Anda di halaman 1dari 6

STRATEGI MENINGKATKAN CARINGPERAWAT

PERILAKUCARING
PENINGKATKAN PERILAKU PERAWAT
DALAM MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN
DALAM MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN

Diah Fitri Purwaningsih*

* Program Studi Magister Keperawatan Universitas Diponegoro


Email: diah_vitri85@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang mamadai semakin meningkat sehingga
memacu Rumah Sakit untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Perawat dalam pelayanan kesehatan
merupakan tenaga kesehatan yang paling banyak jumlahnya dan paling banyak berinteraksi dengan klien.
Pelayanan keperawatan menjadi salah satu tolok ukur pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena perawat
yang melaksanakan tugas perawatan terhadap klien secara langsung. Dengan demikian pelayanan
keperawatan perlu ditingkatkan kualitasnya secara terus-menerus dan berkesinambungan sehingga
pelayanan Rumah Sakit akan meningkat juga seiring dengan peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan, sehingga diperlukan sikap professional yang dilandaskan pada kiat keperawatan. Pelayanan
keperawatan yang bermutu menuntut perawat untuk bekerja secara professional dan terstandar, dimana
pelayanan berfokus pada pasien dan secara komprehensif. Profesionalisme perawat diharapkan perawat
mampu bersikap humanis dimana perawat memperlakukan pasien sebagai manusia yang harus
diperhatikan, dijaga dan dilayani setulus hati. Perilaku humanis ini dapat dicapai dengan perawat
melakukan caring dimana adanya kepedulian terhadap pasien. Strategi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan caring adalah dengan meningkatkan kemampuan perawat baik internal atau eksternal
melalui pengarahan yang intensif. Peningkatan kemampuan perawat dapat dicapai dengan beberapa cara
salah satunya adalah dengan melakukan in house training. In house training didalam pelayanan kesehatan
dapat dilakukan secara terarah dan berkelanjutan. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan
perawat adalah dengan melakukan pelatihan profesionalisme perawat, pelatihan caring, pelatihan
komunikasi terapiutik, pelatihan supervise keperawatan, pelatihan critical thinking, pelatihan service
excellent . Dalam perencanaan in house training diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan di Rumah Sakit

Kata Kunci: Caring , In House Training, Mutu Pelayanan Keperawatan

PENDAHULUAN berkesinambungan sehingga pelayanan


Tuntutan masyarakat terhadap Rumah Sakit akan meningkat juga seiring
pelayanan kesehatan yang memadai dengan peningkatan kualitas pelayanan
semakin meningkat sehingga memacu keperawatan. (Rudiyanto, 2010).
Rumah Sakit untuk memberikan pelayanan Pelayanan kesehatan dapat berhasil
yang terbaik. Pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh partisipasi perawat dalam
merupakan pelayanan utama dari pelayanan memberikan pelayanan keperawatan kepada
Rumah Sakit, karena pelayanan pasien. Keperawatan merupakan suatu
keperawatan diberikan selama 24 jam bentuk pelayanan yang bersifat professional
kepada pasien. Perawat dalam pelayanan dan merupakan bagian integral dari
kesehatan merupakan tenaga kesehatan pelayanan kesehatan yang berlandaskan
yang paling banyak jumlahnya dan paling pada ilmu dan kiat keperawatan (Hidayat,
banyak berinteraksi dengan klien. 2008). Kiat-kiat keperawatan (nursing art)
Pelayanan keperawatan menjadi salah satu berorientasi pada kemampuan perawat
tolok ukur pelayanan kesehatan di rumah dalam memberikan hubungan interpersonal
sakit, karena perawat yang melaksanakan dan berinteraksi antara perawat dan klien
tugas perawatan terhadap klien secara (Asmadi, 2008). Persaingan yang
langsung. Dengan demikian pelayanan dilakukan oleh Rumah Sakit dalam hal ini
keperawatan perlu ditingkatkan kualitasnya pemberi jasa layanan kesehatan kepada
secara terus-menerus dan masyarakat sebagai pengguna jasa

