1. Pendahuluan
Paragraf merupakan karangan mini karena sesungguhnya segala
sesuatu yang lazim terdapat di dalam karangan atau tulisan, sesuai dengan
prinsip dan cara kerja sebuag tulisan di dalamnya ada paragraf. Panjang
pendeknya sebuah tulisan dapat kita lihat dari jumlah paragraf yang
dituliskan.
Paragraf yang baik mengandung satu ide pokok atau satu ide utama.
Posisi ide utama di dalam sebuah paragraf dapat secara jelas dituliskan
penulis di awal paragraf, di akhir paragraf atau ada di awal dan di akhir
paragraf. Penempatan ide pokok akan menentukan jenis paragraf yang ditulis
penulis.
Contoh:
Nilai uang rupiah semakin melemah terhadap nilai uang dolar.
Posisi rupiah pada Rp 13.667,00. Hal ini berdampak kepada harga bahan
pokok yang merangkak naik. Sekarang harga beras saja Rp 11.500,00 per
kilogram yang berkategori bagus. Gula pasir melonjak dari Rp 6.600,00
menjadi Rp 12.000,00 per kilogram. Selanjutnya harga gas yang 3 kilogram
dari Rp 18.000,00 menjadi Rp 22.000,00 per tabung.
D. Kalimat Penjelas
Unsur penting kedua dalam sebuah paragraf adalah unsur kalimat
penjelas (support sentences). Kalimat penjelas yaitu kalimat yang memiliki
tugas menjelaskan dan menjabarkan lebih lanjut ide pokok dan kalimat utama
yang terdapat dalam paragraf. Kalimat penjelas yang benar dan baik
sesungguhnya akan menjadi penentu pokok dan benar-benar baik dan
tuntasnya paragraf tersebut. Panjang dan/atau jumlah kalimat penjelas dalam
sebuah paragraf tidak ada ukuran yang pasti. Tuntas dan tidak tuntasnya
penjabaran kalimat utama ke dalam kalimat-kalimat penjelas pada sebuah
paragraf sama sekali tidak dapat ditentukan dan diukur dari panjang-
pendeknya paragraf, tetapi bagaimana ide pokok dari kalimat utama
paragraf itu dijabarkan secara jelas dan terinci.
Contoh:
Tanggal 25 November selalu diperingati sebagat han guru Mum lama
in guru guru Indonesia ;uga bersama sama mempenngau momentum yang
penting itu, kendatipun hanya secara seremonial semata Maksudnya,
peringatan yang hanya dilakukan dengan begitu-begitu sa yang hanya sarat
dengan dimensi-dimensi seremoni namun miskin sekali clengan dintensi
dtmensi refleksi Agaknya fiikta sosial pendidikan demikian tnilah yang selalu
berulang terja& dalam negeri ml, yang dilakukan masyarakat bangsa mi
Malta lewat tuhsan yang cukup smngkat ml—kebetulan yang mnenulls dan
yang mengajak merenung dan berefleksi juga guru—, kin semua pam guru
baca pula para dosen dia;ak untuk kembab merenung dan bereflehi Juga hal
mm kiranya sangat penting untuk menutup per;alanan tahun 2006 tahun yang
menurut catatan paling dommnan terjadt undak-tmdak kekerasan terhadap
anak-anak Pantas kiranya kalau kin para guru dan/atau pan dosen mau
bersama nina bereuicksi utuk berancang ancang berbenah din Sungguhkah
kita-kita in! para guru memang sudah berperan dan berfungsi sebagar sosok
guru guru dan sosok dosen dosen yang sejati> Isulah yang digunakan
penulis dalam edisi Educare yang terbit sebelum mi adalah ‘guru gaul sejati’.
Sudahkah para guru dan para dosen Indonesia, hingga setakar mi memang
sudah menjadi guru-guru dan dosen-dosen yang suka bergaul dan gemar
bergelur secara inrelektuaP Sudahkah kna-kita tnt sungguh rerbuka secara
akademik, sungguh terbuka secara ilmiah, sehingga upaya-upaya perbaikan
dan penycmpurnaan terhadap proksm guru dan/atau dosen dengan suka rela
dan dengan penuli rasa bangga serra dengan penuh rasa tanggung jawab
kita jalani dengan sepenuh hati.
