Anda di halaman 1dari 5

ُ ْ‫نز َل فِي ِه ْالقُ ر‬ ُ ‫هّٰلِل‬

َ‫ت ِّمن‬ ِ َّ‫آن هُ دًى لِّلن‬


ٍ ‫اس َوبَيِّنَ ا‬ ِ ‫ضانَ الَّ ِذيْ أ‬َ ‫اب ْال َجنَّ ِة فِي َشه ِْر َر َم‬ َ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ الَّ ِذي فَتَ َح أَب َْو‬
‫ان َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن‬ َ ‫ أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل اِ ٰلهَ اِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬.‫ان‬
ِ ‫ك لَهُ َشهَا َدةً تُ ْن ِجي قَائِلَهَا ِمنَ النِّ ْي َر‬ ِ َ‫ْالهُدَى َو ْالفُرْ ق‬
ٰ
‫ أ َّما‬.‫صحْ بِ ِه َو َسلِّ َم تَ ْسلِ ْي ًما َكثِ ْيرًا‬
َ ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح ّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬ َ ‫ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ اَللّهُ َّم‬
‫ إِنَّا أَ ْنز َْلنَ اهُ فِي‬:‫ َوقَ ا َل تَع اَلَى‬. َ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموْ تُ َّن إِاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬
َّ ‫ فَيَا أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْ ا هللاَ َح‬.‫بَ ْع ُد‬
‫تَنَ َّز ُل ْال َماَل ئِ َك ةُ َوال رُّ و ُح فِيهَ ا‬. ‫ف َشه ٍْر‬
ِ ‫ لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر خَ ْي ٌر ِم ْن أَ ْل‬. ‫ك َما لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر‬
َ ‫ َو َما أَ ْد َرا‬. ‫لَ ْيلَ ِة ْالقَ ْد ِر‬
ْ ‫ َساَل ٌم ِه َي َحتَّى َم‬.‫بِإ ِ ْذ ِن َربِّ ِه ْم ِم ْن ُك ِّل أَ ْم ٍر‬
‫طلَ ِع ْالفَجْ ر‬
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Marilah kita bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat yang senantiasa
dilimpahkan kepada kita. Kiranya, dengan bersyukur itu dapat menambah kepatuhan dan
ketaqwaan kita kepada Allah. Yakni menggunakan nikmat itu untuk melaksanakan semua
perintahnya, dan untuk menjauhi segala larangan-Nya.

Hari demi hari telah kita lalui dan tak terasa sekarang kita telah berada di sepuluh akhir
Ramadhan dan beberapa hari lagi Ramadhan akan meninggalkan kita, yang menurut
pandangan mayoritas ulama di dalamnya terdapat satu malam istimewa, yaitu lailatul qadar.
Karenanya, dirasa sangat penting untuk membahas malam tersebut sebab ibadah pada malam
itu khairun min alfi syahr (lebih baik dibanding ibadah selama seribu bulan) yang di dalamnya
tidak ada lailatul qadar. Hal ini selaras dengan penuturan Mujahid bin Jabir: dalam Kitab
(Fadhailu-l Awqat li-l Baihaqi, juz 1 hal. 207).

َ ‫هللا َت َعا َلى اَ ْل‬


‫ف‬ ِ ‫س ال ِّساَل َح ِفيْ َس ِبي ِْل‬ َ ‫أَنَّ ال َّن ِب َي صلى هللا عليه وسلم َذ َك َر َر ُجاًل ِمنْ َب ِنيْ ِاسْ َرا ِئ ْي َل َل ِب‬
ْ‫ ٌر ِمن‬X‫ ِه َخ ْي‬X ِ‫ ِا َّنا اَ ْن َز ْل َناهُ فِيْ َل ْي َل ِة ْال َق ْد ِر ِا َلى َق ْول‬:َّ‫ب ْالمُسْ لِم ُْو َن ِمنْ َذل َِك َفأ َ ْن َز َل هللاُ َع َّز َو َجل‬
َ ‫َشه ٍْر َف َع ِج‬
‫اَ ْلفِ َشه ٍْر‬
Artinya: sesungguhnya Nabi mengisahkan seorang laki-laki dari kalangan Bani Israil yang
senantiasa mengangkat senjatanya untuk berjuang di jalan Allah selama seribu bulan. Perkara
tersebut membuat kaum muslimin merasa takjub sehingga Allah menurunkan tiga ayat pertama
surat Al-Qadar

