Anda di halaman 1dari 33

Menganalisis Permasalahan Ketenagakerjaan di Indonesia

Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Semester Genap

Mata Pelajaran Ilmu Ekonomi

Oleh

Nama : Paltzky Ainurrafi Hidayat

NIS : 18809

Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam


SMA Negeri 5
Surabaya
2014
KATA PENGANTAR
© 2014 Paltzky | 1
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yangtelah memberikan rahmat taufik dan hidayah-
Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.

Penulisan makalah yang berjudul “Masalah


Pengangguran di Indonesia” ini, bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dan dampak dari pengangguran terhadap masyarakat
Indonesia pada umumnya.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan


makalah ini, itu dikarenakan kemampuan penulis yang
terbatas. Namun berkat bantuan dandorongan serta bimbingan
dari Bapak guru mata pelajaran Ilmu Ekonomi, serta berbagai
bantuan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis berharap dengan penulisan makalah ini dapat


bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para
pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan
prestasi di masa yang akan datang.

Surabaya, Februari 2014

Penulis

© 2014 Paltzky | 2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI ..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................5
D. Metode Pengumpulan Data........................................................................6

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tenaga kerja, Kesempatan Kerja, Angkatan kerja, dan
Pengangguran .................................................................................................7
B. Faktor Penyebab Timbulnya Pengangguran di Indonesia.........................9
C. Keadaan Pengangguran di Indonesia.........................................................10
D. Keadaan Angkatan Kerja dan Keadaan Kesempatan Kerja..................13
E. Pengangguran Mengakibatkan Kemiskinan...............................................13
F. Upaya Peningkatan Kualitas Angkatan Kerja............................................16
G. Sistem Upah...............................................................................................18
H. Dampak Pengangguran Di Indonesia Terhadap Pertumbuhan
ASEAN...........................................................................................................22

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................26
B. Solusi Masalah Pengangguran di Indonesia .............................................26

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................31

BAB I
PENDAHULUAN
© 2014 Paltzky | 3
A. Latar Belakang
Perekonomian Indonesia sejak krisis ekonomi pada pertengahan
1997membuat kondisi ketenaga kerjaan Indonesia ikut memburuk.
Sejak itu,pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tidak pernah
mencapai 7-8 persen. Padahal, masalah pengangguran erat kaitannya
dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi ada,
otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap pertumbuhan
ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400
ribu orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen,
tentunya hanya akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara
pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta pertahun. Sehingga, setiap
tahun pasti ada sisa pencari kerja yang tidak memperoleh pekerjaan
dan menimbulkan jumlah pengangguran di Indonesia bertambah.

Bayangkan, pada 1997, jumlah penganggur terbuka mencapai


4,18 juta. Selanjutnya, pada 1999 (6,03 juta), 2000 (5,81 juta), 2001
(8,005 juta), 2002 (9,13 juta) dan 2003 (11,35 juta). Sementara itu,
data pekerja dan pengangguran menunjukkan, pada 2001: usia kerja
(144,033 juta), angkatan kerja (98,812 juta), penduduk yang kerja
(90,807 juta), penganggur terbuka (8,005 juta), setengah penganggur
terpaksa (6,010 juta), setengah penganggur sukarela (24,422 juta).
Pada 2002: usia kerja (148,730 juta), angkatan kerja (100,779 juta),
penduduk yang kerja (91,647 juta), penganggur terbuka (9,132 juta),
setengah penganggur terpaksa (28,869 juta), setengah penganggur
sukarela tidak diketahui jumlah pastinya. Hingga tahun 2002 saja
telah banyak pengangguran, apalagi di tahun 2003 hingga 2013 pasti
jumlah penggangguran semakin bertambah dan mengakibatkan
kacaunya stabilitas perkembangan ekonomi Indonesia.

B. Rumusan Masalah

© 2014 Paltzky | 4
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis
mengambil rumusan masalah sebagai berikut

1. Apa pengertian dan definisi ketenagakerjaan, kesempatan kerja,


angkatan kerja, dan pengangguran
2. Apa yang menjadi masalah pengangguran di indonesia
3. Bagaimana keadaan pengangguran di Indonesia
4. Bagaimana keadaan angkatan kerja dan kesempatan kerja
5. Pengangguran mengakibatkan kemiskinan
6. Upaya meningkatkan kualitas angkatan kerja
7. Sistem Upah
8. Apa dampak pengangguran di indonesia terhadap pertumbuhan
ASEAN

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis membuat makalah yang berjudul ”Masalah
Penganggurandi Indonesia” adalah sebagai berikut:

1. Mengerti pengertian dan definisi ketenagakerjaan, kesempatan


kerja, angkatan kerja, dan pengangguran
2. Mengerti apa yang menjadi masalah pengangguran di indonesia
3. Mengerti keadaan pengangguran di Indonesia
4. Mengerti keadaan angkatan kerja dan kesempatan kerja
5. Mengerti bahwa pengangguran mengakibatkan kemiskinan
6. Mengerti tentang upaya meningkatkan kualitas angkatan kerja
7. Mengerti sistem Upah
8. Mengerti dampak pengangguran di indonesia terhadap
pertumbuhan ASEAN

D. Metode Pengumpulan Data


© 2014 Paltzky | 5
Dalam penyusunan makalah ini, perlu sekali pengumpulan data
sertasejumlah informasi aktual yang sesuai dengan permasalahan
yang akandibahas. Sehubungan dengan masalah tersebut dalam
penyusunan makalah ini,penulis menggunakan beberapa metode
pengumpulan data, yang pertamabrowsing di Internet, kedua dengan
membaca media cetak dan denganpengetahuan yang penulis miliki.

BAB II
© 2014 Paltzky | 6
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tenaga kerja, Kesempatan Kerja, Angkatan kerja,


dan Pengangguran

-Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan. Dalam hal ketenagakerjaan, sensus penduduk membagi
penduduk ke dalam 2 kelompok;
1) penduduk yang termasuk angkatan kerja
2) penduduk bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah orang yang usia nya lebih dari 15 tahun
lebih yang sedang bekerja atau mencari pekerjaan, dan klo bukan
angkatan kerja adalah orang yang usia nya lebih dari 15 tahun lebih
yang tidak sedang bekerja atau tidak sedang mencari pekerjaan.

-Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja.
Baik yang sudah bekerja maupun belum bekerja atau sedang mencari
pekerjaan. Menurut ketentuan pemerintah indonesia, penduduk yang
sudah memasuki usia kerja adalah berusia minimal 15 tahun sampai
65 tahun. Akan tetapi tidak semua penduduk yang memasuki usia
kerja termasuk angkatan kerja. Sebab penduduk yang tidak akif dalam
kegiatan ekonomi tidak termasuk dalam kelompok angkatan kerja.
Misalnya ibu rumah tangga, pelajar, mahasiswa dsb.

-Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja adalah memenfaatkan sumber daya manusia untuk
menghasilkan barang dan jasa. Kegiatan ekonomi di masyarakat
membutuhkan tenaga kerja. Kebutuhan akan tenaga kerja itu dapat
juga di sebut sebagai kesempatan kerja ( demand for labor ). Semakin
meningkat pembangunan, semakin besar pula kesempatan kerja yang
© 2014 Paltzky | 7
tersedia. Hal ini berartti semakin besar pula pemintaan akan tenaga
kerja. Sebalik nya, semakin besar jumlah penduduk, semakin besar
pula kebutuhan akan lowongan pekerjaan ( kesempatan kerja ).

-Pengangguran
Pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak melakukan kegiatan
kerja. Secara garis besar, Pengangguran dapat di bedakan menjadi 2
golongan, menurut lama waktu dan menurut penyebabnya.

I. Jenis pengangguran menurut lama waktu kerja

Seseorang dapat di anggap bekerja panuh apabila dia bekerja 39-48


jam per minggu. Pengaguran jika di lihat dari tolok ukur berdasarkan
lama waktu kerja maka dapat di kelompokan menjadi 3kelompok
yaitu;
1) Pengangguran terbuka
yaitu tenaga kerja yang betul-betul tidakmempunyai pekerjaan,
meskipun mereka sedang mencari pekerjaan.
2) Setengah menganggur
yaitu tenga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam dari seminggu
3) Pengangguran terselubung
yaitu Tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimum karena tidak
memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

II. Jenis pengangguran menurut penyebab

Penganguran jika di lihat dari penyebabnya maka dapat di golongkan


sebagai berikut;
1) Pengangguran struktural
yaitu pengangguran terjadi karena ketidak cocokan antara
keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan dan keterampilan tenaga
kerja yang tersedia.

© 2014 Paltzky | 8
2) Pengangguran siklikal
yaitu pengangguran terjadi karena naik turunya aktifitas atau karena
perekonomian suatu negara
3) Pengangguran musiman
yaitu pengangguran terjadi karena perubahan permintaan terhadap
tenaga kerja yang sifat nya berkala
4) Pengangguran friksional
yaitu pengangguran terjadi karena pergantian pekerjaan atau
pergeseran tenaga kerja.

B. Faktor Penyebab Timbulnya Pengangguran di Indonesia

Pengangguran adalah suatu kondisi di mana orang tidak dapat


bekerja, karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan. Ada berbagai
macam tipe pengangguran, misalnya pengangguran teknologis,
pengangguran friksional dan pengangguran struktural. Tingginya
angka pengangguran, masalah ledakan penduduk, distribusi
pendapatan yang tidak merata, dan berbagai permasalahan lainnya di
negara kita menjadi salah satu faktor utama rendahnya taraf hidup
para penduduk di negara kita. Namun yang menjadi manifestasi
utama sekaligus faktor penyebab rendahnya taraf hidup di negara-
negara berkembang adalah terbatasnya penyerapan sumber daya,
termasuk sumber daya manusia. Seorang pengamat tenaga kerja dari
Serang Darlaini Nasution SE mengatakan, ada tiga faktor mendasar
yang menjadi penyebab masih tingginya tingkat pengangguran di
Indonesia. Ketiga faktor tersebut adalah, ketidaksesuaian antara hasil
yang dicapai antara pendidikan dengan lapangan kerja,
ketidakseimbangan demand (permintaan) dan supply (penawaran) dan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan masih
rendah. Penyebab lainnya adalah kualitas SDM itu sendiri yang tidak
sesuai dengan yang diharapkan di lapangan, antara lain dikarenakan

© 2014 Paltzky | 9
penciptaan SDM oleh perguruan tinggi yang belum memadai, atau
belum mencapai standar yang ditetapkan.
Pengangguran intelektual di Indonesia cenderung terus meningkat
dan semakin mendekati titik yang mengkhawatirkan. Pengangguran
intelektual ini tidak terlepas dari persoalan dunia pendidikan yang
tidak mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas sesuai tuntutan
pasar kerja sehingga seringkali tenaga kerja terdidik kita kalah
bersaing dengan tenaga kerja asing. Fenomena inilah yang sedang
dihadapi oleh bangsa kita di mana para tenaga kerja yang terdidik
banyak yang menganggur walaupun mereka sebenarnya menyandang
gelar. Salah satu penyebab pengangguran di kalangan lulusan
perguruan tinggi adalah karena kualitas pendidikan tinggi di
Indonesia yang masih rendah. Akibatnya lulusan yang dihasilkanpun
kualitasnya rendah sehingga tidak sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat. Pengangguran terdidik dapat saja dipandang
sebagai rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan. Namun bila
dilihat lebih jauh, dari sisi permintaan tenaga kerja, pengangguran
terdidik dapat dipandang sebagai ketidakmampuan ekonomi dan pasar
kerja dalam menyerap tenaga terdidik yang muncul secara bersamaan
dalam jumlah yang terus berakumulasi.

C. Keadaan Pengangguran di Indonesia


Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena
jumlahlapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari
kerja. Jugakompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja.
Selain itu juga kurangefektifnya informasi pasar kerja bagi para
pencari kerja.
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya
pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan
yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi
atau keamanan yang kurang kondusif; peraturan yang menghambat
inventasi; hambatan dalam proses ekspor impor, dll.

© 2014 Paltzky | 10
Menurut data BPS angka pengangguran pada tahun 2002,
sebesar 9,13 juta penganggur terbuka, sekitar 450 ribu diantaranya
adalah yangberpendidikan tinggi. Bila dilihat dari usia penganggur
sebagian besar (5.78 juta)adalah pada usia muda (15-24 tahun). Selain
itu terdapat sebanyak 2,7 jutapenganggur merasa tidak mungkin
mendapat pekerjaan (hopeless). Situasiseperti ini akan sangat
berbahaya dan mengancam stabilitas nasional. Masalah lainnya adalah
jumlah setengah penganggur yaitu yang bekerja kurang dari jam kerja
normal 35 jam per minggu, pada tahun 2002 berjumlah 28,87 juta
orang. Sebagian dari mereka ini adalah yang bekerja pada jabatan
yang lebihrendah dari tingkat pendidikan, upah rendah, yang
mengakibatkan produktivitas rendah. Dengan demikian masalah
pengangguran terbuka dan setengahpenganggur berjumlah 38 juta
orang yang harus segera dituntaskan.
Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(P2ELIPI) memprediksi bahwa jumlah pengangguran tahun ini akan
meningkatmenjadi 11,833 juta orang. Angka tersebut belum termasuk
eks tenaga kerjaIndonesia (TKI) yang kembali ke Tanah Air dari
Malaysia dan pengangguran akibat bencana tsunami di Aceh.

