BAB II
2.1. Perikatan
Perikatan adalah suatu perbuatan hukum yang mengikat antara dua orang atau lebih
dimana satu pihak mempunyai hak dan pihak yang lain mempunyai kewajiban atas
suatu prestasi. Hal yang mengikat itu adalah peristiwa hukum yang dapat berupa:
jual beli, utang-piutang, hibah, kelahiran dan kematian. Peristiwa hukum tersebut
menciptakan suatu hubungan hukum.1 Dalam hubungan hukum tersebut, para pihak
mempunyai hak dan kewajiban. Pihak yang berhak menuntut disebut kreditur,
sedangkan pihak yang wajib memenuhi tuntutan disebut debitur dan sesuatu yang
hubungan hukum mengenai harta kekayaan yang terjadi antara kreditur dan
debitur.3
Prestasi merupakan sesuatu yang wajib dipenuhi oleh pihak debitur dan
milik debitur, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk
1
Abdulkadir Muhammad, 1993, Hukum Perdata Indonesia, Cet. I, Citra Adytia Bakti,
Bandung, h. 198.
2
Ibid.
3
Ibid, h. 199.
34
35
dengan jaminan khusus berupa benda tertentu yang disepakati dalam perjanjian
para pihak. Pasal 1234 KUHPerdata menyatakan ada 3 (tiga) wujud prestasi, yaitu:
menyerahkan penguasaan nyata atas suatu benda dari debitur kepada kreditur atau
yang tidak sesuai dengan ketentuan perikatan. Dalam perikatan yang objeknya
“Tidak berbuat sesuatu”, debitur tidak melakukan perbuatan yang telah disepakati
dalam perikatan.
menetukan bahwa perikatan dapat terjadi, baik karena perjanjian maupun karena
perbuatan orang. Perikatan yang terjadi karena perbuatan orang, dalam pasal 1353
KUHPerdata dirinci lagi menjadi perbuatan menurut hukum (rechmatig daad) dan
terjadi di masyarakat lahir karena adanya suatu perjanjian. Pasal 1338 KUHPerdata
menyatakan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-
Undang bagi pihak-pihak yang membuatnya. Artinya, jika salah satu pihak tidak
Perikatan yang lahir dari suatu perjanjian harus memenuhi syarat sahnya
perjanjian. Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, suatu perjanjian itu sah apabila
Syarat pertama dan kedua adalah syarat yang harus dipenuhi oleh subyek suatu
perjanjian, oleh karena itu disebut sebagai syarat subyektif. Syarat ketiga dan
keempat adalah syarat yang harus dipenuhi oleh obyek perjanjian, oleh karena itu
berikut:
pihak yaitu apa yang dikehendakai oleh pihak pertama juga dikehendaki
oleh pihak lain dan kedua kehendak tersebut menghendaki sesuatu yang
pemberian tanda atau panjer dan lain sebagainya, dapat disimpulkan bahwa
bilamana sudah tecapai sepakat itu, maka sahlah sudah perjanjian itu atau
orang dimana dua kehendak saling bertemu dan kehendak tersebut harus
harus diutarakan, harus nyata bagi yang lain dan harus dimengerti oleh
4
R. Subekti, 2004, Bunga Rampai Ilmu Hukum, Cet. IV, Alumni, Bandung, h. 4.
5
J.Satrio, 1993, Hukum Jaminan,Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Citra Aditya Bakti,
Bandung, h. 129.
38
tetapi di dalam Pasal 1321 KUHPerdata menentukan syarat bahwa tidak ada
sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan atau
diperolehnya karena dengan paksaan atau penipuan. Dari pasal ini dapat
pihak diberikan secara bebas dan tidak boleh ada paksaan, kekhilafan dan
rohani atau paksaan jiwa (psikis), jadi bukan paksaan badan (fisik).6
Kekhilafan terjadi apabila salah satu pihak khilaf tentang hal-hal yang
pokok dari yang diperjanjikan atau tentang sifat-sifat yang penting dari
sedemikian rupa sehingga seandainya orang itu tidak khilaf mengenai hal-
keterangan yang palsu atau tidak benar disertai dengan tipu muslihat untuk
tidak ditentukan lain yaitu ditentukan sebagai orang yang tidak cakap untuk
6
R. Subekti, 1996, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, h. 23.
39
sudah tidak berlaku lagi sejak keluarnya SEMA No.3 Tahun 1963
Perdata diantaranya Pasal 108 dan Pasal 110 KUH Perdata. Maka
hapusnya Pasal 108 dan pasal 110 KUH Perdata. Dengan demikian
Adanya suatu hal tertentu dalam perjanjian adalah objek perjanjian. Objek
suatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Pasal 1333 ayat (1)
hal tertentu sebagai pokok perjanjian yaitu barang yang paling sedikit
40
Adanya causa yang halal disini bukanlah sebab yang mendorong orang
dimaksud tidak lain daripada isi perjanjian. Pasal 1320 KUHPerdata tidak
sebab (causa) disini adalah tujuan daripada perjanjian, apa yang menjadi isi,
Syarat yang pertama dan kedua disebut sebagai syarat subjektif, karena
ketiga dan keempat disebut syarat objektif, karena menyangkut objek perjanjian.
Apabila syarat pertama dan kedua tidak terpenuhi maka perjanjian itu dapat
dibatalkan. Artinya bahwa salah satu pihak dapat mengajukan kepada pengadilan
untuk membatalkan perjanjian yang disepakatinya. Tetapi apabila para pihak dalam
perjanjian itu tidak ada yang berkeberatan maka perjanjian itu tetap dianggap sah.
7
Sri Soedewi Masjachan, 1980, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum
Jaminan dan Jaminan Perorangan, Liberty, Yogyakarta, h. 319.
41
Syarat ketiga dan keempat tidak terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum.
perikatan, yaitu:
1. Hubungan Hukum
sebagaimana mestinya, maka kreditur dapat melalui jalur hukum agar ada
Dasar hukum darin hubungan hukum adalah Pasal 1233 KUHPerdata yang
untuk menuntut penyerahan rumah. Dalam contoh diatas apabila salah satu
perikatan.
Hubungan hukum dimana satu pihak mempunyai hak dan pihak lain
bagian dari Hukum Harta Kekayaan (vermogensrecht) dan bagian lain dari
ukuran dapat dinilai dengan uang. Suatu hubungan dianggap dapat dinilai
dengan uang, jika kerugian yang diderita seseorang dapat dinilai dengan
Kriteria dapat dinilai dengan uang tidak lagi dipergunakan sebagi suatu
dengan uang adalah tidak relevan, karena setiap perbuatan hukum yang
uang.
perikatan.
Dalam suatu perikatan terdapat dua pihak yang berhubungan atau terikat.
Disatu pihak disebut kreditur dan pihak lain disebut debitur. Perikatan
dan debitur. Para pihak pada suatu perikatan disebut subyek perikatan, yaitu
kreditur yang mempunyai hak dan debitur yang mempunyai kewajiban atas
suatu prestasi. Kreditur disebut sebagai pihak yang aktif sedangkan debitur
biasanya pihak yang pasif. Sebagai pihak yang aktif, kreditur dapat
sebagainya.
Kreditur harus mengenal dan mengetahui debitur, hal ini penting karena
kurangnya satu orang debitur. Hal ini tidak menutup kemungkinan dalam
suatu perikatan itu terdapat beberapa orang kreditur dan beberapa orang
debitur. Pihak kreditur dan debitur tidak harus “orang” tapi juga dapat
itu debitur harus dikenal oleh kreditur agar mempermudah untuk menagih
kreditur baru, hak yang dapat dialihkan merupakan hak-hak pribadi yang
asuransi yang telah melekat pada sepeda motor tersebut. Perikatan yang
demikian dinamakan perikatan kwalitatif dan hak yang terjadi dari perikatan
kontrak atau perjanjian (perikatan). Jadi, ketika hubungan hukum yang lahir
dari perjanjian itu belum berakhir, maka salah satu pihak memiliki beban
(prestasi).
dapat pula muncul dari peraturan hukum yang berlaku pada lembaga yang
1) Memberikan sesuatu;
2) Berbuat sesuatu;
2) Unsur Naturalia Perjanjian yaitu unsur yang pasti ada dalam suatu
beli, pasti akan terdapat unsur naturalia berupa kewajiban dari penjual
bersifat timbal balik, hal ini dikatakan dalam mengkritisi pasal 1313 KUHPerdata
mana satu orang atau lebih”. KUHPerdata membedakan dengan jelas antara
perikatan yang lahir dari perjanjian dan perikatan yang lahir dari undang-undang.
Akibat hukum suatu perikatan yang lahir dari perjanjian memang dikehendaki oleh
para pihak, akan tetapi hubungan dan akibat hukumnya ditentukan oleh undang-
undang. Pada umumnya semua perjanjian akan berakhir ketika semua prestasi telah
hal tersebut disebut wanprestasi. Ada 4 macam bentuk dari wanprestasi, yaitu:
48
1) Tidak berprestasi sama sekali atau berprestasi tapi tidak bermanfaat bagi
2) Keadaan memaksa 9
waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi atau tidak. Dalam hal tenggang waktu
memperingati debitur untuk memenuhi prestasi. Tetapi dalam hal telah ditentukan
tanggang waktunya, menurut ketentuan Pasal 1238 KUH Perdata yang menyatakan:
“debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau
berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan
debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”, maka debitur
dianggap lalai dengan lewatnya tenggang waktu yang telah ditetapkan dalam
perikatan. Akibat hukum bagi debitur yang telah melakukan wanprestasi adalah
sebagai berikut:
8
Handri Raharjo, 2009, Hukum Perjanjian di Indonesia, Cet. I, Penerbit Pustaka Yustisia,
Yogyakarta, h. 80.