Strategi Meningkatkan Perilaku Caring Perawat Dalam Mutu Pelayanan Keperawatan 1


Diah Fitri Purwaningsih
pelayanan harus mengutamakan mutu wajib dipertanggungjawabkan secara
pelayanan yang diberikan, sesuai dengan professional (Tomey and Alligod, 1994).
undang-undang nomor 44 tahun 2009 pasal Menurut Jean Watson (1979) meyakini
32(d) tentang Rumah Sakit dimana pasien bahwa praktik caring adalah inti dari
mempunyai hak untuk memperoleh layanan keperawatan, hal ini merupakan fokus
kesehatan yang bermutu sesuai dengan pemersatu dalam keperawatan. Intervensi
standar profesi dan standar operasional keperawatan yang terkait dengan perawatan
prosedur. (UU No 44 Tahun 2009) manusia disebut sebagai carrative factors,
Pelayanan keperawatan yang yakni panduan yang disebut Watson
bermutu menuntut perawat untuk bekerja sebagai “Inti Keperawatan”(Watson, 2009).
secara professional dan terstandar, dimana Perilaku caring perawat belum
pelayanan berfokus pada pasien dan secara diaplikasikan secara maksimal didalam
komprehensif. Profesionalisme perawat pelayanan keperawatan, salah satu cara
diharapkan perawat mampu bersikap meningkatkan caring adalah dengan
humanis terhadap pasien. perilaku humanis melakukan pengarahan secara intensif.
berarti perawat memperlakukan pasien (Dedi & Afiyanti,n.d.) Pengarahan yang
sebagai manpusia yang harus diperhatikan, dilakukan adalah dengan melakukan in
dijaga dan dilayani setulus hati. (Nursalam, houst training 5S (senyum, salam, sapa,
2011) Pelayanan keperawatan yang terbaik sopan, santun), melakukan in house
dapat diwujudkan dengan perilaku caring. training komunikasi terapiutik, in house
Perilaku caring merupakan suatu sikap yang training profesionalisme perawat, in house
penuh kepedulian dan perhatian kepada training supervise kepala ruangan, in house
pasien, sehingga pasien merasa dilindungi training critical thinking, in house training
dan dihargai. Perawat harus dapat melayani service excellent. Dalam perencanaan in
klien dengan sepenuh hati dan memerlukan house training diharapkan dapat
kemampuan untuk memperhatikan orang meningkatkan kualitas pelayanan
lain, keterampilan intelektual, tehnikal dan keperawatan di Rumah Sakit.
interpersonal yang tercermin dalam
perilaku caring (Dwidiyanti, 2007). Konsep Caring
Selanjutnya Benner (1989 dalam Potter & Caring adalah merupakan suatu sikap, rasa
Perry, 2009) menggambarkan inti dari peduli, hormat dan menghargai orang lain,
praktik keperawatan yang baik adalah artinya memberikan perhatian yang lebih
perilaku caring(Potter & Perry, 2009). kepada seseorang dan bagaimana seseorang
Pada kenyatannya masih banyak itu bertindak, Caring mengandung 3 hal
perawat yang belum caring yang yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian,
ditunjukkan dengan lebih banyaknya tanggung jawab, dan dilakukan dengan
kegiatan curing yang diberikan perawat ikhlas. Caring juga merupakan sikap
kepada pasien, bahkan ada perawat yang peduli, menghormati dan menghargai orang
tidak memiliki waktu untuk mendengarkan lain, artinya memberi perhatian dan
klien, memberikan kenyamanan, dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang
tindakan caring lainnya, terkadang perawat dan bagaimana seseorang berfikir dan
melihat hubungan terapeutik perawat-klien bertindak. (Dwidiyanti, 2007; Sitorus,
sebagai sesuatu yang kurang penting untuk 2007)
diperhatikan. Beberapa bukti empiric yang Menurut Watson dasar teori untuk praktik
mendukung kurangnya perilaku caring keperawatan ada dalam 10 faktor karatif.
perawat. Untuk meningkatkan perilaku Dimana masing-masing memiliki
caring perawat diperlukan dorongan dari komponen-komponen yang dinamik.
dalam diri perawat. Perasaan empati 1. Pembentukan sistem nilai humanistik
merupakan salah satu dari karatif caring, dan altruistic.
dimana dengan adanya perasaan empati 2. Memberikan kepercayaan-harapan
akan dapat memotivasi dalam melakukan dengan cara memfasilitasi dan
caring (Dwidiyanti, 2007). Hubungan meningkatkan asuhan keperawatan
perawat dan klien adalah hubungan yang yang holistik.

