Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENULISAN KARYA ILMIAH

TENTANG

TUJUAN MANFAAT DAN DALIL TENTANG TASAWUF

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Adesa Juliansa.P (2010201069)
Ani Putri Yani (2010201162)
Ahmad idris

Dosen pengampu :
Dr.Usman Yahya M.Ag

MAHASISWA JURUSAN TADRIS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) KERINCI
TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur`an dan hadis bukanlah sebuah aturan-aturan kaku yang membatasi ruang
gerak manusia. Al-Qur`an dan hadis adalah panduan hidup yang menggiring manusia
menuju ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan. Kebahagiaan yang sempurna adalah
kebahagiaan yang meliputi dua dimensi, yaitu dimensi dunia dan dimensi akhirat.
Kebahagiaan di dunia dapat dirasakan dengan jiwa yang tentram. Kebahagiaan akhirat
adalah kebahagiaan bertemu dan berkomunikasi dengan Allah. Tasawuf dalam dunia
Islam baru akhir-akhir ini dipelajari sebagai ilmu, sebelumnya dipelajari sebagai jalan
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Manusia pada dasarnya adalah suci, maka kegiatan yang dilakukan oleh sebagian
manusia untuk mensucikan diri merupakan naluri manusia. Usaha yang mengarah kepada
pensucian jiwa terdapat di dalam kehidupan tasawuf. Tasawuf merupakan suatu ajaran
untuk mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Allah bahkan kalau bisa menyatu
dengan Allah melalui jalan dan cara, yaitu maqâmât dan ahwâl. Untuk lebih jelasnya,
dalam makalah ini saya akan mencoba memaparkan beberapa persoalan yang
berhubungan dengan tasawuf, yaitu pengertian tasawuf, sejarah perkembangan tasawuf,
dalil Al-Quran dan Hadits tentang perlunya tasawuf, manfaat tasawuf, serta istilah-istilah
dalam tasawuf.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian tasawuf ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan tasawuf itu?
3. Apa saja dalil Al-Quran dan hadits yang berkenaan tentang perlunya tasawuf?
4. Apa manfaat dari tasawuf itu?
5. Jelaskan istilah-istilah dalam tasawuf: fana, baqa, ittihad dan hulul!
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf
Terdapat beragam pendapat mengenai akar kata tasawuf . Ada yang mengatakan
bahwa kata tasawuf berasal dari kata shufah (kain dari bulu), karena kepasrahan seorang
sufi kepada Allah ibarat kain wol yang dibentangkan. Ada yang berpendapat shifah (sifat)
sebab, seorang sufi adalah orang yang menghiasi diri dengan segala sifat terpuji dan
meninggalkan setiap sifat tercela. Pendapat lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari
kata shuffah (sufah) sebab, seorang sufi mengikuti ahli sufah dalam sifat yang telah
ditetapkan Allah bagi mereka. Al-Qusyari berpendapat bahwa tasawuf berasal dari
shafwah (orang pilihan atau suci). shaf (saf), seolah para sufi berada di saf pertama dalam
menghadapkan diri kepada Allah dan berlomba-lomba untuk melakukan ketaatan.
Sebagian kalangan mengatakan, kata tasawuf dinisbatkan pada kain wol yang kasar
(shuf khasyin). Sebab, para sufi gemar memakainya sebagai simbol zuhud dan kehidupan
yang keras. Jadi Tasawuf adalah usaha untuk membersihkan jiwa, memperbaiki akhlak
dan mencapai maqam ihsan. Dengan kata lain yaitu usaha menaklukan dimensi jasmani
manusia agar tunduk dimensi rohani. Tasawuf oleh kaum orientalis disebut dengan
sufisme. Sufisme dipakai untuk mistisisme Islam dan tidak dipakai untuk mistisisme
agama-agama lain. Orang yang pertama kali memakai kata sufi adalah Abu Hasyim al-
kufi di Irak (150 H).

B. Sejarah Perkembangan Tasawuf


Fase-fase dalam perkembangan tasawuf:
1. Pada masa awal era Islam dakwah kepada tasawuf itu belum diperlukan, karena pada
era itu, semua orang adalah ahli takwa, waraa dan ahli ibadah. Mereka semua
berlomba mengikuti dan meneladani Rasulullah dalam setiap aspek. Oleh karena itu,
mereka belum membutuhkan tasawuf karena segala sesuatunya didasarkan pada
perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasulullah.
2. Pada masa sahabat dan tabi‟in sudah menggunakan tasawuf, tetapi belum
mengggunakan istilah tasawuf, karena para sahabat dan tabiin merupakan sufi yang
sesungguhnya. Tasawuf merupakan sifat-sifat umum yang terdapat pada hampir
seluruh sahabat Nabi tanpa terkecuali dan adanya perasaan takut dan cintanya mereka
kepada Allah dan Rasulullah melebihi dirinya sendiri.
3. Setelah masa Sahabat dan Tabiin beragam bangsa mulai memeluk Islam. Bidang ilmu
pengetahuan semakin meluas dan terspesialisasi, muncullah ilmu fiqih, ilmu tauhid,
ilmu hadits, ilmu ushul fiqih, ilmu faraid dan ilmu-ilmu lainnya.
4. Setelah fase tersebut pengaruh spiritual Islam sedikit demi sedikit melemah. Manusia
mulai lupa akan kewajibannya kepada Allah, sehingga ahli uhud terdorong untuk
mengkodifikasikan ilmu tasawuf serta menerangkan kemuliaan dan keutamaannya
diantara ilmu-ilmu lainnya. Mulai dari fase inilah ilmu tasawuf berkembang.

