Anda di halaman 1dari 17

STEK DENGAN MEDIA AIR

Oleh :
Nama : Ahmad Nurul Yaqin
NIM : B1A019017
Rombongan : A1
Kelompok :4
Asisten : Talita Ade Novita Dewi

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan


menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi
tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis,
lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan yang khusus dan cepat dibandingkan
dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode
stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar
berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stres lingkungan dan adanya sifat
plagiottrop tanaman yang masih bertahan (Dwidjoseputro, 2012).

Stek dapat dibedakan berdasarkan pada bagian dari tanaman yang dijadikan
bahan stek, yaitu stek akar, stek batang, stek pucuk, stek daun, stek umbi, dan
sebagainya. Stek yang dilakukan pada bagian atas tanaman seperti stek pucuk, stek
batang, dan lain-lain. Bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem
perakaran baru. Sementara stek yang dilakukan pada bagian bawah tanaman seperti
stek akar bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem bagian atas tanaman.
Sementara stek daun bertujuan untuk pembentukan sistem perakaran dan batang
tanaman. (Mangoendidjojo, 2010).

B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah

1. Mengukur komsumsi oksigen organismeair baik dengan cara titrasi (metode

Winkler) ataupun degan alat DO meter.

2. Mengukur respon metabolik hewan air terikat dengan bobot tubuh serta perubahan

lingkungan atau stress.


II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Larva ikan Nila
(Oreochromis niloticus), Reagen titrasi: KOH-KI, MnSO4, H2So4, Amilum, dan
Na2S2O3.

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah timbangan teknikal,
gelas ukur, respirometer, aerator, botol Winkler, Labu erlemeyer, Buret beserta
statifnya, dan pipet tetes.

B. Cara Kerja
1. Respirometer difungsikan, pompa air dinyalakan selama 60 menit kemudian
dimatikan,
2. Bobot ikan di timbang dengan timbangan analitik,
3. Volume ikan diukur dengan dimasukkan kedalam gelas ukur besar,
4. Ikan uji dimasukkan kedalam respirometer,
5. Ambil sampel air dengan botol Winkler (250ml),
6. Tambahkan larutan 1ml MnSO4 dan 1ml KOH-KI, lalu dikocok sampai
terjadi endapan kuning,
7. Ditambahkan H2S04 pekat 1ml, dikocok hingga endapan menjadi kuning tua,
8. Sebanyak 100ml, ditambahkan 10 tetes amilum hingga larutan menjadi biru
tua,
9. Lakukan titrasi DO awal menggunakan Na2S2O3 lalu hitung rumud ota,
10. Setelah 60 menit ambil air dengan botol Winkler (250ml) sebagai sample air
kedua, dan
11. Lakukan hal yang sama seperti sebelumnya dan hitung rumus otak.
1000
Rumus Oksigen Terlarut: Ota= xpxqx8
100
1000
Otak = xpxqx8
100
Keterangan :
Ota/Otak : Oksigen terlarut awal/akhir (mg/g/L)
p : Larutan Na2S2O3 yang terpakai
q : Normalitas Na2S2O3 (0.025)
8 : Berat molekul oksigen

( Ota−Otak ) x V
Rumus Komsumsi Oksigen: V02 =
HxW

Keterangan :

VO2 : Komsumsi oksigen (mg/g/jam)

Ota : Oksigen terlarut awal (mg/L)

W : Berat ikan (gram)

Otak : Oksigen terlarut akhir (mg/L)

V : Volume tabung setelah dikurang volume ikan (L)


H : Selang waktu pengukuran awal dan akhir (jam).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1. Pengamatan Sintasan Jumlah Ikan Nilem pada Perlakuan


Direct Transfer
Waktu Pengamatan (menit)
No
Salinitas
. 10 20 30 40
(ppt)
1 0 100% 100% 100% 100%
2 10 100% 100% 80% 80%
3 20 100% 80% 60% 20%
4 30 100% 20% 0% 0%

Tabel 3.2.Pengamatan Sintasan Jumlah Ikan Nilem pada Perlakuan


Gradual Transfer
Waktu Pengamatan (menit)
No
Salinitas
. 10 20 30 40
(ppt)
1 0 100% - - -
2 10 - 20% - -
3 20 - - 0% -
4 30 - - - 0%

