Anda di halaman 1dari 1

Sanitasi Buruk di Sumatera Barat, Salah Siapa?

Sanitasi yang buruk merupakan cerminan perilaku tak acuh masyarakat akan
kebersihan. Kegiatan buang air besar dan atau mandi di kawasan sungai telah menjadi sebuah
kebiasaan yang lazim bagi masyarakat Sumatera Barat, khususnya di Bandar bekali Kota
Padang. Namun selain disebabkan oleh perilaku masyarakat itu sendiri, kurangnya akses
sanitasi yang layak juga turut andil dalam menciptakan kondisi lingkungan yang tidak sehat.
Air yang terkontaminasi dapat menyebabkan penyakit-penyakit sepertidisentri, kolera, diare,
tipus, hepatitis, leptospirosis, malaria, demam berdarah, kudis, penyakit pernapasan kronis
dan infeksi parasitusus.

Berdasarkan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Sumatera Barat, hingga akhir tahun 2016, tidak mencapai target akses dasar sanitasi. Daerah
dengan target masih rendah antara lain, Kabupaten Solok 25 persen, Solsel 28 persen,
Mentawai 31 persen, Pasaman 31 persen, dan Padang pariaman 32 persen. Dari penjelasan
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa dalam pembangunan dan pengelolaan sanitasi perlu
adanya hubungan dengan pihak bersangkutan yaitu masyarakat. Salah satu pendekatan yang
patut dicoba yaitu Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilarnya
sebagai kerangka kerja. Lima pilar tersebut yaitu penghapusan buang air besar di tempat
terbuka, mencuci tangan dengan sabun, pengolahan air rumah tangga, pengelolaan sampah
padat dan pengelolaan limbah cair. Namun program STBM tersebut dapat berjalan jika
diiringi dengan fasilitas sanitasi yang lebih baik. Keterlibatan pihak swasta juga bermanfaat
guna meningkatkan system sanitasi perkotaan dan pinggiran kota.

Daftar Pustaka :
Maisany, Elsy. 2017. Sanitasi Sumbar masih Kacau. Dalamwww.news.padek.co. Diakses
pada 21 Agustus 2017.
Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian: Air Bersih, Sanitasi & Kebersihan. Dalam
www.unicef.org. Diaksespada 21 Agustus 2017.
Trinurini, Eri. 2009. Pelayanan Sanitasi Buruk: Akar Dari Kemiskinan. Jurnal Analisis
Sosial Vol. 14 No. 2. Dalamwww.media.neliti.com. Diakses pada 21 Agustus 2017.

Anda mungkin juga menyukai