Anda di halaman 1dari 8

Kajian Sifat Fisiko Kimia Ekstrak Minyak Kelapa .............

KAJIAN SIFAT FISIKO KIMIA EKSTRAK MINYAK KELAPA MURNI


(VIRGIN COCONUT OIL, VCO) YANG DIBUAT DENGAN METODE PEMBEKUAN KRIM SANTAN

STUDY ON PHYSICO-CHEMICAL CHARACTERISTICS OF VIRGIN COCONUT OIL (VCO)


MADE BY COCONUT MILK CREAM FREEZING METHOD

Sapta Raharja dan Maya Dwiyuni

Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor – Bogor

ABSTRACT

Most commercial grade coconut oils are made from copr. Most of the copra is dried under the sun in the
open air, where it is exposed to insects and mold. The standard end product made from copra is RBD (refined,
bleached, and deodorized) coconut oil. Both high heat and chemicals are used in this method. Some alternative
technology to make Virgin Coconut Oil (VCO) have been improved and investigated. These are, centrifugal
force, fermentation, enzymes, etc. VCO was not made by using of heat and chemicals, it is just refining by
washing with water, filtration, and centrifugation only. In this research, VCO was made by freezing and thawing
the coconut milk to destruct the emulsion of coconut milk cream, then centrifugal force was used to separate the
oil from coconut milk cream. The problem of this method was high moisture content, so it must be handled by
adding of salt. Salt is hygroscopic so it can absorb some water. The characterizations were done for oil moisture
content, oil yield, free fatty acid, acid value and peroxide value. The result showed that all of parameters meet
the APCC standard.

Keywords : Virgin Coconut Oil, VCO, milk cream freezing method.

PENDAHULUAN dari kelapa segar dengan pembekuan krim santan


hingga -10oC dan dicairkan pada suhu ruang,
Minyak kelapa yang banyak diproduksi di kemudian disentrifugasi pada kecepatan 4.000 rpm
Indonesia umumnya merupakan minyak kelapa tra- selama 30 menit. Untuk mengurangi kadar air yang
disional yang dibuat dengan metode ekstraksi kering tinggi maka dilakukan penambahan garam NaCl,
(dry rendering) dari kelapa yang telah dikeringkan garam Na2SO4 dan pengeringan dengan oven.
(kopra), dimana minyak yang diperoleh memiliki Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses
sifat fisiko kimia yang kurang baik yang disebabkan produksi VCO dengan menggunakan metode
oleh adanya pemakaian bahan kimia dan proses pemecahan emulsi secara freezing and thawing dan
pemanasan diatas 100oC pada proses refining yang mengalisis sifat fisiko kimia VCO serta menentukan
menyebabkan perubahan secara kimia dari asam cara pengeringan VCO yang terbaik.
lemak tak jenuh serta merusak antioksidan alami
yang ada pada kelapa. METODOLOGI
Seiring dengan berkembangnya teknologi
pengolahan pangan, penelitian mengenai minyak Bahan dan Alat
kelapa dapat meningkatkan nilai tambah serta Bahan baku yang digunakan adalah buah
fungsinya yang sangat essensial. Hasil dari peneliti- kelapa segar tua yang diperoleh dari Pasar Gunung
an tersebut kini memunculkan suatu produk yang Batu Bogor. Bahan kimia untuk analisa meliputi
mempunyai sifat dwi fungsi yakni sebagai minyak KOH atau NaOH 0,1 N, alkohol netral 95%, indi-
goreng berkualitas tinggi dan sebagai obat anti- kator penolptalein, asam asetat glasial, kloroform,
mikroba yang potensial. Produk ini mempunyai nilai larutan KI jenuh, aquades, kertas saring, larutan
tambah yang tinggi, namanya adalah minyak kelapa natrium tiosulfat 0,1 N dan indikator larutan kanji.
murni (Virgin Coconut Oil), yang merupakan Alat yang digunakan untuk penelitian adalah
minyak makan yang didapat tanpa mengubah sifat pemarut listrik (rasper), saringan, labu pemisah,
fisiko kimia minyak dengan hanya perlakuan me- sentrifuse, freezer, dan refrigerator, sedangkan
kanis tanpa pemakaian panas (Codex Alimentarius untuk analisa dibutuhkan neraca analitik, gelas
Commission, 1995). Minyak ini hanya dimurnikan pengaduk, cawan kadar air, oven, desikator, termo-
dengan cara pencucian menggunakan air, pengen- meter, erlenmeyer, hotplate, buret, corong, spektro-
dapan, penyaringan dan sentrifugasi saja. Bahan fotometer DR2000, Gas Chromatography-Mass
kimia dan pemanasan tinggi tidak diperbolehkan Spectrometry of Trigliserides, dan pengering vakum.
pada saat refining.
Teknologi yang sudah ada untuk menghasil- Metode
kan VCO diantaranya adalah teknologi perubahan
bentuk emulsi, teknologi pemanasan langsung, Analisa Bahan Baku
teknologi fermentasi, dan teknologi enzimatis. Pada Pada tahap ini dilakukan analisa bahan baku
penelitian ini dilakukan kajian proses ekstraksi VCO kelapa parut segar yang meliputi kadar air (metode

71 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 18(2), 71-78


Sapta Raharja dan Maya Dwiyuni

oven), lemak kasar (ekstraksi Soxhlet), protein kasar Daging kelapa


(metode Kjeldahl), dan serat kasar (pemasakan tanpa testa

dengan asam sulfat dan natrium hidroksida encer).


