Oleh
Nama : Sari Tilawah (1720201119)
Nama : Alillah (1730201139)
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Sari.Tilawah99@gmail.com
Alillah18021999@gmail.com
Abstrak
Akhir-akhir ini banyak sekali kasus kenakalan yang dilakukan oleh anak remaja baik
remaja laki-laki maupun perempuan. Perbuatan nakal tersebut terjadi karena beberapa
faktor entah internal ataupun eksternal, diantaranya karena mereka terpengaruh oleh
lingkungan hidup sekitar mereka tinggal dan lemahnya benteng pertahanan dalam diri
mereka dalam artian mereka mudah trgoda oleh teman mereka. Namun bagi sebagian anak
remaja, bisa saja mereka melakukan perilaku yang dianggap nakal itu tanpa sadar karena
mereka kurang mengerti akan perbuatan yang telah mereka lakukan, perbuatan mana yang
melanggar aturan dan mana yang tidak melanggar aturan. Kenakalan remaja telah banyak
menimbulkan banyak dampak negatif baik untuk diri mereka sendiri maupun orang lain di
sekitar mereka. Maka dari itu perlu dilakukan tindakan penangkalan serta penanggulangan
kenakalan remaja oleh orang tua, guru maupun oleh masyarakat sekitar remaja tersebut.
Jika tindakan penangkalan dan penanaggulangan kenakalan remaja telah dilakukan,
diharapkan akan tercipta remaja-remaja yang berkualitas, yang berguna bagi dirinya, orang
tua, maupun lingkungan sekitarnya.
2. Pengertian Remaja
Masa anak-anak lalu menjadi remaja setelah itu menjadi dewasa dan kemudian
menjadi orang tua, tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang
berkesinambungan dan berkelanjutan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui
oleh seorang manusia normal. Tiap masa pertumbuhan akan memiliki ciri-ciri tersendiri.
Ciri-ciri tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan
(lihat makalahsekolah.wordpress.com. 2013). Demikian pula dengan masa pertumbuhan
remaja. Masa remaja seringkali dianggap sebagai masa yang paling rawan daripada
masa lainnya dalam proses kehidupan ini. Mengapa? Karena masa remaja ini sering
menimbulkan kekhawatiran bagi para orangtua. Padahal bagi para remaja itu sendiri,
masa ini mungkin menjadi masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya.
Seperti lirik lagu Roma Irama, “Masa muda, masa yang berapi-api”. Oleh karena itu,
para orangtua hendaknya berkenan menerima anak remaja sebagaimana adanya diri
mereka namun juga bisa memberikan nasehat positif pada mereka agar tidak timbul hal-
hal yang tidak diinginkan seperti si anak kabur dari rumah karena orangtuanya
mempermasalahkan sikapnya. Orang tua juga sebaiknya jangan terlalu membesar-
besarkan perbedaan. Mereka justru hendaknya menjadi “Ing Ngarso Sung Tulodho”,
“Ing Madyo Mangun Karsa”, serta “Tut Wuri Handayani” bagi anak-anaknya. Pemberi
teladan di depan, di tengah memotivasi dan membangkitkan semangat, serta di belakang
mengawasi segala tindak tanduk si anak remajanya (lihat makalahsekolah.wordpress.m
2013).
Menurut Lewin (dalam F.J. Mönks-A.M.P.Knoers dan Siti Rahayu Haditono, 2006 :
260), fase remaja ada di dalam tempat marginal. Masa remaja ialah masa transisi atau
masa peralihan karena masa ini belum bisa memperoleh status orang dewasa tetapi juga
tidak lagi memiliki status anak-anak (menurut Calon dalam F.J. Mönks-A.M.P.Knoers
dan Siti Rahayu Haditono, 2006 : 260). Sehingga bisa dikatakan status mereka
ngambang antara anak-anak dan dewasa. Ngambangnya status mereka ini bisa juga
disebut galau, maka tidak heran para remaja sekarang sering galau. Jika dipandang dari
segi sosial, posisi remaja juga mempunyai suatu posisi yang marginal. Dalam
penelitiannya, Roscoe dan Peterson (1984) telah membuktikan hal tersebut (lihat F.J.