"Angka ini berbeda dengan yang dikeluarkan pemerintah


yangmenyatakan pengangguran pada 2005 sekitar 9,9juta orang," kata
Koordinator P2E LIPI, Wijaya Adi, kepada wartawan di Jakarta
kemarin. Menurut Wijaya, tingginya angka pengangguran terkait
dengan fenomena yang muncul padamasa krisis, yaitu pertumbuhan
ekonomi ditopang oleh pertumbuhan konsumsi. Padahal konsumsi
tidak memberikan pengaruh kepada penyerapan tenaga kerja. Bila
sebelum krisis kenaikan pertumbuhan ekonomi 1 persen mampu
menyerap 400 ribu tenaga kerja, sekarang hanya menyerap 250 ribu
tenagakerja.
Padahal dalam setahun, menurut dia, tambahan angkatan kerja
mencapai 2,5 juta orang atau 12,5 juta orang selama lima tahun.

© 2014 Paltzky | 11
Dengan target pertumbuhan ekonomi 2005 sebesar 5,5 persen, tenaga
kerja yang dapat diserap hanya 1,375 juta orang. "Tambahan
pengangguran pada 2005 akanberkisar pada angka 1,125 juta orang,"
ujarnya. "Ditambah stok penganggur pada tahun-tahun sebelumnya,
diperkirakan jumlah penganggur pada 2005 akan berkisar 11,833 juta
orang."
Penelitian LIPI tersebut belum memperhitungkan pengangguran
pasca tsunami di Aceh. Akibat bencana ini, boleh jadi angka
pengangguran diIndonesia akan lebih besar. Sebab, menurut
Organisasi Buruh Internasional (ILO), ada 600 ribu pengangguran
pasca bencana tersebut. ILO memperkirakan, tingkat pengangguran di
provinsi-provinsi yang terkena dampak bencana ini diperkirakan 30
persen atau lebih, meningkat drastis dari tingkat 6,8 persen diprovinsi-
provinsi tersebut sebelum tertimpa bencana (Koran Tempo,
24/1).Wijaya membenarkan bila memperhitungkan eks TKI dan
pascatsunami, angka pengangguran bisa lebih besar lagi. "Perkiraan
saya ada tambahan pengangguran sekitar 500 ribu orang," tuturnya.
Di sisi lain, ia menjelaskan, masalah ketenagakerjaan menjadi
semakin pelik karena setiap tahun upah buruh diwajibkan naik.
Padahal penentuan upah buruh tidak dikaitkan secara langsung
dengan produktivitas tenaga kerja. Dalam batas tertentu, kata dia, hal
itu akan menyebabkan biaya produksi meningkat dan pada gilirannya
akan mempengaruhi daya saing. Padahal di berbagai negara pesaing
Indonesia, seperti Vietnam, upah buruh relatif lebih rendah dengan
produktivitas tenaga kerja lebih tinggi atau sama. Menurut dia, jika
persoalan initidak diselesaikan, konflik antara pengusaha dan tenaga
kerja akan tetap berlanjut." Dalam jangka panjang hal ini akan
merugikan," katanya, "sebab salah satu pertimbangan hengkangnya
investor ke luar negeri berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan.

D. Keadaan Angkatan Kerja dan Keadaan Kesempatan Kerja

© 2014 Paltzky | 12
Masalah pengangguran dan setengah pengangguran tersebut di
atassalah satunya dipengaruhi oleh besarnya angkatan kerja.
Angkatan kerja diIndonesia pada tahun 2002 sebesar 100,8 juta orang.
Mereka ini didominasi oleh angkatan kerja usia sekolah (15-24 tahun)
sebanyak 20,7 juta. Pada sisi lain, 45,33 juta orang hanya
berpendidikan SD kebawah, ini berarti bahwa angkatan kerja di
Indonesia kualitasnya masih rendah.
Keadaan lain yang juga mempengaruhi pengangguran dan
setengah pengangguran tersebut adalah keadaan kesempatan kerja.
Pada tahun 2002, jumlah orang yang bekerja adalah sebesar 91,6 juta
orang. Sekitar 44,33 persen kesempatan kerja ini berada disektor
pertanian, yang hingga saat ini tingkat produktivitasnya masih
tergolong rendah. Selanjutnya 63,79 juta dari kesempatan kerja yang
tersedia tersebut berstatus informal.Ciri lain dari kesempatan kerja
Indonesia adalah dominannya lulusan pendidikanS LTP ke bawah. Ini
menunjukkan bahwa kesempatan kerja yang tersedia adalah bagi
golongan berpendidikan rendah.
Seluruh gambaran di atas menunjukkan bahwa kesempatan kerja
di Indonesia mempunyai persyaratan kerja yang rendah dan
memberikan imbalan yang kurang layak. Implikasinya adalah
produktivitas tenaga kerja rendah.

E. Pengangguran Mengakibatkan Kemiskinan


Tanggal 17 Oktober lalu komunitas global baru saja merayakan
hari antikemiskinan se-dunia. Akan tetapi di negeri ini, kemiskinan
adalah simbol sosialyang nyaris absolut dan tak terpecahkan. Sejak
masa kolonial hingga saat ini, predikat negeri miskin seakan sulit
lepas dari bangsa yang potensi kandungan kekayaan alamnya terkenal
melimpah. Cerita pilu kemiskinan seakan kian lengkap dengan
terjadinya berbagai musibah alam dan bencana buatan: gempa bumi,
tsunami, lumpur panas Lapindo, dan kebakaran hutan yang diikuti
kabutasap. Kantung-kantung kemiskinan di negeri ini kian hari kian