Pengepingan, pencucian,
dan pemarutan
Pembuatan VCO dengan Pendinginan
Pada tahap ini mempelajari pengaruh pen- Pencampuran parutan
dinginan terhadap krim santan pada suhu -10oC kelapa dengan air

selama 21-24 jam di dalam chiller. Krim santan


Ampas Penyaringan
diperoleh dari perbandingan kelapa parut dan air
sebesar 1:3. Tanpa ada proses thawing krim santan
yang telah didinginkan diputar dengan sentrifuse Santan
pada kecepatan 4.000 rpm selama 30 menit hingga
terbentuknya VCO yang akan dimurnikan dengan Kriming, pemisahan krim
Skim
proses penyaringan menggunakan kertas saring. dengan skim

Metode pada penelitian pendahuluan ini


menggunakan metode ekstraksi minyak kelapa yang Krim
dinamakan churning, yang lebih memanfaatkan unit
operasi pendinginan dibawah 10oC dan pemisahan Penambahan enzim
dengan gaya sentrifugal, namun dengan penghilang-
an beberapa unit operasi agar memiliki diagram alir
Fermentasi selama 24 jam
proses yang seragam dengan penelitian utama.
Setelah VCO terbentuk maka dilakukan analisa.
Analisa yang dilakukan meliputi rendemen, kadar air Sentrifugasi 4000 rpm,
30 menit
minyak, asam lemak bebas, bilangan peroksida dan
khromatografi gas. Hasil yang diperoleh dari
Protein Penyaringan
penelitian pendahuluan ini digunakan sebagai pem-
banding untuk penelitian utama.
Pemanasan
5 – 10 menit
Pembuatan VCO dengan Ekstrak Papain Kasar
Proses diawali dengan pemarutan daging buah
Minyak
kelapa yang sebelumnya telah dihilangkan testanya
dan ditambahkan air panas yang bersuhu 70oC
dengan perbandingan 1:3. Kemudian dilakukan Analisa sifat fisik
pemisahan krim dari skim dan endapan selama 1,5-2
jam. Setelah krim terpisah dari skim dan endapan, Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan VCO
dimasukan ekstrak kasar enzim papain sebanyak menggunakan ekstrak kasar papain
30% dan dilakukan pemeraman selama 24 jam
(Gambar 1).
Krim
Pembuatan VCO dengan Penambahan Asam cuka
Daging buah kelapa yang sudah dibuang
Penambahan
testanya kemudian diparut. Santan yang dihasilkan
asam cuka
dari penambahan rasio air dan kelapa parut sebesar
1:3 didiamkan selama 1,5-2 jam agar krim dan skim
Fermentasi
terpisah. Krim yang terbentuk dipisahkan dan selama 10- 14 jam
dimasukkan larutan asam cuka 5% sebanyak 0,15% jam
b/v. Kemudian campuran tersebut difermentasi
selama 10-14 jam dalam shaker pada suhu ruang Air Minyak Pekatan Protein
(Gambar 2).

Pembuatan VCO dengan Teknik Sentrifugasi Gambar 2. Diagram alir proses Pembuatan VCO
Teknik sentrifugasi merupakan teknologi yang dengan penambahan asam cuka (Sibuea,
sedang banyak digunakan oleh kalangan industri 2004)
VCO saat ini. Prosesnya meliputi pemarutan daging Penelitian Utama
buah kelapa tanpa testa dilanjutkan dengan Pada penelitian utama dilakukan ekstraksi
pemerasan dan penyaringan, untuk memperoleh santan dengan perbandingan kelapa parut dan air
santan. Santan yang dihasilkan kemudian didiamkan sebesar 1:3. Proses ekstraksi santan ini dilakukan
selama 15-30 menit hingga terbentuk 2 lapisan dengan tangan. Emulsi santan yang diperoleh
cairan kemudian diaduk dengan mixer selama 15 didiamkan selama dua jam hingga terlihat adanya
menit pada kecepatan penuh (setara 1 500 rpm). pemisahan bagian yang berwarna putih (diatas) dan
Skim yang sudah diaduk ini didiamkan selama 2-4 bagian yang tidak berwarna (di bawah), bagian yang
jam agar minyak terpisah dari skim (Gambar 3). berwarna putih (krim) diberi perlakuan freezing

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 18(2), 71-78 72


Kajian Sifat Fisiko Kimia Ekstrak Minyak Kelapa .............

