Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN FILSAFAT, FILSAFAT ILMU, DAN ILMU

PENGETAHUAN

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Yang di ampu oleh Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag.

Disusun Oleh Renaldy

MAGISTER PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apa yang terlintas pertama kali di pikiran kalian jika mendengar


atau mempelajari filsafat? kebanyakan orang akan beranggapan bahwa
dengan belajar filsafat maka akan menjauhkan manusia dari konsep
ketuhanan, di masyarakat umum bahkan terkadang beranggapan bahwa
orang yang belajar filsafat akan mengakibatkan dirinya menjadi ateis dan
tidak percaya dengan keberadaan Tuhan. Padahal dalam konsep keilmuan
dan sejarah, filsafat adalah akar dari segala ilmu pengetahuan, filsafatlah
yang melahirkan berbagai jenis ilmu pengetahuan yang kita ketahui saat ini,
mulai dari sains hingga ilmu sosial.

Sepanjang sejarah, manusia pada mulanya menggunakan mitos-


mitos atau pemikiran sederhana bahwa ada kekuatan lain yang lebih besar
dari kemampuan manusia, pemikiran mengenai mitos-mitos inilah yang
digunakan oleh manusia untuk menjawab pertanyaan mengenai fenomena
alam yang ada. Filsafat kemudian berkembang untuk menjawab mengenai
permasalahan-permasalahan tersebut, dari sinilah kemudian berkembang
ilmu pengetahuan yang kita kenal saat ini, mulai dari fisika hingga sejarah,
mulai dari biologi hingga sosiologi.

Filsafat sering kali di pelajari oleh para akademisi terutama oleh para
mahasiswa di perguruan tinggi dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan,
kenapa hal ini bisa terjadi? hal ini dikarenakan setiap ilmu pengetahuan
semuanya memiliki akar dari filsafat. dalam perkembangan selanjutnya
filsafat bukan berarti ditinggalkan dan dilupakan, namun pemikiran
mengenai filsafat perlu dilakukan terus menerus dengan tujuan menjadi
solusi setiap adanya permasalahan dalam ilmu pengetahuan. Oleh karena
itu, muncullah filsafat ilmu sebagai sebuah cabang dalam filsafat yang
mempelajari ilmu pengetahuan dari berbagai sisi dan berbagai macam
problematika dalam ilmu pengetahuan.

Filsafat, filsafat ilmu, dan ilmu pengetahuan pada perkembangannya


menjadi sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling mengisi satu
sama lain. Oleh karena itu, dalam tulisan ini, penulis akan berusaha untuk
menjabarkan filsafat, filsafat ilmu, dan ilmu pengetahuan, serta
hubungannya satu sama lain.

B. Latar Belakang
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di ambil beberapa
rumusan masalah yaitu
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat?
2. Apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu?
3. Apa yang dimaksud dengan Ilmu pengetahuan?
4. Bagaimana hubungan antara filsafat, filsafat ilmu, dan ilmu
pengetahuan?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengenal Filsafat
Apakah pikiran manusia mampu mendefinisikan filsafat dengan
benar? Terkadang banyak sekali pemahaman yang salah mengenai filsafat,
bahkan terkadang membawa manusia menuju pemikiran yang bermacam-
macam yang bahkan tak berhubungan sama sekali dengan filsafat itu
sendiri. Misal, filsafat mengajarkan manusia untuk tidak percaya akan
keberadaan Tuhan, filsafat mempertanyakan hal-hal yang tidak bisa
didefinisikan, filsafat membuat mahasiswa semakin bingung akan ilmu
yang di pelajarinya, dan banyak lagi definisi yang tidak memiliki hubungan
yang tepat dengan pengertian filsafat pada umumnya.
Perlu menjadi sebuah pemahaman bersama, sepanjang sejarah
manusia pada mulanya menggunakan mitos-mitos atau pemikiran
sederhana bahwa ada kekuatan lain yang lebih besar dari kemampuan
manusia, pemikiran mengenai mitos-mitos inilah yang digunakan oleh
manusia untuk menjawab pertanyaan mengenai fenomena alam yang ada.
Barulah kemudian manusia berupaya untuk melakukan pengamatan dan
berpikir terhadap masalah yang ada untuk kemudian berupaya untuk
menemukan penyebab dibaliknya, inilah kemudian menjadi dasar
perkembangan filsafat.
Filsafat jika kita artikan secara bahasa, berasal dari bahasa Arab
“falsafah” yang juga berasal dari bahasa Yunani “philosophia” yang jika
kita pisah kata Philo berarti cinta, dan kata Sophia berarti kebijaksanaan
atau hikmah, philisophia berarti rasa cinta kepada kebijaksanaan atau suatu
kebenaran, sehingga jika kita artikan seseorang yang belajar filsafat dapat
menjadi orang yang arif, bijaksana, dan memiliki kemampuan berpikir
untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada secara praktis.
Menurut KBBI, filsafat dapat di artikan pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab,
asal, dan hukumnya, atau dapat di artikan juga filsafat adalah teori yang
mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan. Secara tidak langsung
menegaskan bahwa filsafat adalah pemikiran mengenai awal mula sebuah
ilmu pengetahuan.

