Dosen Pengampu :
Tri Lestari, S.SY., M.H.
Kelompok 3 :
Ulya Sahara Laili (101210197)
Wiji Astutik (101210209)
A. Latar Belakang
Menurut lugat, ibadah berarti taat, mengikuti dan tunduk. Ibadah itu
tidak hanya terbatas pada mansik ta'abbudi saja, seperti shalat, puasa, haji.
Tetapi ia mempunyai makna yang lebih jauh lebih dalam bahwa
sesungguhnya ibadah itu ialah ibadah 'ubudiyyah kepada Allah satu-satunya
dalam urusan dunia akhirat. Selanjutnya, terus menerus berhubungan dengan
Allah dalam segala urusan. Berdasarkan hal tersebut, maka untuk beribadah
seseorang harus memahami ilmu fikih.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian fikih ibadah?
2. Bagaimana ruang lingkup pembahasan fikih ibadah?
3. Apa tujuan mempelajari fikih ibadah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fikih Ibadah
1. Pengertian
Fikih Ibadah terdiri dari dua unsur kata, yaitu kata Fiqh dan Ibadah.
Dalam etimologi Islam, kata "fiqh" berasal dari akar kata faqiha-yafqahu-
fiqhan yang berarti mengetahui, memahami dan mendalami sesuatu
secara mutlak.
Secara terminologis, Fikih ialah ilmu yang mengkaji tentang syari'at
Islam yang ditetapkan Allah bagi manusia dalam menjalani kehidupan
duniawi dan ukhrawi, baik vertikal maupun horizontal dengan memakai
dalil-dalil terperinci (tafshili) seperti tersurat dan tersirat dalam al-Qur'an,
2Rosidin, Modul fikih Ibadah (Malang: PT. Literindo Berkah Karya, 2020), h.9
وما خلقت الجن و االنس اال ليعبدون
Artinya : "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku" (Q.S.al-Dzariyat (51): 56)
3. Macam-Macam Ibadah
a. Dilihat dari segi umum dan khusus, maka ibadah dibagi dua macam :
(1) Ibadah khoshoh adalah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan
dalam nash (dalil/dasar hukum) yang jelas, yaitu sholat, zakat,
puasa dan haji.
(2) badah ammah adalah semua perilaku baik yang dilakukan semata-
mata karena Allah SWT seperti bekerja, makan, minum dan tidur
sebab semua itu untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan
jasmani supaya dapat mengabdi kepada-Nya.
b. Ditinjau dari segi kepentingan perseorangan atau masyarakat, ibadah
ada dua macam :
(1) Ibadah wajib (fardhu), seperti sholat dan puasa.
(2) Ibadah ijtima'i, seperti zakat dan haji.
c. Dilihat dari cara pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi tiga :
(1) Ibadah jasmaniyah dan ruhiyah seperti sholat dan puasa.
(2) Ibadah ruhiyah dan amaliyah seperti zakat.
(3) Ibadah jasmaniyah, ruhiyah dan amaliyah seperti pergi haji.
d. Ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah dibagi menjadi :
(1) Ibadah yang berupa pekerjaan tertentu dengan perkataan dan
perbuatan, seperti sholat, zakat, puasa dan haji.
(2) Ibadah yang berupa ucapan, seperti membaca Al-Qur'an, berdo'a
dan berdzikir.
(3) Ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya,
seperti membela diri, menolong orang lain, mengurus jenazah dan
jihad.
(4) Ibadah yang berupa menahan diri, seperti ihrom, berpuasa dan
i'tikaf (duduk di masjid)
(5) Ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan
hutang atau membebaskan hutang orang lain.3
5Rosidin, Modul Fikih Ibadah (Malang: PT. Literindo Berkah Karya, 2020), h.11
7Ibid,h.11
b. Untuk memperjelas akan eksistensi dan substansi dari Maqasid Al-
Syari'ah, yang juga sering disebut dengan adl-Dlaruri al-Khamsah (5 tujuan
pokok syari'at), meliputi menjaga/melindungi agama, menjaga jiwa,
menjaga akal, menjaga keturunan dan menjaga harta.
c. Untuk memahamkan setiap muslim atau umat manusia akan urgensi
mematuhi syari'at Islam, agar mereka dapat bertindak sesuai syari'at Islam,
baik berupa larangan, perintah, hak maupun kewajiban.