(suhu -10oC) dan thawing (suhu ruang). Minyak Daging kelapa


diekstraksi dari krim dengan cara sentrifugasi pada segar
kecepatan 4 000 rpm selama 30 menit. Minyak yang
terbentuk kemudian diturunkan kadar airnya dengan Testa daging
Daging kelapa
3 cara yaitu penambahan garam NaCl, garam kelapa
Na2SO4 dan pengeringan dengan oven vakum pada
suhu 55oC. Selanjutnya masing-masing minyak hasil Pengepingan, pencucian
perlakuan disaring dengan kertas saring untuk dan pemanutan
memisahkan garamnya atau yang terkumpul didasar
penampung, berupa fosfolipid dan zat lainnya yang Pencampuran parutan kelapa
terkandung dalam minyak hasil sentrifugasi. Minyak dengan air(rasio 1:3)
yang dihasilkan dianalisa rendemennya, kadar air,
kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida, dan
Ampas Penyaringan
deteksi asam lemak penyusunnya dengan uji
khromatografi gas. Dari hasil analisa tersebut, VCO
yang memiliki sifat fisiko kimia terbaik dianalisa Santan
kembali untuk mendapatkan bobot jenis, indeks bias
dan persen transmisinya. Diagram alir proses
pembuatan VCO pada penelitian utama disajikan Pemisahan krim dengan skim
,
Air & protein
pada Gambar 4. didiamkan 1-2 jam

Krim Krim

Setrifugasi 15’, Freezing (-10°C, 20-24 jam


. rpm
1.500 dan thawing( (suhu ruang)

Diamkan 2-4 jam Sentrifugasi 4 000 rpm


selama 30 menit

Air dan
Air Minyak Pekatan Protein Minyak Padatan
pekatan

Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan VCO Penurunan kadar air


memakai teknik sentrifugasi (Raharjo, dengan tiga perlakuan
2005)
Penyaringan dengan
Pada penelitian ini diuji 4 perlakuan cara kertas saring
pengurangan kadar air minyak dengan penambahan
garam NaCl, garam Na2SO4, pengeringan dengan
VCO
oven vakum pada suhu 55oC dan tidak diberi per-
lakuan apapun. Setiap unit perlakuan dilakukan tiga
kali ulangan, sehingga diperoleh secara keseluruhan Analisa Fisiko
terdapat 12 sampel untuk dianalisa. Kimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4. Diagram alir proses pembuatan VCO


dengan metoda freezing and thawing
Daging Buah Kelapa Segar
Hasil Analisa proksimat daging buah kelapa Kadar protein yang terkandung dalam kelapa
yang sudah diparut pada penelitian pendahuluan segar mempengaruhi kestabilan emulsi santan
disajikan pada Tabel 2. karena protein berfungsi sebagai emulsifier alami
pada santan. Kadar protein bahan baku kelapa segar
Tabel 2. Komposisi kimia bahan baku kelapa parut
sebesar 2,12%, nilai kadar protein yang kecil ini
segar
memudahkan proses pemecahan emulsi santan.
Kelapa Kadar lemak bahan baku daging kelapa segar
Kelapa Kelapa
Komponen Penelitian sebesar 33,01% menunjukkan bahwa kelapa yang
Penelitian Tua**
Sebelumnya* digunakan sudah berumur tua, kadar lemak bahan
Air (%) 55,07 52,73 46,9 baku digunakan sebagai acuan untuk menilai efi-
Lemak (%) 33,01 34,47 34,7 siensi ekstraksi minyak kelapa. Rendemen minyak
Protein (%) 2,12 3,2 3,4
menunjukkan jumlah lemak yang dapat terekstrak.
Serat kasar (%) 9,8 9,60 -
*Husna (1998)
**Ketaren (1986)