(Diambil dan harps pnbadz dalism Majalah Educate edur tahun 2007—
2009 dsterbztkan datum hub Melawan dengan Elegan 2009 disiur di sing
semata-mata untuk kepentingan zimsab akademis)
3. Prinsip Keruntutan
Dengan prinsip keruntutan dimaksudkan, kalimat-kalimat di dalam
sebuah paragraf itu disusun secara urut. Adapun yang dimaksud adalah
bahwa jabaran ide atau pikiran pokok dalam sebuah paragraf itu tidak
melompat-lompat. Dalam bahasa Jawanya, ‘tidak belenjat-belenjat’, jadi
harus benar-benar tertata dengan urut. Keurutan atau keruntutan demikian mi
mengandaikan ada prinsip urutan tertentu yang memang diikuti oleh seorang
penulis paragraf.
Jadi, keruntutan itu sesungguhnya tidak dapat dijelaskan dan alur pikir.
Bilamana alur pikir itu bersifat umum-khusus, maka konsistenlah dalam
menyusun kalimatkalimat yang ada, mulai dan dimensi-dimensi yang besar,
ke dimensi yang lebih kecil, ke dimensi yang lebih kecil lagi, ke dimensi yang
paling kecil. Bentuk yang paling kecil demikian inilah yang lazim kita sebut
sebagai bentuk yang paling terjabar dalam alur pikiran umum-khusus.
Sebaliknya jika pemaparan itu harus setia dengan alur pikir khusus-umum,
maka penjabaran harus dimulai dengan hal-hal yang sangat terperinci,
menuju ke dimensi yang sedikit lebih besar, menuju ke dirnensi yang lebih
besar lagi, dan akhirnya berhenti pada dimensi yang paling besar.
Dimensi yang paling besar inilah yang dimaksud dengan dimensi yang
paling umum dalam sebuah paragraf. Bila suatu saat alur kesejarahan atau
kediakronisan harus diikuti oleh seorang penulis, maka silakan ditentukan
dimensi waktunya dengan cermat, apakah akan dimulai dan yang paling baru
menuju yang paling lama, ataukah sebaliknya dan yang paling lama ke dalam
yang terbaru. Bilamana seorang penulis paragraf harus memberikan
deskripsi atau pemerian dan sebuah objek, tentukanlah dimensi tertentu yang
dapat Anda gunakan untuk memulai pemenian Anda itu. Apakah harus
dimulai dan dimensi depan lalu secana urut berjalan ke belakang, ataukah
dan samping kanan, terus beranjak ke samping kin, dan seterusnya.
Jadi, cara-cara yang disampaikan di depan akan sangat diperlukan
dalam menjamin keruntutan atau keurutan panagraf. Coba ikuni prinsip di
atas itu ketika Anda harus menulis sebuah paragraf, atau bisa juga beberapa
paragraf. Jangan pernah menulis paragraf dengan dimensi yang tidak jelas.
Demikian pula, Anda harus selalu menulis panagraf dengan alur pikiran yang
runtun dan terurai jelas.
Contoh:
.............................
b. Paragraf Pengembang
Paragraf pengembang atau paragraf isi sesungguhnya berisi inti
atau esensi pokok beserta seluruh jabarannya dan sebuah karya tulis
itu sendiri. Dengan paragraf pengantar, para pembaca budiman
sesungguhnya dibawa dan diarahkan untuk dapat masuk ke dalam
paragraf-paragraf pengembang mi. Ukuran dan paragraf pengembang
tidak pernah ditentukan dalam sebuah karya ilmiah. Banyak sedikitnya
paragraf sesungguhnya tidak dapat digunakan sebagai parameter baik
atau tidaknya paragraf pengembang dan sebuah karya ilmiah. Bisa jadi,
paragraf pengembang yang berpanjang-panjang sama sekali tidak dapat
menyampaikan esensi dan karangan atau tulisan itu.