© 2014 Paltzky | 13
menyebar bak virus ganas, mulai dari lapis masyarakat pedesaan,
kaum urban perkotaan, penganggur, hingga ke kampung-kampung
nelayan.
Lepas dari perdebatan indikator yang digunakan, data
kemiskinan dinegeri ini terus menunjukkan trend memburuk. Jumlah
orang miskin di Indonesia mencapai 17 persen dari populasi
penduduk yang kini telah mencapai angka 220 juta jiwa. Menurut data
resmi Susenas (BPS, 2006), jumlah penduduk miskinmeningkat dari
35,10 juta jiwa (15,97 persen) menjadi 29,05 juta jiwa (17,75persen).
Sementara jumlah penganggur menurut data Sakernas (BPS, 2006)
juga terus meningkat dari 10,9 juta jiwa (10,3 persen) pada Februari
2005 menjadi 11,1 juta jiwa (10,4 persen) pada Februari 2006.
Padahal, perang melawan kemiskinan sudah ditabuh sejak lama
di negeriini. Di era Orde Baru, misalnya, pemerintah menggalang
berbagai sarana dancara untuk mengatasi kemiskinan. Pembangunan
fisik digenjot di berbagai bidang, pertumbuhan ekonomi menjadi
fokus perhatian, investasi asing digalakkan, berbagai jenis skema
kredit investasi kecil dan kredit modal kerja digelar, bahkan utang
luar negeri pun ditempuh sebagai alternatif untuk menopang idea of
progress bernama pembangunan. Akan tetapi, karena keberpihakan
ideologis pemerintah tak jelas, hasil pembangunan ala Orde Baruitu
tak bisa sepenuhnya bisa dirasakan rakyat lapis bawah. Yang terjadi,
seluruhangka-angka keberhasilan pembangunan yang digarap secara
intens selama 30tahun itu, rontok tersapu krisis ekonomi dan gejolak
politik tahun 1998.
Meski pemerintahan terus berganti, kemiskinan tetap saja
menjadi virus endemis yang terus mendera rakyat. Secara empirik,
data pemerintah menunjukkan, 70 persen rakyat kita menggantungkan
sumber penghidupannya dari sektor ekonomi mikro berbasis sumber
daya alam terbarukan. Di sektor pertanian, petani kita telah sejak lama
mengembangkan tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, dan
peternakan. Di sektor kelautan dan perikanan, nelayan kita sanggup

© 2014 Paltzky | 14
mengembangkan perikanan budi daya, perikanan tangkap, industri
bioteknologi kelautan, dan non-conventional ocean resources.
Sementara di sektor kehutanan, masyarakat kita mampu
mengoptimalkan pengelolaan hutan alam, hutan tanaman industri,
dan agroforestry.
Pada level teknis, data tahun 2006 menunjukkan bahwa hanya
23 persenanggaran pembangunan pemerintah yang tergunakan.
Akibatnya, dana pembangunan yang berjumlah lebih dari Rp 50
triliun parkir di Bank Indonesia. Sementara di bank pembangunan
daerah (pengelola dana pemerintah daerah), lebih dari Rp 40 triliun
juga parkir dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Dana
“menganggur” ini semestinya bisa digunakan untuk membantu
percepatan pertumbuhan sektor riil agar mampu menyerap tenaga
kerja dan mengentaskan kemiskinan.
Pada level global, Indonesia juga telah masuk dalam kategori
negara yang paling gagal dalam pencapaian target-target Millenium
Development Goals(MDGs), sebuah komitmen global yang ikut
ditandatangani pemerintah Indonesia guna mengatasi masalah
kemiskinan akut. Padahal, kucuran dana yang datang dari World
Bank, IMF, ADB, CGI, dan donor bilateral (baik dalam bentuk hibah
maupun utang) yang mengatasnamakan penanggulangan kemiskinan
mencapai angka puluhan milyar dolar. Di sini, komitmen melawan
kemiskinan menjadi patut dipertanyakan.
Contoh nyata melawan kemiskinan sebenarnya telah terbentang
di depan mata. Pada aras global, gerakan masyarakat sipil anti
globalisasi-neoliberal (sejak Seattle, Cancun, Hongkong, hingga
Singapura) terus menyerukan ”GlobalCall to Action Against
Poverty”. Mereka dengan gamblang menunjukkan berbagai metode
dan aksi-aksi politik nyata guna melawan sumber-sumber kemiskinan.
Juga Ikhtiar seorang Muhammad Yunus, pemenang nobel perdamaian
2006, yang mendesain model ”Bank Grameen” (dan fungsi
intermediasi)-nya sebagaisolusi efektif memerangi kemiskinan di

© 2014 Paltzky | 15
Bangladesh, sejatinya bisa menjadisumber inspirasi mutakhir bagi
kita dalam melawan kemiskinan.
Masalahnya sekarang, apakah para elite, politisi, dan birokat
kita punya keberpihakan ideologis untuk melawan kemiskinan?
Adakah komitmen tegas daripara penentu kebijakan negara untuk
memberantas KKN secara radikal? Jika negara tak sanggup
menyatakan perang terhadap kemiskinan, gagal dalam memerangi
korupsi, dan tetap malas melaksanakan agenda reformasi sebagai
perintah konstitusi, maka kemiskinan bangsa—yang di masa kolonial
pernah disebut ”nation van Koelis”—mungkin akan menjadi simbol
abadi negeri ini.

F. Upaya Peningkatan Kualitas Angkatan Kerja


Permasalahan pengangguran tidak akan mungkin bisa diatasi
oleh pemerintgah sendiri. Pemerintah memerlukan dukungan dari
piha lain seperti pihak swasta (perusahaan) dan individu yang
bersangutan. Masing-masing pihak perlu mengambil langkah konkret
untuk memecahkan masalah pengangguran. Salah satu langkah
awalnya adalah meningkatkan mutu tenaga kerja.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kecenderungan dunia usaha saat ini


adalah menerima tenaga kerja yang siap pakai. Ini berarti sebelum
memasuki dunia kerja, seorang tenaga kerja harus sudah memiliki
sejumlah “nilai lebih” berupa tingkat pendidikan dan keterampilan
tertentu. Sementara itu masih banyak tenaga kerja di pasaran yang
berpendidikan rendah. Ini berarti tenaga kerja tersebut belum siap
pakai. Untuk itu, perlu ada usaha meningkatkan mutu tenaga kerja
dari pihak pemerintah,swasta (perusahaan), dan individu.

Pemerintah

© 2014 Paltzky | 16
Upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu tenaga kerja anatar
laindengan mendirikan berbagai pusat latihan kerja. Upaya ini
bertujuan untuk melatih orang menjadi manusia terampil,berinisiatif,
dan kreatif. Usaha ini disertai pula dengan usaha peningkatan mutu
sekolah kejuruan, penciptaan kondisi yang kondusif bagi penanaman
modal, transmigrasi, dan keluarga berencana.