Selain dari segi bahasa, dari segi praktis fiilsafat dapat di artikan
sebagai alam pemikiran manusia atau jika di sederhanakan, berfilsafat
berarti berfikir, setiap orang pasti berfikir, jadi secara tidak langsung dapat
dikatakan bahwa setiap orang yang berfikir sebenarnya adalah filsuf.
Namun hal ini tidaklah sepenuhnya benar, yang dimaksud berfilsafat bukan
berarti hanya sekedar berfikir, namun berfikir secara mendalam dan
sungguh-sungguh. Untuk bisa dikatakan sebagai seorang filsuf, seseorang
harus memiliki beberapa kriteria antara lain : (Waris, 2014 : 3)

1. Seseorang haruslah orang yang arif.


2. Seseorang haruslah berilmu yang mumpuni.
3. Seseorang haruslah memiliki jiwa yang tenang.
4. Seseorang haruslah seorang pemikir.
5. Seseorang haruslah memiliki rasa cinta terhadap sebuah kebenaran.

Filsafat dapat dikatakan sebagai sebuah usaha yang dilakukan oleh


manusia untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat fundamental terkait masalah-masalah yang bersifat teoritis yang
dihadapi oleh manusia dan dilakukan secara bertanggung jawab. (Suseno,
1992: 3-4)

Filsafat merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji


tentang kebenaran yang hakiki. Hal ini menunjukkan bahwa berfilsafat
merupakan cara dan upaya dalam melaksanakan penyelidikan yang meliputi
tentang apa, bagaimana, dan untuk apa, dalam konteks berpikir, yang
apabila dikaitkan dengan terminologi filsafat tercakup dalam aspek berikut
ini, yaitu; ontologi yang mengkaji tentang apa, epistemologi yang mengkaji
tentang bagaimana, dan aksiologi yang mengungkapkan untuk apa sebuah
ilmu dipelajari. (Radenrara & Wachid, 2021: 61)

Menurut Ludwig von Wittgenstem dalam Suariasumantri (2007:


30), beliau mengungkapkan bahwa tugas utama filsafat adalah bukan hanya
untuk menghasilkan sekumpulan pernyataan-pernyataan yang bersifat
filsafat, tetapi untuk menghasilkan sebuah pernyataan yang sejelasnya.
sedangkan Immanuel Kant dalam Acton (2003: 7) seorang filsuf Jerman
mengungkapkan bahwa fungsi filsafat adalah agar dapat menyingkirkan
pemikiran manusia di hadapan sebuah pengujian terhadap suatu pemikiran
yang bersifat kritis. berdasarkan deskripsi tersebut, filsafat dapat dikatakan
sebagai ilmu yang berfungsi untuk menjabarkan sebuah permasalahan
sehingga didapatkan jawaban atas permasalahan-permasalahan yang ada
dengan berfikir.

Filsafat dan ilmu filsafat tidak dapat juga dikatakan sebagai sebuah
disiplin ilmu yang sama, keduanya memiliki perbedaan. Ilmu filsafat adalah
sebuah kajian yang mendalam mengenai filsafat yang juga sebuah ilmu dari
berbagai sudut pandang seperti objeknya, ruang lingkup, masalah yang
dihadapi dan bagaimana cara penyelesainnya. (Rai, 2013: 73)