Mönks-A.M.P.Knoers dan Siti Rahayu Haditono, 2006 : 260).
Menurut para ahli pendidikan, remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun
sampai dengan 18 tahun. Namun semakin lama batasan umur usia remaja juga semakin
kabur dan tidak jelas. Alasan pertama karena zaman sekarang banyak sekali para remaja
yang tidak melanjutkan sekolahnya dan memilih bekerja, dengan begitu secara otomatis
mereka juga telah memasuki dunia orang dewasa walaupun usia mereka masih remaja.
Jika dalam segi keadaan dapat disebut sebagai masa remaja yang diperpendek, dan
keadaan sebaliknya yaitu saat seseorang berusia dewasa namun masih hidup bersama
orang tuanya serta belum punya nafkah sendiri disebut masa remaja diperpanjang. (lihat
F.J. Mönks-A.M.P.Knoers dan Siti Rahayu Haditono, 2006 : 261).
Walaupun belum ada kejelasan antara masa kanak-kanak dan masa remaja, namun
telah nampak batasan-batasan yang cukup jelas antara keduanya. Namun dalam tulisan
ini saya hanya akan membahas tentang masa remaja saja. Gejala saat awal remaja yaitu
timbulnya seksualitas sehingga masa remaja sering disebut juga dengan masa pubertas
(lihat F.J. Mönks-A.M.P.Knoers dan Siti Rahayu Haditono, 2006 : 261-262).
Dari beberapa pengertian tentang remaja di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
remaja adalah masa atau periode menuju tahap dewasa yang pada umumnya antara umur
13-18 tahun dan mulai mengalami perubahan fisik dan psikis.
Semua perbedan anatara remaja laki-laki dan perempuan pada tabel di atas mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Maka dari perbedaan-perbedaan itulah
diharapkan para remaja laki-laki dan perempuan saling melengkapi satu sama lain.
(lihat mtcdempet.wordpress.com. 2013 dan John W. Santrock, 2003 : 375)
Iqbal (bukan nama sebenarnya) dibesarkan dalam sebuah keluarga yang kurang
harmonis di sebuah desa di luar kota Klaten, Jawa Tengah. Ayahnya pemabuk berat
dan penjudi, sering memukulinya, ibunya dan ketiga saudaranya. Ayahnya juga tidak
mau membayar uang sekolah untuk pendidikan anak-anaknya. Dia akhirnya
meninggalkan keluarganya untuk mengambil istri kedua di Jakarta. Ibu Iqbal terpaksa
bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Bali, meninggalkan anak-anaknya untuk
dirawat oleh adik perempuannya dan keluarganya. Setelah terpaksa keluar dari sekolah,
Iqbal mulai bergaul dengan "anak-anak nakal" dari desa, dan terlibat dengan beberapa
perkara pelanggaran hukum.
Setelah dinyatakan bersalah karena mencuri sepeda pada tahun 2009, Iqbal
menjalani hukuman kurungan selama 18 bulan di Rutan Anak. "Saya jauh dari rumah
dan tidak punya ongkos," kenang Iqbal. "Saya mau pulang ke rumah, ke bibi saya.
Saya lihat ada orang menaruh sepedanya di luar rumah dalam keadaan tidak terkunci.
Saya tergoda untuk mencurinya. Ada orang yang melihat saya mengambil sepeda itu
dan berteriak memberitahukan yang lain."
Sejak itu, perbuatannya yang bisa digolongkan kejahatan ringan menimbulkan
konsekuensi yang jauh lebih besar. "Saya ditangkap oleh sekelompok penduduk desa.
Mereka memukul dan menendang saya sebelum menyerahkan saya ke polisi,"
tegasnya. "Tidak ada yang menemani saya saat saya diinterogasi. Keluarga saya tidak
tahu di mana saya berada. Mereka baru diberitahu beberapa hari kemudian bahwa saya
ditangkap".
Situasi Iqbal saat ini tidak jauh berbeda dengan sekitar 5.000 remaja lain yang
dipenjarakan di Indonesia setiap tahun. "Saya dikurung di sel bersama dengan delapan
anak laki-laki lain," kata Iqbal. "Beberapa lebih tua dari saya, beberapa lebih muda.