Sedangkan kegunaan mempelajari antara lain demi terciptanya
agama yang lurus, negara yang makmur, masyarakat yang madani dengan
pelaksanaan ibadah sesuai konsepsi syari'at Islam; terpeliharanya hak hak
Allah dan hak hak manusia dari berbagai bentuk pelanggaran dan
kemaksiatan; terbentuknya insan-insan agamis, bermoral, taat hukum
agama sehingga terwujud stabilitas, responbilitas, dan kemaslahatan di
segala bidang.8
c) Macam-Macam Air
Air adalah sesuatu yang mengalir, lunak (elastis), halus dan
berwarna sesuai tempat yang ditempatinya yang Allah ciptakan
kesegaran ketika menggunakannya. Menurut para fuqaha
pengklasifikasian air ini bisa ditinjau melalui dua segi :
Pertama, ditinjau dari segi tempat dan asalnya, ada 7 macam air, 3
berasal dari langit, yakni air hujan, es (salju) dan embun, dan 4 berasal
dari bumi, yakni air sumur, sumber, sungai dan laut. Kedua, ditinjau dari
segi hukumnya ada 3 macam air, antara lain :
1) Air suci dan menyucikan (thahir fi nafsihi muthahhir li ghairihi)
atau disebut juga dengan air mutlak, dalam arti suci untuk
diminum dan menyucikan untuk dipakai thaharah dari hadats
dan najis, seperti 7 macam air di atas. Selain itu, air mutlak ini
juga dibagi menjadi 2 bagian :
a) Tidak makruh dipakai
b) Makruh dipakai sebab 4 faktor :
1. Air yang menjadi panas sebab sinar matahari
(Musyammas), karena menyebabkan kusta
2. Air yang sangat panas
3. Air yang sangat dingin, sebab keduanya merintangi
kesempurnaan thaharah
4. Air dari bumi ghashab
10
Yaqin, Fiqh Ibadah (Pamekasan: Duta Media Publishing, 2018), h.18
2) Air suci tapi tidak menyucikan (thahir fi nafsihi ghairu
muthahhir lighairihi), dalam arti suci untuk diminum, tapi tidak
bisa dipakai untuk thaharah, seperti air musta'mal. Disebut air
musta'mal bila jumlah airnya sedikit (tidak mencapai dua qullah ±
217 liter), telah dipakai untuk bersuci (wudlu dan ghuslu) atau
menghilangkan najis, telah terpisah dari anggota badan,
Cara bertayamum :
1) Berniat dalam hati sewaktu akan menyentuhkan kedua telapak tangan
di atas tanah yang suci
2) Menyapu kedua telapak tangan ke muka dengan duakali sapuan
3) Menyentuhkan kedua telapak tangan yang kedua kalinya diatas debu
atau tanah yang suci
4) Menyapukan kedua telapak tangan pada kedua tangan hingga kedua
siku dengan dua kali sapuan
2. Wudlu
Wudlu adalah menghilangkan hadats kecil dengan menggunakan air
untuk membasuh anggota badan tertentu.Wudlu termasuk salah satu
syarat sah shalat.
Fardlu-fardlu wudlu antara lain :
a. Nat wudlu di dalam hati,
b. Membasuh muka,
c. Membasuh kedua tangan hingga kedua siku
d. Mengusap kepala
e. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki
f. Tertib dan urut
Tata cara wudlu :
1) Membaca basmalah sambil membersihkan kedua telapak tangan
2) Berkumur-kumur sambil menggosok gigi
3) Menghirup air ke dalam hidung dan dikeluarkan kembali
4) Membaca niat di dalam hati diteruskan dengan membasuh muka tiga
kali
5) Membasuh kedua tangan hingga kedua siku tiga kali
6) Mengusap rambut kepala tiga kali
7) Menyapu kedua telinga bagian luar dan dalam tiga kali
8) Membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki tiga kali
9) Menghadap arah kiblat dan berdoa setelah wudlu
3. Mandi
Mandi di sini adalah membasahi anggota badan dari ujung kaki hingga
ujung rambut dengan air suci mensucikan, berfungsi untuk
menghilangkan hadats besar.
