BAB I PENDAHULUAN
PASAL 1
PENJELASAN UMUM MENGENAI LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan yang dimaksud dalam uraian ini adalah Pekerjaan Konstruksi untuk Pengembangan
Kawasan Destinasi Pariwisata di Kabupaten Toba, pada pekerjaan Penataan Lansekap Areal
Parkir DTW Pantai Parparean I. Pekerjaan ini berlokasi di Kecamatan Porsea Kabupaten Toba.
PASAL 2
PERATURAN-PERATURAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.1. UNTUK PEKERJAAN SIPIL DAN ARSITEKTUR
Peraturan-peraturan Bangunan yang termasuk dalam Spesifikasi Teknik pekerjaan ini adalah :
SNI 07 – 2052 – 2002 ( Baja beton bertulang ).
SNI 03 – 2410 – 2002 ( Tata Cara pengecatan dinding tembok ).
SNI 03 – 2407 – 2002 ( Tata Cara pengecatan kayu ).
SK SNI T-15-1991 (Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Bangunan Indonesia).
PBI-1971/NI-2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia).
PUBI-1982 (Peraturan Umum untuk Bangunan Indonesia).
PMI-1970/NI-18 (Peraturan Muatan Indonesia).
PKKI-1971/NI-5 (Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia).
PUBI-1970/NI-3 (Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia).
Peraturan Bangunan Tahan Gempa.
Peraturan Cat Indonesia/NI-4 (PTI-1961).
PASAL 3
SYARAT-SYARAT UMUM PEKERJAAN SIPIL
3.1. AIR (PUBI 1970/NI-3)
a. Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan, dipakai air yang bersih, tidak mengandung minyak,
asam, alkali, garam, bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang dapat mengurangi
mutu beton.
b. Jumlah air yang digunakan untuk membuat adukan beton disesuaikan dengan jenis pekerjaan
beton atau dapat ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat serta harus dilakukan
dengan tepat.
3.2. PASIR (PUBI 1970/NI-3, PBI 1971/NI-2)
a. Pasir Urug
Pasir digunakan untuk peninggian lantai. Pasir urug yang digunakan dapat berupa pasir
gunung atau pasir sungai yang bersih dan tidak mengandung bahan organik. Untuk
peninggian lantai dilarang mengunakan tanah timbun, karena di dalam tanah timbun terdapat
alkali yang bersifat asam yang dapat merusak beton.
b. Pasir Pasang
Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
Butiran-butiran harus tajam dan keras tidak dapat dihancurkan dengan jari.
Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5% (lima persen).
Butiran-butiran harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 3 mm.
Tidak terpengaruh terhadap cuaca.
c. Pasir Beton
Pasir untuk pekerjaan beton harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam PBI 1971
(NI-2) diantaranya yang paling penting adalah :
Butiran-butiran harus tajam dan keras dan tidak dapat dihancurkan dengan jari dan tidak
terpengaruh terhadap cuaca.
Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5% (lima persen)
Pasir harus merupakan butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya, apabila diayak
dengan ayakan 150 maka sisa butiran-butiran di atas ayakan 0,25 mm, berkisar antara
80% sampai dengan 90% dari berat.
1.8. LAPORAN-LAPORAN
Kontraktor harus menbuat catatan-catatan berupa laporan harian yang memberikan gambaran dan
catatan singkat dan jelas mengenai :
a. Taraf berlangsungnya pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor bawahan.
b. Catatan dari Pemberi Tugas/Pengawas/Pengawas Lapangan yang telah disampaikan secara
tertulis maupun lisan.
c. Hal penting mengenai bahan-bahan, peralatan yang digunakan.
d. Keadaan Cuaca.
e. Hal penting mengenai pekerja.
f. Hal penting mengenai pekerjaan tambah kurang.
g. Hal penting mengenai kesulitan-kesulitan atau gangguan yang mungkin ada.
Setiap laporan harian pada hari dan tanggal yang sama diperiksa dan disetujui kebenarannya oleh
Pengawas. Perselisihan mengenai hal ini mengakibatkan pekerjaan dihentikan untuk diadakan
opname. Dan berdasarkan laporan harian ini, oleh kontraktor disusun laporan mingguan yang minimal
berisikan :
Jumlah hasil pekerjaan yang diperoleh dalam waktu 1 (satu) minggu serta perbandingannya
dengan schedule yang disepakati.
Prestasi fisik yang dicapai, dibandingkan dengan program, dan dibandingkan dengan minggu
sebelumnya dalam suatu Curva “S”.
Hambatan-hambatan yang timbul mengenai tenaga, bahan dan peralatan serta rencana
penanggulangannya.
Catatan-catatan mengenai ada tidaknya pekerjaan tambah/kurang.
Instruksi-instruksi, tegoran-tegoran dan sebagainya yang telah diterima oleh Kontraktor dari
Pemberi Tugas, Pengawas dan Pengawas Lapangan dan solusinya.
BAB III PEKERJAAN TANAH
PASAL 1
PEKERJAAN GALIAN TANAH DAN PEMBUANGAN TANAH
a. Pekerjaan galian harus memenuhi syarat-syarat seperti yang ditentukan dalam gambar.
Kontraktor harus menjaga supaya tanah dibawah dasar elevasi seperti pada gambar rencana
atau yang ditentukan oleh Direksi Pengawas tidak terganggu, jika terganggu Kontraktor harus
menggalinya dan mengurug kembali lalu dipadatkan seperti yang telah ditentukan oleh Direksi
Pengawas.
b. Semua galian harus dilaksanakan sesuai gambar dan syarat-syarat yang ditentukan menurut
keperluan.
c. Dasar dari semua galian harus waterpas, bilamana pada dasar setiap galian masih terdapat
akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur, maka ini harus digali keluar sedang lubang-
lubang tadi diisi kembali dengan pasir.
d. Semua tanah kelebihan berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai jumlah tertentu harus
segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap yang dianggap perlu dan atas
petunjuk Direksi Pengawas.
e. Bagian-bagian yang akan diurug kembali harus diurug dengan tanah yang bersih, bebas dari
segala kotoran dan memenuhi syarat-syarat sebagai tanah urug.
f. Perlindungan terhadap benda-benda berfaedah. Kecuali ditunjukkan untuk dipindahkan,
seluruh barang-barang berharga yang mungkin ditemukan dilapangan harus dilindungi dari
kerusakan, dan bila sampai menderita kerusakan harus direparasi / diganti oleh Kontraktor
atas tanggungan sendiri.
g. Bila suatu alat atau pelayanan dinas yang sedang ditemukan dilapangan dan hal tersebut tidak
tertera pada gambar atau dengan cara lain yang dapat diketahui oleh Kontraktor dan ternyata
memerlukan perlindungan atau pemindahan, Kontraktor harus bertanggung jawab untuk
mengambil setiap langkah apapun untuk menjamin bahwa pekerjaan yang sedang
berlangsung tersebut tidak terganggu.
h. Bila pekerjaan pelayanan umum terganggu sebagai akibat pekerjaan Kontraktor, Kontraktor
harus segera mengganti kerugian yang terjadi yang dapat berupa perbaikan dari barang yang
rusak akibat pekerjaan Kontraktor. Sarana yang sudah tidak berkerja lagi yang mungkin
ditemukan dibawah tanah dan terletak didalam lapangan pekerjaan harus dipindahkan keluar
lapangan ketempat yang disetujui oleh Direksi Pengawas atas tanggungan Kontraktor
i. Kontraktor berkewajiban membersihkan lokasi serta jalan umum yang menjadi kotor akibat
pekerjaan pembuangan tanah proyek ini.
j. Masalah ketertiban lingkungan maupun lalu lintas akibat pekerjaan ini menjadi kewajiban
Kontraktor.
PASAL 2
PEKERJAAN URUGAN TANAH DAN PEMADATAN
a. Pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan demi terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
b. Pekerjaan urugan ini meliputi seluruh detail yang disebutkan / ditunjukan dalam gambar atau
sesuai petunjuk Direksi Pengawas.
c. Bila tidak dicantumkan dalam gambar detail, maka lapisan tanah urug dilakukan lapis demi
lapis, setiap lapis maksimum tebal 10 cm, disiram / dibasahi diratakan dan dipadatkan, hingga
mencapai peil urugan yang disyaratkan.
d. Bahan yang digunakan untuk tanah urugan dari jenis tanah silty clay yang bersih tanpa
potongan-potongan bahan-bahan yang bisa lapuk serta bahan batuan yang telah di pecah-
pecah dimana ukuran dari batu pecah tersebut tidak boleh lebih besar dari 15 cm.
e. Disyaratkan agar semua bahan yang digunakan untuk pekerjaan urugan, terdiri dari mutu
yang terbaik yang dapat diperoleh.
f. Semua bagian / daerah urugan dan timbunan harus diatur berlapis-lapis seperti yang telah
disyaratkan. Tiap lapis harus dipadatkan sebelum lapisan berikutnya diurugkan.
g. Daerah urugan atau daerah yang terganggu harus dipadatkan dengan alat
pemadat/compactor "vibrator type" yang disetujui oleh Direksi Pengawas. Pemadatan
dilakukan sampai mencapai nasil kepadatan lapangan tidak kurang dari 95 kepadatan
maksimun hasil laboratorium.
