirus. terfenadin);
EC50 (rerata konsentrasi yang pemberian bersama
dibutuhkan untuk mencapai 50% Rifampisin
efektivitas) dari lopinavir Efek Samping:
berkisar antara 4-11 nmol/L pada
kondisi tanpa serum. Lopinavir
0,5 nmol/L menginhibisi 93%
diare, mual,
aktivitas protease wild-type pada astenia, nyeri
penelitian in vitro. abdomen, muntah,
Farmakokinetik sakit kepala,
Absorpsi dispepsia,
Lopinavir merupakan obat kembung,
dengan kelarutan yang rendah,
sehingga mempengaruhi
insomnia,
bioavailabilitasnya, terutama parastesia,
pada konsumsi secara oral. anoreksia, nyeri,
Lopinavir sediaan tablet juga depresi,
diserap lebih cepat daripada
sediaan kapsul. Untuk lipodistrofi, ruam,
meningkatkan bioavailabilitas mialgia, penurunan
lopinavir/ritonavir dalam bentuk
larutan oral dan kapsul, obat
berat badan,
harus dikonsumsi bersama pembesaran
makanan, terutama makanan abdomen,
dengan kadar lemak sedang penurunan libido,
hingga tinggi. Absorpsi lopinavir tinja yang
tablet tidak dipengaruhi oleh
makanan.
abnormal,
Distribusi gangguan vaskular,
Ikatan lopinavir pada protein bronkitis,
plasma diketahui cukup tinggi, hipogonadisme
yaitu berkisar antara 98-99%. pada pria, amenore,
Lopinavir berikatan
dengan alpha-1-acid
hipertensi,
glycoprotein (AAG) dan menggigil, demam.
albumin, namun ikatannya lebih
kuat pada AAG.
Penetrasi lopinavir pada saluran
genitalia laki-laki dan perempuan
rendah. Selain itu, lopinavir juga
diketahui memiliki ekskresi ke
ASI yang rendah, dan tidak
terdeteksi dalam plasma bayi dari
ibu yang mengonsumsi lopinavir.
Penetrasi lopinavir ke dalam
sawar darah otak melebihi
IC50 (konsentrasi yang
dibutuhkan untuk mencapai 50%
inhibisi) untuk HIV.
Metabolisme
Lopinavir mengalami
metabolisme secara cepat dan
ekstensif oleh sistem CYP3A4 di
hepar, oleh karena itu
pemberiannya harus
dikombinasikan dengan ritonavir.
Ritonavir memiliki efek inhibisi
terhadap aktivitas CYP3A4,
sehingga mengakibatkan
konsentrasi plasma lopinavir
meningkat..
Eliminasi
Eliminasi lopinavir terutama
terjadi melalui feses. Bersihan
oral lopinavir berkisar antara
5,98 + 5,75 L/jam. Penelitian
menunjukkan bahwa sekitar
10,4 + 2,3% 14C-lopinavir dapat
ditemukan dalam urine setelah
pemberian 14C-lopinavir/ritonavir
400/100 mg. Sekitar
82,6 + 2,5% 14C-lopinavir
ditemukan dalam feses setelah
pemberian dosis yang sama.
Setelah pemberian dosis
multipel, kurang dari 3%
lopinavir utuh diekskresikan
melalui urine.
8. Vitamin C Farmakodinamik 200 Mencegah dan Jika dikonsumsi dalam
Vitamin C merupakan sebuah mg/8 mengatasi takaran yang
senyawa yang dapat larut dengan jam direkomendasikan,
kekurangan vitamin C sangat jarang
baik dalam air dan dapat diserap
dengan baik pula pada saluran vitamin C menyebabkan efek
cerna. samping. Sebaliknya,
Kerja Vitamin C sebagai jika dikonsumsi dalam
Antioksidan dosis tinggi atau dalam
Vitamin C dalam sifatnya jangka panjang,
sebagai antioksidan memiliki vitamin C dapat
tugas untuk membatasi terjadinya menyebabkan sejumlah
kerusakan oksidatif pada tubuh efek samping berikut:
manusia. Kerusakan ini terjadi a. Perut kembung
karena diproduksinya radikal b. Sakit perut
bebas dalam setiap proses c. Diare
biologis tubuh maupun sebagai d. Mual
akibat respons dari lingkungan. e. Muntah
Radikal bebas akan memicu f. Nyeri ulu hati
timbulnya stres oksidatif yang g. Batu ginjal
akan membuat terjadinya Pada kondisi yang
kerusakan jaringan, inflamasi jarang terjadi, vitamin
hingga kondisi kronik seperti C dapat memicu reaksi
pada kejadian aterosklerosis, alergi serius.
penyakit degeneratif atau kanker.
Pada penyakit kronis, kadar
vitamin C plasma akan rendah
karena digunakan untuk
mengatasi kerusakan yang
terjadi.
Kerja Vitamin C dalam
Metabolisme Asam Amino
Vitamin C juga berperan dalam
metabolisme beberapa asam
amino, pembentuk beberapa
senyawa seperti hidroksiprolin,