Tabel 3.3. Pengamatan Berat Basah dan Berat Kering pada Ikan Nilem

Berat Ikan Nilem (gr)


No. Salinitas (ppt) Berat Berat Kadar Air
Basah Kering
1 0 47 gr 29 gr 38,30%
2 10 33 gr 10 gr 69,70%
3 20 56 gr 30 gr 46,43%
4 30 37 gr 12 gr 67,60%

Tabel 3.4. Pengamatan Sintasan Jumlah Ikan Nila pada Perlakuan Direct
Transfer
Waktu Pengamatan (menit)
No
Salinitas
. 10 20 30 40
(ppt)
1 0 100% 100% 100% 100%
2 10 100% 100% 100% 80%
3 20 100% 100% 100% 20%
4 30 100% 80% 60% 60%
Tabel 3.5. Pengamatan Sintasan Jumlah Ikan Nila pada Perlakuan
Gradual Transfer
Waktu Pengamatan (menit)
No
Salinitas
. 10 20 30 40
(ppt)
1 0 100% - - -
2 10 - 50% - -
3 20 - - 25% -
4 30 - - - 0%

Tabel 3.6. Pengamatan Berat Basah dan Berat Kering pada Ikan Nila

Berat Ikan Nila (gr)


No. Salinitas (ppt) Kadar Air
Berat Berat
Basah Kering
1 0 62 gr 17 gr 72,58%
2 10 58 gr 14 gr 75,86%
3 20 60 gr 22 gr 63,33%
4 30 53 gr 14 gr 73,58%

Perhitungan Kelompok 2:
1. Rumus menghitung sintasan
Nt
SR = x 100%
N0

Keterangan:
SR = Sintasan
Nt = Jumlah ikan hidup setelah perlakuan
N0 = Jumlah ikan awal
2. Rumus Perhitungan kadar air
BB −BK
KA = x 100%
BB
Keterangan:
KA = Kadar Air
BB = Berat Basah
BK = Berat Kering

Perhitungan salinitas Ikan Nilem perlakuan Direct Transfer


1. SR 10 menit
5
SR 0 ppt = x 100% = 100%
5
5
SR 10 ppt = x 100% = 100%
5
5
SR 20 ppt = x 100% = 100%
5
5
SR 30 ppt = x 100% = 100%
5
2. SR 20 menit
5
SR 0 ppt = x 100% = 100%
5
5
SR 10 ppt = x 100% = 100%
5
4
SR 20 ppt = x 100% = 80%
5
1
SR 30 ppt = x 100% = 20%
5
3. SR 30 menit
5
SR 0 ppt = x 100% = 100%
5
4
SR 10 ppt = x 100% = 80%
5
3
SR 20 ppt = x 100% = 60%
5
0
SR 30 ppt = x 100% = 0%
5
4. SR 40 menit

5
SR 0 ppt = x 100% = 100%
5
4
SR 10 ppt = x 100% = 80%
5
1
SR 20 ppt = x 100% = 20%
5
0
SR 30 ppt = x 100% = 0%
5
Perhitungan salinitas Ikan Nilem perlakuan Gradual Transfer
1. SR 10 menit
5
SR 0 ppt = x 100% = 100%
5
2. SR 20 menit
1
SR 10 ppt = x 100% = 20%
5
3. SR 30 menit

0
SR 20 ppt = x 100% = 0%
5
4. SR 40 menit
0
SR 30 ppt = x 100% = 0%
5
Perhitungan Berat Basah dan Berat Kering pada Ikan Nila
47−29
KA 0 ppt = x 100% = 38,30%
47
33−10
KA 10 ppt = x 100% = 69,70%
33
56−30
KA 20 ppt = x 100% = 46,43%
30
37−12
KA 30 ppt = x 100% = 67,60%
37
Perhitungan salinitas Ikan Nila perlakuan Direct Transfer
1. SR 10 menit
5
SR 0 ppt = x 100% = 100%
5
5
SR 10 ppt = x 100% = 100%
5
5
SR 20 ppt = x 100% = 100%
5
5
SR 30 ppt = x 100% = 100%
5
2. SR 20 menit

5
SR 0 ppt = x 100% = 100%
5
5
SR 10 ppt = x 100% = 100%
5
5
SR 20 ppt = x 100% = 100%
5
4
SR 30 ppt = x 100% = 80%
5
3. SR 30 menit

5
SR 0 ppt = x 100% = 100%
5
5
SR 10 ppt = x 100% = 100%
5
5
SR 20 ppt = x 100% = 100%
5
3
SR 30 ppt = x 100% = 60%
5
4. SR 40 menit

5
SR 0 ppt = x 100% = 100%
5
4
SR 10 ppt = x 100% = 80%
5
1
SR 20 ppt = x 100% = 20%
5
3
SR 30 ppt = x 100% = 60%
5
Perhitungan salinitas Ikan Nila perlakuan Gradual Transfer
1. SR 10 menit
4
SR 0 ppt = x 100% = 100%
4
2. SR 20 menit
2
SR 10 ppt = x 100% = 50%
4

3. SR 30 menit
1
SR 20 ppt = x 100% = 25%
4
4. SR 40 menit
0
SR 30 ppt = x 100% = 0%
4
Perhitungan Berat Basah dan Berat Kering pada Ikan Nila
62−17
KA 0 ppt = x 100% = 72,58%
62
58−14
KA 10 ppt = x 100% = 75,86%
58
60−22
KA 20 ppt = x 100% = 63,33%
60
53−14
KA 30 ppt = x 100% = 73,58%
53

S in ta sa n Ik a n N ilem D irect T ra n sfer


10 menit 20 menit 30 menit 40 menit
120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%
0 ppt 10 ppt 20 ppt 30 ppt

Grafik 3.1. Hubungan Persentase dan Salinitas Ikan Nilem pada Perlakuan
Direct Transfer

Sintasan Ikan Nilem Gradual Transfer


120
Toleransi Salinitas (%)

100
80
60 Toleransi
40
20
0
0 10 20 30
Konsentrasi (ppt) (Waktu Pengamatan)
Grafik 3.2. Hubungan Persentase dan Salinitas Ikan Nilem pada Perlakuan
Gradual Transfer
Sintasan Ikan Nila Direct Transfer
10 menit 20 menit 30 menit 40 menit
120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%
1 2 3 30 4

Grafik 3.3. Hubungan Persentase dan Salinitas Ikan Nila pada Perlakuan
Direct Transfer