2 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 1-6


3. Menumbuhkan kesensitifan terhadap seseorang untuk memilih kegiatan yang
diri dan orang lain. terbaik bagi dirinya dalam waktu yang
4. Mengembangkan hubungan saling telah ditentukan.
percaya. f. Asuhan keperawatan lebih bersifat
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi healthgenic (menyehatkan) daripada
perasaan positif dan negatif klien. curing (mengobati). Praktek
6. Penggunaan sistematis metoda keperawatan mengintegrasikan
penyelesaian masalah untuk pengetahuan biofisik dan perilaku
pengambilan keputusan. manusia untuk meningkatkan kesehatan
7. Peningkatan pembelajaran dan dan membantu individu yang sakit.
pengajaran interpersonal, memberikan g. Praktik caring merupakan pusat
asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan keperawatan. (Asmadi, 2008)
personal, dan memberikan kesempatan
untuk pertumbuhan personal klien. In House Training Dalam Meningkatkan
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, Perilaku Caring Perawat
sosiokultural, dan spritual yang
mendukung. Untuk memenuhi tuntutan
9. Memberi bimbingan dalam memuaskan masyarakat dalam kualitas pelayanan
kebutuhan manusiawi. keperawatan diperlukan satu inovasi
10. Mengijinkan terjadinya tekanan yang daintaranya adalah dengan melakukan in
bersifat fenomenologis agar house training. In House Training
pertumbuhan diri dan kematangan jiwa adalah sebuah program pelatihan yang
klien dapat dicapai (Julia, 1995) diselenggarakan oleh sebuah Rumah Sakit
dengan menggunakan tempat training,
Dari kesepuluh faktor karatif tersebut, peralatan training, menentukan peserta, dan
Watson merumuskan tiga faktor karatif juga dengan mendatangkan trainer sendiri.
yang menjadi filosofi dasar dari konsep In-House Training memiliki beberapa
caring. Tiga faktor karatif tersebut adalah: tujuan diantaranya:
pembentukan sistem nilai humanistik dan 1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya
altruistik, memberikan harapan dan Manusia (SDM) agar dapat mendukung
kepercayaan, serta menumbuhkan target organisasi dalam upaya mencapai
sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang kualitas pelayanan keperawatan.
lain (Julia, 1995). 2. Menciptakan interaksi antara
Watson menemukan tujuh asumsi peserta. Dengan in house training
dasar tentang caring peserta dapat bertukar informasi
a. Asuhan keperawatan dapat dilakukan sehingga bukan tidak mungkin ini cara
dan dipraktekkan secara interpersonal. yang paling efektif untuk menciptakan
b. Asuhan keperawatan terlaksana oleh standarisasi kinerja yang paling efektif.
adanya factor carative yang Mana yang paling bagus, mana yang
menghasilkan kepuasan pada paling efektif, dan mana yang terbaik
kebutuhan manusia. bisa dibuat standar kerja di semua
c. Asuhan keperawatan yang efektif dapat cabang sehingga semua cabang bisa
meningkatkan kesehatan dan berkembang secara merata dengan
perkembangan individu dan keluarga. kualitas terdahsyat.
d. Respon asuhan keperawatan tidak 3. Mempererat rasa kekeluargaan dan
hanya menerima seseorang kebersamaan antara karyawan. Karena
sebagaimana mereka sekarang, tetapi mereka bekerja untuk satu naungan
juga hal-hal yang mungkin terjadi yang sama, bukan tidak mungkin
padanya nanti. mereka tidak lagi kaku untuk sharing,
e. Lingkungan asuhan keperawatan adalah bersahabat dan lebih kompak.
sesuatu yang menawarkan 4. Meningkatkan motivasi dan budaya
kemungkinan perkembangan potensi belajar yang berkesinambungan. Hal ini
dan memberi keleluasaan bagi bisa mengeksplorasi permasalahan-