Pihak Swasta (Perusahaan)


Langkah yang dapat diambil oleh pihak swasta untuk ikut serta dalam
upaya meningkatkan mutu tenaga kerja adalah bekerja sama
dengansekolah atau kampus adalah menyediakan kesempatan bagi
para siswa dan mahasiswa untuk kerja praktik atau magang di
perusahaan yang bersangkutan. Program magang ini akan memberi
pemahaman secara lebih baik kepada calon tenaga kerja mengenai
dunia kerja yang sesungguhnya.
Dengan demikian, para calon tenaga kerja tersebut dapat
mempersiapkan dirinya dengan berbagai kemampuan dan
keterampilan yang memang dibutuhkan oleh dunia usaha.

Individu
Beberapa langkah yang harus diambil oleh setiap individu dalam
meningkatkan mutu dirinya adalah sebagai berikut.
Membekali diri dengan berbagai hal yang dikehendaki oleh
perusahaan.
Dalam mencari kerja, seseorang harus membekali diri dengan
berbagai keterampilan dan pengetahuan yang disyaratkan oleh
perusahaan secara umum, seperti keterampilan komputer, bahasa
inggris, dan keahlian khusus sesuai peerjaan yang ditawarkan.
Menanamkan jiwa wirausaha.
Bekerja bukan hanya berarti bergabung dengan suatu instansi atau
perusahaan. Bila belum atau tidak bekerja pada instansi atau
perusahaan, seseorang bisa bekerja secara mandiri dengan

© 2014 Paltzky | 17
berwirausaha, seperti berternak ayam, budidaya anggrek,atau
berdagang.

Setiap individu harus bisa mengembangkan kemampuan atau


bakatnya untuk mengenali peluang, seperti membuat produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan
produk baru,memasarkan, dan mengatur permodalan operasinya.

G. Sistem Upah
Sistem upah merupakan kebijakan dan strategi yang
menentukan kompensasi yang diterima pekerja. Kompensasi ini
merupakan bayaran atau upah yang diterima oleh pekerja sebagai
balas jasa atas hasil kerja mereka. Bagi pekerja, masalah sistem upah
merupakan masalah yang penting karena menyangkut
keberlangsungan dan kesejahteraan hidup mereka. Oleh karenannya
tidak heran bila dari buruh hingga direktur, tidak ada topik yang lebih
menarik dan sensitif daripada masalah gaji. Isu – isu dikriminasi dan
kesenjangan sosial bisa muncul karena adanya perbedaan gaji, buruh
seringkali unjuk rasa menuntut kenaikan upah/gaji atau menuntut
bonus belum keluar. Bahkan sering terjadi karyawan-karyawan
dengan potensi baik pindah ke perusahaan lain karena merasa kurang
dihargai secara finansial.

Bagi perusahaan permasalahan upah merupakan sesuatu yang


penting dikarenakan upah bisa mencapai 80% dari biaya operasional
perusahaan. Upah yang terlalu tinggi akan menghasilkan harga
produk menjadi terlalu mahal untuk bersaing secara efektif di pasar,
namun bila gaji yang dikenakan rendah maka akan membuat pekerja
keluar, semangat kerja rendah, dan produktifitas kerja menurun
sehingga tingkat produksi menjadi tidak efisien.

© 2014 Paltzky | 18
Untuk itulah dibentuk suatu sistem upah yang diatur dengan
baik sehingga mampu memenuhi kebutuhan pekerja dengan tetap
menjaga pengeuaran perusahaan.

Penghitungan Upah

Secara mendasar, pemberian upah memiliki tiga tujuan sebagai


berikut:

-Menarik pekerja-pekerja berbakat agar masuk ke dalam perusahaan


tersebut
-Mempertahankan karyawan terbaik agar tidak pindah ke perusahaan
lain
-Memotivasi karyawan tersebut dalam bekerja

Guna mencapai tujuan – tujuan tersebut, sebuah sistem pengupahan


dapat dikatakan baik jika sistem pengupahan itu:

-Mampu memuaskan kebutuhan dasar pekerja,


-Sebanding dengan perusahaan lain dibidang yang sama,
-Memiliki sifat adil dalam perusahaan,
-Menyadari fakta bahwa kebutuhan setiap orang adalah berbeda.

Ada tiga hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memberikan


seberapa banyak upah yang harus diberikan kepada karyawan.

Tingkat Kebersaingan, perusahaan dalam memberikan gaji kepada


karyawannya harus melihat bagaimana perusahaan serupa atau sejenis
di pasar memberikan gaji kepada karyawannya.
Struktur Upah, perusahaan harus menentukan tingkat upah bagi
semua posisi di dalam perusahaan. Struktur ini dibangun berdasarkan

© 2014 Paltzky | 19
evaluasi pekerjaan untuk menentukkan seberapa penting peerjaan
tersebut di dalam oerusahaan.
Performa Karyawan, dasar pemberian upah berdasarkan hasil kerja
pegawai adalah masalah pertambahan nilai, jika pegawai dapat
meningkatkan kinerjanya sehinggaperusahaan dapat mencapai target
yang ditetapkan maka karyawan tersebut layak diberikan upah yang
lebih baik.

Macam Bentuk Kompensasi Pekerja

Upah merupakan hasil balas jasa yang diterima oleh pekerja


berdasarkan lama waktu yang habiskan untuk menyelesaikan
pekerjaan atau seberapa banyak hasil produksi yang ia hasilkan. Upah
merupakan balas jasa yang diberikan kepada para buruh produksi atau
pekerja tidak tetap. Sedangkan Gaji merupakan Kompensasi pekerja
yang dihitungn berdasarkan basis tahunan dan bulanan, atau bahkan
mingguan, gaji biasanya diterima oleh pegawai, pegawai tetap suatu
perusahaan baik swasta maupun negeri.

Macam – macam bentuk upah antara lain :

1. Upah Berdasarkan Waktu, upah ini dihtung berdasarkan banyaknya


waktu/jam yang diberikan pekerja terhadap perusahaan, dapat
dihitung berdasar per jam, per minggu, per bulan.
2. Upah Berdasarkan Hasil, didasarkan atas hasil yang diperoleh
pekerja secara kuantitas/jumlah dalam kurun waktu produksi secara
individu maupun team.
3. Bonus, merupakan upah tambahan yang diberikan kepada
karyawan disamping gaji tetap yang sudah diterima sebagai
penghargaan.
4. Pembagian Keuntungan,

© 2014 Paltzky | 20
Penetapan Upah Minimum

Peraturan Meteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 Tangga 29 Mei


1989 Tentang Upah Minimum.

Didalam Permen tersebut terbagi 3 jenis upah minimum yaitu :


-Upah minimum Regional
-Upah minimum Sektor Regional
-Upah minimum Sub Sektor Regional
Melalui Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah
Otonomi, mengubah pemberlakuan Upah Minimum Regional (UMR)
menjadi Upah minimum Propinsi (UMP) atau Upah minimum
Kabupaten/Kota (UMK) yang besarannya ditetapkan melalui Surat
Keputusan Gubernur dalam kurun waktu 1 tahun sekali.