Secara umum filsafat dapatlah dikatakan sebagai sebuah disiplin


ilmu yang mempelajari dan menyelidiki sesuatu untuk memperoleh sebuah
kebenaran, filsafat mencari dan berusaha menemukan apa inti sari dari suatu
permasalahan dengan cara berpikir, dan mengamati suatu permasalahan
untuk mencari kebenaran dibaliknya.
Dari berbagai definisi yang ada, filsafat memiliki beberapa ciri-ciri
yang menjadi identitas dari filsafat. berikut beberapa ciri-ciri dari filsafat
yang diterima secara luas oleh para filsuf. Yakni : (Lubis, 2015: 8)

1. Universal, yaitu menyeluruh. Filsafat dapat dikatakan sebagai ilmu


pemikiran yang luas dan menyeluruh dalam berbagai aspek
pengetahuan.
2. Radikal, yaitu pemikiran yang mendalam. Filsafat dapat dikatakan
sebagai ilmu yang sangat mendasar sampai pada hasil akhir yang
fundamental dan essensial.
3. Sistematis, yaitu mengikuti pola dan metode berfikir yang ilmiah,
runtut, dan logis, meskipun masih bersifat spekulatif.

Dalam perkembangannya kemudian, filsafat juga dapat dibagi lagi


menjadi beberapa cabang studi, secara umum peneliti membagi filsafat
menjadi enam cabang filsafat atau bagian, yaitu epistemologi, metafisika,
logika, estetika, dan filsafat ilmu. (Anna, 2014 : )

1. Epistemologi
Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti pengetahuan
dan logos yang berarti kata, pikiran, dan ilmu. Jadi jika kita simpulkan
Epistemologi adalah ilmu atau cabang filsafat yang khusus mempelajari
atau membahas pengetahuan yang meliputi asal mulanya, bentuknya
atau strukturnya, validitas dan metodologinya, yang nantinya akan
membentuk pengetahuan manusia.
2. Metafisika
Istilah metafisika berasal dari Yunani metaphysika yang artinya
adalah setelah fisika. Secara umum dapat dikatakan bahwa metafisika
adalah cabang filsafat yang khusus membahas menenai sebuah atau
keseluruhan dari realitas yang ada secara komprehensif.
3. Logika
Logika dalam filsafat dapat dikatakan sebagai ilmu yang
mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan menyimpulkan sebuah
kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional dan
dipercaya.
4. Etika
Etika dapat dikatakan sebagai ilmu atau cabang filsafat yang khusus
membahas mengenai tingkah laku, kepribadian, baik buruknya manusia.
Dalam hal ini filsafat menilai manusia dari segi perilaku dan tingkahnya.
Etika dapat juga dijabarkan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
kesusilaan dan bagaimana manusia dapat hidup dalam bermasyarakat.
5. Estetika
Estetika berarti keindahan, filsafat estetika menilai atau menelaah
mengenai keindahan dengan perasaan dan juga pemikiran manusia
terhadap suatu hal.
6. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu dapat juga dikatakan sebagai cabang filsafat yang
khusus membahas mengenai hakikat ilmu. Dengan adanya penerapan
filsafat ilmu, dapat dikatakan penyelesaian masalah dalam ilmu
pengetahuan menjadi lebih jelas dan lebih terarah.
Demikianlah deskripsi singkat mengenai apa saja yang harus kita
ketahui untuk mengenal filsafat, ciri-cirinya serta cabang-cabang yang ada
dalam filsafat. Ternyata dengan mempelajari filsafat diharapkan kita
memiliki kemampuan berfikir yang dapat menunjang kita memahami
sebuah keilmuan dan mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang
ada dalam keilmuan.
penulis berharap dengan mengenal filsafat, tidak ada lagi yang
masih beranggapan bahwa dengan belajar filsafat akan membuat seseorang
menjadi ateis atau tidak percaya Tuhan, dengan belajar filsafat seseorang
akan menjadi gila dan banyak lagi mitos yang berkembang di masyarakat
mengenai filsafat.
B. Mengenal Filsafat Ilmu
Seperti yang sudah dijelaskan di sub bab sebelumnya, filsafat masih
dibagi lagi menjadi beberapa cabang atau bagian, salah satunya adalah
filsafat ilmu. Hal ini kemudian menimbulkan beberapa pertanyaan, apa itu
filsafat ilmu? apakah filsafat dengan filsafat ilmu memiliki perbedaan atau
persamaan? Dan banyak lainnya.
Menurut Mohammad Muslih (2016: 28), filsafat ilmu adalah
segenap pemikiran yang reflektif, radikal dan mendasar atas berbagai
persoalan yang mengenai perkembangan ilmu pengetahuan, landasannya,
dan hubungannya dengan segala sendi kehidupan manusia. Filsafat ilmu
adalah disiplin atau cabang dari filsafat yang cukup unik yang hanya
membahas mengenai objek khusus yaitu ilmu pengetahuan.
Filsafat ilmu berasal dari zaman Yunani kuno, sebelum abad ke-17
ilmu dapat dikatakan identik dengan filsafat. Dahulu ilmu merupakan
bagian dari filsafat, sehingga jika seseorang ingin mendefinisikan filsafat
harus berdasar atau tergantung pada sistem filsafat yang di anut. (Kirom,
2011: 101-102)
Sebagai disiplin ilmu tersendiri, filsafat ilmu memiliki bidang yang
cukup unik, karena hal yang dipelajari olehnya adalah dirinya sendiri, yaitu
mempelajari segalanya secara filosofis yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan. Maka sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu dapat kita
lihat secara teoritis, sedangkan sebagai sebuah landasan filosofis, filsafat
ilmu adalah sebuah kerangka besar dari proses keilmuannya. (Muslih,
2016: 3)
Filsafat ilmu terkadang juga diartikan sebagai filsafat khusus yaitu
sebuah cabang dari filsafat yang lebih besar, yang mana membatasi
pembahasannya pada hakikat sebuah ilmu, dan juga melakukan penerapan
berbagai metode-metode yang ada di dalam filsafat untuk mencari,
menemukan, dan menjelaskan sebuah persoalan yang ada untuk
mendapatkan kejelasan yang lebih pasti. (Anna & Al Muchtar, 2014: 22)
Rai Utama (2013: 14) menjabarkan perkembangan filsafat ilmu
dapat dibagi menjadi empat fase perkembangan berdasarkan pada ciri khas
yang mewarnai setiap fase perkembangan, yaitu :
1. Filsafat ilmu zaman kuno, filsafat ilmu ini dimulai sejak munculnya
filsafat hingga dengan munculnya renaisance. Pada fase ini filsafat
ilmu masih berputar pada perkembangan filsafat yang ada di masa
Yunani kuno, yang mana antara filsafat dan ilmu adalah satu hal yang
tidak bisa di pisahkan satu sama lain.
2. Filsafat ilmu masa renaisance, filsafat ini berkembang dari masa
masuknya renaisance hingga memasuki era positivisme. Pada fase ini,
otoritas Aristoteles di masa Yunani kuno tersisihkan oleh
perkembangan metode baru dan pandangan baru terhadap alam melalui
pengamatan ilmiah serta metode-metode eksperimen dengan dasar
yang lebih kukuh.
3. Filsafat ilmu zaman modern, filsafat ini berkembang sejak masuknya
era positivisme hingga akhir abad ke-19. Di fase ini perkembangan
filsafat dipengarhu oleh aliran positivisme yang melakukan evaluasi
terhadap ilmu dan metode ilmiah yang telah ada sebelumnya.
4. Filsafat ilmu kontemporer, fase ini adalah perkembangan mutakhir
filsafat ilmu sejak awal abang ke-20 hingga saat ini.
Muslih (2016: 18) menjabarkan filsafat ilmu memiliki empat
kandungan problematika yang dapat kita identifikasi dalam rangka
membangun dan mengembangkan wawasan dan pengembangan keilmuan
lebih lanjut, yaitu:
1. Mempelajari struktur fundamental suatu ilmu
Struktur fundamental sebuah ilmu pada dasarnya adalah hakikat
ilmu itu sendiri, dengan mempelajari struktur fundamental sebuah ilmu,
diharapkan kita akan memiliki pengetahuan yang mumpuni terhadap
ilmu yang kita pelajari.
2. Mempelajari struktur logis suatu ilmu
Struktur logis suatu ilmu mempelajari bagaimana suatu ilmu
memiliki ikatan hubungan dengan pandangan dunia. Secara tidak
langsung hal ini berkaitan dengan logika ‘apa’ yang bisa ‘bermain’
dibelakang sebuah ilmu tertentu, dan karenanya bisa dilihat apa
konsekuensi yang ditimbulkannya.
3. Berusaha mencari sebuah terobosan baru dalam ilmu
Untuk bisa mewujudkan suatu ilmu dapat bertahan, berdaya jual
yang mumpuni, selalu aktual, dan juga berguna, perlu ditemukan sebuah
terobosan baru dalam keilmuan, ha ini diperlukan juga sebagai alat agar
sebuah ilmu pengetahuan dapat berkembang terus menerus. Filsafat
menanamkan kebiasaan untuk sealu berfikir kritis dan analisis yang
mana dapat menghasilkan ide-ide yang dibutuhkan dalam
perkembangan ilmu.
4. Melakukan tindakan kritik, atau analisis yang kritis terhadap sebuah
ilmu.
Tindakan kritik dan analisis diperlukan untuk memahami awal mula
sebuah persoalan. Maka dari itu, filsafat ilmu tidak hentinya melakukan
kritik terhadap ilmu-ilmu yang ada agar semakin berkembang.

Dari subbab ini dapat ditemukan bahwa filsafat ilmu adalah filsafat
yang membahas ilmu pengetahuan secara khusus dalam pembahasannya,
dengan adanya pemikiran mengenai filsafat ilmu, maka perkembangan ilmu
pengetahuan akan menjadi lebih terarah dan di harapkan kedepannya akan
ditemukan sebuah kemajuan baru atas perkembangan ilmu pengetahuan.
C. Mengenal Ilmu Pengetahuan
Setelah sebelumnya kita membahas mengenai filsafat dan filsafat
ilmu, maka muncul sedikit pertanyaan mengenai apa sebenarnya itu ilmu?
Di subbab ini kita akan membahas sedikit apa sebenarnya yang di maksud
dengan ilmu pengetahuan, ini akan menjadi jembatan kita mengetahui apa
sebenarnya hubungan antara filsafat, filsafat ilmu, dan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan menurut Kirom (2011: 102) adalah rangkaian
aktifitas kegiatan manusia yang bersifat rasional dan kognitif yang memiliki
metode prosedural sehingga nantinya menghasilkan kumpulan pengetahuan
yang sistematis dan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman,
penjelasan, ataupun penerapan.
Ilmu pengetahuan kemudian memiliki beberapa karakteristik khusus
menurut Tamrin (2019: 73) yaitu: pertama, pengetahuan disusun secara
metodis, urut sistematis dan memiliki hubungan dengan suatu bidang
tertentu dan realitas kenyataan. Kedua, ilmu pengetahuan dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu, permasalahan tertentu yang
terperinci dan mampu kemudian memperjelas sebuah bidang pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia mulai berkembang cepat
ketika memasuki era Renaisance dan Aufklarung atau dikenal juga dengan
abad pencerahan di Eropa. Dengan melemahnya kekuasaan Gereja sejak
abad kegelapan membuat perkembangan ilmu pengetahuan melepaskan diri
dari pengaruh gereja yang sangat besar. Ilmu pengetahuan dan filsafat
sudah terlepas dari pengaruh teologi. (Kartodirdjo, 1986: 43)
Perkembangan ilmu pengetahuan dapat dibagi menjadi 3 tahapan
menurut Auguste Comte, yakni : (Suriasumantri, 2007: 25)
1. Tahap religious atau tahapan asas religi yang digunakan untuk dijadikan
postulat ilmiah sehingga dapat dikatakan ilmu adalah deduksi atau
penjabaran dari religi atau keagamaan.
2. Tahap metafisika, yaitu tahap manusia mulai berspekulasi tentang
keberadaan wujud yang menjadi objek pemikirannya dan terbebas dari
dogma atau aturan keagamaan dan mengembangkan sistem
pengetahuan di atas dasar postulat metafisik tersebut.
3. Tahap positif, yaitu tahap pengetahuan ilmiah dimana apa saja yang
akan digunakan diuji secara positif dalam proses penentuan atau
verifikasi yang objektif dan tidak memihak.

Ilmu pengetahuan memiliki fungsi, yang mana fungsi ilmu pengetahuan ini
adalah untuk menentukan dan membedakan antara yang benar dan yang
salah, hingga hasil akhirnya menjadi jelas dan dapat dipercaya. R.B.S
Fudyartanto dalam Tamrin (2019: 80), menyebutkan bahwa ada empat
macam fungsi ilmu pengetahuan, yakni :

1. Fungsi deskriptif, yaitu fungsi dimana ilmu pengetahuan


menggambarkan, menjelaskan atau memaparkan suatu objek kajian atau
masalah sehingga mudah dipelajari oleh manusia.
2. Fungsi pengembangan, yaitu fungsi ilmu pengetahuan untuk
melanjutkan hasil penemuan yang sudah ada dan mengembangkannya
untuk menemukan pengetahuan atau penemuan yang lebih baru.
3. Fungsi prediksi, yaitu dimanailmu pengetahuan berusaha melakukan
prediksi-prediksi atas kejadian yang akan datang dengan pengetahuan
yang ada saat ini.
4. Fungsi kontrol, yaitu fungsi ilmu pengetahuan untuk menanggulangi
atau menghindari kejadian-kejadian buruk yang mungkin akan terjadi di
masa yang akan datang.