Kondisinya tidak buruk, tapi tidak ada yang bisa dilakukan. Saya tidak bisa belajar atau
bekerja. Anak-anak di dalam sel itu bercerita tentang apa yang telah mereka lakukan
dan bagaimana mereka tertangkap. Ini seperti suatu kursus di bidang kejahatan." Jika
sistem ini dimaksudkan untuk membuat para pelanggar hukum yang masih muda usia
ini menjadi lebih baik, menurut Iqbal ini tidak akan berhasil.
Sedangkan faktor ekstern meliputi : (1) Lingkungan keluarga, jika keluarga si remaja
tidak harmonis, pertengkaran terjadi setiap hari maka psikologis remaja juga akan
tertekan dan akan memicu terjadinya kenakalan pada remaja tersebut. Sebaliknya, jika si
remaja terlalu dimanjakan oleh keluarganya juga akan berdampak buruk pada remaja
tersebut. Misal saja kasus AQJ yang terlalu dimanja oleh orang tuanya, ia belum punya
SIM namun sudah diizinkan mengendarai mobil akibatnya malah terjerat kasus tabrakan
yang menelan banyak korban jiwa; (2) Teman dan pergaulan, “Jika engkau berteman
dengan tukang penggaruk kotoran maka kau akan terkena baunya, jika engkau berteman
dengan tukang parfum maka kau juga akan terkena harumnya”.
Jika seorang remaja bergaul dengan remaja lain yang mempunyai sifat yang buruk
seperti pencuri, penjudi maka ia juga akan terkena dampak buruknya, bisa saja ia juga
akan tertular menjadi pencuri juga. Sebaliknya, jika seorang remaja bergaul dengan
remaja lain yang mempunyai sifat baik hati maka ia juga akan tertular menjadi remaja
yang baik hati. Maka dari itu seorang remaja harus pandai memilah dan memilih teman.
(lihatmtcdempet.wordpress.com. 2013)
8. Penangkalan Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh remaja yang
melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintahan, sebenarnya kenakalan
remaja bisa dimininalisir dari pihak sekolah dan pihak orang tua. Pada umumnya
kenakalan remaj dipengaruhi oleh dua factor yaitu factor kurangnya pendidikan
spirtitual dan moral dan factor lingkungan sekolah yang tidak nyaman dan aman.
Berikut saya paparkan beberapa cara dalam menangkal kenakalan pada anak
remaja:
Pertama, dalam keluarga. DR. Joseph S. Roucek (1984:54) mengatakan bahwa keluarga
:Keluarga adalah buaian dari kepribadian atau the family is the craddle of personality.
Keluarga merupakan pusat ketenangan hidup dan pangkalan (home base) yang paling
vital. Bila salah seorang anggota keluarga menderita gangguan pikiran atau frustasi,
maka biasanya dengan “pulang kampung/kandang” dan dengan bernostalgia, ia dapat
memperoleh kembali gairah hidupnya.
Keluarga adalah lingkungan hidup, lingkungan pendidikan yang sifatnya adalah
primer. Dari sinilah awal mula seorang anak belajar. Dari sinilah awal seorang anak
memperoleh perlindungan. Maka jika suatu keluarga mulai retak dan bermasalah
(broken home) seorang anak akan mulai berbuat nakal. Oleh karena itu, kasih sayang
dan perhatian orang tua kepada sang anaknya tidak boleh diabaikan begitu saja agar
tidak timbul sifat nakal pada anak.
Berikut beberapa cara menangkal kenakalan pada anak remaja secara global (lihat
Drs. Ary H. Gunawan, 2000 : 95-103) : (a) Bila ada anak yang suka berbuat kerusakan
seperti mencoret-coret tembok, orang tua sebaiknya mengalihkan perhatiannya dengan
mengajak sang anak untuk mengerjakan sesuatu yang lebih berfaedah seperti belajar
melukis atau menggambar agar bakat anak juga dapat lebih diasah; (b) Saat melihat
ataupun mendengar seorang remaja “ngebut”, maka akan lebih baik jika orang tua
langsung menasehati dan memberi penjelasan akan bahaya dan akibat-akibat “ngebut”.