Upah Minimum Propinsi adalah suatu upah minimum yang berlaku


untuk seluruh kabupaten/kota di suatu propinsi

Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah suatu upah minimum yang


berlaku di suatu kabupaten/kota

Sistem upah ini diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2001

Besarnya upah minimum ini ditiap-tiap daerah tidak sama hal ini
didasrkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi di tiap daerah, faktor
tersebut antara lain: Kebutuhan Hidup Minimum (KHM), Indeks
Harga Konsumen (IHK), serta kondisi pasar dan tingkat
perkembangan ekonomi dan pendapatan per kapita.

© 2014 Paltzky | 21
Fasilitas dan Tunjangan
Selain menerima gaji seorang pekerja biasanya mendapatkan fasilitas-
fasilitan dan tunjangan lain, ini merupakan kompensasi tidak langsung
yang diberikan kepada perusahaan kepada pekerja. Macam bentuknya
beragam sesuai dengan kebiasaan dan kemampuan perusahaan.

H. Dampak Pengangguran Di Indonesia Terhadap Pertumbuhan


ASEAN

Presiden menyatakan, besarnya tingkat pengangguran di


Indonesiamerupakan masalah ketenagakerjaan yang paling
mengkhawatirkan di kawasan ASEAN, karena itu Presiden mengajak
ASEAN menyimak lebih dekat kepada persoalan ketenagakerjaan.
"Pengangguran tak hanya menampilkan masalah ekonomi tetapi juga
membawa dampak luas di bidang sosial, keamanan dan politik yang
pada gilirannya menimbulkan gangguan, stabilitas nasional dan
akhirnya menjadi ketegangan dalam hubungan antar bangsa-bangsa
di kawasan ini," katanya saat membuka pertemuan ke-17 Menteri
Tenaga kerja ASEAN di Mataram, NTB, Kamis (8/5). Pertemuan
internasional pertama di Mataram sejak terjadinya tragedi bom Bali
itu diikuti seluruh negara ASEAN, yakni tujuh menteri tenaga kerja,
satu menteri negara, dan dua deputy menteri. Selain itu juga
diikutitiga wakil menteri dari negara mitra dialog dari China, Jepang,
dan Korea Selatan termasuk dari perwakilan Organisasi Buruh
Internasional, serta dari Sekretariat Jenderal ASEAN. Presiden
menyebutkan pengangguran di Indonesia hingga akhir tahun 2001
mencapai angka 8,1 persen. Bila itu yang menjadi tolokukur, maka
angka itu paling menyimpan kekhawatiran di kawasan
ASEAN."Angka tersebut lebih tinggi bila dibanding dengan realisasi
pertumbuhan ekonomi serta kemampuan kami dalam mengundang
investasi," katanya. Dalam konteks ASEAN, meluasnya situasi seperti

© 2014 Paltzky | 22
itu jelas sangat mengkhawatirkan dan sungguh memerlukan
kewaspadaan.
Dari sudut pandang tersebut Kepala Negara mengajak para
menteritenaga kerja ASEAN untuk menyimak lebih dekat persoalan
ketenagakerjaan dikawasan ASEAN. Presiden memahami pemulihan
ekonomi yang besar peranannya dalam penciptaan lapangan kerja
akan sangat berkaitan dengankebijakan di banyak aspek, seperti
fiskal, investasi, pembiayaan dan perbankan, hukum dan keamanan.
Sejak lebih dari tiga dasawarsa yang lalu, kata Megawati, para
pendahulu ASEAN telah bekerja keras membangun dasar-dasar
kerjasamadan solidaritas bangsa-bangsa di kawasan ini, dengan
keyakinan bahwa hanyadengan stabilitas politik dan keamanan di
kawasan masing- masing dapat membangun kehidupan yang sejahtera
dan maju.
Dengan perkembangan dan kemajuan yang dialami saat ini,
bangsa-bangsa dan negara ASEAN telah semakin berubah menjadi
masyarakat besar yang kian terbuka. Sekecil apa pun perkembangan
negatif yang terjadi di suatunegara akan menjalar dan memberi
pengaruh terhadap bangsa-bangsa lainnyadi kawasan. Presiden
menggambarkan di Indonesia bahwa pemerintahannyabaru saja
selesai memperbaiki pengaturan mengenai perlindungan
dankesejahteraan tenaga kerja terutama soal pengupahan, jaminan
sosial, PHK ataupun mekanisme tripartit dan lain-lainnya dalam
rangka penyeimbangan antara hak dan kewajiban tenaga kerja dan
pemberi kerja.
Presiden juga memberikan gambaran tentang ragam dan tingkat
kesulitan yang harus diatasi hampir oleh setiap negara anggota
ASEAN dalam lima tahunterakhir ini. Menurut Presiden, ada yang
telah selesai menormalisasi keadaan dan mulai bangkit lagi, ada yang
sudah pada tahap akhir pemulihan, tetapi ada juga yang masih harus
bergulat dengan banyak persoalan baik yang lamaataupun yang
belakangan timbul sebagai dampak dari persoalan itu sendiri."Akhir-

© 2014 Paltzky | 23
akhir ini jerih payah tadi malah mulai tampak memudar atau malah
tertimbun oleh kesulitan baru yang bersumber dari ancaman terorisme
ataupun wabah penyakit,” kata Megawati. Pertemuan Menaker ke-17
tersebut akan berlangsung hingga 9 Mei 2003.Indonesia sebelumnya
pernah menjadi tuan rumah untuk pertemuan serupa yang pertama dan
yang ketujuh. Sedangkan pertemuan ke-16 tahun 2002 berlangsung di
Laos, dan pertemuan ke 18 tahun2004 direncanakan berlangsung di
Brunei, tetapi belum diputuskan.
Pengangguran di Indonesia sudah menjadi ancaman di
ASEANmengingat kontribusi Indonesia pada angka pengangguran di
kawasan AsiaTenggara itu sudah mencapai 60 persen.
Wakil Sekjen Dewan Pengurus Nasional Asosiasi Pengusaha
Indonesi (Apindo) , Haryono Darudono, di Medan, Jumat,
mengatakan, tingginya pengangguran menunjukkan Indonesia tidak
menarik bagi investor sebagai tempat investasi yang berakibat pada
tidak berjalannya sektor riil.
Menurut dia, tidak menariknya Indonesia sebagai tempat
investasi karenadipicu banyak hal mulai dari infrastruktur yang tidak
memadai hingga birokrasi perizinan yang masih berbelit.
"Bagaimana investor baru mau masuk atau pengusaha
mengembangkan investasinya kalau listrik dan gas sulit didapat
seperti saat ini," katanya di sela-sela rapat tahunan Apindo Sumut.
Dia tidak merinci data pengangguran di Asean, tapi di
Indonesiadisebutkan sekitar 40 jutaan bahkan lebih karena tahun ini
jumlahnya semakin bertambah menyusul banyaknya industri yang
melakukan PHK menyusul kesulitan gas dan listrik.
"Pemerintah diharapkan melakukan tindakan nyata untuk
mengtasi angkapengangguran itu karena pengangguran itu berdampak
luas seperti kepada tingginya tingkatan kriminilitas," katanya.
Sekretaris Umum DPD Apindo Sumut, Laksamana Adiyaksa,
mengatakandi Sumut, tahun ini PHK terjadi pada ribuan tenaga kerja
menyusul krisis listrikdan gas yang masih berlanjut. PHK, katanya