Demikian sebaliknya, paragraf pengembangan yang hanya
pendek saja tidak dapat digunakan sebagai peranti dan justifikasi untuk
mengatakan bahwa paragraf pengembang itu tidak balk. Jadi, yang
menjadi parameter atau ukuran itu adalah ketuntasan dan pemaparan
atau penguraian tema karangan dan kalimat tesis yang ada dalam
karangan atau tulisan itu. Nah, sekarang cermatilah cuplikan karangan
ilmiah berikut mi. Knitisilah apakah paragraf-paragraf pengembang itu
sudah dapat dikatakan tuntas menggambarkan irma karangan dan
kalimat tesis bagi karangan itu. Bilamana belum, silakan dibenahi dan
diberikan justifikasi seperlunya.
Dengan cara demikian, dipastikan Anda akan menjadi orang-
orang yang kritis mencermati dan menyikapi sebuah karya ilmiah.
Dan, yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa rusak berat dan sakk
parahnya korpus-korpus edukasi 1w meruak dengan demikian merata,
balk pada tataran edukasi formal, edukasi nonformal, maupun edukasi
informal. Dalarn wadah edukasi formal, kerusakan 1w terjadi secara
beruntun dan berantai, serba bertali-temali, mulai dan tingkatan edukasi
terdasar hingga tingkatan edukasi terdnggi. Komersialisasi edukasi dan
komersialisasi di dalam cara-cara menyelenggarakan edukasi sudah
menjadi denilkian hebat merebak dengan rupa-rupa dalih yang sudah
tidak mungkin terperikan lagi.
Contoh:
Bagaimana rnungkin seorang guru di sekolah dasar, —dan juga
di sekolah-sekolah menengah—, utamanya yang berada dalam kota-
kota besar, akan bersikap dan berlaku objektif dalam memberikan
penilaian kepada murid-munidnya di sekolali kalau dia sendiri justru
mendorong anak-anak didiknya, atau malahan ‘meagharuskan’ bahkan
‘mewajibkan’ anak-anak didiknya sendiri mengikuti pelajaran tambahan
atau les-les pelajaran yang diadakan di luar jam-jam sekolah, entah
yang dilakukan secara pribadi di rumah niaupun yang dilakukan secara
kdembagaan lewat lembaga-lembaga pendidikan non-formal dengan
guru yang bersangkutan sebagai mentornya.
Dalam tataran pendidikian informal yang semestinya terjadi
secara optimal dalam lingkup keluarga dan masyarakat, kerusakan yang
amat parah semakin dipicu oleh gaya-gaya hidup serbatinggi yang
justru diciptakan sendiri oleh keluarga-keluarga di zaman global dan era
mondialisasi mi. Gaya-gaya hidup dan sebagian terbesar keluarga yang
sudah tidak lagi mengindahkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kejujuran, ketulusan, kehematan, kesederhanaan, kesahajaan telah
sungguh memicu orang-orang untuk menjadi klan konsumeristik, klan
borjuistik dalam setiap langkah hidupnya.
Coba cermati saja bagaimana gaya-gaya hidup konsumeristik dan
bozEjuistik mengantarkan anak-anak kecil mereka dan pan remaja di
nimah, yang semesninya harus banyak dibimbing, dibina, dan
didampingi oleh orang ma, justru ditinggal pergi keluar rumah bahkan
hingga sepanjang had. Entah karena mereka mencani penghasilan
tambahan, ann mungkin bahkan mencari penghasilan pokok, entah
karena kegiatan-kegiatan sosial, atau bahkan mungkin juga lantaran
kegiatan sosial-keagamaan yang berlebihan.