73 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 18(2), 71-78


Sapta Raharja dan Maya Dwiyuni

VCO Hasil Proses Pendinginan sedangkan lapisan bawah adalah padatan. Hasil
Pembuatan VCO pada penelitian pendahuluan pengamatan sifat fisik minyak disajikan pada Tabel
dilakukan pada suhu -10oC. Santan dimasukkan ke 4.
dalam chiller agar terjadi proses kriming. Santan
Tabel 4. Sifat fisik minyak hasil ekstraksi dengan
didinginkan dalam chiller tidak sampai membeku
papain kasar
selama 21-24 jam. Setelah didinginkan, santan ter-
pisah menjadi krim dan skim, kemudian dipisahkan Parameter Keterangan
pada corong pemisah. Krim kemudian disentrifugasi Rendemen 23%
dengan kecepatan 4.000 rpm, namun minyak tetap Bau Asing
tidak dapat terpisah, hanya sedikit minyak yang Warna Tidak berwarna
terbentuk yaitu pada permukaan tutup tabung
sentrifuse, sebagian besar tabung yang lain tidak Aroma merupakan salah satu parameter mutu
dihasilkan minyak, sehingga tidak mungkin yang penting dari VCO. Untuk membedakan VCO
dilakukan analisis. Hasil pengamatan sifat fisik krim dengan minyak kelapa yang terbuat dari kopra
setelah sentrifugasi disajikan pada Tabel 3. berdasarkan pada aromanya. Minyak kelapa yang
Tabel 3. Sifat fisik krim setelah sentrifugasi terbuat dari kopra tidak memiliki aroma, karena
sudah mengalami proses deodorisasi. Untuk VCO
Parameter Keterangan tidak digunakan proses pemurnian yang dapat
Pemisahan minyak Tidak terpisah merusak kondisi alaminya.
Penampakan visual Terbentuk 2 lapisan Ada beberapa kelemahan dari teknologi proses
(krim dan skim) dengan menggunakan enzim, diantaranya adalah:
Bau asam - Penggunaan enzim masih terbatas karena enzim
komersial masih sulit didapat karena jumlahnya
Tidak terbentuknya minyak setelah proses masih terbatas.
sentrifugasi disebabkan tidak terdenaturasinya - Seluruh tahapan proses harus higienis dan me-
protein yang terkandung dalam krim kelapa, protein merlukan sistem pengawasan yang ketat, agar
yang berfungsi sebagai emulsifier masih stabil pada proses fermentasi berjalan sesuai dengan yang
suhu pendinginan - 10°C. diinginkan.

VCO Hasil Proses Ekstraksi dengan Papain VCO Hasil Proses Penambahan Asam Cuka
Kasar (CH3COOH)
Papain merupakan enzim protease yang dapat Santan diperoleh dari pemerasan kelapa parut
memecahkan protein. Enzim papain merupakan yang ditambahkan air yang bersuhu 70oC digunakan
enzim yang mempunyai gugus –SH pada bagian agar ekstraksi santan menjadi efisien, serta mengu-
aktifnya. Mekanisme reaksi hidrolisis ikatan peptida rangi kontaminasi mikroorganisme. Krim dipisahkan
yang dikatalisis oleh gugus sulfihidril (-SH) dapat setelah terjadi proses kriming selama 1,5-2 jam.
dilihat pada Gambar 5. Krim ditambahkan larutan asam cuka 5%. Larutan
asam berfungsi untuk mendenaturasi protein yang
R terkandung dalam emulsi santan. Metode ekstraksi
ini tidak dapat memisahkan minyak dari krim yang
R H2N
Enzim C=O Enzim telah difermentasi. Hasil pengamatan sifat krim
SH + + setelah sentrifugasi disajikan pada Tabel 5.
S-C=O R’
N- H
Tabel 5. Sifat fisik krim setelah sentrifugasi
H2O
R’ R
Enzim S Parameter Keterangan
Peptida + C=O
Enzim bebas H Pemisahan minyak Tidak terpisah
(substrat) Penampakan visual Terbentuk 2 lapisan
OH (krim dan skim)
Bau Asam
Gambar 5. Mekanisme reaksi hidrolisis ikatan
peptida dikatalisis oleh gugus sulfihidril Ketidakmampuan larutan asam dalam men-
(-SH) dari bagian aktif enzim peptida denaturasi protein pada emulsi santan dapat disebab-
(Ketaren, 1986) kan oleh adanya faktor lain sebagai penghambat pro-
ses denaturasi protein dari krim.
Emulsi santan yang telah ditambah ekstrak
papain kasar difermentasi selama 10-14 jam. Untuk Penelitian Utama
memisahkan minyak dari emulsi, maka diberi per- Proses ekstraksi santan pada penelitian ini di-
lakuan fisik dengan proses sentrifugasi pada 4 000 awali dengan pemarutan daging kelapa segar. Proses
rpm selama 30 detik. Setelah proses sentrifugasi di- pemarutan diperlukan untuk merusak membran
peroleh tiga lapisan dalam tabung. Lapisan atas phospholipid dan dinding sel daging buah sehingga
adalah minyak, lapisan tengah adalah air dan protein cairan sitoplasma yang mengandung globula minyak

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 18(2), 71-78 74


Kajian Sifat Fisiko Kimia Ekstrak Minyak Kelapa .............

dapat terekstrak keluar sel. Daging kelapa parut VCO setelah dikurangi kadar airnya disajikan pada
kemudian dilarutkan dalam sejumlah air agar proses Gambar 8.
ekstraksi lebih mudah dan efektif. Cairan emulsi
santan kemudian dipisahkan dari ampasnya dengan
menggunakan saringan. Santan yang terekstrak
selain mengandung cairan sitoplasma dan globula
minyak juga mengandung komponen lain penyusun
daging buah kelapa termasuk selulosa, phospholipid,
gula, protein dan padatan yang ukurannya sangat
kecil. Penampang melintang sel daging buah
(endosperm) kelapa dapat dilihat pada Gambar 6. a b c
dinding sel Gambar 8. VCO yang dihasilkan pada penelitian :
(mengandung selulosa, (a) penambahan NaCl, (b) penambahan
gula dan sedikit Na2SO4, (c) pengeringan
protein)
globula sitoplasma membran Minyak VCO hasil ekstraksi dibandingkan
minyak (campuran kimia phospholipid dengan standar APCC (Asian Pasific Coconut
kompleks dengan
air yang Community), dan standar BBIA (Balai Besar Industri
mengandung Agro). Hasil analisa sifat fisiko kimia hasil ekstraksi
sebagian besar disajikan pada Tabel 6.
protein)
Tabel 6. Sifat fisiko kimia minyak VCO hasil
Gambar 6. Penampang melintang sel daging buah ekstraksi, standar APCC dan BBIA
(endosperm) kelapa (Dendy dan
Timmins,1973) Parameter VCO Hasil Standar APCC Standar
Ekstraksi BBIA
Santan beku yang sudah dicairkan kemudian Densitas
0,91517 0,915 – 0,920 -
disentrifugasi pada kecepatan 4 000 rpm untuk me- relatif
misahkan fraksi minyak dari air dan padatan ber- Indeks bias
1,4479 1,4480 – 1,4492 -
dasarkan berat jenisnya. Pada tabung sentrifuse pada 40 oC
dapat dilihat terbentuknya 3 lapisan, dengan minyak Kadar air
0,0136 maks. 0,1 – 0,5 0,08
pada lapisan atas, air dan pekatan protein pada (%)
lapisan tengah dan padatan berwarna putih pada Bilangan
0,5772 maks. 0,5 0,1
lapisan bawah. Sentrifuse bekerja dengan prinsip asam
memanfaatkan gaya sentrifugal untuk memisahkan FFA (%) 0,2966 < 0,5 0,05
fasa minyak dan fasa air atau padatan (Gambar 7). Peroksida
(meq 0,69359 <3 -
oksigen/kg)
Warna jernih jernih -
% Transmisi 0 - -
Minyak
bebas bau dan
, Bau dan rasa kelapa -
rasa tengik/asing
fasa protein
permukaan Minyak VCO yang memiliki sifat fisiko kimia
terbaik dari beberapa parameter adalah minyak yang
Air dan
kadar airnya diturunkan dengan cara pengeringan
pekatan protein
oven vakum, kemudian minyak tersebut ditentukan
densitasnya, indeks bias, kadar air, bilangan asam,
Padatan asam lemak bebas, bilangan peroksida, warna, bau
dan rasanya.
Indeks bias adalah derajat penyimpangan dari
Gambar 7. Lapisan yang terbentuk setelah proses cahaya yang dilewatkan pada suatu medium cerah.
sentrifugasi : minyak, air, fasa protein Indeks bias dapat dipakai untuk pengujian kemurni-
permukaan dan padatan an minyak. Indeks bias akan meningkat pada minyak
atau lemak dengan rantai karbon yang panjang dan
Minyak yang dihasilkan dikurangi kadar air- adanya sejumlah ikatan rangkap. Nilai indeks bias
nya dengan cara penambahan garam dan pengering- dari asam lemak juga bertambah dengan meningkat-
an dengan oven vakum pada suhu 55oC. Garam yang nya bobot molekul, selain dengan naiknya derajat
ditambahkan adalah NaCl dan Na2SO4. Jumlah ketidakjenuhan dari asam lemak tersebut (Ketaren,
garam yang ditambahkan dihitung berdasarkan kadar 1986). Nilai indeks bias minyak yang dihasilkan
air tertinggi dalam minyak yang dihasilkan. Produk (1.4479) sedikit lebih rendah dari standar, hal ini

75 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 18(2), 71-78


Sapta Raharja dan Maya Dwiyuni

dapat disebabkan oleh tidak adanya sejumlah asam O


H2C – O – C – R H2C – OH
lemak rantai karbon ikatan rangkap seperti
O O
palmitoleat dan linoleat, serta terurainya asam kaprat HC – O – C – R + 3H2O CH – OH + 3R – C –OH
pada suhu 35oC dan asam lemak kaproat pada suhu O
60oC. Selain itu juga tidak terdeteksi adanya asam H2C – O – C – R H2C – OH
lemak stearat. Tidak adanya salah satu asam lemak
mengakibatkan penurunan bobot molekul sehingga Gambar 10. Proses hidrolisis minyak (Ketaren,
indeks biasnya sedikit lebih kecil dari standar. Sama 1986)
halnya dengan indeks bias, bobot jenis pun dapat
digunakan untuk pengujian kemurnian minyak, VCO yang dihasilkan setelah melalui proses
karena VCO, air dan zat lain memiliki bobot jenis pemisahan dengan sentrifugasi memiliki kadar air
yang berbeda. Bobot jenis VCO hasil analisa yang rendah dibandingkan dengan standar APCC.
menunjukan nilai yang masih berada dalam kisaran Data kadar air minyak hasil penelitian dapat dilihat
standar APCC. pada Gambar 11.

Rendemen
Rendemen dihitung untuk mengetahui output
0,2
yang didapat dari banyaknya input bahan yang
0,15
masuk. Hasil perhitungan rendemen untuk masing- Ulangan 1

(%)
masing perlakuan disajikan dalam Gambar 9. Setiap 0,1 Ulangan 2

perlakuan dan ulangan memiliki batch yang berbeda, 0,05 Ulangan 3

namun input bahan yang masuk berasal dari kelapa 0


NaCl Pengeringan Na2SO4 Kontrol
parut yang sama untuk setiap perlakuan. Ulangan
Perlakuan
pertama dan ulangan kedua atau ketiga dilakukan
pada waktu yang berbeda namun dengan kondisi
proses yang sama. Data rendemen yang dihasilkan Gambar 11. Grafik kadar air VCO yang dihasilkan
nilainya hampir seragam yaitu dalam kisaran rende-
men 21,93-23,44%. Dari hasil analisis keragaman Rata-rata kadar air minyak dengan cara penge-
menunjukkan jumlah rendemen tidak dipengaruhi ringan adalah 0,01% sedangkan dengan penambah-
secara nyata oleh perbedaan cara pengurangan kadar an Na2SO4 sebesar 0,03% dan dengan penambahan
air. Jumlah rendemen VCO dibandingkan dengan garam NaCl sebesar 0,09%. Kadar air yang paling
kadar lemak bahan baku kelapa segar sedikit lebih tinggi adalah pada kontrol yang tidak diberi
kecil hal ini disebabkan oleh kurang efisiennya pro- penambahan apapun sebesar 0,12%, namun masih
ses ekstraksi santan dengan menggunakan tangan. dapat memenuhi standar APCC. Analisis keragaman
menunjukkan bahwa 4 perlakuan pengurangan kadar
air berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air yang
dihasilkan, selanjutnya dengan uji lanjut Duncan
30 diperoleh perbedaan yang sangat nyata antara kon-
25
Ulangan 1
trol dengan metode pengeringan dan penambahan
20
15 ulangan 2
Na2SO4. Sedangkan metode pengeringan berbeda
10 Ulangan 3 nyata dengan penambahan NaCl. Berkurangnya
5
0
kadar air setelah penambahan NaCl dan Na2SO4
NaCl Pengeringan Na2SO4 Kontrol disebabkan oleh karena air yang terkandung dalam
Perlakuan minyak terserap dalam garam NaCl atau Na2SO4
yang ditambahkan hingga jenuh. Pengurangan kadar
air dengan pengeringan dinilai sangat efektif namun
Gambar 9. Grafik rendemen VCO dari beberapa pada suhu pengeringan 55oC akan mengakibatkan
perlakuan terurainya asam lemak kaprat. Pengeringan menye-
babkan partikel-partikel H2O terpisah dari partikel-
Kadar air partikel minyak dalam waktu yang cukup singkat.
Kadar air merupakan parameter yang mem- Kadar air minyak yang tinggi dapat menyebabkan
pengaruhi tingkat ketahanan minyak terhadap kontaminasi bakteri yang mampu menghidrolisis
kerusakan. Menurut Ketaren (1986), terdapatnya molekul lemak.
sejumlah air dalam minyak atau lemak dapat
mengakibatkan terjadinya reaksi hidrolisis. Minyak Bilangan Asam dan Asam Lemak Bebas (FFA)
atau lemak akan diubah menjadi asam lemak bebas Asam lemak, dihasilkan melalui reaksi hidroli-
dan gliserol. Reaksi ini akan menghasilkan flavour sis yang dapat disebabkan oleh sejumlah air, enzim
dan bau tengik pada minyak tersebut. Reaksi kimia ataupun aktivitas mikroorganisme. Semakin tinggi
proses hidrolisis minyak dapat dilihat pada Gambar kadar air dalam minyak kemungkinan besar kadar
10. asam lemak juga tinggi. Semua enzim yang terma-
suk golongan lipase mampu menghidrolisis lemak,
namun enzim tersebut inaktif oleh panas. Asam

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 18(2), 71-78 76


Kajian Sifat Fisiko Kimia Ekstrak Minyak Kelapa .............

