PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia hidup telah diberikan pedoman oleh Allah SWT.
seakan lupa bahwa hidup di dunia hanya sementara dan tak lagi berpegang
tersebut, Allah telah menjanjikan hal indah nantinya di kehidupan kekal kelak
di akhirat. Untuk itulah makalah ini dibuat untuk mengingatkan kembali para
manusia yang lupa pada pedoman super akurat yang telah diatur sedemikian
rupa agar manusia dapat menghadapi hidup dengan jalan yang benar. Juga
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Menambah pengetahuan agama Islam tentang apa itu hadist terutama Hadist
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits
hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama
Islam selain Al-Qur’an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan
Para ahli hadits membagi hadits menjadi banyak bagian dengan istilah yang
tiga objek pembahasan, yaitu dari segi matan, sanad, serta matan dan sanad-
hadits secara keseluruhan menjadi tiga kategori yaitu shahih, hasan, dan dhaif.
Ada banyak ulama periwayat hadits, namun yang sering dijadikan referensi
hadits-haditsnya ada tujuh ulama, yakni Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam
Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Nasa’i, dan Imam Ibnu
Majah.
Kata dha’if menurut bahasa berasal dari kata dhuifun yang berarti lemah
lawan dari kata qawiy yang berarti kuat. Sedangkan dhaif berarti hadits yang
tidak memenuhi hadits hasan. Hadits dhaif disebut juga hadits mardud
ِ
ْج ْو َر َب ْي ِن
َ لى ال َ ا َن النَبِ َي صلى اهلل علىه وسلم َت َو
َ ضأَ َو َم َس َح َع
2
Artinya: “Bahwasanya Nabi SAW wudhu dan beliau mengudap kedua kaos
kakinya”.
Hadits tersebut dikatakan dhaif karena diriwayatkan dari Abu Qais al-Audi.
Dengan kaidah ini, sesungguhnya sesuatu hadits itu di anggap dhai’if, selama
untuk memenuhi syarat-syarat tertentu adalah hadits shahih dan hadits hasan,
serta bukan hadits dha’if. Tetapi, ulama hadits dalam membicarakan kualitas
demikian akan menjadi jelas berat ringannya kekurangan atau cacat yang
dimiliki oleh hadist itu. Atas dasar penelitian yang demikian ini pila, maka
Dalam beberapa hal, ulama hadist tidak tidak sepakat dalam menilai suatu
shahih, tetapi ulama lainnya, menilainya sebagi hadist dha’if. Keadaan ini
ِ ت ْال َح ِد ْي
ث ِ صفَا
َ َْح َوال
ِ ص ِحي ِ ت ْال َح ِد ْي
َ ث ال ُ صفَا ُ ْف ه َُو ْال َح ِدي
ِ ْث الَ ِذىْ لَ ْم يُجْ َم ْع ِ ض ِعي ُ اَ ْل َح ِدي
َ ْث ال
3
Artinya: “Hadits dhaif adalah hadits yang tidak menghimpun sifat-sifat shahih,
Kriteria hadits dhaif yaitu hadits yang kehilangan salah satu syaratnya sebagai
hadits shahih dan hasan. Dengan demikian, hadits dhaif itu bukan tidak
hadits-hadits hasan. Para hadits dhaif terdapat hal-hal yang menyebabkan lebih
Rasulullah SAW.
Kehati-hatian dari para ahli hadits dalam menerima hadits sehingga mereka
menjadikan tidak adanya petunjuk keaslian hadits itu sebagai alasan yang
Padahal tidak adanya petunjuk atas keaslian hadits itu bukan suatu bukti yang
pasti atas adanya kesalahan atau kedustaan dalam periwayatan hadits, seperti
sebetulnya ia jujur dan dapat dipercaya. Hal ini tidak memastikan bahwa rawi
itu salah pula dalam meriwayatkan hadits yang dimaksud, bahkan mungkin
sekali ia benar. Akan tetapi, karena ada kekhawatiran yang cukup kuat
Hadits yang demikian dihukumi dhaif karena identitas rawi yang tidak
tercantum itu tidak diketahui sehingga boleh jadi ia adalah rawi yang dhaif.
Seandainya ia rawi yang dhaif, maka boleh jadi ia adalah rawi yang dhaif.
4
Seandainya ia rawi yang dhaif, maka boleh jadi ia melakukan kesalahan dalam
yang timbul dari suatu kemungkinan itu sebagai suatu pertimbangan dan
Secara garis besar yang menyebabkan suatu hadits digolongkan menjadi hadits
dhaif dikarenakan dua hal, yaitu gugurnya rawi dalam sanadnya dan ada cacat
Hadits dhaif karena gugurnya rawi adalah tidak adanya satu, dua atau beberapa
rawi, yang seharusnya ada dalam sanad, baik para pemulaan sanad,
(1) Keterputusan secara zhahir dan dapat diketahui oleh ulama hadits karena
faktor perawi yang tak pernah bertemu dengan gurunya atau tidak hidup di
a. Hadits Mu’allaq
Hadits mu’allaq, ialah : “hadits perawinya, baik seseorang, baik dua orang,
baik semuanya, pada awal sanad, yaitu guru dari seseorang imam hadits.”
yang muttashil sendiri, kecuali jika ada disana akan pada tempat yang lain.
5
Contoh; Diriwayatkan oleh al-Bukhari di dalam kitabnya ash-Shahih, Kitab
َ َو َك[ان، ِإ َذا أَ ْسلَ َم ْال َع ْب ُد فَ َحسُنَ إِ ْسالَ ُمهُ يُ َكفِّ ُر هَّللا ُ َع ْنهُ ُك َّل َسيِّئَ ٍة َكانَ َزلَفَهَا: هللاِ صلى هللا عليه وسلم يَقُو ُل
“Telah berkata Malik, telah memberitakan kepada kami Zaid bin Aslam,
bahwa ‘Atha’ bin Yasar memberitahu kepadanya, bahwa Abu Sa’id al-
bagus maka Allah akan menghapuskan semua kejahatannya yang telah lalu.
Setelah itu balasan terhadap suatu kebaikan sebanyak sepuluh kali sampai
700 kali lipat dari kebaikan itu, dan balasan kejahatan sebayak kejahatan itu
b. Hadits Munqathi’
Hadits mungathi’ ialah : “Hadits yang gugur seseorang, atau orang dengan
perawi lainnya. Hal ini adakalanya semuanya bertemu atau tidak pernah
bertemu.
yang diriwayatkan oleh Abdurrazaq dari Ats-Tsauri, dari Abu Ishaq, dari
6
Zain bin Yutsayi’, dari Hadzaifah yang meriwayatkan secara Marfu’: jika
kalian serahkan urusan kekhalifahan lagi terpercaya…” Dari sanad hadits ini
antara Ats-Tsauri dan Abu Ishaq ada perawi yang digugurkan, yaitu Syarik.
Sebab Ats-Sauri tidak mendengar hadits ini secara langsung dari Abu Ishaq,
melainkan lewat Syarik. Dan Syarik inilah yang mendengar hadits dari Abu
Ishaq.
c. Hadits Mu’dhal
Hadits mu’dhal, ialah : “Hadits yang gugur dua orang perawi berturut-turut
dipertengahan sanad.” Hadits ini lebih ruwet dan tidak jelas jika
dengan suatu aspek khusus. Karena setiap hadits mu’dlal bersifat munqathi’,
dan mursal. Hadits mursal dari tabi’ut tabi’in ternasuk mu’dlal. Contohnya
diberanguslah mulutnya”.
(2) Keterputusan yang tidak jelas dan tersembunyi. Ini tidak dapat yaitu :
a. Hadits Mudallas
Hadits mudallas, ialah “hadits yang tiada disebut dalam sanad atau
sengaja digugurkan oleh perawi nama gurunya dengan cara yang memberi
7
waham, bahwa dia mendengar hadits itu dari orang yang di sebut namanya
1. Tadlis isnad adalah hadits yang disampaikan oleh seseorang perawi dari
orang yang sesama dengannya dan ia bertemu sendiri dengan orang itu,
meskipun ia tidak mendengar langsung darinya. Atau dari orang yang sama
lebih agung dari pada kenyataan, atau memberinya nama dengan kunyah
(nama julukan).
b. Hadits Mursal
Hadits mursal, baik menurut ta’rif fuqaha, maupun menurut ta’rif ahli
dan serupa. Dengan demikian, hadits yang mutlak marfu’ tabi’in besar
Macam-Macamnya
a. Hadits Matruk
8
Hadits matruk ialah “Hadits yang diriwayatkan oleh hanya seorang
perawi yang bertuduh dusta, baik dalam soal hadits ataupun lainya,
أخبرنا القاضى أبو القاسم نا أبو علي نا عبداهلل بن محمد ذكر عبدالرحمن بن صالح األزدى نا
عمرو بن هاشم الجنى عن جوبير عن الضحاك عن ابن عباس عن النبي صلى اهلل عليه و سلم
ب َع َّز َو َج َّل
ِّ الر
َّ بَض
َ َغ
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dari Ibnu Abbas.
Di dalam sanad ini terdapat rawi yang bernama Juwaibir bin Sa’id al-
b. Hadits Munkar
Hadits munkar ialah hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang lemah
9
Contoh:
َْجنَّة
َ ف َد َخ َل ال
َ * “ َو َق َرى الض َّْي
haji dan menghormati tamu, niscaya masuk surga.” (HR Abu Ishaq dari
c. Hadits Syadz
Hadits syadz ialah hadits yang diriwaytkan oleh perawi yang kepercayaan
berpendapat, bahwa syadz itu ialah sesuai yang diriwayatkan oleh hanya
seorang kepercayaan, tidak ada orang yang meriwayatkan hadits itu srlain
d. Hadits Mu’allal
penyakit.
ingatan yang kuat dan pemahaman yang cermat. Sebab, illat itu sendiri
10
samar lagi tersembunyi, bahkan bagi orang-orang yang menekuni ilmu
ilmu hadits yamg paling samara dan paling rumit. Yang bias
matan-matan.
Contoh:
ِ ِِ
ْ الَْبِّي َعان بالْخيَا ِر َما ل
َم َيَت َف َّرقَا
Hadis di atas diriwayatkan oleh Ya’la bin Ubaid dengan bersanad pada
Sufyan ats-Tsauri, dari ‘Amru bin Dinar, dan selanjutnya dari Ibnu Umar.
(3) Keterputusan yang tidak jelas dan tersembunyi. Ini tidak dapat diketahui
a. Hadits Mudltharab
matannya, baik di lakukan oleh perawi yang seorang atau oleh banyak
11
ataupun mengganti, serta tidak dapat di kuatkan salah satu riwayatnya
Contoh idlthirab pada sanad ialah pada hadits Abu Bakar. Ia bertanya
berubah.”
b. Hadits Maqlub
Hadits maqlub ialah sesuatu hadits yang telah terjadi padanya kekhilafan
c. Hadits Mudraj
perkataan perkataan orang lain, baik orang itu shahaby, ataupun tabi’in untuk
menerangkan makna.
Sesuatu hadits yang dapat di ketahui mana kata-kata yang kedalamnya, dapat
di pandang shahih dengan mengeluarkan kata-kata itu. Tetapi jika tidak lagi
d. Hadits Mushahaf
Hadits Mushahhaf ialah hadits yang telah terjadi pada perubahan huruf
e. Hadits Muharaf.
Hadits Muharaf ialah hadits yang telah terjadi padannya perubahan baris.
f. Hadits Mubham
12
Hadits mubham ialah hadits yang terdapat dalam sanadnya seorang perawi
Adapun tentang hadits dha’if, ada dua pendapat tentang boleh atau tiudaknya
1. Imam bukhari, Muslim, Ibnu Hasm dan Abu Bakar Ibnul Araby
menyatakan,hadits dha’if sama sekali tidak boleh diamalkan atau jadikan hujjah,
baik untuk masalah yang berhubungan dengan hokum maupun untuk keutamaan
amal.
2. Imam Ahmad bin Hambal, Abdur Rahman bin Mahdi dan Ibnu Hajar Al-
b. Masalah yang dikemukakan oleh hadits itu, mempunyai dasar pokok yang
keutamaan amal dalam hal ini, bukanlah dalam arti untuk menjelaskan tentang
faedah atau kegunaan dari sesuatu amal. Adapun yang berhubungan dengan
penetapan hukum, demikian prof. Hasbi menjelaskan, para ulama hadits sepakat
13
Dokter Muhammad Ajjaj Al-Khattib menyatakan, bahwa golongan yang menolak
hadits dha’if sebagai hujjah adalah golongan yang lebih selamat. Diantara
merupakan bagian dari tiang agama, sebagaimana halnya masalah huku, karena
itu, hadits yang dapat dijadikan hujjah untuk menetapkannya, haruslah hadits yang
Dengan pendapat para ulama tersebut dapat disimpulkan, bahwa memang sangat
perlu untuk mengetahui kualitas suatu hadits agar terhindar dari pengalaman
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata dhaif menurut bahasa, berarti lemah, sebagai lawan dari qawi (yang
kuat). Sebagai lawan dari kata shahih, kata dhaif juga berarti saqim (yang
sakit). Maka sebutan hadis dhaif secara bahasa berarti hadis yang lemah, yang
Pada hadits dhaif banyak dugaan bahwa hadits tersebut bukan berasal dari
tersebut. Tetapi bukan berarti hadits tersebut tidak benar. Karena para ulama
14
ahli hadits tidak sembarangan dalam menetapkan keshahihan suatu hadits.
Inilah bukti ketelitian para ulama ahli hadits dalam mengambil hadits tersebut
Hadis dha’if dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu : hadis dha’if
karena gugurnya ar-râwiy dalam sanadnya, dan hadis dha’if karena adanya
DAFTAR PUSTAKA
Hariyanto, Muhsin, 2013. Hadits shahih, hasan dan dha'if, pengertian, ciri-
hasan-dan-dhaif-pengertian-ciri-ciri-dan-kehujahannya/.
15