9
Ibid.
49
1) Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau biasa dinamakan ganti
rugi.
didepan hakim.10
Asas hukum adalah pikiran dasar yang umum dan abstrak atau merupakan
latar belakang peraturan konkrit terdapat dalam setiap sistem hukum yang terjelma
positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum
dalam peraturan yang konkrit tersebut. Dengan demikian, asas hukum merupakan
pikiran dasar yang bersifat umum dan terdapat dalam hukum positif atau
menetukan bahwa perikatan dapat terjadi, baik karena perjanjian maupun karena
perjanjian. Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata menyatakan semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Jadi, dalam pasal ini terkandung 3 macam asas utama dalam perikatan, yaitu asas
samping asas-asas itu, masih terdapat asas itikad baik dan asas kepribadian.
10
R. Subekti, 1987, Hukum Perjanjian, Cet. XII, Intermasa, Jakarta, h. 67.
50
biasanya didasarkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata bahwa semua
kebebasan kepada seseorang untuk secara bebas dalam beberapa hal yang
yaitu:11
peraturan perundang-undangan.
dalam melakukan kontrak. Hal ini tidak terlepas juga dari sifat Buku III
2. Asas konsensualisme
11
Ahmad Miru, 2001, Hukum Kontrak Perancangan kontrak, Rasi Grafindo Persada,
Jakarta , h. 4.
51
antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.
Menurut asas ini lahirnya suatu perjanjian ketika para pihak mencapai kata
tertulis atau harus dibuat dengan akta oleh pejabat yang berwenang. Bentuk
satunya dengan adanya pembubuhan tanda tangan dari para pihak yang
kesepakatan dan bentuk persetujuan atas tempat, waktu, dan isi perjanjian
yang dibuat. Tanda tangan juga berkaitan dengan kesengajaan para pihak
tersebut, juga tidak mencampuri isi perjanjian yang telah ditetapkan oleh
para pihak. Tidak mencampuri isi hukum perjanjian artinya pihak ketiga
tidak boleh menambah atau mengurangi isi perjanjian dan tidak boleh
perjanjian tersebut. Karena para pihak wajib mentaati isi perjanjian yang
52
sepihak. Jika akan ditarik kembali, harus dengan kesepakatan para pihak
atau dengan alas an undang-undang yang menyatakan cukup untuk itu. Asas
Asas itikad baik terkandung dalam pasal 1338 KUHPerdata yang meyatakan
seperti yang diatur dalam pasal 1338 ayat (3) (pengertian obyektif). 12
5. Asas kepribadian
terikat pada perjanjian. Asas ini terkandung pada Pasal 1315 dan 1340
yang membuatnya, perjanjian itu tidak dapat membawa rugi atau manfaat
kepada pihak ketiga, selain dalam hal yang diatur dalam Pasal 1317. Oleh
12
R. Subekti, 2001, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita, Jakarta, h. 42.
53
karena perjanjian itu hanya mengikat para pihak yang membuatnya dan
tidak dapat mengikat pihak lain. Maka asas ini dinamakan asas kepribadian.
Perikatan apabila masing-masing pihak hanya satu orang dan sesuatu yang
dapat dituntut hanya berupa satu hal prestasi. Perikatan ini dapat dilakukan
peristiwa yang belum dan tidak tentu akan terjadi. Dibedakan menjadi:
1) Syarat Tangguh
memberikan mobilnya.
2) Syarat Batal
Perikatan dimana debitur dibebaskan untuk memenuhi satu dari dua atau
BW)
6. Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi (Pasal 1296 – 1303 BW)
yang prestasinya tidak dapat dibagi. Dapat atau tidak dapat dibagi
ditentukan oleh sifat barangnya dapat dibagi atau tidak, misal: yang dapat
adanya sanksi/denda:
kewajibannya.
jenis dan jumlah barang yang harus diserahkan debitur kepada kreditur.
2.2. Kredit
Istilah kredit bukan hal yang asing lagi dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat. Kata “kredit” berasal dari bahasa Romawi yaitu “Credere” yang
artinya adalah “percaya”. Jika dikaitkan dengan tugas bank, maka terkandung
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan
barang-barang sekarang.15
13
Titik Triwulan Tutik. 2006. Pengantar Hukum Perdata. Prestasi Pustaka: Jakarta.
14
Gatot Supramono, 2009, Perbankan dan Masalah Kredit, Jakarta, Rineka Cipta, h. 152.