h. Kepadatan maksimum terhadap kadar air optimum dari percobaan proctor Kontraktor harus
melaksanakan penelitian kepadatan maksimum terhadap kadar air optimum minimal satu kali
untuk setiap jenis tanah yang dijumpai dalam tabung gelas atau plastik untuk bukti
penunjukkan / referensi dan diberi label yang berisikan nomor contoh, kepadatan kering
maksimum dan kadar air optimumnya. Penelitian harus mengikuti prosedur yang umum
dipakdi yaitu ASTm D – 1557 – 70.
i. Pengurugan Pasir dengan ketebalan 5 cm dapat dilakukan apabila urugan tanah sudah padat
sehingga kerataan level tanah menjadi akurat untuk kemudian dapat dilakukan pekerjaan
pondasi di atas pasir urug tersebut.
1.2. PENULANGAN/PEMBESIAN
a. Besi tulangan polos
Pekerjaan pembesian dengan besi polos meliputi pekerjaan pembesian untuk sloof, kolom
dan ring balok. Dalam hal ini Pemborong yang harus menyediakan tenaga dan peralatan
yang harus selalu berada di lapangan sesuai dengan standard dan kapasitas untuk
pekerjaan tersebut.
Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa, sehingga
bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah.
Besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan ukuran masing-masing. Besi
penulangan rata maupun besi penulangan bergelombang (Deformed Bars) harus sesuai
dengan persyaratan dalam NI-2 Bab 3.7, yang dinyatakan sebagai U-24.
Besi tulangan yang digunakan terdiri dari tulangan induk dengan diameter 12 mm dan
tulangan begel 6 mm sedangkan untuk balok lintel serta balok dan plat kanopi
menggunakan tulangan dengan diameter 10 mm dan tulangan begel 6 mm. Besi
penulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain, apabila harus
dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi diameter penampang
besi, atau dengan bahan cairan sejenis “Vikaoxy Off” yang disetujui Pengawas.
Pengawas Lapangan berhak memerintahkan untuk menambah besi tulangan di tempat
yang dianggap perlu sampai maksimum 5% dari tulangan yang ada di tempat tersebut,
meski tidak tertera dalam gambar struktur, tanpa biaya tambahan.
b. Kawat Pengikat
Harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti diisyaratkan dalam NI-2 Bab 3.7.
1.4. PERAWATAN
Beton harus dilindungi dari hujan lebat, aliran air hujan dan dari kerusakan yang disebabkan oleh
alat-alat. Semua beton harus dalam keadaan basah, paling sedikit 7 hari.
PASAL 2
PEKERJAAN BETON TIDAK BERTULANG
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan beton cor untuk beton tak bertulang meliputi pekerjaan rabat beton di bawah
paving block. Beton cor yang digunakan adalah beton mutu f’c = 7,4 Mpa untuk pengecoran
lantai. Dalam hal ini Pemborong yang harus menyediakan tenaga dan peralatan yang harus
selalu berada di lapangan sesuai dengan standard dan kapasitas untuk pekerjaan tersebut.
b. Pengendalian Pekerjaan
Kecuali disebutkan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan
seperti tertera dalam :
NI-2-PBI-1971.
NI-3-1970.
NI-5-1961.
NI-8-1974.
SKTM-JLS G 3445.
c. Syarat-syarat Pelaksanaan
Untuk seluruh Pekerjaan Beton Tak Bertulang digunakan beton mutu f’c = 7,4 MPa, dan cara
pelaksanaannya harus menggunakan adukan beton/cor ditempat (insitu).
Bahan-bahan
1) Agregat Kasar
Agregat Kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras tidak berpori dan
berbentuk kubus. Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya tidak boleh melampaui 20% dari
jumlah berat keseluruhannya. Agregat Kasar harus bersih dari zat-zat organis, zat-zat reaktif
alkali atau substansi yang merusak beton.
2) Agregat Halus
Agregat Halus dapat menggunakan pasir alam yang berasal dari Quarry yang telah
disepakati pihak Pengawas.
Pasir harus bersih dari zat organis, zat alkali tanah dan substansi lain yang dapat merusak
beton. Pasir tidak boleh mengandung substansi tersebut lebih dari 5%.
Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras.
Cara dan penyimpanan harus baik agar menjamin kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan
menjaga tidak terjadi kontaminasi yang tidak diinginkan.
3) PC (Portland Cement)
Semen yang dipakai harus dari mutu yang diisyaratkan dalam NI-8 Bab 3.2. Kontraktor
harus mengusahakan agar semen yang dipakai untuk seluruh pekerjaan beton berasal dari
satu merk dan tipe saja. Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam zak yang
tertutup oleh pabrik dan terlindung serta harus dalam jumlah sesuai dengan urutan
pengirimannya.
Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat-tempat rapat air dengan lantai
terangkat dan ditumpuk dalam urutan pengiriman. Semen yang rusak atau tercampur
apapun tidak boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.
4) Air
Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 Bab 3.6. Kontraktor harus
menyediakan air atas biayanya sendiri.
Pelaksanaan
Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat izin secara tertulis dari
Pengawas. Permohonan izin rencana pengecoran harus diserahkan paling lambat 2 (dua) hari
sebelumnya.
Sebelum pengecoran dimulai, Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh steak-steak
maupun anker-anker dan sparing-sparing yang diperlukan, pada kolom-kolom, balok-balok
beton untuk bagian yang akan berhubungan dengan dinding bata maupun pekerjaan instalasi.
Kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan anker-anker dipasang dengan jarak
setiap 1 (satu) meter.
Persetujuan Pengawas ini berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan
besi serta bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
Persetujuan di atas tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan
beton secara menyeluruh.
PASAL 2
PEKERJAAN PENGECATAN
2.1. PENGECATAN DINDING
a. Lingkup pekerjaan
Meliputi pengecatan dinding/beton bagian luar dan dalam serta seluruh detail yang
ditunjukkan/ditentukan dalam gambar.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya yang diperlukan dalam pelaksaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik dan sempurna.
b. Persyaratan Bahan
Bahan Cat : Dari Produk Dalam Negeri merk Vinilex, Dulux atau Nippon Paint.
Warna : untuk warna sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pengawas.
Bahan Plamur : Nippon Paint Undercoat, Vinilex atau Dulux.
Pengencer : Air bersih sesuai spesifikasi yang ditentukan.
Pengeringan : Minimum setelah 4 (empat) jam lapis berikutnya dapat dilakukan.
Sistem pengecatan : Minimal dilakukan 3 (tiga) lapis atau hingga warna merata dan tidak
membayang.
Pengendalian seluruh pekerjaan harus memenuhi persyaratan dalam PUBI 1982 Pasal 54,
NI-4, BS Nomor 3900-1970, AS K-41 dan sesuai ketentuan teknis dari pabrik yang
bersangkutan.
c. Syarat-syarat Pelaksanaan
Bahan-bahan yang dipergunakan, sebelum digunakan terlebih dahulu diserahkan contohnya
untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas Lapangan.
Sebelum pengecatan dimulai, permukaan bidang pengecatan harus rata, kering dan bersih
dari segala kotoran, minyak dan debu.
Bidang pengecatan siap dicat setelah diplamur terlebih dahulu. Sebelum diplamuur,
plesteran harus benar-benar kering, tidak terdapat retak-retak dan telah disetujui oleh
Pengawas Lapangan.
Lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
Setelah pelamuran dan percobaan warna sudah disetujui oleh Pengawas Lapangan, bidang
pelamuran diamplas dengan amplas besi yang halus kemudian dibersihkan dengan bulu
ayam sampai bersih.
Sebelum pengecatan dilakukan, Pemborong diwajibkan membuat contoh-contoh warna,
untuk disetujui oleh Pengawas Lapangan.
Pengecatan diisyaratkan dengan menggunakan roller. Untuk permukaan dimana pemakaian
roller tidak memungkinkan, dipakai kuas halus/baik.
Setiap kali lapisan cat dilaksanakan harus dihindarkan terjadinya sentuhan benda-benda
dan pengaruh pekerjaan-pekerjaan sekelilingnya selama 2 (dua) jam.
1. PEKERJAAN VEGETASI
a. Pekerjaan Vegetasi meliputi pekerjaan penanaman tanaman pohon berupa Pohon Ketapang,
Pohon Angsana dan pohon palem di areal pekerjaan seperti yang ditunjukkan pada gambar
teknis
b. Pekerjaan Penanaman Vegetasi Rumput Manis dianjurkan ikut serta lempengan tanah rumput
tersebut, dan dilakukan penyiraman rutin pagi dan sore hari.
c. Pohon Ketapang, Pohon angsana dan pohon palem sebelum ditanam harus dikonsultasikan
dulu dengan konsultan pengawas dan boleh ditanam setelah disetujui oleh konsultan
pengawas.
d. Sebelum penanaman pohon, tanah harus digemburkan dan disiram agar tanaman dapat
bertumbuh dengan baik dan cukup nutrisi.
e. Setelah penanaman pohon dilakukan, dilakukan penyiraman rutin pagi dan sore hingga 7 hari
setelah penanaman dilakukan sebagai perawatan.