lemak bebas yang dihasilkan oleh proses hidrolisis dengan perlakuan penambahan NaCl, 0,693 meq
dapat mempengaruhi flavor minyak. Menurut oksigen/kg minyak pada perlakuan penambahan
Fennema (1976), minyak kelapa berdasarkan kan- Na2SO4, 0,433 meq oksigen/kg minyak pada minyak
dungan asam lemaknya digolongkan sebagai minyak dengan pengeringan dan 2,583 meq oksigen/kg
asam laurat (C11H23COOH). Minyak ini memiliki minyak untuk kontrol. Analisis keragaman menun-
kadar FFA yang masih dapat memenuhi standar jukkan adanya perbedaan yang sangat nyata antara
APCC yaitu rata-rata sebesar 0,23% pada perlakuan kontrol dengan semua perlakuan lain pada nilai α =
penambahan NaCl, dan sebesar 0,29% pada per- 0,05 atau derajat kepercayaan 95%. Bilangan
lakuan penambahan Na2SO4 atau pengeringan peroksida hasil penelitian disajikan pada Gambar 14.
dengan oven. Untuk parameter bilangan asam dan
FFA, analisis keragaman menunjukkan adanya per- mg KOH/g minyak
bedaan yang signifikan antara kontrol (tanpa per-
0,8
lakuan apapun) dengan perlakuan lain, namun untuk 0,7
metode pengeringan dan penam-bahan Na2SO4 tidak 0,6
Ulangan 1
berbeda nyata pada α = 0,05. Data FFA hasil 0,5
0,4 Ulangan 2
penelitian dapat dilihat pada Gambar 12. 0,3 Ulangan 3
0,2
0,1
0.4 0
NaCl Pengeringan Na2SO4 Kontrol
0.35
Perlakuan
0.3
0.25
(%) 0.2
Gambar 13. Nilai bilangan asam VCO yang di-
0.15
hasilkan
0.1
0.05
mg oksigen /kg minyak
0
NaCl Pengeringan Na2SO4 Kontrol 3
Perlakuan
2,5
Ulangan 1
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 2
Ulangan 2
1,5

Gambar 12. Nilai asam lemak bebas VCO yang di- 1 Ulangan 3
hasilkan 0,5
3
0
NaCl Pengeringan Na2SO4 Kontrol
Menurut Djatmiko et al. (1983), minyak
Perlakuan
kelapa termasuk stabil karena asam lemak tidak
jenuhnya hanya berkisar antara 6,5-11,8%. Selain
itu, menurut Peat (2004) bahkan setelah satu tahun Gambar 14. Nilai bilangan peroksida VCO yang di-
pada suhu ruang, minyak kelapa terbukti tidak hasilkan
mengalami ketengikan walau pun mengandung 9%
asam lemak tak jenuh linoleat (omega-6). Bilangan peroksida VCO hasil penelitian
Bilangan asam dalam minyak kelapa yang masih dapat memenuhi standar APCC yaitu ≤ 3 meq
diperoleh pada penelitian ini adalah 0,45 mg KOH/g oksigen/kg minyak. Bilangan peroksida tertinggi
minyak pada perlakuan penambahan NaCl, sedang- terdapat pada VCO kontrol, tingginya bilangan
kan pada metode penambahan Na2SO4 atau penge- peroksida itu dapat disebabkan oleh tingginya kadar
ringan nilainya adalah 0,58 mg KOH/g, dan sebesar air, karena air sebagai precusor bagi enzim
0,28 mg KOH/g pada kontrol. Bilangan asam ter- peroksida. Enzim peroksida dapat mengoksidasi
besar terdapat pada VCO dengan perlakuan penge- asam lemak tidak jenuh sehingga terbentuk
ringan. Pengeringan pada suhu 55oC menyebabkan peroksida, disamping itu juga dapat mengoksidasi
hidrolisis beberapa asam lemak. Data bilangan asam asam lemak jenuh pada ikatan karbon atom β,
disajikan pada Gambar 13. sehingga membentuk asam keton dan akhirnya metil
keton.
Bilangan Peroksida Proses oksidasi dapat terjadi pada suhu tinggi.
Bilangan peroksida merupakan parameter Pada suhu kamar sampai dengan suhu 100 oC, setiap
penting yang dapat dijadikan acuan untuk menentu- 1 ikatan tidak jenuh dapat mengabsorpsi 2 atom
kan derajat kerusakan minyak. Peroksida terbentuk oksigen, sehingga terbentuk persenyawaan peroksida
karena asam lemak tidak jenuh dapat mengikat yang bersifat labil. Proses pembentukan peroksida
oksigen pada ikatan rangkapnya (Ketaren, 1986) ini dipercepat oleh panas (cahaya), suasana asam,
proses itu dikenal sebagai proses oksidasi. kelembaban udara dan katalis (Ketaren, 1986).
Kecepatan oksidasi lemak yang dibiarkan di
udara akan bertambah dengan kenaikan suhu dan Kromatografi Gas
berkurang dengan penurunan suhu. Minyak kelapa Asam lemak hasil analisis kromatografi gas
hasil penelitian menunjukan nilai bilangan peroksida dari VCO dari penelitian disajikan pada Tabel 8.
sebesar 0,673 meq oksigen/kg minyak pada minyak