Selain hal tersebut, keutamaan lain dari lailatul qadar adalah

‫َت َن َّز ُل ْال َماَل ِئ َك ُة َوالرُّ و ُح فِي َها ِبإِ ْذ ِن َرب ِِّه ْم ِمنْ ُك ِّل أَمْر‬
yaitu para malaikat dari tiap lapis langit bahkan dari sidratil muntaha turun ke bumi untuk meng-
amin-kan doa manusia hingga waktu munculnya fajar sebagaimana penuturan Imam Al-
Qurthubi dalam Tafsir Al-Qurthubi, juz 20, hal. 133-134

Mereka, termasuk malaikat Jibril, turun dengan membawa rahmat Allah dan segala ketentuan
yang telah Allah tentukan pada malam tersebut hingga setahun ke depan.
Keutamaan terakhir yang tersurat dalam surat Al-Qadar adalah ‫ِي َح َّتى َم ْط َل ِع ْال َفجْ ر‬
َ ‫َساَل ٌم ه‬
yaitu bahwa setiap detik dari lailatul qadar sepenuhnya hanya berisi keselamatan serta tidak
ada keburukan di dalamnya hingga muncul fajar, bahkan dikatakan bahwa setan tidak dapat
berbuat buruk pada malam tersebut. Sedangkan pada malam lainnya, selain keselamatan,
Allah juga menetapkan bala’

Hadirin siding jumat rahimakumullah,

Sangat layak untuk kita syukuri tentang keberadaan lailatul qadar sebab malam mulia ini
merupakan malam spesial yang hanya Allah ciptakan kepada segenap umat Nabi Muhammad

‫ﷺ‬ berdasarkan hadits yang telah disebutkan. Seandainya tidak ada


lailatul qadar, maka nyaris tidak mungkin bagi kita untuk mendapatkan pahala ibadah seribu

bulan mengingat terbatasnya umur umat Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau bersabda


‫ِين َوأَ َقلُّ ُه ْم َمنْ َيج ُْو ُز َذل َِك‬ َ ‫أَعْ َما ُر أ ُ َّمتِي َما َبي َْن ال ِّس ِّت‬
َ ‫ين إ َلى ال َّس ْبع‬
Artinya: Usia umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Sangat sedikit yang bisa
melampaui umur tersebut (Sunan Ibni Majah, juz 2 hal. 1415).

Barangkali terdapat sebagian dari kita yang bertanya mengapa waktu Lailatul Qadar tidak
ditentukan secara pasti? Dengan kata lain mengapa Allah SWT tidak menjelaskan secara tegas
tanggal berapa Lailatul Qadar terjadi?

Bisa jadi Allah SWT memang sengaja untuk merahasiakannya dan kita dapat memetik hikmah
dari kerahasiaan Lailatul Qadar tersebut.

Jika berkaca pada fenomena umum yang terjadi di bulan-bulan Ramadhan, umumnya intensitas
ibadah umat Islam terjadi di awal-awal Ramadhan. Namun semakin lama, semangat untuk
beribadah semakin menurun, baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Bahkan ada
kecenderungan dipenggal di bulan Ramadhan.

Masyarakat kita mulai disibukkan dengan segala hal yang berkenaan dengan persiapan-
persisapan menghadapi lebaran yang sifatnya materil. Seperti mempersiapkan makanan kecil
untuk para tamu yang berkunjung di hari raya, membeli peci, mukenah, sarung, baju baru
hingga sendal dan sepatu baru untuk shalat Idul Fitri.

Terkadang kesibukan terhadap hal-hal yang sifatnya kurang substansial ini bisa menggeser
keinginan untuk meningkatkan amal ibadah selama bulan puasa. Padahal jika kita tinjau lebih
dalam kegiatan-kegiatan tersebut hanya bersifat melengkapi kebahagiaan puasa dan hari raya,
tapi jelas fenomena ini sudah menjadi tradisi tahunan dipenggal terakhir bulan puasa.

Mengenai waktu munculnya lailatul qadar, begitu banyak riwayat yang secara dhahir saling
bertentangan: mulai dari pendapat yang mengatakan bahwa malam itu berputar dalam sebulan
Ramadhan hingga yang terkhusus pada malam tertentu. Karenanya, para ulama menganjurkan
untuk mencarinya dalam sebulan penuh dan lebih dianjurkan lagi pada sepuluh malam terakhir.
Pengukuhan anjuran paling kuat adalah pada malam ganjil sebagaimana pendapat jumhur