Maka, anak-ának kecil zaman sekarang mi menjadi lebih dekat
dengan pesawat-pesawat televisi, lebih erat derigan aneka permainan
dan games di dalam komputer, lebih lekat dengan aneka hiburan yang
ada di dalam Internet atau dunia maya. Anak-anak zaman sekarang
terasa sangat sulk untuk diajak ke luar rumah guna bersosialisasi dan
bemain-main dengan reman- reman sejawat mereka. Danipada bermain
dengan anak-anak terangga yang tinggal di rumah sebelah, anak-anak
zaman sekarang cenderung lebih sub memillh untuk wrap di rumah dan
menonton film film kartun yang disajikan secara berulang-ulang hingga
sangat rnemenatkan di layar-layar televisi
Katakan saja mulal dad film kartun Sponge &b, Doraemon, Dora the
Explorer, Scooby Doo, Rurats, dan semacamnya. Padahal, film-film
tersebut kebanyakan berasal dad bagian dunia di belahan yang lain dan
negeri kita mi. Artinya, sudah barang tentu secara sosiokultural dan
sosioedukasi tidak pasti mendukung dan bersesuaian dengan tan cara
dan budaya masyarakat bangsa in’. Anak-anak remaja juga sudah
disuguhi film-film remaja balk di televisi maupun di bioskop yang relatif
dapat mengganggu konsentrasi belajar mereka.
Wakw-waktu efektif yang sesungguhnya dapat merelca gunakan
untuk mengulang kembali pelajaran dan sekolah dan unwk
mempersiapkan din di kemudian han mereka berangkat ke sekolah
hams disita waktu mereka oleh acara-acara yang dikemas dengan amat
menanik di layar-layar kaca dan layar-layar lebar. Dan yang lebih panah
lagi, kadangkala onang-orang tua justru ikut hanyut menikmati sajian-
sajian di televisi, yang sesungguhnya justru perlu mereka sikapi dengan
amat tepat dan superbijaksana itu.
C. Paragraf Penutup
Paragraf penutup bertugas mengakhiri sebuah tulisan atau
karangan. Semua karangan pasti diakhini dengan paragraf penurup
untuk menjamin bahwa permasalahan yang dipampangkan pada awal
paragraf karangan itu terjawab secara jelas tegas dan tuntas di dalam
paragraf-paragraf pengembang, dan disimpulkan atau ditegaskan
kembali di dalam paragraf penutup.
Jadi, isi paragraf penutup itu dapat berupa simpulan atau
penegasan kembali pemaparan yang telab disajikan sebelumnya. Atau,
adakalanya pula sebuah paragraf penutup berisi rangkuman dan
perincian-perincian jabaran yang telah dilakukan sebelumnya di dalam
bagian isi karangan atau tulisan.
Selain itu, paragraf penutup dalam karangan ilmiah juga bertugas
untuk meninggalkan ba}ian-bahan perenungan yang bisa disajikan di
dalam bentuk kalimat tanya reflektif dan retoris. Bukanlah maksud dan
pertanyaan itu untuk mengundang jawaban yang baru di dalam paragraf
itu, tetapi dengan pertanyaan itu, segala persoalan dan jawaban yang
telah disampaikan di dalam tulisan atau karangan itu dipersilakan untuk
dibatinkan di kedalaman had para pembaca budiman.
Contoh:
........................................
2. Pengembangan Paragraf
Paragraf harus diuraikan dan dikembangkan oleh para penulis atau
pengarang dengan variatif. Sebuah karangan ilmiah bisa mengambil salah
satu model pengembangan atau bisa pula mengombinasikan beberapa
model sekaligus. Berikut mi setiap model pengembangan paragraf itu akan
dipaparkan maksudnya. Pahamilah saw demi satu dengan balk supaya
sebagai penulis atau pengarang, Anda akan dapat melakukannya dengan
balk pula.
a. Pengembangan Alamiah
Pengembangan paragraf yang berciri alamiah didasarkan pada fakta
spasial dan kronologi. Jadi, pengembangan itu harus setia pada urutan
tempat, yakni dan titik tertentu menuju titik yang tertentu pula dalam sebuah
dimensi deskripsi. Adapun yang dimaksud dengan setia pada urutan waktu
adalah bahwa pengembangan itu harus bermula dan titik waktu tertentu dan
benkembang terus sampai pada titik waktu yang selanjutnya. Deskripsi objek
tertentu, deskripsi data, dongeng, atau narasi yang lainnya, mengadopsi
model pengembangan alamiah yang demikian mi.