15
Ibid., h..163.
57
pihak kepada pihak lain dan prestasi (jasa) itu akan dikembalikan lagi pada
waktu tertentu yang akan datang dengan disertai suatu kontra prestasi (balas
Berdasarkan pengertian kredit diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kredit atau
pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang.
Kemudian hal yang penting dalam pemberian kredit yaitu adanya kesepakatan
antara kreditur dengan debitur, bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian
2. Waktu, yaitu jangka waktu antara saat pemberian prestasi dengan saat
nilai agio uang yaitu nilai uang sekarang lebih berharga daripada uang di
3. Resiko, yaitu risiko sebagai akibat yang akan dapat timbul pada pemberian
16
Achmad Anwari, 1983, Praktek Perbankan di Indonesia, Balai Aksara, Jakarta, h. 14.
58
tersebut haruslah sampai pada suatu keyakinan sejauh mana konsep penilaian kredit
menentukan resiko yang ada atau yang mungkin terjadi dari pinjaman yang
diberikan. Untuk itu analisis kredit sangat penting dan berguna untuk:
3. Mengetahui jenis kredit, jumlah kredit dan jangka waktu kredit yang
17
Mohammad Djohan, 1990, Perbankan di Indonesia, Gramedia, Jakarta, h. 5.
59
hatian (prudent principle).18 Hal tersebut tidak terkecuali dalam usaha penyaluran
bank sebagai upaya untuk meminimalisasi risiko akibat kredit dan berkenaan
Adequacy Ratio/CAR), alokasi jumlah kredit untuk golongan usaha tertentu dan
yang sehat. Bank harus memperoleh keyakinan bahwa kredit yang disalurkannya
tersebut dapat dikembalikan kembali oleh debitur tepat pada waktunya. Untuk
memperoleh keyakinan tersebut, bagi calon debitur harus memenuhi lima syarat
1. Watak (Character), yaitu sifat atau watak pribadi debitur untuk memperoleh
18
Bank Indonesia, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva
Produktif, SK No.30/267/KEP/DIR/1998, ps. 2.
19
Rachmat Firdaus dan Maya Ariyani, 2004, Manajemen Perkreditan Bank Umum,
Alfabeta, Bandung, h. 44.
60
jujur, curang, ataupun incompetence, maka kredit tidak akan diberikan tanpa harus
memperhatikan faktor-faktor lainnya. Debitur yang tidak jujur ataupun curang akan
dengan buruk, dan hasilnya kreditur yang memberikan kredit akan mempunyai
resiko tinggi. Jika debitur tidak ingin membayar kembali kreditnya, kemungkinan
ia akan mencari jalan untuk menghindari membayar kembali. Untuk itu, penilaian
mendapatkan pinjaman.20
laporan aset dan pasiva yang akurat dapat digunakan sebagai cara untuk
20
Zulkarnain Sitompul, 2004, Kendala dan Masalah Perbankan, Makalah yang
disampaikan pada Pelatihan Aspek Hukum Perkreditan bagi Staf PT Bank NISP Tbk, Jakarta, h.
.2.
61
mempunyai aturan-aturan pinjaman yang memuat batas rasio maksimal aset dan
pasiva.21
Conditions, dapat dilihat melalui dua kategori, yaitu kondisi internal dan
yang berkaitan dengan kredit, biaya dan bunga dan bank memiliki hak untuk
mengetahui tujuan dari pinjaman. Hal ini membantu bank menilai resiko dari
pinjaman, tipe dari produk pinjaman dan keamanan apa yang diperlukan.
Pemberian kredit untuk tujuan yang membahayakan lingkungan tidak akan lolos
dari pemberian kredit oleh bank karena termasuk dalam kegiatan kredit untuk
apabila terjadi kemacetan pembayaran. Pada umumnya calon debitur diminta untuk
menyediakan jaminan berupa agunan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit
tambahan.
menggunakan prinsip 5 C dapat diatasi dengan adanya skim penjaminan atau skim
asuransi kredit. Adanya skim tersebut membuat bank atau kredit lebih mudah
menilai risiko yang mungkin diterima atas pemberian kredit yang diberikan.23
21
Ibid., h.2.
22
P.M. Weaver dan C.D. Kingsley, 2001, Banking & Lending Practice, Cet. I, Lawbook
Co., Sydney, h. 97.
23
Ibid.
62
Kredit dari sudut pandang pihak bank merupakan sumber pendapatan dan
memberikan kontribusi bagi pendapatan bank secara keseluruhan. Akan tetapi, dari
sisi debitur, kredit dapat bersifat penyembuh bahkan dapat juga mematikan. Alasan
yang dapat diberikan atas pernyataan tersebut dikarenakan bila kredit yang
diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan debitur, maka kredit tersebut tidak
bermanfaat karena tidak cukup untuk membiayai usaha debitur, sehingga usaha
debitur juga tidak jalan. Pada akhirnya mengakibatkan jangka waktu berakhirnya
berlebih diberikan akan mematikan debitur, karena keuntungan atas obyek yang
merupakan dasar aset yang beresiko bagi bank karena aset-aset tersebut dikuasai
oleh pihak eksternal yaitu debitur. Setiap bank menginginkan kualitas aset yang
berisiko tersebut sehat, produktif, dan collectable. Namun setiap kredit yang
dikeluarkan oleh bank selalu ada resiko berupaka kredit macet atau kredit
bermasalah atau Non Performing Loan (NPL). Bank tidak dapat menghindari
adanya kredit macet akan tetapi bank hanya bisa menekan seminimal mungkin
adanya kredit macet tersebut agar tidak melebihi ketentuan Bank Indonesia sebagai
Pengawas Perbankan.25
24
Ibid.
25
Sutarno, 2004, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Cet. II, Alfabeta, Bandung
, h. 263.
63
kebijakan, risiko yang mungkin terjadi antara lain risiko usaha, risiko geografis,
seperti yang dijabarkan di atas. Mekanisme pemberian kredit merupakan tahap yang
26
Rachmat Firdaus dan Maya Ariyani, 2001, Manajemen Perkreditan Bank Umum,
Alfabeta, Bandung, h. 41.
27
Ibid., h. 36.
64
pemberian kredit meliputi persiapan kredit, analisis atau penilaian kredit, keputusan
debitur.29 Tahap –tahap pemberian kredit yang harus diajukan sebagai permohonan
kredit sampai dengan luasnya kredit yang diberikan oleh bank tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Permohonan Kredit
secara lengkap dan sah, daftar isian yang disediakan oleh bank dan diisi
dengan benar dan lengkap oleh nasabah serta daftar lampiran lainnya. Surat
permohonan yang diterima harus dalam register khusus yang disediakan dan
Berkas permohonan harus dipelihara dalam selama dalam proses dan bank
2. Analisis Kredit
28
Ibid., h. 35.
29
Ibid., h. 91.
65
debitur;
dahulu kepada kantor pusat karena sudah sesuai dengan jenis yang telah
diusulkan terlebih dahulu kepada kantor pusat melalui surat dan Bank
dan analisi kredit serta bahan pertimbangan yang harus dibubuhkan secara
tertulis (disposisi).
permohonan kredit dari calon nasabah debitur tetapi akan ditegaskan lebih
dibuat secara tertulis dan dalam lima rangkap. Surat ini merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari surat perjanjian kredit
2) Pengikatan jaminan.
bagian ekspor/impor.
67
atas beban rekening pinjaman atau fasilitas lainnya, dengan cara antara lain
menarik cek atau giro bilyet, kuitansi maupun dengan dokumen lainnya.
yang berutang atau yang memberi utang. Berikut di bawah ini antara lain
Kebudayaan;
Yenny Salim;
Pembayaran Utang.
Belanda-Indonesia).
Istilah yang tepat digunakan sesuai dengan kacamata hukum adalah istilah
terkait penggunaan istilah pihak yang berutang (debitur) dan pihak yang berpiutang
memberikan pengaruh secara hukum karena keduanya memiliki arti yang sama
Dalam penyebutan pihak yang berutang atau yang memberi utang dalam
bidang perbankan dikenal istilah Debitur atau Kreditur. Pasal 1 angka 2 dan 3
Pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam hukum perjanjian dijamin
oleh undang-undang. Pengaturan tentang hak dan kewajiban kreditur dan debitur
sesuatu yang seharusnya diterima atau dilaksanakan atas suatu objek yang
menjadi tujuan para pihak. Pelaksanaan hak dan kewajiban dalam hukum perikatan
disebut prestasi. Melihat pentingnya hak maupun kewajiban dari debitur dan
kreditur, adapun hak kewajiban debitur dan kreditur dalam suatu perjanjian kredit
1. Debitur
disepakati
2. Kreditur:
debitur.
jaminan kepada kreditur atas kredit atau pembiayaan yang disalurkan akibat tidak
71
terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu zekerheid atau cautie. Zekerheid atau cautie
dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu
perikatan hukum. Oleh karena itu, hukum jaminan erat sekali dengan hukum
benda.31
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.32
Pengertian jaminan yang juga dikemukakan oleh M. Bahsan yaitu jaminan adalah
segala sesuatu yang diterima kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu
didalam pemberian suatu kredit terhadap debitur atapun calon peminjam dana pada
suatu bank, sehingga didalam pemberian kredit tersebut tidak terlepas untuk
dihadapi atas pengembalian kredit. Oleh karena itu jaminan disini memberikan
30
Nasroen Yasabari dan Nina Kurnia Dewi, 2007, Penjaminan Kredit, Alumni, Bandung,
h. 13.
31
Mariam Darus Badrulzaman, 1987, Bab-Bab Tentang Credietverband, Gadai dan
Fidusia, Alumni, Bandung, h. 227.
32
Hadisoeprapto Hartono, 1984, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan,
Liberty, Yogyakarta, h. 70.
33
M. Bahsan, 2002, Penilaian Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Rejeki Agung,
Jakarta, h. 148.
72
dijadikan jaminan oleh setiap calon debitur ketika dalam hal debitur memperoleh
kredit dari kreditur. Pengertian jaminan dalam hal ini sendiri menurut Hartono
berapa keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai
dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.34 Suatu perikatan berdasarkan
perjanjian pinjam meminjam sebaiknya disertai dengan salah satu bentuk lembaga
kreditur lainnya. Fungsi jaminan seperti ini adalah memberikan hak dan kekuasaan
jaminan bila mana debitur tidak melunasi hutangnya pada waktu yang telah
kekayaan debitur baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian
hari semua menjadi jaminan atas segala hutangnya, sehingga jika debitur tidak
34
Titik Triwulan Tutik, 2006, Pengantar Hukum Perdata Indonesia, Prestasi Pustaka,
Jakarta, h. 192.
35
Ibid,h. 193.
73
memenuhi kewajibannya atau ingkar janji maka semua kekayaan debitur dapat
disita dan dilelang, dari hasil tersebut dibagi-bagi menurut keseimbangan besar
Pemberian jaminan dalam suatu perikatan seperti pemberian kredit perbankan yaitu
untuk memberikan kepastian kepada kreditur bahwa debitur akan dapat melunasi
harus dapat dinilai dengan uang. Adanya pemberian jaminan untuk suatu perjanjian
harus diperjanjikan terlebih dahulu secara tegas, oleh karena memberikan suatu
tersebut.
Mengacu pada jenis pinjaman yang terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu jaminan
agunan telah mengalami perubahan yang signifikan. Jaminan yang dimaksud dalam
kesanggupan pihak debitur untuk melunasi hutang kreditnya sesuai dengan yang
pelepasan kredit, maka bank melakukan penilaian secara seksama terhadap watak,
modal, kemampuan agunan dan prospek usaha debitur (The Five of Credit
36
Hadisoeprapto Hartono, op.cit. h. 134.
74
adanya suatu jaminan hutang yang diterima oleh debitur itu sendiri. Keharusan
dalam penyerahan jaminan tersebut sering pula terdapat pada aturan-aturan dan
syarat-syarat oleh peraturan intern pihak pemberi jaminan atau oleh peraturan
Indonesia. Fungsi jaminan itu sendiri dapat pula disimpulkan gambaran secara
umum seperti:
tentang benda, hak kebendaan, warisan, tentang piutang yang diistimewakan, gadai
dan hipotik. Benda dan hak kebendaan merupakan asas dari buku ke II
yang erat mengenai gadai dan hipotik. Buku KUHPerdata memliki sistem yang
tertutup dimana artinya adalah hak-hak kebendaan diluar dari buku ke II tidak
diperkenankan dan para pihak yang membuat perjanjian tidak bebas dalam
Surat adalah media komunikasi dalam bentuk tulisan yang dilakukan oleh
surat sebagai utusan atau “duta” organisasi / instansi pengirim surat. Surat
dipandang sebagai citra, cermin mentalitas, jiwa, serta petunjuk kondisi intern
organisasi yang bersangkutan. Oleh sebab itu pengonsep surat dan para penata
surat, agar tidak menimbulkan kesan buruk atas organisasinya. Bagi masyarakat
awam, istilah surat bukanlah sesuatu yang asing. Surat digunakan oleh seseorang
37
Thomas Suyatno, 2012, Fungsi Jaminan Kredit,
http://www.psychologymania.com/2012/1, Diakses pada tanggal 14 November 2016.
76
pribadi, bisnis, maupun kedinasan. Dalam menulis surat, ada beberapa hal yang
tele. Disamping itu, yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah jangan
lupa untuk mengunakan kertas yang masih bersih serta ukurannya sesuai dengan
maksud dan tujuan pengiriman surat. Ada banyak pengertian tentang surat tapi
semua pengertian tersebut merujuk pada inti yang sama; surat adalah sarana
telekomunikasi.
disampaikan kepada pihak lain. Ada juga yang mengatakan bahwa surat adalah
sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi tertulis oleh suatu pihak kepada
pihak lain. Ada juga yang berpendapat mengenai pengertian surat sebagai suatu
sarana untuk menyampaikan informasi secara tertulis dari pihak satu ke pihak yang
Memang banyak pengertian surat tapi yang kita bisa menarik kesimpulan sendiri
mengenai pengertian surat itu sendiri sebagai suatu alat komunikasi tertulis yang
Surat secara umum digolongkan menjadi tiga yaitu surat pribadi, surat dinas,
dan surat niaga apabila ditinjau dari segi bentuk, isi, dan bahasanya. Sedangkan
tiga yaitu:
1. Surat pribadi
Surat pribadi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan pribadi. Surat
2. Surat Resmi
Surat resmi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan resmi, baik
besar.
dan kecil.
c. Logo instansi/lembaga
nomor surat)
j. Isi surat
k. Penutup surat
a. Salam penutup
79
3. Surat Niaga
niaga seperti industri dan usaha jasa. Surat ini sangat berguna dalam
baik. Surat niaga terdiri atas surat jual beli, kwintansi, dan perdagangan; dan
dapat dibagi atas surat niaga internal dan surat niaga eksternal. Salah satu
contoh dari surat niaga adalan surat penawaran dan surat penagihan.
4. Surat Dinas
dinas dan tugas kantor. Surat ini penting dalam pengelolaan administrasi
dalam suatu instansi. Fungsi dari surat dinas yaitu sebagai dokumen bukti
tertulis, alat pengingat berkaitan fungsinya dengan arsip, bukti sejarah atas
bersangkutan
Surat lamaran pekerjaan adalah surat yang dibuat dan dikirimkan oleh
tertentu. Surat lamaran pekerjaan termasuk surat dinas atau resmi. Oleh
ini:
1) Kepala surat
3) Nomor surat
4) Lampiran
6) Alamat tujuan
7) Salam pembuka
8) Isi surat yang terbagi lagi menjadi tiga bagian pokok yaitu:
a. paragraf pembuka
b. isi surat
c. paragraf penutup
d. Salam penutup
6. Surat Elektronik
tidak harus selalu membuka internet untuk membuka surel yang ada.
Ditinjau dari fungsinya, surat adalah suatu alat atau sarana komunikasi
tertulis. Surat dipandang sebagai alat komunikasi tulis yang paling efisien, efektif,
ekonomis, dan praktis. Dibanding dengan alat komunikasi lisan, surat mempunyai
sampai pada alamat yang dituju sesuai dengan sumber aslinya. Tidak demikian
halnya jika disampaikan secara lisan. Dengan cara tersebut, sering dialami
Peranan surat lebih jelas lagi, terutama bagi surat resmi, misalnya surat
perjanjian, surat sewa menyewa rumah, surat jual beli, surat wasiat, dan surat-surat
lainya. Surat tersebut selain resmi sifatnya, juga mempunyai kekuatan hukum yang
82
dapat digunakan sebagai alat bukti tertulis, suatu bukti yang sah, ‘hitam di atas
putih’.
Surat-surat dalam arsip lama dapat dipakai sebagai bahan penelitian untuk
mengetahui bagaimana kegiatan atau keadaan pada masa yang lalu. Dalam hal ini,
surat berfungsi sebagai alat bukti historis. Surat-surat yang telah diarsipkan itu
Surat dapat juga mencerminkan corak, dala keadaam, mentalitas, jiwa, dan
surat hendaklah selalu berhati-hati dan berpikir secara cermat agar tidak
menimbulkan kesan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini surat sebagai data
bukan itu saja fungsi surat, ada beberapa fungsi surat diantaranya adalah sebagai
berikut:
5. Surat sebagai pedoman kerja, misalkan surat keputusan dan surat perintah.
Arti order dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perintah
atau pesanan. Order yang dimaksud dalam surat order yang dikeluarkan oleh bank
adalah sebuah pesanan dalam hal meminta jasa Notaris/PPAT untuk dibuatkannya
APHT. Surat order termasuk dalam jenis surat resmi, karena ciri-ciri dan bagian
dari surat order sudah memenuhi syarat dari surat resmi. Surat order merupakan
surat yang diberikan oleh Bank kepada Notaris/PPAT untuk memberi order atau
perintah bank dalam proses pemasangan hak tanggungann terhadap jaminan yang
diberikan oleh debitur. Surat order akan sangat dibutuhkan ketika bank dan
data-data debitur serta jaminan yang akan dipasangkan hak tanggungan. Namun
ketika bank dan Notaris/PPAT sudah berhadapan secara langsung, maka perlu
dibuatkan suatu berita acara tentang adanya order dari bank untuk melakukan
pemasangan hak tanggungan. Fungsi dari surat order sama halnya dengan fungsi
mempunyai kata dasar valid mempunyai arti sesuai dengan seharusnya dan diakui
kebenarannya tanpa perlu diragukan. Suatu alat ukur disebut memiliki validitas
bilamana alat ukur tersebut isinya lanyak mengukur obyek yang seharusnya diukur
dan sesuai dengan kriteria tertentu.38 Artinya ada kesesuaian antara alat ukur dengan
38
M. Chobib Thoha, 1990, Evaluasi Pembelajaran Kelas, Bandung, Rajawali Pers, h. 40.
84
ketepatan interpretasi hasil penggunan suatu prosedur evaluasi sesuai dengan tujuan
evaluasi dapat mengukur apa yang sebenarnya harus diukur secara tepat. Suatu alat
ukur hasil belajar matematika dikatakan valid apabila alat ukur tersebut benar-benar
dengan kedudukan alat ukur sebagai alat, tetapi terutama pada kesesuaian hasilny,
validitas adalah suatu tingkatan yang menyatakan bahwa suatu alat ukur telah sesuai
dengan apa yang diukur. Para pengembang tes memiliki tanggung jawab dalam
memuat tes yang benar-benar valid dan reliabel. Oleh karena itu validitas dapat
digunakan dalam memeriksa secara langsung seberapa jauh suatu alat telah
berfungsi.
Validitas sering diartikan dengan kebenaran atau kesasihan, oleh karena itu
maka dalam membahas mengenai validitas, perlu juga untuk dibahas mengenai
kesahihan data (validitas atau validity) dan keandalan (realibilitas atau reability)
85
menggunakan istilah tersebut akan tetapi Lincon dan Guba menyatakan bahwa
Dengan kata lain dapat diistilahkan bahwa kita tidak dapat mengukur baju
tuntutan yang tidak dapat dielakkan. Pendefinisian kembali itu mengarah pada
teknik kontrol atau pengawasan terhadap keabsahan data yang perlu pula
2. Keteralihan (Transferability),
3. Kebergantungan
segala-galanya yaitu yang ada pada realibilitas itu sendiri ditambah faktor-
seorang. Selain itu masih ada unsur kualitas yang melekat erat pada konsep
objektivitas itu. Hal itu digali dari pengertian bahwa jika sesuatu itu objek,
berarti tidak dapat dipercaya, atau menceng. Pengertian terakhir inilah yang
Tahapan dalam prosedur pemberian kredit pada setiap bank, pada umumnya
tidaklah jauh berbeda, dimana setiap permohonan kredit dari calon debitur haruslah
Hasibuan bahwa prosedur penyaluran kredit antara lain dengan skema sebagai
berikut:
1. Calon debitur menulis nama, alamat, agunan, dan jumlah kredit yang
3. Analisis kredit dengan cara mengikuti asas 5C, 7P, dan 3R dari permohonan
kredit tersebut.
Sedangkan menurut Firdaus dan Ariyanti tahapan proses pemberian kredit yaitu:
dalam tahap ini diadakan penilaian yang mendalam tentang keadaan usaha
analisi kredit, maka pihak bank melalui pemutus kredit, dapat memutuskan
permohonan kredit tersebut layak untuk diberi kredit atau tidak. Jika tidak
39
Malayu S. P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2008,
hal.91.
88
administration), yang pada tahap ini kedua belah pihak (bank dan calon
5. Supervisi kredit dan pembinaan debitur (credit supervision dan follow up)
dasarnya ialah upaya pengamanan kredit yang telah diberikan oleh bank
pula.40
bank dalam memberikan kredit kepada nasabah, bank yang sudah menjalankan
kredit dilaksanakan.
40
Firdaus, Rachmat dan Maya Ariyanti, 2009, Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori,
Masalah, Kebijakan dan Aplikasi Lengkap dengan Analisis Kredit, Alfabeta, Bandung, h, 133.
89
kepada debitur, Surat Order terletak pada bagian pelaksanaan dan administrasi
kredit (credit realization dan credit administration), yang pada tahap ini kedua
belah pihak (bank dan calon debitur) menandatangani perjanjian kredit beserta
mengikatkan antara pihak bank sebagai kreditur atas debiturnya dengan pihak
notaris/PPAT dalam mengikatkan agunan kredit. Hal tersebut juga dapat dilihat
berdasarkan bunyi Pasal 10 ayat (1) UUHT yang menyebutkan bahwa: “Pemberian
telah diajabarkan sebelumnya bahwa Surat Order digunakan untuk mengikat pihak
mengikat antara pihak kreditur (bank) dengan pihak debitur. Lebih lanjut lagi telah
diketahui juga bahwa Surat Order banyak digunakan oleh bank-bank besar di
Indonesia, diataranya yaitu PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.; PT. Bank Central
Asia (Persero) Tbk.; PT. Bank Rakyat Indonesia; dan lainnya. Alangkah baiknya
dengan digunakannya Surat Order akan memebrikan suasana yang lebih kondusif
pada pengikatan agunan dalam proses pemberian kredit oleh bank; memberikan