Fardlu-fardlu mandi antara lain :
1) Membersihkan najis yang menempel di badan
2) Meratakan air ke seluruh badan
Tata cara mandi wajib :
1) Membersihkan kedua tangan sambil membaca basmalah
2) Membersihkan kotoran atau najis yang melekat di badan
3) Berwudhu seperti wudhu akan salat
4) Membasahi pangkal rambut dengan jari-jari tangan yang telah
dicelupkan ke dalam air
5) Menyiram kepala dengan air 3 kali dan diteruskan dengan menyiram ke
seluruh badan
6) Mencuci kedua kaki kanan dan kiri
7) Menghadap kiblat dengan membaca doa seperti membaca doa sesudah
wudhu
2. SHALAT
a) Pengertian
Shalat secara bahasa berarti do'a, sedang menurut istilah syara' berarti
ucapan dan pekerjaan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam
dengan syarat-syarat tertentu.15
b) Dasar hukum
15Abdillah.tt.Terjemah Fathul Qarib. Terjemahan oleh Abu.H.F (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995), h.47
Shalat diwajibkan dengan dalil yang qath'i dari Al-Qur'an, As-Sunah, dan
Ijma' umat Islam sepanjang zaman. Allah berfirman :
فأقيمواالصالةوءاتواالزكاة
Artinya:"Maka dirikanlah shalat dan berpeganglah kamu pada tali Allah"
(QS.Al-Hajj: 78)
c) Waktu-waktu shalat
Ulama menetapkan waktu-waktu salat sebagai berikut :
1) Waktu salat subuh adalah mulai terbit fajar sadiq (fajar kedua) sampai
terbitnya matahari. Fajar sadiq yaitu cahaya putih yang memancar di ufuk
timur di waktu subuh dalam keadaan melintang dari kiri ke kanan.
Lawannya adalah fajar kazib yaitu cahaya putih yang memanjang
daribawahkeatas langit.
2) Waktu salat zuhur adalah mulai tergelincir matahari (zawal) sampai
bayang-bayang setiap benda sama panjangnya dengan benda tersebut.
Tergelincir matahari (zawal) adalah kemiringannya dari pertengahan langit
ke arah barat. Hal ini dapat dilihat kepada seseorang atau sebuah tiang
yang berdiri, bila mana bayang-bayangnya masih persis ditengah atau
belum sampai, menandakan waktu zuhur belum masuk.
3) Waktu asar adalah mulai dari keluarnya waktu zuhur, yaitu bilamana
bayang-bayangmelebihipanjangsuatubenda,sampai terbenam matahari.
4) Waktu salat magrib adalah mulai dari terbenam matahari, yaitu hilangnya
bundaran matahari secara sempurna, sampai hilangnya syafaq (sisa cahaya
matahari di waktu senja), demikian menurut pendapat jumhur ulama.
5) Waktu salat isya adalah sehabis waktu salat magrib sampai terbit fajar
sadiq dengan pengertian sejenak sebelum terbit.16
d) Syarat sah shalat
Wahbah Zuhayli mengemukakan syarat sah sebagai berikut :
e) Rukun shalat
Rukun shalat ada 13 :
1) Niat
2) Takbiratul ihram
3) Berdiri bagi yang sanggup
4) Membaca al Fatihah
5) Ruku'
6) Sujud dua kali pada setiap rakaat
7) Duduk antara dua dujud
8) Membaca tasyahud akhir
9) Duduk pada tasyahud akhir
10) Membaca shalawat Nabi setelah tasyahud akhir
11) Duduk di waktu membaca shalawat
12) Mengucapkan salam
13) Tertib
f) Hikmah shalat
Salat adalah kewajiban umat Islam paling utama sesudah mengucapkan
dua kalimat syahadat. Salat merupakan pembeda antara orang muslim dan
non-muslim. Bila disimak dari sudut religious, salat merupakan hubungan
langsung antara hamba dengan Khaliqnya yang didalamnya terkandung
kenikmatan munajat, pernyataan ubudiyah, penyerahan segala urusan kepada
Allah, keamanan dan ketentraman serta perolehan keuntungan. Disamping itu
dia merupakan suatu cara untuk memperoleh kemenangan serta menahan
seseorang dari berbuat kejahatan dan kesalahan.
Secara individual salat merupakan pendekatan diri (taqarrub) kepada
Allah Swt, menguatkan jiwa dan keinginan, semata-mata mengagungkan
Allah Swt, bukan berlomba-lomba untuk memperturutkan hawa nafsu dalam
mencapai kemegahan dan mengumpulkan harta. Disamping itu salat
merupakan peristirahatan diri dan ketenangan jiwa sesudah melakukan
kesibukan dalam menghadapi aktivitas dunia.
Dipandang dari segi sosial kemasyarakatan, salat merupakan pengakuan
aqidah setiap anggota masyarakat dan kekuatan jiwa mereka yang
berimplikasi terhadap persatuan dan kesatuan umat. Persatuan dan kesatuan
ini menumbuhkan hubungan sosial yang harmonis dan kesamaan pemikiran
dalam menghadapi segala problema kehidupan sosial kemasyarakatan.17
3. PUASA
a. Pengertian
Puasa adalah suatu bentuk “ibadah dalam Islam yang berarti menahan diri
dari segala sesuatu yang membatalkan ibadah tersebut pada siang hari (mulai
terbit fajar sampai terbenam matahari)”; Puasa dalam bahasa Arab disebut
dengan istilah “Ṣiam” atau “Ṣaum” yang secara etimologis berarti االمساك عن
( الشيئmenahan diri dari sesuatu).
Puasa dalam pengertian terminologis ialah suatu ibadah yang
diperintahkan Allah, dilaksanakan dengan cara menahan makan, minum dan
hubungan seksual (menahan diri dari segala apa yang membatalkan puasa) dari
terbit fajar sampai terbenam matahari, dengan disertai niat.18 Mengambil
makna puasa dalam arti menahan diri dari segala hal yang membatalkan dan
merusak
4. ZAKAT
a. Pengertian Zakat
Zakat dari segi etimologi memiliki beberapa arti, antara lain “pengembangan”.
Harta yang diserahkan zakatnya, memberi berkah terhadap sisa harta sehingga secara
kualitatif lebih bernilai. Dalam terminologi fiqh, secara umum zakat didefinisikan
sebagai bagian tertentu dari harta kekayaan yang diwajibkan Allah untuk sejumlah orang
yang berhak menerimanya. Mahmud Syaltut, seorang ulama kontemporer dari Mesir,
mendefinisikannya sebagai ibadah kebendaan yang diwajibkan oleh Allah SWT agar
orang yang kaya menolong orang yang miskin berupa sesuatu yang dapat memenuhi
kebutuhan pokoknya.
Al-Qur’an menggunakan beberapa terminology untuk arti zakat yaitu : Al-zakat
(zakat), Al-Sadaqah (sedekah), Al-Nafaqah (infak), Al-haq (hak)
b. Wajib Zakat
Para ahli fikih telah menetapkan bahwa zakat diwajibkan kepada seseorang apabila
kepadanya terpenuhi syarat-syarat wajib zakat sebagai berikut :
1) Merdeka (al-Huriyah)
Keharusan merdeka bagi wajib zakat menafikan kewajiban zakat terhadap
hamba sahaya
2) Islam
Oleh karna zakat merupakan ibadah yang berfungsi menyucikan jiwa orang
yang berzakat (muzakki) maka hanya orang muslim yang dikenakan
kewajiban zakat
3) Baligh dan Berakal
Fikih mazhab Hanafi menetapkan baligh dan berakal sebagai syarat wajib zakat
4) Mencukupi satu nisab
Diantara syarat wajib zakat adalah apabila jumlah harta itu mencapai satu nisab
5) Harta itu milik sendiri secara sempurna
Yang dimaksud dalam istilah ini ialah harta yang tidak ada di dalamnya hak
orang lain yang wajib dibayarkan
6) Sampai haul
Haul adalah perputaran masa selama satu tahun atau dua belas bulan.