C. Dalil-Dalil Al-Quran dan Hadits


Berkenaan tentang Perlunya Tasawuf Al-Quran Ayat-ayat Al-Quran yang menjadi
sumber ajaran tasawuf dan sebagai pendorong untuk mengikatkan dan mendekatkan diri
kepada Allah, di antaranya adalah sebagai berikut:
ِِ‫ِو ِإذَاِ َسأَلَ َكِ ِع َثادِيِ َع ٌِّيِفَإًِِّيِقَ ِرية‬ ِ ‫َّاعِ ِإذَاِدَ َع‬
َ ‫اى‬ ِ ‫يةِدَع َْىج َِالد‬
ُ ‫ج‬ِِ ُ ‫أ‬
Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. (Al-Baqarah: 186).
َ َ‫بِفَِأ َ ْيٌَ َواِت ُ َىلُّ ْىاِفَث َ َِّنِ َوجْ هُِهللاِِإِ َّىِهللا‬
ِِ‫ِوا ِسعِ َع ِليْن‬ ْ ‫ِو‬
ُ ‫ِال َو ْغ ِر‬ ْ ِ‫َوِِهلل‬
َ ‫ِال َو ْش ِر ُق‬
Artinya: Dan kepunyaan Allah lah Timur dan Barat; maka ke mana pun kamu
menghadap, di-sanapun ada wajah Allah; sesungguhnya Allah adalah Maha Luas lagi
Maha Mengetahui. (Al-Baqarah: 115).
َّ ِ‫فِيَأْت‬
َ ‫يِاَّللُِتِقَ ْى ٍمِي ُِحثُّ ُه ْن‬
َِِ‫ِوي ُِحثُّىى‬ َ ‫س ْى‬ ِ ‫يَاِأَيُّ َهاِالَّرِييَ ِآ َهٌُىاِ َه ْيِيَ ْرتَد‬
َ َ‫َِّهٌْ ُك ْنِ َع ْيِدِيٌِ ِِهِف‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad
dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai
mereka dan merekapun mencintai-Nya. (QS: Al-Maidah Ayat: 54)
Hadits 1. “Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal maka Aku mendekatinya
sehasta, jika dia mendekat sehasta, maka Aku mendekat sedepa, jika dia datang kepada-
Ku dengan berjalan maka Aku datang kepadanya berlari (H.R.Bukhari)”.
2. “Senantiasa hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan amal nawafil sehingga Aku
mencintainya, apabila Aku mencintainya jadilah Aku pendengarannya yang ia gunakan
untuk mendengar, matanya yang dipergunakan untuk melihat, lidahnya yang digunakan
untuk berbicara, tangannya yang digunakan untuk menggenggam, kakinya yang
digunakan untuk berjalan, dengan Aku dia mendengar, berpikir, menggengam, dan
berjalan (H.R. Bukhari)”. Hadits juga menggambarkan Tuhan itu dekat. Nabi itu sudah
dekat dengan Tuhan, dan praktek Sufi juga tergambar dalam sunah nabi. Jadi terlepas dari
kemungkinan adanya atau tidak adanya pengaruh dari luar, ayat-ayat serta hadits-hadits di
atas dapat membawa kepada timbulnya aliran sufisme atau tasawuf dalam Islam, yaitu
ajaran-ajaran tentang berada sedekat mungkin pada Tuhan.