Strategi Meningkatkan Perilaku Caring Perawat Dalam Mutu Pelayanan Keperawatan 3


Diah Fitri Purwaningsih
permasalahan yang dihadapi di Penelitian Ostmann & Biddle
lapangan yang berkaitan dengan (2012) tentang soft skill bahwa kemampuan
peningkatan efektifitas kerja, sehingga perawat dalam pelayanan pasien sebesar
dapat mencari solusi secara bersama- 21%, akuntabilitas 19%, manajemen
sama dengan kemungkinan solusi pelayanan pasien 18%, hubungan dengan
terbaik. pasien 17%, komunikasi dengan pasien
Perilaku caring perawat dapat 16%, keahlian dalam adaptasi 16%,
ditingkatkan dengan melakukan in house memberikan rasa nyaman 14% dan
training, karena pengarahan dapat pemecahan masalah pasien 13%. Keadaan
meningkatkan perilaku caring perawat. ini menunjukkan bahwa soft skills perawat
Inovasi inhouse training adalah pelatihan dalam memberikan pelayanan relative
softskill dan hard skill. Pencapaian kualitas rendah. Rendahnya soft skills bagi perawat
pelayanan keperawatan yang dapat diperlukan sebuah trobosan untuk
memenuhi kepuasan pasien menuntut setiap meningkatkan soft skills perawat sehingga
perawat memiliki kompetensi sebagai pelayanan yang diberikan kepada pasien
perawat professional yang berupa lebih optimal. Trobosan itu dapat berupa
kompetensi hard skill dan soft skill. Hasil pembekalan dalam bentuk pelatihan.
penelitian yang dilakukan di India Untuk meningkatkan perilaku
didapatkan hasil bahwa kemampuan skills caring perawat dapat dilakukan pelatihan
yang tinggi hanya sekitar 5% seperti terlihat peningkatan kemampuan berfikir kritis.
pada gambar berikut: Dalam penelitian Wrubel dan Brunt (2005)
pelatihan dan pendidikan berkelanjutan
dapat meningkatkan kemampuan berfikir
kritis perawat. Kemampuan berfikir kritis
mempunyai hubungan yang erat terhadap
perilaku caring perawat. Hal ini dapat
dilihat dari hasil penelitian Lauver (2004)
yang menyatakan ada hubungan antara
berfikir kritis terhadap partisipasi dalam
perilaku kesehatan. Berfikir kritis dapat
mempengaruhi perubahan perilaku
seseorang, sehingga dapat berefek pada
perilaku seseorang dalam bersikap kepada
Gambar.1 Skill Pyramid pasien. Dalam penelitian Susihar (2011)
(sumber: IMaCS (2010) Hasil penelitian menunjukkan ada
peningkatan yang signifikan pada
Berdasarkan aspek komponen yang penerapan perilaku caring perawat,
membangun soft skills perawat seperti motivasi perawat dan kepuasan pasien,
aspek kognitif, psikomotor dan afektif baru sesudah perawat mendapatkan pelatihan
diperhatikan tentang aspek kognitif dan perilaku caring. Dimana pengaruh pelatihan
psikomotor sedangkan aspek afektif perilaku caring terhadap motivasi perawat
cenderung ditinggalkan. Padahal aspek dan kepuasan pasien di Instalasi Rawat Inap
afektif lebih penting dalam prinsip jasa RS Royal Progress Jakarta. (Susihar, 2011)
pelayanan kesehatan. Pengembagan skills Supervisi kepala ruangan yang
lebih selama ini lebih ditekankan pada sesuai dengan prosedur yang ada juga juga
aspek kognitif dan psikomotor seperti menpengaruh terhadap perilaku caring
peningkatan pengetahuan, dan peningkatan perawat. Upaya yang dapat dilakukan untuk
operasional pelayaan keperawatan meningkatkan caring perawat adalah
dilapangan, tetapi pelatihan yang bersifat dengan meningkatkan pengarahan dari
afektif seperti komunikasi, hubungan manager kepada seluruh sumberdaya demi
interpersonal dan empati belum mendapat mewujudkan pelayanan yang prima. Hal ini
perhatian. tentu perlu didukung oleh seorang manajer
yang mempunyai kemampuan manajerial

4 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 1-6


yang handal untuk melaksanakan fungsi STRUKTUR PROGRAM PELATIHAN
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengendalian aktivitas-aktivitas ALOKASI
keperawatan (Swansburg, 2000). Supervisi N
MATERI WAKTU JPL
kepala ruangan merupakan fungsi O
T P PL
pengarahan yang berperan untuk A Materi Dasar
mempertahankan agar segala kegiatan yang 1. Profil 0,5 1,5
ada dalam pelayanan berjalan dengan lancar perawat 0,5
dan sesuai dengan standar. Supervisi dalam professiona 0,5
keperawatan tidak hanya sekedar l
mengontrol tetapi supervisi harus berperan 2. Kebijakan/
aktif. Seorang supervisor harus dapat regulasi,
menjalankan peran sebagai perencana, Peran dan
pengarah, pelatih, dan penilai. (Kron, 1987) tanggung
kepemimpinan akan dapat mendukung atau jawab
menghambat keberhasilan dalam pelayanan perawat
keperawatan, pengawasan kepemimpinan 3. Hak pasien
akan lebih mudah apabila diiringi dengan dan
refleksi focus dari pemimpin untuk kewajiban
keperawatan. Dibutuhkan juga keilmuan perawat
yang cukup dan pengalaman khusus. B Materi Inti
adanya gagasan dan kepedulian juga 1. Konsep 0,5 3,5
mendukung kemajuan keperawatan caring 1
(Bondas, 2010). 2. Sepuluh 0,5
Peran pengawas dalam factor 0,5
keberlangsungan keperawatan sangat caratif
penting. (Johansson, Holm, Lindqvist, & caring 1
Severinsson, 2006) Pengaruh supervisi 3. Caring
kepala ruangan terhadap perilaku caring dalam
perawat sangat erat, hal ini dibuktikan oleh pelayanan
penelitian Johansson dkk yang keperawata
menyebutkan bahwa supervisor memiliki n
nilai yang sangat tinggi terhadap pelayanan 4. Penerapan
keperawatan yang diberikan kepada perilaku
staffnya, kemudian supervisor berperan caring
dalam membuat nilai peduli terhadap dalam
pengawasan keperawatan yang akan keperawata
berpengaruh terhadap kemauan, keberanian n
dan pengetahuan perawat pelaksana. 5. Praktik
(Johansson et al., 2006) supervisi juga caring
merupakan integrasi dari pikiran dan C Materi
pengetahuan untuk diaplikasikan langsung Penunjang 0,5 2
dalam praktik keperawatan. (Ekebergh, 1. Peran
2001). Dalam penelitian Susihar (2011) perawat 0,5
menyebutkan bahwa pelatihan caring juga dalam
berpengaruh terhadap perilaku caring meningkat
perawat. kan mutu
pelayanan
2. Perbedaan
caring dan
curing

Strategi Meningkatkan Perilaku Caring Perawat Dalam Mutu Pelayanan Keperawatan 5


Diah Fitri Purwaningsih
KESIMPULAN DAN SARAN of Nursing Management, 14(8), 644–
Perilaku caring perawat sangat penting 51. http://doi.org/10.1111/j.1365-
dalam meningkatkan mutu pelayanan dalam 2934.2006.00709.x
keperawatan, sehingga perilaku caring Nursalam. (2011). Manajemen
perawat perlu ditingkatkan. Salah satu cara Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik
untuk meningkatkan perilaku caring adalah Keperawatan Profesional (Edisi: 3).
dengan melakukan in house training. Jakarta: Salemba Medika.
Inovasi in house training adalah pelatihan Potter, Patricia & Perry, A. (2009).
hard skill dan soft skill. Pencapaian kualitas Fundamental Keperawatan (Edisi : 7).
pelayanan keperawatan yang dapat Jakarta: Salemba Medika.
memenuhi kepuasan pasien menuntut setiap Susihar. (2011). Pengaruh Pelatihan
perawat memiliki kompetensi sebagai Perilaku Caring Terhadap Motivasi
perawat professional. Dengan adanya Perawat dan Kepuasan Pasien Di
peningkatan pelatihan hard skill dan soft Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
skill, dapat membantu diklat Rumah Sakit Royal Progress Jakarta.
dalam merencanakan program kegiatan Tomey and Alligod. (1994). Nursing
kedepannya sesuai dengan yang dibutuhkan Theoriest and Their Work, 3 th (3 th).
oleh perawat. Progam tersebut dapat berupa Philadelphia: Mosby Year: Book Inc.
pelatihan profesionalisme perawat, UU RS No 44 Tahun 2009. (n.d.).
pelatihan caring, pelatihan komunikasi Watson, R. (2009). Commentary on
terapiutik, pelatihan supervise kepala McCance T, Slater P &
ruangan, pelatihan critical thinking, McCormack B (2009) Using the
pelatihan service excellent. caring dimensions inventory as an
indicator of person-centred nursing.
Journal of Clinical Nursing , 18, 409-
DAFTAR PUSTAKA 417. Journal of Clinical Nursing,
Asmadi. (2008). Konsep Dasar 18(3), 475–475.
Keperawatan. Jakarta: EGC. http://doi.org/10.1111/j.1365-
Bondas, T. (2010). Nursing leadership from 2702.2008.02624.x
the perspective of clinical group
supervision: a paradoxical practice.
Journal of Nursing Management,
18(4), 477–86.
http://doi.org/10.1111/j.1365-
2834.2010.01085.x
Dedi, B., & Afiyanti, Y. (n.d.). PERILAKU
CARING PERAWAT PELAKSANA
DI SEBUAH RUMAH SAKIT DI
BANDUNG : STUDI GROUNDED
THEORY.
Dwidiyanti, M. (2007). Caring Kunci
Sukses Perawat. Semarang: Hasani.
Ekebergh M. (2001) Tilla¨gnandet av
va°rdvetenskaplig kunskap.
Reflexionens betydelse fo¨r la¨randet.
Doctoral thesis, A ° bo Academy,
Vasa, Finland
Hidayat, A. A. A. (2008). Pengantar
Konsep Dasar Keperawatan : Edisi 2
(Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika.
Johansson, I., Holm, A.-K., Lindqvist, I., &
Severinsson, E. (2006). The value of
caring in nursing supervision. Journal

6 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 1-6

Anda mungkin juga menyukai