Sintasan Ikan Nila Gradual Transfer


120
Toleransi Salinitas (%)

100
80
60 Toleransi
40
20
0
0 10 20 30
Konsentrasi (ppt) (Waktu Pengamatan)
Grafik 3.4. Hubungan Persentase dan Salinitas Ikan Nila pada Perlakuan
Gradual Transfer
B. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh kelompok 2, didapatkan hasil yang
menunjukkanpengamatan Direct transferpadaikan nilemdengan waktu 10 menit pada
konsentrasi 0, 10, 20, 30 ppt ikan 100% masih hidup, waktu 20 menit konsentrasi 0,
10 ppt ikan 100% hidup, 20 ppt ikan 80% hidup dan 30 ppt ikan 20% hidup. Waktu
30 menit ikan pada konsentrasi 0ppt 100% hidup, konsentrasi 10 ppt 80% hidup,
konsentrasi 20 ppt ikan 60% dan 0% pada konsentrasi 30 ppt.Waktu 40 menit pada
konsntrasi 0ppt ikan 100% hidup, 10 pptikan 80% hidup, 20 ppt ikan 20% hidup, dan
konentrasi 30 ppt ikan 0% hidup (mati). Pengamatan Gradual transfer ikan nilem
menghasilkan bahwa pada waktu 10 menit konsentrasi salinitas 0 ppt ikan hidup
100%, waktu 20 menit konsentrasi 10 ppt ikan hidup 20% dan menit 30 konsentrasi
20 ppt ikan hidup 0% (mati), serta 40 menit konsentrasi 30 ppt ikan hidup 0% (mati).
Hasil pengamatan Direct transfer ikan nila waktu 10 menit pada konsentrasi 0, 10,
20, 30 ppt ikan 100% masih hidup, waktu 20 menit konsentrasi 0, 10,20 ppt ikan
100% hidup, dan 30 ppt ikan 80% hidup. Waktu 30 menit ikan pada konsentrasi 0,
10, 20 ppt ikan 100% hidup, dan 60% pada konsentrasi 30 ppt. Waktu 40 menit pada
konsntrasi 0 ppt ikan 100% hidup, 10 pptikan 80% hidup, 20 ppt ikan 20% hidup,
dan konentrasi 30 ppt ikan 60% hidup (mati). Pengamatan Gradual transfer ikan nila
menghasilkan bahwa pada waktu 10 menit konsentrasi salinitas 0 ppt ikan hidup
100%, waktu 20 menit konsentrasi 10 ppt ikan hidup 50% dan menit 30 konsentrasi
20 ppt ikan hidup 25%, serta 40 menit konsentrasi 30 ppt ikan hidup 0% (mati).Hasil
yang diperoleh dari data pengamatan sintasan pada ikan nila pada berbagai salinitas
dan lamanya waktu menunjukkan kesesuaian bahwa ikan nila merupakan ikan
euryhalin yang memiliki toleransi salinitas yang cukup luas dibandingkan dengan
ikan nilem yang termasuk kedalam kelompok stenohalin, sesuai dengan pernyataan
Rahim et al. (2015), yang menyatakan bahwa semakin tinggi salinitas maka semakin
tinggi pula tingkat kematian benih ikan nila.Jika tingkat osmoregulasi tinggi
sedangkan kemampuan ikan nila rendah maka akan berakibat pada kematian ikan
nila, yang mana ikan nila termasuk hewan euryhalin.Menurut Hurkat & Martur
(1976), ikan nila mempunyai tingkat osmolalitas yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri sampai salinitas yang cukup
tinggi, sedangkan ikan nilem tidak mampu hidup pada salinitas yang cukup tinggi.
Ikan air tawar memiliki insang yang berbeda dengan ikan air laut sehingga
berpengaruh terhadap transport ion. Kadar salinitas berpengaruh terhadap asupan ion
dalam tubuh bagi hewan air laut kelebihan ini mampu diantisipasi dengan
pengeluaran produk buangan sedangkan pada ikan air tawar hampir semuanya
memiliki sel klorida. Selain itu, masuknya ion ini juga sangat berpengaruh pada
timbulnya HCO3-dalam plasma darah ini disebabkan kelebihanya asupan Na+ (Evans,
2010). Cairan tubuh (darah) ikan air tawar memiliki konsentrasi air yang lebih
rendah dibandingkan lingkungan sekitarnya. Darah ikan air tawar bersifat hipertonis
terhadap medium tempat hidupnya. Air secara terus-menerus masuk ke dalam tubuh
ikan melalui kulit dan (sebagian besar) melaui membran insang secara difusi. Ikan air
tawar juga harus secara terus menerus mengekskresikan kelebihan air yang mereka
serap dengan cara menghasilkan urin yang banyak dan encer, untuk menjaga
konsentrasi cairan tubuhnya. Ikan air tawar harus mengeluarkan sejumlah besar air
dari darah dengan cara meningkatkan laju filtrasi air ke dalam tubulus ginjal. Hal itu
dapat terjadi karena ikan air tawar memiliki ginjal yang mengandung banyak badan
Malpighi yang besar dengan banyak glomeruli yang besar pula. Urin yang dihasilkan
mengandung banyak nitrogen, yaitu amonia dalam konsentrtasi yang sangat rendah
(Pujiyanto, 2008).
Osmoregulasi bagi ikan merupakan upaya ikan untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungan melalui mekanisme
pengaturan tekanan osmotik. Terdapat tiga pola regulasi ion air yaitu Regulasi
hipertonik atau hipersomatik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh
yang lebih tinggi dari konsentrasi media. Hal ini terjadi misalnya pada ikan air tawar
(Potadrom). Regulasi hipertonik atau hiposomotik, yaitu pengaturan secara aktif
konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media. Hal ini terjadi
pada jenis ikan air laut (Oseandrom). Regulasi isotonik atau isoosmotik, yaitu bila
konsentrasi cairan tubuh sama dengan konsentrasi media, sama dengan ikan–ikan
yang hidup pada daerah eustaria (Fujaya, 2004). Apabila ikan laut dimasukkan
kedalam salinitas dibawah konsentrasi osmotik tubuhnya maka untuk menjaga
kondisi homeostasis, ikan tersebut membalik arah aliran osmotik secara aktif
sehingga membutuhkan energi, sebelum mencapai salinitas yang lebih rendah ikan
mengeluarkan kelebihan ion yang diserap dari air laut kemudian menjaga cairan
tubuh. Ikan yang hidup di air tawar harus membuang kelebihan air didalam
tubuhnya. Kondisi lingkungan yang mendekati kondisi isoosmotik ikan, maka energi
yang dikeluarkan akan kecil dan ketahanan hidup tinggi (Lestari etal., 2017). Proses
Osmoregulasi pada manusia terjadi diginjal. Ginjal disebut sebagai osmoregulator,
ginjal akan menjaga kesetimbangan cairan tubuh manusia dengan cara pengeluaran
urin baik itu urin pekat maupun urin encer tergantung kondisi fisiologi tubuh
manusia (Gordon, 1977).
Salinitas merupakan konsentrasi seluruh larutan garam yang terlarut dalam
air. Salinitas merupakan masking faktor yang mana keberadaannya menimbulkan
tekanan osmotik yang berbeda dengan tekanan osmotik tubuh organisme
(Pamungkas, 2012 dalam Riza et al., 2020).Air laut yang mengalami pasang tinggi
akan masuk ke sungai dengan jarak yang cukup jauh, intrusi air laut pada sungai
menyebabkan sungai memiliki nilai salinitas yang tinggi. Penurunan nilai salinitas
dari air laut menjadi air tawar dapat sangat mempengaruhi keseimbangan antara
konsentrasi air dan konsentrasi ion dalam tubuh ikan yang berkaitan dengan proses
osmoregulasi (Rayes et al., 2013 dalam Lustianto et al., 2020).Ikan air tawar yang
memasuki lingkungan dengan salinitas yang berbeda dari aslinya (salinitas yang
tinggi) maka tekanan osmotik pada tubuhnya lebih rendah dari lingkungannya maka
ikan melakukan osmoregulasi tubuh yang tinggi untuk memenuhi kadar garam pada
tubuhnya agar seimbang, sehingga ikan akan banyak mengkonsumsi air dari
lingkungan guna untuk menyeimbangkan tekanan osmotik antara tubuhnya dengan
lingkungannya (Yurisma et al., 2013).Cairan tubuh ikan air tawar mempunyai
tekanan yang lebih besar dari lingkungan sehingga garam-garam cenderung keluar
dari tubuh. Sedangkan ikan yang hidup di air laut memiliki tekanan osmotik lebih
kecil dari lingkungan sehingga garam-garam cenderung masuk ke dalam tubuh dan
air akan keluar. Agar proses fisiologis di dalam tubuh berjalan normal, maka
diperlukan suatu tekanan osmotik yang konstan (Pamungkas, 2012). Suatu
pergerakan netto air hanya terjadi dalam gradient osmotik. Osmoregulator harus
menghabiskan energi untuk mempertahankan gradien osmotik yang memungkinkan
air untuk masuk dan bergerak keluar. Mereka melakukan hal tersebut dengan
caramemanipulasi kosentrasi zat terlarut dalam cairan tubuhnya (Richard & Gordan,
1989).
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
osmoregulasi artinya kemampuan untuk mengatur komposisi cairan tubuh dalam
batasan konsentrasi ion dan air tertentu. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) jika
dilihat dari toleransinya terhadap perubahan kadar garam termasuk ke dalam ikan
yang euryhalin. Ikan euryhalin yaitu ikan yang toleransi terhadap perubahan
salinitasnya luas. Kebalikan dari euryhalin adalah kelompok hewan stenohalin.
Hewan stenohalin adalah hewan yang toleransi terhadap perubahan salinitasnya
sempit, contohnya ikan Nilem (Osteochilus vitattus).Ikan nila (Oreochromis
niloticus) lebih mampu bertahan hidup dari pada ikan nilem (Osteochilus hasseti)
pada suatu lingkungan dengan salinitas yang berubah-ubah.
DAFTAR PUSTAKA

Yuwono, E. 2010. Respon Fisiologi dan Laju Pertumbuhan Juvenil Ikan Bandeng
Yang Dibantut Pada Umur Berbeda. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar.
Zonneveid, N, Z. Hulsman dan J. Anugerah. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Ville et Al., 1988. Umum Ilmu Hewan. WB Sounders Perusahaan:London.

Anda mungkin juga menyukai