fuqaha’ sesuai sabda Nabi Muhammad ‫ﷺ‬ tentang lailatul qadar” yang
terdapat dalam Musnad Imam Ahmad Juz 37 hal:423)
ٍ ‫ أَ ْو َثاَل‬،‫ ِري َْن‬X‫ دَى َوعِ ْش‬Xْ‫ ٌر فِي إِح‬X‫ا ِو ْت‬XX‫ر َفإِ َّن َه‬X َ
‫ث‬ ِ X‫ان َف ْال َت ِمس ُْو َها فِي ال َع ْش ِر األ َوا ِخ‬
َ ‫ض‬ َ ‫ِي َفي َشه َْر َر َم‬َ ‫ه‬
،‫ان‬ َ XX‫ض‬ َ ‫ أو آخر ليل ٍة ِمنْ َر َم‬،‫ ْأو ِتسْ ٍع َوعِ ْش ِري َْن‬،‫ ْأو َسب ٍْع َوعِ ْش ِري َْن‬،‫مْس َوعِ ْش ِري َْن‬ ٍ ‫ أَ ْو َخ‬،‫َوعِ ْش ِري َْن‬
‫ِر َل ُه َما َت َق َّد َم ِمنْ َذ ْن ِب ِه‬
َ ‫َمنْ َقا َم َها احْ ِت َسابًا ُغف‬
Artinya: Malam itu berada pada Bulan Ramadhan, maka carilah pada sepuluh malam terakhir.
Sesungguhnya lailatul qadar berada pada malam ganjil: malam ke-21, malam ke-23, malam ke-
25, malam ke-27, malam ke-29, atau malam terakhir Ramadhan. Barang siapa
menghidupkannya karena ikhlas mengharap ridha Allah, maka diampuni dosanya yang telah
lalu.

Hadirin rahimakumullah,

Lailatul qadar memiliki tanda-tanda yang tampak di langit maupun di permukaan bumi
sebagaimana yang telah masyhur di masyarakat. Bahkan juga terdapat tanda batin yang dapat
dirasakan oleh sebagian kaum muslimin yaitu kenikmatan beribadah pada malam tersebut.
Namun para ulama saling silang pendapat apakah harus mengetahui secara pasti keberadaan
malam tersebut untuk meraih fadilahnya atau tidak. Pendapat yang paling unggul menurut
fuqaha’ mazhab adalah bahwa tidak disyaratkan mengetahui lailatul qadar secara pasti. Tetapi
jika kita mengetahui malam tersebut sekaligus menghidupkannya, maka fadilah yang kita raih
akan lebih sempurna (Mughni-l Muhtaj, juz 1 hal. 450).

Karenanya, para hadirin, mari bersama-sama kita tapaki kemuliaan lailatul qadar pada malam-
malam yang telah disebutkan dengan berbagai macam ibadah baik shalat berjamaah, shalat
tarawih, shalat witir, tadarus al-quran, i’tikaf, maupun yang lain-lainnya.

Semoga kita senantiasa diberi anugrah islam dan iman agar selalu semangat menjalankan
ibadah selama Ramadhan terutama pada tanggal-tanggal akhir sebab

‫إِ َّن َما اأْل َعْ َما ُل ِب ْال َخ َوات ِِم‬

amal ibadah itu tergantung pada penutupnya (Al-Mu’jamu-l Kabir li-th Thabrani, juz 6 hal. 147). ‫أَ ُع‬
ْ ‫َّج ِيم َو ْلتَنظُرْ نَ ْفسٌ َّما قَ َّد َم‬
‫ت لِ َغ ٍد ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ إِ َّن هَّللا َ خَ بِ ي ٌر بِ َم ا تَ ْع َملُ ونَ يَ ا‬ ِ ‫ان الر‬ ِ َ‫و ُذ بِاهَّلل ِ ِمنَ ال َّش ْيط‬
‫ت وال ِّذ ْك ِر‬
ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َوإِيّا ُك ْم بِاآلي ا‬،‫آن ال َع ِظي ِْم‬ ِ ْ‫ك هللاُ لِ ْي َولك ْم فِي القُ ر‬ َ ‫أَيُّهَ ا الَّ ِذينَ آ َمنُ وا اتَّقُ وا هَّللا َ ب ا َ َر‬
ٌ ِ‫ إنّهُ تَعاَلَى َج ّوا ٌد َك ِر ْي ٌم َمل‬.‫ال َح ِكي ِْم‬
ٌ ْ‫ك بَ ٌّر َر ُؤو‬
‫ف َر ِح ْي ٌم‬
‫َلى إِحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَ هُ عَل َى تَوْ فِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‪َ .‬وأَ ْش هَ ُد أَ ْن الَ اِلَ هَ إِالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ‬ ‫هّٰلِل‬
‫اَ ْل َح ْم ُد ِ ع َ‬
‫ٰ‬ ‫َش ِر ْيكَ لَهُ َوأَ ْش هَ ُد َّ‬
‫ص ِّل َعلَى َس يِّ ِدنَا‬ ‫ض َوانِ ِه‪ .‬اللّهُ َّم َ‬ ‫اعي إل َى ِر ْ‬ ‫أن َس يِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُس وْ لُهُ ال َّد ِ‬
‫ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى ٰالِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا أَ َّما بَ ْع ُد فَي ا َ اَيُّهَ ا النَّاسُ اِتَّقُ وا هللاَ فِ ْي َم ا أَ َم َر َوا ْنتَهُ وْ ا‬
‫َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُموْ ا أَ َّن هللاَ أَ َم َر ُك ْم بِأ َ ْم ٍر بَ دَأَ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآلئِ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَ َ‬
‫ال تَع اَلَى إِ َّن هللاَ‬
‫ص ُّلوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‪ .‬اللهُ َّم َ‬
‫ص ِّل َو َس لِّ ْم َعلَى‬ ‫َلى النَّبِ ّي يآ اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا َ‬
‫ُص ُّلوْ نَ ع َ‬ ‫َو َمآلئِ َكتَهُ ي َ‬
‫ض اللّهُ َّم َع ِن‬ ‫ك َو َمآلئِ َك ِة ْال ُمقَ َّربِ ْينَ َوارْ َ‬ ‫ُس لِ َ‬‫آل َس يِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآئِ كَ َور ُ‬
‫َس يِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫َّاش ِد ْينَ أَبِى بَ ْك ٍر َو ُع َم ر َو ُع ْث َم ان َو َعلِي َوع َْن بَقِيَّ ِة َّ‬
‫الص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِع ْينَ َوتَ ابِ ِعي التَّابِ ِع ْينَ‬ ‫ْال ُخلَفَا ِء الر ِ‬
‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ كَ يَ ا أَرْ َح َم ال رَّا ِح ِم ْينَ اَللهُ َّم ا ْغفِ رْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ‬ ‫ان اِلَى يَوْ ِم ال ِّدي ِْن َوارْ َ‬ ‫لَهُ ْم بِاِحْ َس ٍ‬
‫ت اللهُ َّم أَ ِع َّز ْا ِإل ْس الَ َم َو ْال ُم ْس لِ ِم ْينَ َوأَ ِذ َّل‬‫ت اَالَحْ ي آ ُء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬
‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬‫َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫اخ ُذلْ َم ْن َخ َذ َل ْال ُم ْس لِ ِم ْينَ‬ ‫ص َر ال ِّد ْينَ َو ْ‬ ‫ك ْال ُم َوحِّ ِديَّةَ َوا ْنصُرْ َم ْن نَ َ‬ ‫ال ِّشرْ كَ َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ َوا ْنصُرْ ِعبَا َد َ‬
‫ك إِلَى يَوْ َم ال ِّدي ِْن‪ .‬اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْال َوبَ ا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َحنَ‬
‫َو َد ِّمرْ أَ ْعدَا َء ال ِّدي ِْن َوا ْع ِل َكلِ َماتِ َ‬
‫صةً َو َس ائِ ِر ْالب ُْل دَا ِن ْال ُم ْس لِ ِم ْينَ‬
‫َوسُوْ َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َحنَ َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنَا اِ ْن ُدونِ ْي ِسيَّا خآ َّ‬
‫ار‪َ .‬ربَّنَ ا ظَلَ ْمنَ ا‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْينَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْاآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اس ِر ْينَ ‪ِ .‬عبَا َدهللاِ إِ َّن هللاَ يَ أْ ُم ُر بِاْل َع ْد ِل َو ْا ِإلحْ َس ِ‬
‫ان‬ ‫إن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَ ا َوتَرْ َح ْمنَ ا لَنَ ُك وْ ن ََّن ِمنَ ْالخَ ِ‬
‫اَ ْنفُ َسنَا َو ْ‬
‫بى َويَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ َو ْاذ ُك رُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم‬
َ ْ‫َوإِيْتآ ِء ِذي ْالقُر‬
‫ يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوْ هُ عَل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ أَ ْكبَ ُر‬Moch. Adnan Al Ghafiqi, tenaga pendidik MTs
NU Islamiyah Situbondo TAGS: khutbah khutbah jumat

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/128471/khutbah-jumat-menggapai-keutamaan-lailatul-qadar

===

Yuk, install NU Online Super App versi Android (s.id/nuonline) dan versi iOS (s.id/nuonline_ios). Akses
dengan mudah fitur Al-Qur'an, Yasin & Tahlil, Jadwal Shalat, Kompas Kiblat, Wirid, Ziarah, Ensiklopedia
NU, Maulid, Khutbah, Doa, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai