Anda di halaman 1dari 8

KI :

- Apgar Score
Apgar score adalah  metode cepat untuk menilai neonatus segera setelah lahir dan
sebagai respons terhadap resusitasi. Elemen skor Apgar meliputi warna, detak
jantung, refleks, tonus otot, dan pernapasan. Penilaian Apgar dirancang untuk menilai
tanda-tanda gangguan hemodinamik seperti sianosis, hipoperfusi, bradikardia,
hipotonia, depresi pernapasan, atau apnea.

Tanda Apgar          2        1      0
Seluruh Warna Abu-abu
warna normal kebiruan
normal (tapi atau pucat
(tangan tangan dan seluruhnya
dan kaki kaki
Penampilan merah kebiruan)
(warna kulit) muda)

Pulse Normal Di bawah Absen


(detak (di atas 100 detak (tidak ada
100 per menit denyut nadi)
jantung)
denyut
per
menit)

Menarik Gerakan Absen (tidak


diri, wajah saja ada respons
bersin, (meringis) terhadap
batuk, dengan rangsangan)
atau rangsangan
Meringis menangis
("refleks lekas dengan
marah") stimulasi

Gerakan Lengan dan Tidak ada


aktif dan kaki gerakan,
spontan ditekuk nada
dengan "terkulai"
Aktivitas sedikit
(tonus otot) gerakan

Tingkat Nafas
dan lambat
usaha atau tidak
Respirasi
normal, teratur,
(kecepatan tangisan tangisan
dan upaya yang lemah
pernapasan) bagus
Bayi yang mendapat nilai 7 atau lebih pada tes dianggap dalam keadaan sehat. Skor
yang lebih rendah tidak berarti bayi Anda tidak sehat. Ini berarti bayi Anda mungkin
memerlukan perawatan medis segera, seperti menyedot saluran udara atau oksigen
untuk membantunya bernapas lebih baik. Bayi yang sangat sehat terkadang memiliki
skor yang lebih rendah dari biasanya, terutama dalam beberapa menit 111 setelah
lahir.
Skor yang sedikit rendah (terutama pada 1 menit) biasa terjadi, terutama pada bayi
yang lahir:
a. setelah kehamilan berisiko tinggi
b. melalui operasi caesar
c. setelah persalinan dan melahirkan yang rumit 
d. sebelum waktunya
Pada 5 menit setelah lahir, tes diberikan kembali. Jika skor bayi rendah pada awalnya
dan tidak membaik, atau ada masalah lain, dokter dan perawat akan melanjutkan
perawatan medis yang diperlukan. Bayi itu akan diawasi dengan ketat.

Sumber : Leslie V. Simon; Muhammad F. Hashmi; Bradley N. Bragg. (2020).


APGAR Score.  StatPearls Publishing LLC,2020
- Pestisida
Pestisida merupakan suatu substansi bahan kimia dan material lain (mikroorganisme,
virus, dan lain-lain) yang tujuan penggunaannya untuk mengontrol atau membunuh
hama dan penyakit yang menyerang tanaman, bagian tanaman, dan produk pertanian,
membasmi rumput/gulma, mengatur, dan menstimulasi pertumbuhan tanaman atau
bagian tanaman, namun bukan penyubur. Pestisida meliputi herbisida (untuk
mengendalikan gulma), insektisida (untuk mengendalikan serangga), fungisida (untuk
mengendalikan fungi), nematisida (untuk mengendalikan nematoda), dan rodentisida
(racun vertebrata) (Sanborn et al., 2002 dan Rianto 2006). Penggunaan pestisida
dianggap menguntungkan untuk menekan kehilangan hasil sebelum dan setelah panen
(Gonzales et al., 2007).
Terdapat 3 kelompok utama pestisida konvensional antara lain :
a. Organoklorin, umumnya terurai sangat lambat dan memerlukan waktu yang
relatif lama (dieldrin, chlordan, aldrin, DDT, dan heptaklor)
b. Organofosfat, sangat toksik pada manusia, tetapi umumnya cepat terurai
(diazinon, malation, dimetoat, profenofos dan klorpirifos)
c. Karbamat sedikit toksik pada manusia, namun berpotensi mempengaruhi
kekebalan dan sistem saraf pusat (karbaril, karbofuran, dan metomil) (Blanpied,
1984)

Menurut The United States Federal Environmental Pesticide Control Act,


pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas
atau mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma,
virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bacteria, jasad renik
yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya.