77 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 18(2), 71-78


Sapta Raharja dan Maya Dwiyuni

Tabel 8. Kandungan asam lemak VCO hasil sebesar 0,01% kemudian dengan penambahan
penelitian Na2SO4 sebesar 0,03%, dan penambahan garam
NaCl sebesar 0,09%. Ketiga nilai tersebut diban-
Jenis asam lemak Kadar dingkan dengan kadar air kontrol sebesar 0,12%,
(g/100g) sedangkan untuk parameter bilangan asam dan FFA
Asam lemak jenuh : yang terbaik diperoleh dari kontrol yaitu rata-rata
 Laurat 43,836 0,15% dan 0,28%. Bilangan peroksida paling rendah
 Miristat 21,417 yang merupakan parameter mutu yang paling
 Palmitat 11,660 penting diperoleh pada perlakuan dengan penam-
Asam lemak tidak jenuh : bahan NaCl yaitu 0,673 meq oksigen/kg minyak,
 Oleat 14,344 kemudian pada penambahan Na2SO4 sebesar 0,693
Lain-lain (tak terdeteksi) 8,743 meq oksigen/kg minyak, dan 0,433 meq oksigen/kg
minyak pada minyak dengan perlakuan pengeringan.
Standar asam lemak yang digunakan adalah Bilangan peroksida kontrol sangat tinggi yaitu 2,583
laurat, miristat, palmitat, stearat, oleat dan linoleat. meq oksigen/kg minyak.
Asam lemak lain seperti kaprat, kaproat dan kaprilat
pada VCO tidak dapat ditentukan karena Saran
keterbatasan standar. Perlu pengkajian lebih lanjut pengaruh
Asam lemak stearat tidak terkandung dalam metode ekstraksi pada varietas kelapa yang berbeda
VCO hasil penelitian, hal ini dapat disebabkan oleh dan tentang komponen mikro dari VCO, terutama
tertahannya stearat dalam kertas saring pada proses senyama yang berfungsi sebagai zat antioksidan
penyaringan. Proses penyaringan dilakukan pada alami serta zat-zat lain yang memiliki fungsi penting
suhu ruang, sedangkan stearat berwujud padat pada bagi tubuh manusia.
suhu ruang dan mencair pada suhu 69,4oC.
Asam lemak lain yang tidak terkandung dalam DAFTAR PUSTAKA
VCO adalah linoleat dan linolenat. Linoleat
memiliki 18 rantai karbon dengan dua ikatan Codex Alimentarius Commission. 1995. Report of
rangkap, sedangkan linolenat memiliki 18 rantai the 14th Session of the Codex Committee on
karbon dengan tiga ikatan rangkap. Ikatan rangkap Fats and Oils. London 27 Sept - 1 Oct. 1993.
asam lemak tak jenuh bersifat labil dan mudah ber- FAO United Nations. London.
ikatan dengan molekul lain terutama setelah men- Dendy D.A.V. dan W.H. Timmins. 1973. Develop-
dapat perlakuan pemanasan dan terkena cahaya ment of Wet Coconut Process Designed to
matahari, sehingga pada saat dideteksi dengan GC Extract Protein and oil from Fresh Coconut.
tidak terlihat puncak kurva yang berbeda dengan Tropical Product Institute, Foreign and
puncak kurva asam lemak oleat yang memiliki 18 Commonwealth Office, London.
rantai karbon dengan satu ikatan rangkap. Djatmiko B. 1983. Studi Mengenai Stabilitas Emulsi
Santan. Dalam Studi Tentang Serat Daging
KESIMPULAN DAN SARAN Buah dari Beberapa Varietas Kelapa dan
Tentang Stabilitas Emulsi Santan. Jurusan
Kesimpulan Teknologi Industri. FATETA-IPB. Bogor.
Metode pemecahan emulsi freezing and Fennema O.R. (ed.) 1976. Principles Of Food
thawing pada krim santan kelapa dapat menyebab- Science, Marcel Dekker Inc. New York.
kan terbentuknya VCO setelah disentrifugasi dengan Husna. 1998. Pembuatan Minyak Kelapa dari Santan
kecepatan minimal 4 000 rpm dengan rendemen Kelapa Segar Menggunakan Ekstrak Kasar
yang tidak seragam. Rendemen yang diperoleh dari Enzim Papain dan Ekstrak Kasar Enzim
penerapan freezing and thawing berkisar antara Bromelin. Skripsi. Departemen Teknologi
21,93-23,44%. VCO yang dihasilkan dengan pene- Industri Pertanian, Fateta-IPB, Bogor.
rapan freezing and thawing memiliki nilai parameter Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan
mutu diantaranya adalah kadar air minyak berkisar Lemak Pangan. Penerbit Universitas
antara 0,08-0,16%, FFA berkisar antara 0,13-0,15%, Indonesia. Jakarta.
bilangan asam berkisar antara 0,26-0,30 mg NaOH/g Peat. 2004. Oil in Context. www. Coconut-
minyak, dan bilangan peroksida berkisar antara 2.38- connection.com.
2,78 meq oksigen/kg minyak. Semua nilai parameter Raharjo. 2005. Di dalam Cahyana. Putaran Pemecah
mutu tersebut masih dapat memenuhi standar APCC. Minyak. Trubus. 427- Juni 2005/xxxvi.
Kadar air minyak yang terbaik diperoleh dari Sibuea P. 2004. Virgin Coconut Oil dalam Kompas,
minyak VCO yang dikeringkan dengan oven yaitu 22 Desember 2004. hlm. 32 kolom 1-5.

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 18(2), 71-78 78

Anda mungkin juga menyukai