Anda di halaman 1dari 2

Pemerintah Indonesia menetapkan pajak karbon dalam Rancangan Undang-Undang

Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) yang pekan lalu drafnya telah disepakati menjadi
UU dalam Rapat Paripurna DPR RI Ke-7 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2021–2022. Hal itu
ditetapkan pemerintah untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) atau
kontribusi yang ditetapkan secara nasional adalah komitmen nasional bagi penanganan
perubahan iklim global. Pasalnya, perubahan iklim merupakan ancaman dan tantangan bagi
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Untuk mengetahui lebih
terperinci mengenai Pajak Karbon dalm UU HPP, berikut ini penjelasannya:

1. Pengenaan Pajak Karbon Pajak karbon dikenakan atas emisi karbon yang memberikan
dampak negatif bagi lingkungan hidup. Pengenaan pajak karbon dilakukan dengan
memperhatikan peta jalan pajak karbon dan peta jalan pasar karbon. Yang dimaksud peta jalan
pajak karbon adalah strategi penurunan emisi karbon, sasaran sektor prioritas, keselarasan
dengan pembangunan emisi baru dan terbarukan, dan/atau keselerasan antar berbagai
kebijakan lainnya, sedangkan peta jalan pasar karbon adalah kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah dengan persetujuan DPR.

Sementara itu, subjek pajak karbon yaitu orang pribadi atau badan yang membeli barang yang
mengandung karbon dan/atau melakukan aktivitas yang menghasilkan emisi karbon. Pajak
karbon terutang atas pembelian barang yang mengandung karbon namun tidak terbatas pada
bahan bakar fosil atau aktivitas yang menghasilkan emisi karbon yakni yang berasal dari sektor
energi, pertanian, kehutanan dan perubahan lahan, industri, serta limbah dalam jumlah tertentu
pada periode tertentu. Wajib pajak terutang pajak karbon saat pembelian barang yang
mengandung karbon, pada akhir periode tahun kalender dari aktivitas yang menghasilkan emisi
karbon dalam jumlah tertentu atau saat lain yang diatur lebih lanjut. 2. Tarif Pajak Karbon Tarif
pajak karbon ditetapkan lebih tinggi atau sama dengan besaran tarif harga karbon di pasar
karbon per kilogram karbon dioksida ekuivalen (CO2e) atau satuan yang setara. Dalam hal tarif
harga karbon di pasar karbon lebih rendah dari Rp30 (tiga puluh rupiah) per kilogram karbon
dioksida ekuivalen (CO2e) atau satuan yang setara, tarif pajak karbon ditetapkan sebesar paling
rendah Rp30 (tiga puluh rupiah) per kilogram karbon dioksida ekuivalen (CO2e) atau satuan
yang setara. 3. Penerapan Pajak Karbon Penerimaan dari pajak karbon dapat dialokasikan untuk
pengendalian perubahan iklim yaitu mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Wajib pajak yang
berpartisipasi dalam perdagangan emisi karbon, pengimbangan emisi karbon, dan/atau
mekanisme lain sesuai peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup dapat
diberikan pengurangan pajak karbon dan/atau perlakuan lainnya atas pemenuhan kewajiban
pajak karbon. Dengan memperkenalkan pajak karbon membuat Indonesia menjadi salah satu
dari sedikit negara, bahkan yang terbesar di negara berkembang yang akan
mengimplementasikannya terlebih dahulu dan memberikan sinyal yang kuat tentang keseriusan
Indonesia dalam menangani risiko perubahan iklim. Namun patut diperhatikan, dalam
pelaksanaannya pemerintah tetap memperhatikan transisi yang tepat agar penerapan pajak
karbon ini tetap konsisten dengan momentum pemulihan ekonomi pascapandemi, sehingga
untuk tahap awal, pajak ini hanya akan diterapkan pada sektor PLTU Batu bara pada tahun 2022
dengan menggunakan mekanisme pajak yang mendasarkan pada batas emisi (cap and tax).

Anda mungkin juga menyukai