hidroksilisin, serotonin, hingga
karnitin.
Hidroksiprolin dan hidroksilisin
merupakan komponen
pembentuk kolagen, yaitu
jaringan ikat pada tubuh.
Kolagen merupakan struktur
utama dalam pembentukan
tendon, ligamen, kulit, gigi,
tulang, kartilago, katup jantung,
diskus intervertebral, kornea,
lensa mata hingga jaringan dasar
antar sel. Hidroksiprolin dan
hidroksilisin juga dibutuhkan
dalam pembentukan matriks
ekstraseluler yang kuat dan
stabil.
Kekurangan vitamin C akan
mengurangi aktivitas dari dua
fungsi oksidase,
prolilhidroksilase dan lisil
hidroksilase yang mana bekerja
dalam melakukan hidroksilasi
prolin dan lisin. Sebagai
akibatnya kadar hidroksiprolin
dan hidroksilisin akan menurun.
Vitamin C juga berperan dalam
menjaga kofaktor besi yang akan
mereduksi sisi aktif dari enzim
dalam proses hidroksilasi. Hasil
akhirnya pada kondisi defisiensi
vitamin C, kolagen akan tetap
dibentuk, tapi dalam bentuk yang
abnormal, sehingga akan
menimbulkan lesi pada kulit,
hingga pembentukan pembuluh
darah yang rapuh, yang menjadi
ciri dari kondisi skorbut.
Vitamin C berperan dalam
pembentukan karnitin. Karnitin
merupakan komponen dari otot
pada jantung maupun otot
skeletal, hati, dan jaringan tubuh
lainnya. Senyawa ini penting
dalam transportasi asam lemak
dari sitoplasma sel ke dalam
matriks mitokondria melewati
membran dalam mitokondria
pada proses pembentukan energi.
Kekurangan vitamin C akan
mengurangi pembentukan
karnitin, penurunan efisiensi dari
reabsorpsi karnitin pada ginjal,
hingga peningkatan ekskresi
karnitin di ginjal. Akibatnya akan
terjadi akumulasi trigliserida
dalam darah yang akan
menimbulkan kelelahan otot
hingga kondisi skorbut (scurvy).
Efek Vitamin C Lainnya
Fungsi lain dari vitamin C yaitu
berperan dalam mengatur dan
berpartisipasi dalam reaksi enzim
dan transpor dari beberapa
neurotransmiter, serta berperan
dalam proses reaksi biosintesis
hormon.
Efek Suplementasi Vitamin C
Pemberian vitamin C atau
vitamin C dalam kondisi normal
tidak memberikan efek
farmakodinamik yang cukup
jelas. Namun demikian,
suplementasi pada kondisi
defisiensi akan mampu segera
menghilangkan berbagai gejala
penyakit scurvy dengan cepat.
Farmakokinetik
Absorpsi
Vitamin C akan dengan mudah
diserap oleh saluran cerna, dan
kadarnya akan segera meningkat
dalam plasma setelah diserap.
Vitamin C akan lebih tinggi
ditemukan kadarnya dalam
trombosit dan leukosit jika
dibandingkan dengan kadar
dalam plasma maupun eritrosit
(bila melihat kemampuan
saturasinya dalam sel).
Tingkat absorpsi vitamin C
berbeda tergantung dosis yang
diberikan. Pada dosis 100-200
mg/hari, 70-90% vitamin C akan
terabsorpsi tetapi dosis tinggi
1000 mg akan terabsorpsi kurang
dari 50%.
Distribusi
Vitamin C didistribusikan secara
luas ke seluruh bagian tubuh
melalui peredaran darah, dengan
kadar tertinggi dapat ditemukan
dalam kelenjar dan kadar
terendah dapat ditemukan dalam
otot maupun jaringan lemak.
Metabolisme
Vitamin C mengalami
metabolisme utama di hati dan
sebagian di ginjal. Metabolisme
utamanya terjadi dengan
penghilangan dua buah elektron
yang dimiliki senyawa ini.
Senyawa radikal bebas antara
yang terbentuk dari metabolisme
vitamin C adalah dalam bentuk
asam dehidroaskorbat yang
masih bersifat reversibel.
Kemudian akan menjadi asam
2,3-diketogulonat yang bersifat
ireversibel dan secara fisiologis
inaktif. Senyawa ini kemudian
akan membelah menjadi
beberapa metabolit.
Eliminasi
Vitamin C maupun metabolit
yang dibentuknya akan
diekskresikan melalui urine
dalam bentuk utuh atau dalam
bentuk garam sulfatnya ketika
kadarnya melewati ambang
rangsang ginjal dalam darah
yaitu sekitar 1,4 mg/100mL.
Beberapa obat-obatan diketahui
dapat meningkatkan proses
pengeluaran vitamin C ketika
berinteraksi dalam penggunaan
yang bersamaan, yaitu pada
penggunaan tetrasiklin, salisilat
atau fenobarbital.
Jember, 06 April 2021
Pengambil Data,