c. Mustahik Zakat
Pada awal sejarah pertumbuhan islam di Mekah, orang-orang yang berhak menerima
zakat (infaq) itu adalah orang miskin saja. Setelah tahun ke-9 Hijriyah, Allah SWT
menurunkan ayat 60 surat al-Taubah di Madinah. Orang yang berhak menerima zakat
terdiri dari delapan golongan yaitu orang faqir, orang miskin, amil zakat, muallaf, riqab,
gharim, sabilillah, ibnu sabil.
1. Ahli fiqh dari kalangan Hanafiyah menetapkan dua macam rukun haji; Wukuf
di Arafah, dan Tawaf Ifadah. Sedangkan rukun umrah menurut mereka adalah tawaf
di Baitullah.
2. Ahli fiqh dari kalangan Malikiyah dan Hanabilah menetapkan empat macam
sebagai rukun haji :
a) Ihram
b) Wukuf di Arafah
c) Tawaf Ifadah
d) Sa’i antara bukit Shafa dan Marwah
Adapun rukun umrah menurut mereka ialah ihram, tawaf, dan sa'i.
3) Ahli fiqh dari kalangan Syafi‟iyah menetapkan enam macam rukun haji;
Ihram, WukufdiArafah, Tawaf Ifadah, Sa’i antara bukit Shafa dan Marwah,
Mencukur atau menggunting rambut di kepala, Tertib
e. Sunat-Sunat Haji
1. Menyentuh Hajar Aswad dengan telapak tangan jika memungkinkan, jika
tdak mungkin bisa dengan mengisyaratkan tangan ke arahnya. Jika mungkin,
melakukannya setiap putaran ketujuh.
2. Berjalan kaki jika mampu, jika tidak mampu disebabkan ada uzur maka
boleh dengan kendaraan.
3. Al-idtiba yaitu meletakkan pertengahan kain ihram dibawah ketiak tangan
kanan. Dan kedua ujungnya diletakkan di atas bahu kiri. Hal itu berlangsung
sampai melakukan shalat idtiba. Ketika sholat itu letak kain ihram kembali
sebagaimana biasa, dan setelah selesai kain ihram diletakkan kembali secara
idtiba‟ (HR AbuDaud).
4. Meniatkan tawaf jika yang dilakukan itu tawaf qudum, wada, dan tatawwu
(sunah), karena tawaf itu memerlukan niat. Adapun tawaf ifadah (tawaf rukun)
tidak dianjurkan niat sebab niat haji atau umrah ketika ihram sudah mencakup
terhadap tawaf ifadah.
5. Pada tiga putaran pertama dilakukan dengan berjalan cepat, dan pada
putaran berikutnya berjalan secara biasa.
f. Yang Membatalkan Haji
Pada prinsipnya yang membatalkan haji itu adalah apabila rukun-rukun haji yang
ditetapkan itu ditinggalkan, termasuk semua perbuatan yang dapat merusak kesahihan
rukun-rukun dimaksud. Apabila melanggar salah satu rukun haji maka hajinya batal.
1. Menyembelih seekor unta atau sapi
2. Menyelesaikan haji yang batal itu
3. Mengulangi haji pada tahun berikutnya
Apabila seseorang yang telah berihram haji atau umrah, lalu melaksanakan
hajinya tidak dapat disempurnakan karena sakit atau hal-hal yang diluar
kemampuannya, maka haji atau umrahnya menjadi batal. Wajib membayar ditempat
terjadinya hal yang menghalanginya untuk menyempurnakan hajinya berupa
menyembelih seekor kambing dan bertahallul pada tahun depan diwajibkan
mengulangi hajinya.
g. Hikmah Haji
Para ahli telah banyak mengungkap tentang hikmah haji ini dalam berbagai
tinjauan. Dari sekian banyak hikmah haji yang dirumuskan oleh para ahli tersebut,
jika ditarik garis besarnya maka dapat disimpulkan kepada dua macam. Hikmah yang
berkaitan dengan keagamaan dan hikmah yang berkaitan dengan sosial
kemasyarakatan. Adapun hikmah haji yang berkaitan dengan keagamaan ialah
sebagai berikut :
1. Menghapus dosa.
2. Mendorong seseorang untuk menegaskan kembali pengakuannya atas
keesaan Allah Swt serta penolakan terhadap segala macam bentuk
kemusyrikan, baik berupa patung-patung, binatang, bulan, matahari, serta
juga segala sesuatu selain Allah Swt.
3. Mendorong seseorang memperkuat keyakinan tentang adanya neraca
keadilan Tuhan dalam kehidupan di dunia ini.
4. Mengantar seseorang menjadi hamba yang selalu mensyukuri nikmat-nikmat
Allah, baik berupa harta dan kesehatan, dan menanamkan semangat ibadah
dalam jiwanya. Al-Kasani dalam kitabnya al-Badawi mengatakan bahwa
ibadah haji merupakan aplikasi dari sifat kehambaan dan kesyukuran atas
nikmat Allah Swt.
Dari segi sosial kemasyarakatan hikmah ibadah haji antara lain ialah :
1. Ketika memulai ibadah haji dengan ihram di miqat, pakaian biasa
ditanggalkan dan mengenakan pakaian seragam ihram.
2. Ibadah haji dapat membawa orang-orang yang berbeda suku, bangsa, dan
warna kulit menjadi saling mengenal antara satu sama lain.
3. Mempererat tali ukhuwah islamiyah antar umat Islam dari berbagai penjuru
dunia.
4. Mendorong seseorang untuk lebih giat dan bersemangat berusaha untuk
mencari bekal yang dapat mengantarnya ke Mekah untuk haji.
5. Ibadah haji merupakan ibadah badaniyah yang memerlukan ketangguhan fisik
dan ketahanan mental.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fiqh Ibadah terdiri dari dua unsur kata, yaitu kata Fiqh dan Ibadah. Fiqh
Ibadah dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mengkaji tentang syari'at Islam yang
ditetapkan Allah bagi manusia dalam rangka ubudiyyah, dengan memakai dalil-
dalil terperinci (tafshili).
Objek kajian dalam Fikih Ibadah adalah perbuatan seorang mukallaf yang
berkaitan dengan berbagai cara pengabdiannya kepada Allah sesuai ketentuan
syari'at Islam. Sedangkan ruang lingkup pembahasan materi Fikih Ibadah adalah
mengenai beberapa ritual (ibadah), baik ibadah mahdlah, maupun ibadah ghairu
mahdlah, yang diniatkan untuk mendapat ridla Allah SWT, yang kuantitasnya
sangat banyak dan beragam.
Tujuan mempelajari fiqh ibadah antara lain untuk mengetahui dan
memahami secara detail dan komprehensif terkait ketentuan dan tata cara
pelaksanaan masing-masing ibadah, baik secara teoritis maupun praktis; untuk
memperjelas akan eksistensi dan substansi dari Maqasid Al-Syari'ah; untuk
memahamkan setiap muslim atau umat manusia akan urgensi mematuhi syari'at
Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah.tt. Terjemah Fathul Qarib. Terjemahan oleh Abu. H. F (Surabaya: Mutiara Ilmu,
1995)
Rosidin, Modul Fikih Ibadah (Malang: PT. Literindo Berkah Karya, 2020)