Mungkin bisa juga orang tua mengajak sang anak untuk ikut latihan balapan sehingga
bakat sang anak akan tersalurkan namun tetap dalam pengawasan orang tua.
Kemungkinan yang kedua si anak malah menjadi ngeri akan akibat buruk yang
ditimbulkan dari “ngebut”.
Dan akan muncul kesimpulan bahwa mengendarai kendaraan dengan tertib dan
disiplin serta memiliki SIM yang sah akan jauh lebih menguntungkan daripada kebut-
kebutan; (c) Untuk penangkalan masalah pornografi sebaiknya orang tua lebih
meningkatkan pengontrolan terhadap anaknya. Perlebih dalam hal perhatian. Orang tua
bisa membelikan buku-buku yang lebih bermutu kepada anaknya sesuai dengan bakat
dan minatnya; (d) Saat seorang anak remaja sudah mulai membentuk kelompok gang,
orang tua sebaiknya mengisi waktu luang anaknya dengan kegiatan yang bermanfaat
yang melibatkan sebuah kerjasama, kegotong royongan, kekompakan, toleransi, dan
sebagainya; (e) Lebih berusaha untuk meningkatkan kereligiousan si anak, misal saja
dengan mengajaknya ikut pengajian, beribadah bersama agar si anak tidak mudah
terpengaruh hal-hal negatif serta godaan-godaan dalam hidup ini; (f) Jika ada anak
remaja yang suka berbuat “semau gue” atau istilahnya freedom of the will, sebaiknya
orang tua juga melakukan “Ing Ngarso Sung Tulodho”.
Bagi anak remaja tersebut, mereka harus menunjukkan bahwa hidup itu ada
aturannya, ada adat istiadat yang harus dijaga dan dijunjung tinggi, ada Pancasila
sebagai pedoman hidup serta ada sanksi-sanksi tertentu yang diberikan bagi mereka
yang melanggar aturan-aturan tersebut, sehingga timbul kesadaran dari dalam diri
mereka bahwa hidup yang sesuai dengan aturan-aturan akan lebih tenang, tenteram dan
aman; (g) Orang tua harus super tanggap terhadap gejala-gejala kenakalan pada anak
remajanya agar si anak tidak terlanjur berbuat nakal. Jika diperlukan, orang tua dapat
saja bekerjasama dengan guru-guru anak remajanya dalam mengawasi tindak-tanduk
anaknya (lihat Drs. Ary H. Gunawan, 2000 : 95-103);
Kedua dalam lingkungan sekolah antara lain : (a) Jika anak remaja suka
menyelewengkan waktu belajar mereka untuk hal-hal yang kurang bermanfaat, tindak
penangkalannya secara preventif[5] ialah dengan memberikan tugas-tugas kecil namun
bermanfaat kepada si anak agar menimbulkan kesibukan yang kesibukan tersebut
nantinya akan berbuah kesuksesan pada diri si anak, sedangkan penangkalan secara
kuratif[6] atau represif[7] dilakukan melalui penyembuhan/pengobatan.
Bagi remaja pecandu narkoba; (b) Jika menghadapi anak remaja yang suka
menunda-nunda waktu belajar, maka perlu menyadarkan akan perlunya pepatah “Never
put off till tomorrow, what you can do today” lalu dilanjutkan dengan “Berakit-rakit ke
hulu, berenang-renang ke tepian”. Pepatah-pepatah tersebut mempunyai makna bahwa
kita perlu berkorban merelakan waktu luang kita untuk mengerjakan tugas-tugas demi
kesuksesan dan kebahagiaan kita di masa yang akan datang; (c) Anak remaja sering
membolos saat pelajaran tertentu, maka penangkalannya adalah membuat kegiatan
belajar mengajar menjadi lebih kreatif dan menarik sehingga anak tidak cepat bosan; (d)
Anak hobi melamun dan kurang konsentrasi dalam menerima pelajaran, maka sebaiknya
guru harus lebih bisa mengkonsolidasikan[8] kegiatan belajar mengajarnya (lihat Drs.
Ary H. Gunawan, 2000 : 95-103).
9. Penanggulangan Kenakalan Remaja
Bila seorang remaja sudah terlanjur melakukan kenakalan, ada beberapa cara untuk
menanggulangi kenakalan remaja tersebut. Antara lain : (1) Dengan prinsif keteladanan.
Remaja harus mendapatkan banyak figur orang-orang dewasa yang sukses yang telah
berhasil melampaui fase/masa remajanya dengan baik, juga mereka yang telah berhasil
memperbaiki diri yang sebelumnya gagal pada masa/tahap ini; (2) Orang tua harus
mampu untuk membenahi kondisi keluarganya agar dapat tercipta keluarga yang
harmonis, komunikatif, serta aman dan nyaman bagi mereka; (3) Orang tua harus
mampu memberi contoh/teladan yang baik dalam hal religious agar anak-anak mereka
juga dapat mencontoh orang tuanya, sehingga tercipta generasi remaja yang beriman,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (4) Untuk menghindari masalah yang timbul
dari akibat pergaulan, orang tua harus mengarahkan sang anak remajanya untuk memilih
teman bergaul yang mempunyai sifat terpuji, orang tua juga sebaiknya memberikan
kesibukan dan mempercayakan tanggungjawab rumah tangga kepada si anak remajanya
untuk melatih kedisiplinan mereka dan juga agar mereka tidak menghabiskan waktu
luang mereka dengan kegiatan yang kurang berguna; dan yang terakhir adalah (5)
Remaja harus mampu membentuk ketahanan diri agar mereka tidak mudah
terpengaruh/tergoda dengan sifat-sifat temannya yang kurang baik.
(lihat anwarriyants.wordpress.com, 2013).
10. Kesimpulan
Dari pembahasan-pembahasan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa remaja
adalah suatu fase/masa seorang anak-anak menuju ke tahap dewasa yang pada umumnya
antara umur 13-18 tahun dan mulai mengalami perubahan fisik dan psikis. Sedangkan
kenakalan remaja adalah perilaku atau perbuatan anak-anak yang melanggar norma-
norma baik norma sosial, hukum, maupun kelompok dan mengganggu kenyamanan atau
ketenteraman orang lain (masyarakat) sehingga perlu diambil tindakan
pengamanan/penangkalan oleh pihak yang berwajib. Kenakalan remaja tersebut dipicu
oleh banyak faktor baik intern maupun ekstern.
Faktor intern antara lain : (a) Krisis identitas pada diri remaja; dan (b) Lemahnya
kontrol diri pada remaja tersebut. Sedangkan faktor ekstern antara lain : (a) Kondisi
keluarga remaja; dan (b) Teman dan pergaulan sekitar si anak remaja. Untuk menangkal
terjadinya perilaku kenakalan pada remaja dapat dilakukan dengan beragam cara antara
lain : (a) Mempertebal iman pada remaja agar tak terpengaruh oleh lingkungan luar yang
mungkin saja buruk untuknya; (b) Menghabiskan/memanfaatkan waktu luang untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat; dan (c) Orang tua harus bisa
mencontohkan keteladanan yang baik bagi sang anak agar si anak remaja juga dapat
menirukan perbuatan orang tuanya tersebut.
Sedangkan jika sang anak sudah terlanjur melakukan perbuatan nakal,
penangguangannya antara lain : (a) Keluarga harus lebih dapat mengontrol dan
mengawasi sang anak agar sang anak tidak lagi melakukan perbuatan nakal; (b)
Pengobatan dapat dilakukan apabila menyangkut narkoba; (c) Orang tua harus
mengalihkan perhatian anak remajanya kepada hal-hal positif apabila si anak telah mulai
bertindak nakal; serta yang terpenting adalah (d) Harus ada motivasi dari keluarga, guru,
dan teman sebaya tentang betapa pentingnya kita untuk selalu berbuat sesuai norma agar
hidup selalu aman dan nyaman.
Maka dari itu, keluarga dan sekolah harus bahu membahu untuk membangun
generasi penerus bangsa yang baik, terutama peran keluarga yaitu orang tua. Diamana
orang tua sangat berperan penting sekali sebelum sekolah. Orang tua harus
memperhatikan anaknya jika anak sudah bergaul dengan lingkungan luar biasanya anak
tersebut mengikuti hal tersebut.
Daftar Pustaka