b. Pengembangan Deduksi-Induksi
Pengembangan paragraf dengan model deduksi dimulai dan sesuatu
gagasan yang sifatnya umum dan diikuti dengan perincian-penincian yang
sifatnya khusus dan terpeninci. Sebaliknya yang dimaksud dengan
pengembangan paragraf dalam model induksi adalah pengembangan yang
dimulai dan hal-hal yang sifatnya khusus, mendetail, terpeninci, menuju ke
hal-hal yang sifatnya umum. Jadi, model-model pengembangan paragraf
yang diseburkan renakhir mi sejalan dengan alur berpikir yang pernah
disampaikan pada bab-bab tendahulu, yakni berpikir dalam kerangka
deduktif, induktif, maupun abduktif.
c. Pengembangan Analogi
Pengembangan panagraf secara analogis lazimnya dimulai dan
sesuatu yang sifatnya umum, sesuatu yang banyak dikenal oleh publik,
sesuatu yang banyak dipahami kebenarannya oleh orang dengan sesuatu
yang masih baru, sesuatu yang belum banyak dipahami publik. Dengan cana
analogi yang demikian itu diharapkan orang akan menjadi lebih mudah dalam
memahami dan menangkap maksud dan sesuatu yang hendak disampaikan
dalam paragraf itu. Jadi, tujuan dan analogi itu sesungguhnya adalah untuk
memudahkan pemahaman pembaca, sehingga sesuatu yang masih kabur,
masih saman-samar, bahkan mungkin sesuatu yang sangat sulk, bisa
menjadi lebih mudah ditangkap dan gampang dipahami.
d. Pengembangan Klasifikasi
Paragraf yang dikembangkan dengan mengikuti pninsip klasifikasi juga
akan dapat memudahkan pembaca dalam memahami isinya. Dengan cara
kiasifikasi 1w, maka tipe-tipe yang sifatnya khusus atau spesifik akan dapat
ditemukan. Sesuatu yang sifatnya kolosal, sangat besar, sangat umum akan
bisa sangat sulk untuk dapat dipahami oleh pembaca jika tidak ditipekan atau
dikiasifikasikan terlebih dahulu. Nah, paragraf yang dikembangkan dengan
cara yang demikian mi akan sangat memudahkan pembaca karena kelas-
kelasnya jelas, tipe-tipenya juga sangat jelas. Pengkelasan atau penipean itu
dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, mungkin berdasarkan
kesarnaaan karakternya, kesamaan bentuknya, kesamaan ciri dan sifatnya,
dan selanjutnya.
f. Pengembangan Sebab-Akibat
Sebuah paragraf dapat dikembangkan dengan model sebab-akibat
atau sebaliknya akibat-sebab. Pengembangan paragraf dengan cara
demikian mi juga lazim disebut sebagai pengembangan yang sifatnya
rasional. Dikatakan sebagai pengembangan yang sifatnya rasional karena
lazirnnya orang berpikir berawal dan sebab-sebab dan bermuara pada
akibat-akibat. Atau sebaliknya dapat juga pengembangan itu berangkat dan
akibat-akibat terlebih dahulu, kemudian beranjak masuk pada sebab-
sebabnya. Karya-karya ilmiah sangat lazim menggunakan model
pengembangan paragraf yang diseburkan terakhir mi.
g. Pengembaugan Klimaks-Antiklimaks
Paragraf dapat dikembangkan pula dan puncak-puncak penistiwa
yang sifatnya kecilkecil dan beranjak terus maju ke dalam puncak penistiwa
yang paling besar atau paling optimal, kemudian berhenti di puncak yang
paling optimal tersebut. Akan tetapi, ada pula paragraf yang
pengembangannya masih diteruskan ke dalam tahapan penyelesaian yang
selanjutnya, yakni antildimaks. Model pengembangan paragraf yang
disebutkan rerakhir mi tidak sangat lazim ditemukan di dalam karya ilmiah.
Kebanyakan narasi atau cerita serta dongeng-dongeng pengantar tidur
menerapkan model pengembangan paragraf yang demikian mi.
Tes Formatif
Kunci Jawaban Tes Formatif
DAFTAR PUSTAKA