Sumber :
RM :

1. Bagaimana interpretasi bb, panjang badan, dan apgar pada bayi baru lahir?
Marsha
a. Berat badan : 2800 gr  normal (2500 gr - 4000 gr)
b. Panjang badan : 46 cm  sedikit kurang (48 cm – 52 cm)
c. Apgar score : 8/10  normal (nilai APGAR >7)

Menurut Rohan (2013) Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37 –
42 minggu, berat badan 2500 – 4000 gram, panjang lahir 48 – 52 cm. lingkar dada 30
– 38 cm, lingkar kepala 33 – 35 cm, lingkar lengan 11 – 12 cm, frekuensi denyut
jantung 120 – 160 kali/menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan
subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7, gerakan aktif, bayi
langsung menangis kuat, genetalia pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis
yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang sedangkan genetalia pada
perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus yang berlubang labia
mayora menutup labia minora, refleks rooting (mencari putting susu) terbentuk
dengan baik, refleks sucking sudah terbentuk dengan baik, refleks grasping sudah
baik, eliminasi baik, urin dan meconium keluar dalam 24 jam pertama.

2. Apakah ada faktor yg menyebabkan bayi bisa mengalami kelainan bawaan


seperti pada bibir hingga ke langit2 dan tidak punya anus? Kalau ada, kenapa ?
Adel
 Labiopalatoskisis atau bibir sumbing adalah terdapatnya celah pada bibir
atas dan dapat disertai juga celah pada palatum atau lelangit sehingga terdapat
hubungan langsung antara rongga hidung dan rongga mulut akibat kegagalan
organogenesis pada perkembangan embriologi.
Etiologi dari bibir sumbing dapat disebabkan akibat faktor genetik dan faktor
eksternal lain seperti :
a) Penggunaan antikonvulsan (obat yang dikonsumsi untuk mengatasi kejang
atau epilepsi. Contohnya adalah fenitoin dan fenobarbital). Jika
mengonsumsi obat ini selama kehamilan maka dapat meningkatkan risiko
hingga 10 kali terkena bibir sumbing.
b) Perokok dapat meningkatkan 2 kali insiden bibir sumbing
c) Konsumsi alkohol, defisiensi asam folat, dan usia orang tua yang
bertambah
d) Orang tua yang sebelumnya tidak memiliki riwayat bibir sumbing maka
memiliki risiko 0,14% memiliki anak sumbing bibir/palatum
e) Orang tua tanpa bibir sumbing yang memiliki 1 anak sumbing
bibir/palatum maka memiliki 5 % kemungkinan memiliki anak lagi yang
mengalami bibir sumbing. Risiko akan meningkat menjadi 9% apabila 2
anak sebelumnya sumbing bibir/palatum
f) Bila salah satu orang tua dan satu anak memilki sumbing, maka risiko
akan meningkat menjadi 17% memilki anak sumbing lagi.
 Atresia ani adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan
bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak
sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang
berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto,
2001).
Atresia ani dapat terjadi karena :
1. Kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan
pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir
tanpa lubang anus.
3. Gangguan organogenesis dimana terjadi kegagalan pertumbuhan saat bayi
dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.

Selain itu ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan atresia ani yaitu :

a. Faktor genetik
 Janin yang diturunkan dari kedua orang tua yang menjadi carier
saat kehamilan mempunyai peluang sekitar 25 % - 30 % dari bayi
yang mempunyai sindrom genetik, abnormalitas kromosom, atau
kelainan kongenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani
(Purwanto, 2001).
 Risiko malformasi anorektal meningkat dari 1:5000 menjadi 1:100
bila ada saudara kandung yang memiliki malformasi anorektal.
b. Faktor lingkungan
 Paparan asap rokok
 ibu overweight
 ibu diabetes
Sumber : Levitt MA, Pena A. Anorectal malformations. Orphanet J. Rare Dis. 2007:
1-13. Gangopadhyay AN, Pandey V. Anorectal malformations. J Indian Assoc Pediatr
Surg 2015;20:10-5.
3. Apakah ada hubungan dengan ditemukannya kelainan berupa adanya celah
pada bibir dan ketiadaan lubang anus bayi? Tiara
 Gagalnya perkembangan 8-12 minggu mengalami organogenesis. Atresia ani
 12 minggu, bibir sumbing  minggu 8 hingga 12 minggu kehamilan.
Faktor lingkungan kedua orang tua karena sebagai petani dan kekurangan gizi.
 Atresia ani  disebabkan kelainan kongenital lain
 Bibir sumbing  murni kelainan genetik dan terjadi pada masa gestasional
4. Apa saja komplikasi yang terjadi jika bayi tidak memiliki lubang anus? Irham
1. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
2. Obstruksi intestinal
3. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.
4. Komplikasi jangka panjang :
a) Eversi mukosa anal.
b) Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis.
c) Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.
d) Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
e) Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi.
f) Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi.
5. Bagaimana interpretasi hasil tanda vital bayi? Aniqol
 HR : 132 x/menit  Normal (> 100 x/menit)
 RR : 30 x/menit  Normal (30-55 x/menit)
 Suhu : 36,2  hipotermia akan tetapi biasanya akan stabil setelah 8-10 jam
pasca persalinan (36,5-37,5)
6. Apakah ada hubungan antara pekerjaan orang tua bayi dengan kondisi bayi
sekarang? Jelaskan! Lia fani
a. Pestisida  organogenesis abnormal
b. Di sekitar daerah tersebut dekat dengan sawah maka air terkontaminasi dengan
pestisida yang memliki zat teratogenik  bayi cacat jika ibu terpapar  merusak
DNA (labiatoskisis, atresia ani)
c. Pestisida  berdampak maternal dan paternal
Terpapar saat pra konsepsi  DNA dari protozoa abnormal
Akumulasi toksin pada semen  toksin menembus sawar darah plasenta 
organogenesis abnormal  kelainan kongenital
7. Apa pemeriksaan penunjang yang tepat untuk si bayi? Vet
8. Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang bibir
sumbing sebagai berikut :
1) Pemeriksaan USG dapat mendiagnosis bibir sumbing sejak trimester kedua
kehamilan ketika posisi wajah janin berada pada posisi wajah janin berada pada
posisi yang tepat.
2) Pemeriksaan kromosom
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang atresia
ani sebagai berikut :
1) Pemeriksaan radiologis Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi
intestinal.
2) Sinar X terhadap abdomen Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan
bowel dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.
3) Ultrasound terhadap abdomen Digunakan untuk melihat fungsi organ internal
terutama dalam sistem pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti
obstruksi oleh karena massa tumor.
4) CT Scan Digunakan untuk menentukan lesi.
5) Pyelografi intra vena Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
6) Pemeriksaan fisik rektum Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur
dengan menggunakan selang atau jari.
7) Rontgenogram abdomen dan pelvis Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi
adanya fistula yang berhubungan dengan traktus urinarius.
9. Bagaimanakah tata laksana yang tepat diberikan pada bayi tersebut? arin
Penatalaksanaan dalam tindakan bibir sumbing :
a) Pembuatan dan pemasangan obturator atau nasoalveolar molding (NAM)
oleh dokter gigi spesialis ortodontik
b) Tindakan operasi penutupan celah bibir atau labioplasty dikerjakan oleh
spesialis bedah plastik dengan rule of ten. Bibir direkonstruksi usia >- 10 minggu,
berat minimal 10 lb (5 kg), hemoglobin >- 10 g/dl, dan leukosit < 10 ribu/mmk
c) Tindakan operasi penutupan celah palatum
d) Speech therapy

Penatalaksanaan dalam tindakan atresia ani yaitu :


a) Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada
dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan lubang biasanya
sementara atau permanen dari usus besar atau colon iliaka. Untuk anomali tinggi,
dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir.
b) PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan umumnya ditunda 9 sampai 12 bulan.
Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi waktu pelvis untuk membesar dan
pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk
menambah berat badannya dan bertambah baik status nutrisinya.
c) Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari setelah operasi,
anak akan mulai BAB melalui anus. Pertama, BAB akan sering tetapi seminggu
setelah operasi BAB berkurang frekuensinya dan agak padat.

Anda mungkin juga menyukai