D. Manfaat Tasawuf
Tasawuf memiliki banyak manfaat dalam kehidupan, di bawah ini adalah beberapa
manfaat tasawuf yaitu: 1.Dalam bidang kecerdasan emosional Apabila dapat
mengamalkan tasawuf dengan baik maka dapat mengendalikan emosionalnya dengan
baik pula 2.Dalam bidang kecerdasan spiritual Tasawuf mengingatkan manusia tentang
kemaitian, agar umat manusia selalu beribadah, beramal shaleh, serta menjauhi perbuatan
maksiat dan kejahatan. 3.Dalam bidang Agama Tasawuf diperlukan untuk mengamalkan
Islam secara kaffah serta untuk mengembangkan kerukunan hidup beragama dan integrasi
sosial 4.Dalam bidang etos kerja Tasawuf dapat memperkuat etos kerja karena dalam
ajaran Islam bekerja itu wajib untuk memenuhi keperluan diri sendiri, keluarga dan umat.
5.Dalam bidang Pendidikan Tasawuf merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu
diajarkan di Madrasah dan mata kuliah di Perguruan Islam untuk mengembangkan
kehidupan agama yang komprehensif dan utuh serta untuk mengembangkan masyarakat
dan bangsa yang bersih, sehat dan maju. 6.Dalam bidang Ilmu Pengetahuan Tasawuf
mendidik anggota masyarakat untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan rasional
serta mendidik untuk memiliki tanggung jawab sosial.

E. Istilah-Istilah dalam Tasawuf


1. Fana: hilangnya sifat-sifat buruk (maksiat lahir dan maksiat batin). Bahwa fana itu
ialah lenyapnya segala-galanya.
2. Itihad: satu tingkatan dalam tasawuf dimana seorang sufi telah merasa dirinya bersatu
dengan Tuhan. Yaitu pertukaran peranan antara yang mencintai dan yang dicintai
telah menjadi satu atau tegasnya antara sufi dengan Tuhan.
3. Baqa: kekal, tetap, terus hidup.
4. Hulul: Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di
dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada di dalam tubuh itu dilenyapkan.
5. Maqamat: Pada Istilah Maqam atau arti jamak adalah maqamat , sebagaimana juga
ahwal, yang dipahami berbeda menurut para sufi. Namun semuanya sepakat dalam
memahami maqamat yang berarti kedudukan seorang pejalan spiritual atau sufi di
hadapan Allah yang diperoleh melalui kerja keras dalam beribadah kepadaNya,
bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu (mujahadah), serta latihan-latihan
keruhanian budi-pekerti (adab) yang dapat membuatnya memiliki syarat - syarat
dalam melakukan usaha - usaha untuk menjalankan berbagai kewajiban dengan baik
dan mendekati sempurna.
6. Ahwal: hal atau arti jamak adalah ahwal adalah suasana atau keadaan yang
menyelimuti kalbu, yang diciptakan sebagai hak prerogatif pada Allah dalam hati
setiap hambanNya, tidak ada sufi yang mampu merubah keadaan tersebut apabila
datang saatnya, atau memperhatikannya apabila pergi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tasawuf bukanlah sesuatu yang baru dalam Islam. Prinsip-prinsip ajaran Tasawuf
telah ada dalam Islam semenjak Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul, bahkan
kehidupan rohani Rasul dan para sahabat menjadi salah satu panutan di dalam melakukan
amalan-malannya. Ini merupakan sangkalan terhadap pendapat yang mengatakan bahwa
Tasawuf merupakan produk asing yang dianut oleh umat Islam. Inti dari ajaran tasawuf
ialah mendekatkan diri kepada Allah dengan melalui tahapan-tahapan (ajaran)Nya yaitu
maqamat dan ahwal. Ajaran-ajaran tasawuf ini bersumber dari al-Qur‟an, Hadits dan
perbuatan-perbuatan sahabat. Banyak kita temui ayat-ayat al-Qur‟an yang berhubungan
dengan ajaran-ajaran tasawuf. Mulai dari ajaran dasar tasawuf, maupun tingkatan
tingkatan yang harus ditempuh oleh seorang sufi yang kita kenal dengan nama maqamat
dan ahwal. Tujuan tertinggi dari seorang sufi adalah untuk mendekatkan diri kepada
Allah atau kalau bisa menunggal dengan Allah.

B. Saran
Agar kita dapat mengetahui dan mengenal Allah lebih dekat lagi, maka sangat
diperlukan ilmu yang mempelajari hal tersebut yang dikenal dengan Tasawuf. Dosen:
semoga makalah ini dapat memenuhi tugas yang telah diberikan kepada saya. Mahasiswa:
Semoga makalah ini dapat membantu dalam memahami permasalah tentang Tasawuf
Masyarakat: semoga dapat menambah dan mempertajam pengertian dan pembahasan
Tasawuf di kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Isa, Syaikh „Abdul Qadir. (2011). Hakekat Tasawuf. Jakarta: Qisthi Press, cetakan ke-13.

Nasution, Harun. (1973). Falsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Rahiem, Husni. (1986). Orientasi Pengembangan Ilmu Agama Islam. Proyek Pembinaan

Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama / IAIN. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI.

Tebba, Sudirman . (2008). Tasawuf Positif: Manfaat Tasawuf dalam Kehidupan Sehari-hari.
Tangerang: Pustaka Irvan.

Zahri, Mustafa. (1976). Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai