) DENGAN
MENGGUNAKAN ZAT PENGATUR TUMBUH
Oleh :
Nama : Ahmad Nurul Yaqin
NIM : B1A019017
Rombongan : A1
Kelompok :4
Asisten : Talita Ade Novita Dewi
A. Latar Belakang
Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu kamar
berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian. Etilen
adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan auksin, giberelin, dan
sitokinin. Dalam keadaan normal, etilen berbentuk gas dan struktur kimianya sangat
sederhana sekali. Dialam etilen akan berperan apabila terjadi perubahan secara
fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini akan berperan dalam proses pematangan
buah dalam fase klimaterik (Pratisto, 2004). Etilen merupakan hormon yang
berbentuk gas dan berperan penting di dalam proses pematangan buah. Kandungan
gas etilen yang terdapat pada buah-buahan klimaterik mengalami perubahan proses
pematangan, misalnya pada pisang yang akan memasuki proses pematangan.
Kandungan etilen yang ada didalamnya kira-kira 0-0,5 ppm dan akan meningkat
pada saat puncak klimaterik dengan kandungan etilen kurang lebih 130 ppm (Hayati,
2012).
Klimaterik adalah suatu periode mendadak yang unik bagi buah tertentu
dimana selama proses itu terjadi pembuatan etilen disertai dengan dimulainya proses
pematangan buah, buah menunjukkan peningkatan CO2 yang mendadak selama
pematangan buah, sehingga disebut buah klimaterik. Bila pola respirasi berbeda
karena setelah CO2 dihasilkan tidak meningkat tetapi turun secara perlahan, buah
tersebut digolongkan non klimaterik. Proses klimaterik dalam buah dapat dibagi
dalam tiga tahap yaitu klimaterik menaik, puncak klimaterik dan klimaterik
menurun. Buah-buah yang mengalami proses klimaterik diantaranya yaitu tomat,
alpokat, mangga, pepaya, peach dan pear karena buah-buahan tersebut menunjukkan
adanya peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah. Buah-buah yang
mengalami pola berbeda dengan pola diatas diantaranya yaitu ketimun, anggur,
limau (Kusumo, 1990).
Karbit atau kalsium karbida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk
mempercepat pematangan buah dengan rumus kimia CaC2. Senyawa murninya tidak
berwarna, tapi kalsium karbida yang biasanya digunakan warnanya adalah abu-abu
atau coklat dengan kandungan CaC2 hanya sekitar 80-85% (sisanya adalah CaO,
Ca3P2, CaS, Ca3N2, SiC). Selain itu, karena adanya kandungan PH3, NH3 dan H2S,
maka senyawa ini juga berbau menyengat. Penggunaan utamanya dalam industri
adalah untuk pembuatan asetilena dan kalsium sianamida. Pada penggunaan
utamanya dalam industri adalah untuk pembuatan asetilena dan kalsium sianamida.
Karbit digunakan dalam proses las karbit dan juga dapat mempercepat pematangan
buah. Persamaan reaksi kalsium karbida dengan air yaitu CaC2 + 2 H2O > C2H2 +
Ca (OH)2. Karena itu 1 gram CaC2 menghasilkan 349 ml asetilen. Pada proses las
karbit, asetilen yang dihasilkan kemudian dibakar untuk menghasilkan panas yang
diperlukan dalam pengelasan (Murtiningsih, 1990).
HASIL PENGAMATAN
A. Hasil
Tabel 3.1 Pengamatan Pemasakan Buah Pisang (Musa sp.)
Paramete Warna Tekstur Aroma Rasa
r Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Akhir
Kontrol Hijau Kuning Keras Lunak
Sedikit Beraroma Manis
beraroma kuat
Perlakuan Hijau Kuning Keras Lunak Sedikit Sedikit Manis
beraroma beraroma
Gambar 3.1 Pengamatan kontrol buah pisang tahap awal
B. Pembahasan
Adapun hasil pengamatan pemasakan buah pisang (Musa sp.) pada
parameter konrol dan perlakuan yaitu pada warna awal Hijau- Hijau, pada warna
akhir Kuning-Kuning, pada tekstur awal Keras-Keras, pada tekstur akhir Lunak-
Lunak, pada aroma awal Sedikit Beraroma-Sedikit Beraroma, pada aroma akhir
Beraroma Kuat-Sedikit Beraroma, dan pada rasa akhir yaitu Manis-Manis. Hal ini
sesuai menurut Palmer (1971), buah pisang mengalami perubahan dari warna hijau
kemudian mulai menguning dan mulai meningkatkan etilen. Perubahan nyata adalah
perubahan kadar air, laju respirasi, keasaman, karbohirat, pectin, protopektin, dan
tannin sehingga menjadikan kulit buah dan daging buah menjadi lunak.