D. Hubungan Antara Filsafat, Filsafat Ilmu, Dan Ilmu Pengetahuan

Setelah sebelumnya kita sudah membahas filsafat, filsafat ilmu, dan


juga ilmu pengetahuan, maka akan timbul pertanyaan, bagaimana sih
hubungan antara ketiganya? Apa peranan filsafat, dan filsafat ilmu terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan? dan banyak pertanyaan lainnya. Di
subbab ini kita akan mencoba membahas sedikit apa sebenarnya hubungan
antara filsafat, filsafat ilmu dan juga ilmu pengetahuan.

Untuk bisa mulai memahami mengenai hubungan antara filsafat,


filsafat ilmu dan ilmu pengetahuan, pertama kita harus melihat perspektif
mengenai ilmu pengetahuan. Pada masa postmodernisme, pandangan
mengenai ilmu pengetahuan mengatakan bahwa suatu ilmu tidaklah harus
dikatakan sebagai sebuah kebenaran, filsafatlah yang kemudian memiliki
peran di sana untuk membantu seseorang dalam menemukan jawaban
kebenaran atas ilmu yang di pelajarinya. Dengan adanya filsafat, Ilmu
pengetahuan diharapkan mampu memperluas kepekaan seseorang terhadap
pandangan yang berbeda, dan memperkuat kemampuan orang untuk
bertoleransi atas pendirian yang tidak mau dibandingkan. Ilmu pengetahuan
bagi era postmendernis bersifat relatif. Tidak ada ilmu pengetahuan yang
kebenarannya absolut. Dan melihat suatu peristiwa tertentu juga ketika
ingin menilainya harus dilihat dari berbagai sisi, tidak hanya terfokus pada
satu sisi tertentu. (Setiawan, Sudrajat, 2018: 30 dan 34)

Untuk bisa mengatasi perbedaan antara suatu ilmu dengan ilmu


lainnya, dibutuhkan sebuah bidang ilmu yang bisa mengatasi atau
menjembatani perbedaan tersebut. Untuk mengatasi itu, dibutuhkanlah
filsafat untuk mengatasinya. Immanuel Kant menyatakan bahwa filsafat
mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan secara
tepat. Sedangkan Kunto Wibisono menambahkan karena pengetahuan
ilmiah merupakan “a higher level of knowledge” maka lahirlah filsafat ilmu
sebagai penerus pengembangan filsafat pengetahuan. Interaksi antara ilmu
dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat
berkembang dengan baik jika terpisah dengan ilmu. Ilmu tidak dapat
tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Objek dari filsafat ilmu ialah
ilmu pengetahuan, oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti
perkembangan jaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama.
Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari
pengetahuan baru (Imron, 2013: 8 - 9).

Dari deskripsi tersebut, hubungan antara filsafat, filsafat ilmu, dan


ilmu pengetahuan adalah filsafat ilmu adalah salah satu cabang dari ilmu
filsafat, yang mana nantinya filsafat ilmu akan berperan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, filsafat ilmu berperan untuk memberikan
jembatan penghubung antara satu ilmu dengan ilmu pengetahuan yang lain.
Atau dapat di katakan juga bahwa filsafat ilmu memberikan solusi atas
permasalahan-permasalah yang tidak dapat diberikan oleh ilmu
pengetahuan itu sendiri dengan kembali ke dasar pemikiran filsafat ilmu itu
sendiri.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat jika kita artikan secara bahasa, berasal dari bahasa Arab
“falsafah” yang juga berasal dari bahasa Yunani “philosophia” yang jika
kita pisah kata Philo berarti cinta, dan kata Sophia berarti kebijaksanaan
atau hikmah, philisophia berarti rasa cinta kepada kebijaksanaan atau suatu
kebenaran. Waris mengungkapkan yang dimaksud berfilsafat bukan berarti
hanya sekedar berfikir, namun berfikir secara mendalam dan sungguh-
sungguh.

Dari berbagai definisi yang ada, filsafat memiliki beberapa ciri-ciri


yang menjadi identitas dari filsafat. berikut beberapa ciri-ciri dari filsafat
yang diterima secara luas oleh para filsuf. Yakni universal, Radikal, dan
Sistematis. Dalam perkembangannya kemudian, filsafat juga dapat dibagi
lagi menjadi beberapa cabang studi, secara umum peneliti membagi filsafat
menjadi enam cabang filsafat atau bagian, yaitu epistemologi, metafisika,
logika, estetika, dan filsafat ilmu.

Filsafat ilmu terkadang juga diartikan sebagai filsafat khusus yaitu


sebuah cabang dari filsafat yang lebih besar, yang mana membatasi
pembahasannya pada hakikat sebuah ilmu, dan juga melakukan penerapan
berbagai metode-metode yang ada di dalam filsafat untuk mencari,
menemukan, dan menjelaskan sebuah persoalan yang ada untuk
mendapatkan kejelasan yang lebih pasti.

Ilmu pengetahuan sendiri adalah rangkaian aktifitas kegiatan


manusia yang bersifat rasional dan kognitif yang memiliki metode
prosedural sehingga nantinya menghasilkan kumpulan pengetahuan yang
sistematis dan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, penjelasan,
ataupun penerapan. Ilmu pengetahuan kemudian memiliki beberapa
karakteristik khusus menurut Tamrin yaitu pertama, pengetahuan disusun
secara metodis, Kedua, ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu.

hubungan antara filsafat, filsafat ilmu, dan ilmu pengetahuan adalah


filsafat ilmu adalah salah satu cabang dari ilmu filsafat, yang mana nantinya
filsafat ilmu akan berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, filsafat
ilmu berperan untuk memberikan jembatan penghubung antara satu ilmu
dengan ilmu pengetahuan yang lain. Atau dapat di katakan juga bahwa
filsafat ilmu memberikan solusi atas permasalahan-permasalah yang tidak
dapat diberikan oleh ilmu pengetahuan itu sendiri dengan kembali ke dasar
pemikiran filsafat ilmu itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Acton, H.B. 2003. Dasar-dasar Filsafat Moral. Surabaya: Pustaka Eureka

Kartodirdjo, S. 1986. Ungkapan-ungkapan Sejarah Filsafat Barat dan Timur.


Jakarta: Gramedia

Lubis, N.A.F. 2015. Pengantar Filsafat Umum. Medan: Perdana Publishing

Muslih, M. 2016. Filsafat Ilmu: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan
Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: LESFI

Poedjiadi, Anna & Al Muchtar, Suwarma. 2014. Filsafat Ilmu. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Rai Utama, I.G.B. 2013. Filsafat Ilmu dan Logika. Badung: Universitas Dhyana
Pura.

Suriasumantri, J.S. 2007. Filsafat Umum. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Suseno, F.M. 1992. Filsafat SebagaiIlmu kritis. Yogyakarta: Kanisius.

Waris. 2014. Pengantar Filsafat. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press.

Sumber Jurnal :

Imron. Sejarah Filsafat: Filsafat Kuno “Periode Axial” dan Asal-Usulnya. Jurnal
Tamaddun, 13(1). .2013. di unduh dari
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/article/view/149

Kirom, S. Filsafat Ilmu dan Arah Pengembangan Pancasila: Relevansinya Dalam


Mengatasi Persoalan Kebangsaan. Jurnal Filsafat, 20 (2). 2016. Di unduh
https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/view/3111
Radenrara Imro’atun Istikhomah & Abdul Wachid BS. Filsafat Sebagai Landasan
Ilmu dalam Pengembangan Sains. Jurnal Filsafat Indonesia, 4 (1). 2021.
di unduh dari
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JFI/article/view/31192/18183

Setiawan, J, & Sudrajat, A. Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya


Terhadap Ilmu Pengetahuan. Jurnal Filsafat, 28 (1). 2018. Di unduh dari
https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/view/33296

Tamrin, A. Relasi Ilmu, Filsafat dan Agama Dalam Dimensi Filsafat Ilmu.
JurnalSosial & Budaya Syar-i „Salam‟, 6 (1). 2019. Di unduh dari
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/10490

Anda mungkin juga menyukai