© 2014 Paltzky | 24
terbesar terjadi pada industrisarungtangan karet dan keramik yang
memang menggunakan atau memerlukangas dalam volume yang
besar.

© 2014 Paltzky | 25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengangguran di Indonesia kondisinya saat ini sangat
memprihatnkan,banyak sekali terdapat pengangguran di mana-mana.
Penyebab penganggurandi ndonesia ialah terdapat pada masalah
sumber daya manusia itu sendiri dantentunya keterbatasan lapangan
pekerjaan. Indonesia menempati urutan ke 133dalam hal tingkat
pengangguran di dunia, semakin rendah peringkatnya makasemakin
banyak pulah jumlah pengangguran yang terdapat di Negara
tersebut.Untuk mengatasi masalah pengangguran ini pemerintah telah
membuat suatuprogram untuk menampung para pengangguran. Selain
mengharapkan bantuandari pemerintah sebaiknya kita secara pribadi
juga harus berusaha memperbaiki kualitas sumber daya kita agar tidak
menjadi seorang pengangguran dan menjadi beban pemerintah.

B. Solusi Masalah Pengangguran di Indonesia


Sekitar 10 juta penganggur terbuka (open unemployed ) dan 31
juta setengah penggangur (underemployed ) bukanlah persoalan kecil
yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia dewasa ini dan ke depan.
Sepuluh juta penganggur terbuka berarti sekitar separo dari penduduk
Malaysia.
Penganggur itu berpotensi menimbulkan kerawanan berbagai
kriminal dangejolak sosial, politik dan kemiskinan. Selain itu,
pengangguran juga merupakan pemborosan yang luar biasa. Setiap
orang harus mengkonsumsi beras, gula, minyak, pakaian, energi
listrik, sepatu, jasa dan sebagainya setiap hari, tapi mereka tidak
mempunyai penghasilan. Bisa kita bayangkan berapa ton beras dan
kebutuhan lainnya harus disubsidi setiap harinya.
Bekerja berarti memiliki produksi. Seberapa pun produksi yang
dihasilkantetap lebih baik dibandingkan jika tidak memiliki produksi
© 2014 Paltzky | 26
sama sekali. Karenaitu, apa pun alasan dan bagaimanapun kondisi
Indonesia saat ini masalahpengangguran harus dapat diatasi dengan
berbagai upaya.
Sering berbagai pihak menyatakan persoalan pengangguran itu
adalah persoalan muara. Berbicara mengenai pengangguran banyak
aspek dan teori disiplin ilmu terkait. Yang jelas pengangguran hanya
dapat ditanggulangi secarakonsepsional, komprehensif, integral baik
terhadap persoalan hulu maupun muara.
Sebagai solusi pengangguran, berbagai strategi dan kebijakan
dapat ditempuh sebagai berikut. Setiap penganggur diupayakan
memiliki pekerjaanyang banyak bagi kemanusiaan artinya produktif
dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dengan partisipasi
semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan
penanggulangan pengangguran menjadi komitmen nasional.
Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu kebijakan makro dan
mikro(khusus). Kebijakan makro (umum) yang berkaitan erat dengan
pengangguran,antara lain kebijakan makro ekonomi seperti moneter
berupa uang beredar,tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang
melibatkan Bank Indonesia (BankSentral), fiskal (Departemen
Keuangan) dan lainnya. Dalam keputusan rapat-rapat kebinet, hal-hal
itu harus jelas keputusannya dengan fokus padapenanggulangan
pengangguran. Jadi setiap lembaga pemerintah yang terkaitdengan
pengangguran harus ada komitmen dalam keputusannya dan
pelaksanaannya.
Selain itu, ada juga kebijakan mikro (khusus). Kebijakan itu
dapatdijabarkan dalam beberapa poin. Pertama, pengembangan
mindset dan wawasan penganggur, berangkat dari kesadaran bahwa
setiap manusia sesungguhnya memilki potensi dalam dirinya namun
sering tidak menyadari dan mengembangkan secara optimal. Dengan
demikian, diharapkan setiap pribadi sanggup mengaktualisasikan
potensi terbaiknya dan dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik,
bernilai dan berkualitas bagi dirinya sendiri maupun masyarakat luas.

© 2014 Paltzky | 27
Kepribadian yang matang, dinamis dan kreatif memiliki tujuan
dan visiyang jauh ke depan, berani mengambil tantangan serta
mempunyai mindset yang benar. Itu merupakan tuntutan utama dan
mendasar di era globalisasi daninformasi yang sangat kompetitif
dewasa ini dan di masa-masa mendatang.
Perlu diyakini oleh setiap orang, kesuksesan yang hakiki
berawal darisikap mental kita untuk berani berpikir dan bertindak
secara nyata, tulus, jujur matang, sepenuh hati, profesional dan
bertanggung jawab. Kebijakan ini dapat diimplementasikan menjadi
gerakan nasional melalui kerja sama dengan lembaga pelatihan yang
kompeten untuk itu.
Kedua,segera melakukan pengembangan kawasan-kawasan,
khususnyayang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan
membangun fasilitastransportasi dan komunikasi. Ini akan membuka
lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai jenis maupun
tingkatan. Harapan akan berkembangnya potensi wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik potensisumber daya alam,
sumber daya manusia maupun keuangan (finansial).
Ketiga, segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin
kehidupan penganggur. Hal itu dapat dilakukan serentak dengan
pendirian Badan Jaminan Sosial Nasional dengan embrio mengubah
PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) menjadi Badan
Jaminan Sosial Nasional yangterdiri dari berbagai devisi menurut
sasarannya. Dengan membangun lembagaitu, setiap penganggur di
Indonesia akan tercatat dengan baik dan mendapatperhatian khusus.
Secara teknis dan rinci, keberadaaan lembaga itu dapat disusun
dengan baik.
Keempat, segera menyederhanakan perizinan karena dewasa ini
terlalubanyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik
Penanamaan ModalAsing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan investasi masyarakat secara perorangan maupun
berkelompok. Itu semua perlu segeradibahas dan disederhanakan

© 2014 Paltzky | 28
sehingga merangsang pertumbuhan investasiuntuk menciptakan
lapangan kerja baru.
Kelima, mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran
dengan masalah di wilayah perkotaan lainnya, seperti sampah,
pengendalian banjir, dan lingkungan yang tidak sehat. Sampah,
misalnya, terdiri dari bahan organik yangdapat dijadikan kompos dan
bahan non-organik yang dapat didaur ulang.
Sampah sebagai bahan baku pupuk organik dapat diolah untuk
menciptakan lapangan kerja dan pupuk organik itu dapat
didistribusikan kewilayah-wilayah tandus yang berdekatan untuk
meningkatkan produksi lahan.Semuanya mempunyai nilai ekonomis
tinggi dan akan menciptakan lapangan kerja.

Keenam, mengembangkan suatu lembaga antarkerja secara


profesional.Lembaga itu dapat disebutkan sebagai job center dan
dibangun dan dikembangkan secara profesional sehingga dapat
membimbing danmenyalurkan para pencari kerja. Pengembangan
lembaga itu mencakup, antaralain sumber daya manusianya
(brainware), perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software),
manajemen dan keuangan. Lembaga itu dapat dibawah lembaga
jaminan sosial penganggur atau bekerja sama tergantungkondisinya.
Ketujuh, menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan
dikirim keluar negeri. Perlu seleksi lebih ketat terhadap pengiriman
TKI ke luar negeri.Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil
(skilled). Hal itu dapat dilakukandan diprakarsai oleh Pemerintah
Pusat dan Daerah.
Bagi pemerintah Daerah yang memiliki lahan cukup, gedung,
perbankan, keuangan dan aset lainnya yang memadai dapat
membangun Badan Usaha Milik Daerah Pengerahan Jasa Tenaga
Kerja Indonesia ke luar negeri (BUMD-PJTKI). Tentunya badan itu
diperlengkapi dengan lembaga pelatihan (Training Center) yang
kompeten untuk jenis-jenis keterampilan tertentu yang sangatbanyak

© 2014 Paltzky | 29
peluang di negara lain. Di samping itu, perlu dibuat peraturan
tersendiritentang pengiriman TKI ke luar negeri seperti di Filipina.
Kedelapan, segera harus disempurnakan kurikulum dan
sistempendidikan nasional (Sisdiknas). Sistem pendidikan dan
kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan. Karena itu,
Sisdiknas perlu reorientasi supayadapat mencapai tujuan pendidikan
secara optimal.
Kesembilan, upayakan untuk mencegah perselisihan hubungan
industrial (PHI) dan pemutusan hubungan kerja (PHK). PHI dewasa
ini sangat banyak berperan terhadap penutupan perusahaan,
penurunan produktivitas, penurunanpermintaan produksi industri
tertentu dan seterusnya. Akibatnya, bukan hanyatidak mampu
menciptakan lapangan kerja baru, justru sebaliknya bermuara pada
PHK yang berarti menambah jumlah penganggur.
Pihak-pihak yang terlibat sangat banyak dan kompleks sehingga
hal ituperlu dicegah dengan berbagai cara terutama penyempurnaan
berbagaikebijakan.
Kesepuluh, segera mengembangkan potensi kelautan kita.
NegaraKesatuan Republik Indonesia (NKRI) mempunyai letak
geografis yang strategisyang sebagian besar berupa lautan dan pulau-
pulau yang sangat potensial sebagai negara maritim. Potensi kelautan
Indonesia perlu dikelola lebih baiksupaya dapat menciptakan
lapangan kerja yang produktif dan remuneratif.
Hal-hal yang paling sedikit yang dapat dikembangkan untuk
menciptakan lapangan kerja bagi para penggemar sesuai
pendidikannya, keterampilannya,umurnya penganggur terbuka atau
setengah penganggur, atau orang yang barumasuk ke pasar kerja, dan
sebagainya. Diharapkan ke depan kebijakan ketenagakerjaan dapat
diubah (reorientasi) kembali agar dapat berfungsi secaraoptimal untuk
memerangi pengangguran.

© 2014 Paltzky | 30
DAFTAR PUSTAKA

http://www.andisite.com, 2014
http://www.datastatistik-indonesia.com, 2014
http://www.dephan.go.id, 2014
http://www.google.co.id , 2014
http://id.wikipedia.co.id, 2014
http://www.instruments.worldpress.com, 2014
http://www.suarapembaruan.com, 2014
http://www.tempointeraktif.com, 2014

© 2014 Paltzky | 31
Tenaga Kerja : Penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan (No Space)
Angkatan Kerja : Penduduk yang sudah memasuki usia kerja (No
Space)
Kesempatan Kerja : Kebutuhan akan tenaga kerja (No Space)
Pengangguran : Angkatan kerja yang tidak melakukan kegiatan kerja
Ekonomi : Ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi,dan
pemakaian barang-barang serta kekayaan
Kemiskinan : Keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar
Sistem Upah : Kebijakan dan strategi yang menentukan kompensasi
yang diterima pekerja (No Space)
Individu : Pribadi orang
Usaha : Kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan
untuk mencapai suatu maksud
Kerja : Sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, mata
pencaharian
Bonus : Upah tambahan yang diberikan kepada karyawan disamping
gaji tetap
Laba : Selisih lebih antara harga penjualan yg lebih besar dan harga
pembelian atau biaya produksi
Fasilitas : Sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi
Kemakmuran : Keadaan kehidupan bahagiaan jasmani dan rohani
akibat terpenuhi kebutuhannya
Uang : Alat tukar atau standar pengukur nilai yang sah, dikeluarkan
oleh pemerintah suatu negara
Jasa : Perbuatan yang baik atau berguna dan bernilai bagi orang lain,
negara, instansi, dsb
Mutualisme : Simbiosis saling menguntungkan
Negosiasi : Proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna
mencapai kesepakatan bersama
Harta : Barang (uang dsb) yang menjadi kekayaan

© 2014 Paltzky | 32
Karyawan : Orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor,
perusahaan, dsb) dng mendapat gaji
UMP : Upah paling rendah pada area Provinsi

© 2014 Paltzky | 33

Anda mungkin juga menyukai