(Nurul Amilia Oktivana, S.Kep)


ANALISA DATA

Tanggal/Jam : 06 April 2021/ 09.00 WIB


NO DATA PENUNJANG KEMUNGKINAN MASALAH PARAF &
ETIOLOGI NAMA
1. DS : Produksi Sekret Bersihan Jalan
a. Klien mengeluhkan batuk Meningkat Nafas Tidak
kering dan sesak napas. ↓ Efektif
Akumulasi secret
DO : ↓
b. Terlihat batuk klien tidak Obstruksi jalan nafas
efektif ↓ Nurul
c. frekuensi pernapasan 40 Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif
x/menit
d. saturasi oksigen 83%

2. DS : Edema Gangguan
a. Klien mengeluhkan batuk ↓ Pertukaran Gas
kering dan sesak napas. Bronkus menyempit
b. Klien mengeluh sakit ↓
kepala Suplai oksigen Nurul
menurun
DO : ↓
c. frekuensi pernapasan 40 Sesak nafas
x/menit ↓
d. saturasi oksigen 83% Gangguan Pertukaran
e. pasien terlihat pucat Gas
f. pola nafas klien cepat-
dangkal

3. DS : Riwayat Diabetes Ketidakstabilan


a. klien mengatakan ↓ Kadar Glukosa
memiliki riwayat Diabetes Kelebihan kada Darah
Militus glikosa

Nurul
DO : Mulit kering
b. Gula darah acak 7,2 mmol ↓
/L Peningkatan berkemih
c. Mukosa bbir klien tampak ↓
Ketidakstabilan kadar
kering
glukosa darah
d. Peningkatan berkemih
pasien
NO DATA PENUNJANG KEMUNGKINAN MASALAH PARAF &
ETIOLOGI NAMA
4. DS : Infeksi Covid 19 Diare
a. Klien mengeluhkan diare. ↓
Menyerang system
DO : abdomen
b. Frekuensi pasien BAB

4x/hari Ingeksi lambung Nurul
c. Feses cair dan berlendir ↓
d. bising usus 40 x/menit Diare
(normal 5-30 x/menit)
e. suara abdomen
hipertimpani dan perut
terasa penuh (kembung).
f. terdapat nyeri tekan
abdomen

5. DS : Reseptor Peradangan Hipertermia


a. Klien mengeluh demam ↓
b. Klien mengeluh sesak Peningkatan
nafas Prostaglandin

DO : Merangsang Nurul
c. 36,4 ° C setelah diberi hipotalamus
perawatan ↓
Meningkatkan Suhu
d. denyut nadi 106

Hipertermi
C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Perumusan Keterangan


Bersihan Jalan Nafas Tidak
efektif b.d Sekresi yang
tertahan d.d Klien
mengeluhkan batuk kering
1. dan sesak napas, Terlihat 21 April 2021
-
batuk klien tidak efektif,
frekuensi pernapasan 40
x/menit, saturasi oksigen
83%.
Gangguan pertukaran Gas
b.d ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi d.d Klien
mengeluhkan batuk kering
dan sesak napas, Klien
2. mengeluh sakit kepala, 21 April 2021
frekuensi pernapasan 40 -
x/menit, saturasi oksigen
83%, pasien terlihat pucat,
pola nafas klien cepat-
dangkal

Ketidakstabilan Kadar
Glukosa Darah b.d
Gangguan toleransi glukosa
darah d.d klien mengatakan
3. memiliki riwayat Diabetes 21 April 2021 -
Militus, Gula darah acak 7,2
mmol / L, Mukosa bbir klien
tampak kering, Peningkatan
berkemih pasien

Diare b.d Proses Infeksi d.d


Klien mengeluhkan diare,
Frekuensi pasien BAB
4x/hari, Feses cair dan
4. berlendir, bising usus 40 21 April 2021 -
x/menit (normal 5-30
x/menit), suara abdomen
hipertimpani dan perut terasa
penuh (kembung), terdapat
nyeri tekan abdomen.

Demam b.d Proses penyakit


d.d Klien mengeluh demam,
Klien mengeluh sesak nafas,
5. 36,4 ° C setelah diberi 21 April 2021 -
perawatan, denyut nadi 106
x/menit.
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi


Keperawatan (SIKI)
(SDKI)
1 Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Nafas (1.01011)
Tidak Efektif salama 1 x 24 jam diharapkan tidak Definisi: Mengidentifikasi Kepatenan jalan nafas.
(D.0149) terdapat sumbatan pada jalan nafas klien Observasi
dengan kriteria hasil: 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
Definisi: Bersihan jalan nafas (L.01001) nafas)
Ketidakmampuan Definisi: 2. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
membersihkan secret Kemampuan membersihkan secret atau Terapeutik
atau obstruksi jalan obstruksi jalan nafas untuk 3. Posisikan semi fowler atau fowler
nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten. 4. Lakukan penghisapan lemdir kurang dari 15 detik
mempertahankan jalan 1. Batuk Efektif dari skala 1 (menurun) Edukasi
nafas tetap paten. ditingkatkan ke skala 5 (meningkat) 5. Ajarkan teknik batuk efektif
2. Dispnea dari skala 1 (menurun) Kolaborasi
ditingkatkan ke skala 5 (meningkat) 6. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
3. Frekuensi nafas dari skala 1 mukolitik, jika perlu
(memburuk) ditingkatkan ke skala 5
(membaik)
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi Oksigen (1.01026)
Pertukaran Gas salama 1 x 24 jam diharapkan pola Definisi: memberikan tambahan oksigen untuk mencegah
(D.0003) pernafasan klien kembali normal dengan
dan mengatasi kondisi kekurangan oksigen jaringan
kriteria hasil:
Definisi: Pertukaran Gas (L.01003) Observasi
Kelebihan atau Definisi: 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
kekurangan oksigenasi Oksigenasi dan/atau eliminasi
2. Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan
dan/atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolus-
karbondioksida pada kapiler dalam batas normal fraksi yang diberikan cukup
membrane alveolus- 1. Dispnea dari skala 1 (meningkat) 3. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. Oksimetri,
kapiler ditingkatkan ke skala 5 (menurun)
analisa gas darah)
2. PO2 dari skala 1 (memburuk)
ditingkatkan ke skala 5 (membaik) Terapeutik
3. Pola nafas dari skala 1 (memburuk) 4. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea
ditingkatkan ke skala 5 (membaik)
5. Pertahankan kepatenan jalan nafas
Edukasi
6. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen dirumah
Kolaborasi
7. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
3 Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hiperglikemia (1.00315)
Kadar Glukosa salama 1 x 24 jam diharapkan gula darah Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa
Darah (D.0027) klien kembali stabil dengan kriteria hasil: darah diatas normal.
Kestabilan Kadar Glukosa Darah Observasi
Definis: (L.03022) 1. Monitor kadar glukosa darah
Variasi kadar glukosa Definisi: Terapeutik
darah naik/turun dari Kadar Glukosa darah berada pada rentang 2. Berikan asupan cairan oral
rentan normal. normal. 3. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
1. Pusing dari skala 1 (meningkat) hiperglikemia tetap ada
ditingkatkan ke skala 5 (menurun) Edukasi
2. Lelah/lesu dari skala 1 (meningkat) 4. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
ditingkatkan ke skala 5 (menurun) mendiri
3. Kadar glukosa dalam darah dari skala 5. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
1 (memburuk) ditingkatkan ke skala 5 6. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. Penggunaan
(membaik) insulin, obat oral, monitor asupan cairan pengganti
karbohidrat, dan bantuan professional kesehatan)
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu

4 Diare (D.0020) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Diare (1.03101)


salama 1 x 24 jam diharapkan diare klien Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola diare dan
Definis: dapat terselesaikan dengan kriteria hasil: dampaknya.
Pengeluaran feses
Eliminasi fekal (L.04033) Observasi
yang sering, lunak,
dan tidak berbentuk Definisi: 1. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi
Proses defekasi normal yang disertai tinja.
dengan pengeluaran feses mudah dan 2. Monitor jumlah pengeluaran diare.
konsisten, frekuensi serta bentuk feses Terapeutik
normal. 3. Berikan asupan cairan oral (mis. Larutan garam gula,
1. Nyeri abdomen dari skala 1 oralit, pedialyte, renalyte)
(meningkat) ditingkatkan ke skala 5 4. Pasang jalur intravena
(menurun) 5. Berikan cairan Intravena (mis. Ringer asetat, ringer
2. Konsistensi feses dari skala 1 laktat), jika perlu
(memburuk) ditingkatkan ke skala 5 Edukasi
(membaik) 6. Anjurkan makan porsi kecil dan sering secara
3. Frekuensi defekasi dari skala 1 bertahap
(memburuk) ditingkatkan ke skala 5 7. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas,
(membaik) pedas, dan mengandung laktosa
4. Peristaltik Usus dari skala 1 Kolaborasi
(memburuk) ditingkatkan ke skala 5 8. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis.
(membaik) Loperamide, defenoksilat)

5 Hipertermi (D.0130) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipertermia (1.15506)


salama 1 x 24 jam diharapkan suhu tubuh Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan
Definisi: klien kembali normal dengan kriteria hasil:
Suhu Tubuh suhu akibat disfungsi termoregulasi
Termoregulasi (L.14134)
meningkat diatas
Definisi: Observasi
rentang normal tubuh.
Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada 1. Monitor suhu tubuh
pada rentang normal
Terapeutik
1. Pucat dari skala 1 (meningkat)
ditingkatkan ke skala 5 (menurun) 2. Sediakan lingkungan dingin
2. Suhu tubuh dari skala 1 (memburuk) 3. Longgarkan atau lepaskan pakaian
ditingkatkan ke skala 5 (membaik)
4. Berikan cairan oral
3. Takikardi dari skala 1 (memburuk)
ditingkatkan ke skala 5 (membaik) 5. Berikan oksigen
Edukasi
6. Anjurkan tirah baring
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Tanggal/ No IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF Paraf dan
Jam Dx.KEP (HASIL/RESPON) Nama
1. Kamis, 22 1
April 2021

1. Memonitor pola nafas (frekuensi, 1. pasien mengatakan nafasnya masih


08:00
kedalaman, usaha nafas) sesak saat alat bantu oksigen di buka
2. Memonitor sputum (jumlah, 2. sputum pasien jernih, aroma khas
08:04
warna, aroma) sputum, jumlahnya sedikit Nurul
3. memposisikan semi fowler atau fowler 3. pasien mengatakan nyaman setelah
08:07
diberikan posisi semi-fowler
4. melakukan penghisapan lemdir kurang 4. pasien mengatakan tenggorokannya
08:11
dari 15 detik terasa nyaman setelah sputum di
bersihkan
5. mengajarkan teknik batuk efektif 5. klien mengerti dan dapat melakukan
08:15
6. mengkolaborasikan pemberian teknik batuk efektif
08:20
bronkodilator, ekspektoran, 6. memberikan terapi ceftriaxone
mukolitik,
jika perlu

2. Kamis, 22 2
April 2021
08:27 1. Memonitor kecepatan aliran oksigen 1. Pasien mengatakan nyaman jika aliran
08.30 oksigen 5 liter
2. Memonitor aliran oksigen secara 2. Pasien mengatakan nyaman saat
08.35 periodic dan pastikan fraksi yang diberikan terapi oksigen
diberikan cukup
3. Memonitor efektifitas terapi oksigen 3. Pemberian terapi oksigen menyebabkan
08:40
(mis. Oksimetri, analisa gas darah) saturasi oksigen meningkat menjadi 96
08:45 5 Nurul
08.50 4. Membersihkan secret pada mulut, 4. Klien mengatakan nyaman setelah
hidung dan trakea secret dibersihkan
08.55 5. Mempertahankan kepatenan jalan nafas 5. Jalan nafas klien masih terganggu
6. Mengajarkan pasien dan keluarga cara 6. Pasien dan keluarga mengatakan
menggunakan oksigen dirumah mengerti dengan penjelasan perawata
7. Menkolaborasikan penggunaan oksigen 7. Pasien mengatakan akan tetap
saat aktivitas dan/atau tidur penggunakan oksigen saat tidur

3. Kamis, 22 3
April 2021
09.20 1. Memonitor kadar glukosa darah 1. Pasien mengatakan kadar glukosa
09.30 darahnya meninggi
09.35 2. Memberikan asupan cairan oral
2. Pasien mengatakan merasa segar setelah Nurul
diberikan cairan oral
09.40
3. Mengkonsultasi dengan medis jika 3. Merencanakan tindakan intervensi
09.45 tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada dengan tenaga medis lain

10.00 4. Menganjurkan monitor kadar 4. Pasien mengatakan jarang untuk


glukosa darah secara mendiri memonitor kadar glukosa secara mendiri
5. Menganjurkan kepatuhan terhadap 5. Pasien mengerti dengan edukasi perawat
diet dan olahraga
10.10 6. Mengajarkan pengelolaan diabetes 6. Pasien mengatakan meminum obat
(mis. Penggunaan insulin, obat oral, dengan rutin
monitor asupan cairan Mengganti
karbohidrat, dan bantuan professional
kesehatan) 7. Pasien diberikan terapi Metformin
7. Menkolaborasi pemberian insulin,
jika perlu
Kamis, 22 4
April 2021
10.15 1. Memonitor warna, volume, 1. Pasien mengatakan bahwa warna
frekuensi, dan konsistensi tinja.
fesenya kuning kecoklatan, namun cair
10.20 2. Memonitor jumlah pengeluaran diare.
3. Meberikan asupan cairan oral (mis. dan berlendir, keluarnya fese sedikit. Nurul
10.25
Larutan garam gula, oralit, 2. Pasien mengatakan bahwa hari ini telah
pedialyte, renalyte) BAB sebanyak 5 kali
10.30 4. Memasang jalur intravena 3. Pasien mengatakan merasa segar saat
5. Memberikan cairan Intravena (mis. diberikan cairan oral
Ringer asetat, ringer laktat), jika perlu 4. Pasien mengatakan nyeri saat dipasang
10.35 6. Menganjurkan makan porsi kecil
dan sering secara bertahap infus
10.40 5. Pasien diberikan cairan RL
7. Menganjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas, dan 6. Klien mengatakan akan melakukan
mengandung laktosa anjuran perawat
10.45 8. Mengkolaborasikan pemberian 7. Klien mengatakan selama ini telah
10.50 obat antimotilitas (mis. menghidari makanan yang disebutkan
Loperamide, defenoksilat)
oleh perawat
8. Klien mengatakan nyeri perut terasa
mendingan saat diberikan obat
Kamis, 22 5
April 2021
10.55 1. Memonitor suhu tubuh 1. Suhu pasien 26.4 OC
2. Pasien berada di ruangan ber Ac yang
11.00 2. Menyeediakan lingkungan dingin disesuaikan dengan kondisi pasien
Nurul
11.05 3. Melonggarkan atau lepaskan pakaian 3. Pasien mengguankaan pakain rumah
saki yang longgar
11.10 4. Memberikan cairan oral 4. Pasien mengatakan telah minum banyak
air putih
11.15 5. Memberikan oksigen 5. Pasien terpasang terapi oksigen
11.20 6. Menganjurkan tirah baring 6. Pasien mengatakan banyak istirahat
selama di rumah sakit
CATATAN PERKEMBANGAN / EVALUASI

Tanggal/ No DX Paraf &


No EVALUASI SUMATIF
Jam Kep Nama
1. Kamis, 1 S:
22 April - Klien mengatakan saat batuk masih
2021 tidak keluar sputum
- Klien mengatakan bahwa saat ini
12.00 merasa nyaman setelah diberikan terapi Nurul
oksigen namun saat dilepas oksigennya
pasien mengatakan masih sesak nafas

O:
- Frekuensi nafas 25 x/menit
- Saturasi oksigen 92 %
- Klien terlihat bantuk kering
- Saat batuk klien mengaluarkan sputum sedikit

A:
- Masalah Bersihan jalan nafas belum teratasi

P:
- Lanjutkan intervensi

2 S:
- Pasien mengatakan masih merasa sesak
saat terapi oksigen di buka
- Klien mengatakan kepalanya masih sakit

O: Nurul
- Saturasi oksigen pasien 92%
- RR pasien 25x/menit
- Pasien terlihat bernafas cepet dan dangkal

A:
- Masalah gangguan pertukaran gas klien
belum teratasi

P:
- Lanjutkan intervensi

3 S:
- Pasien mengeluh sakit kepala
- Pasien terlihat lemah
- Pasien mengatakan sering haus
- Pasien mengatakan mulutnya kering
Nurul
O:
- Status gula dara pasien bertambah 10,4 mmol /
L

A:
- Masalah Ketidak stabilan kadar glukosa
darah belum teratasi

P:
- Lanjutkan intervensi

4 S:
- Pasien mengatakan hari ini BAB 5 kali
- Klien mengatakan perutnya masih nyeri
- Klien mengatakan fesesnya cair

O: Nurul
- Peritaltik usus 25 x/menit
- Terdapat nyeri tekan di perut

A:
- Masalah Diare belum teratasi

P:
- Lanjutkan intervensi

5 S:
- Klien mengatakan demamnya sudah turun
- Klien mengatakan sekarang lebih
nyaman karena tidak panas lagi

O:
- Suhu klien 36.3 oC
- Kulit klien teraba normal Nurul
A:
- Masalah Hipertermi pasien teratasi

P:
- Hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Vivian Gga, K., H. Zaiyad Garba, B. Anthony, A. Francis Olayemi, A. Alexander


Agada, T. Yunusa, dan E. Bissallah Ahmed. 2020. Fulminant covid-19
pneumonia in a 53-yr-old man: a case report. Journal of Infectious Diseases
and Epidemiology. 6(4):10–13.

Anda mungkin juga menyukai