PENDAHULUAN:
Materi pada perkuliahan ke empat belas ini diarahkan Mahasiswa mampu
menjelaskan dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif pengertian dan jenis-jenis
aktualisasi pancasila, aktualisasi dalam kehidupan kampus, tridharma perguruan tinggi dan
budaya akademik serta. beserta permasalahannya, berkarya lulusan Perguruan Tinggi.
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Secara umum, materi ini akan memberikan bekal kemampuan bagi Mahasiswa
mampu menjelaskan dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif pengertian dan jenis-jenis
aktualisasi pancasila, aktualisasi dalam kehidupan kampus, tridharma perguruan tinggi dan
budaya akademik serta kampus/pengembangan hukum dan HAM, beserta permasalahannya,
sebagai orientasi pendidikan pancasila agar menjadi pedoman berkarya lulusan Perguruan
Tinggi.
Secara khusus, materi ini akan membekali Mahasiswa mampu menjelaskan dan
mengaplikasikan secara kritis dan objektif Komunikasi dan sosialisasi Politik di Indonesia
beserta permasalahannya, sebagai orientasi pendidikan sosiologi dan politik di Perguruan
Tinggi. Meyakini nilai – nilai pancasila sebagai orientasi agar menjadi pedoman berkarya
lulusan Perguruan Tinggi.
PENYAJIAN :
Pengertian dan jenis-jenis aktualisasi pancasila, aktualisasi dalam kehidupan kampus,
tridharma perguruan tinggi dan budaya akademik serta kampus/pengembangan
hukum dan HAM
Seluruh hidup kenegaraan dan tertib hukum di Indonenesia didasarkan atas serta
diliputi oleh dasar filsafat negara, asas politik dan tujuan negara, yakninya Pancasila,
diantaranya:
- Pemerintahan.
- Kebudayaan
Aktualisasi Subyektif ini lebih penting dari Aktualisasi Obyektif, karena Aktualisasi
Pancasila yang subyektif merupakan kunci keberhasilan Aktualisasi Pancasila secara
Obyektif.
PENGERTIAN GLOBALISASI
Menurut asal katanya, kata "GLOBALISASI" diambil dari kata global, yang
maknanya ialah universal. Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya
yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak maupun elektronik atau
bisa dikatakan juga bahwa globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa
dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya
populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi
semakin sempit.Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan
antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang
melintasi batas negara
Dalam globalisasi, negara-negara berkembang mau tidak mau, suka tidak suka, harus
berinteraksi dengan negara-negara maju. Melalui interaksi inilah negara maju pada akhirnya
melakukan hegemoni dan dominasi terhadap negara-negara berkembang dalam relasi
ekonomi politik internasional.
Ketika globalisasi tidak disikapi dengan cepat dan tepat maka hal ia akan mengancam
eksistensi kita sebagai sebuah bangsa. Globalisasi adalah tantangan bangsa ini yang bermula
dari luar, sedangkan pluralisme sebagai tantangan dari dalam yang jika tidak disikapi secara
bijak tentu berpotensi menjadi masalah yang bisa meledak suatu saat nanti. Berhasil atau
tidaknya kita menjawab tantangan keterbukaan zaman itu tergantung dari bagaimana kita
memaknai dan menempatkan Pancasila dalam berpikir dan bertindak.
Dalam menghadapi pengaruh globalisasi ada tiga sikap merespons yang dapat
dilakukan, antara lain:
a. Sikap anti modernisasi yaitu: sikap menolak semua pengaruh modernisasi barat
atau globalisasi. Pandangan yang ekstrim ini menganggap kebudayaan barat
semua negatif.
b. Sikap menerima semua pengaruh barat dan menjadikan kebudayaan barat sebagai
akibat atau asal model.
c. Sikap selektif artinya: tidak menolak atau menerima kebudayaan barat begitu saja,
akan tetapi disesuaikan dengan dasar norma-norma dan kepribadian suatu bangsa.
Jadi adanya kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu
negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan
pengaruh negatif. Dampak-dampak pengaruh globalisasi tersebut kita kembalikan kepada diri
kita sendiri sebagai generasi muda Indonesia agar tetap menjaga etika dan budaya, agar kita
tidak terkena dampak negatif dari globalisasi.
Aktualisasi Pancasila dalam kehidupan kampus ini dilaksanakan oleh seluruh lapisan
masyarakat kampus, seperti dosen, mahasiswa, tenaga administrasi.
TRIDARMA PERGURUAN TINGGI
Tridarma Perguruan Tinggi merupakan tiga tugas utama yang harus dijalankan oleh
perguruan tinggi sebagai wadah pembinaan potensi sumber daya manusia.
Pendidikan dan pengajaran dilaksanakan dalam bentuk proses belajar mengajar antara
dosen dan mahasiswa di kampus.
Tugas utama mahasiswa adalah menuntut ilmu, dan jika ia berhasil melewati segala
persyaratan yang ditentukan, ketika ia lulus, maka ia berhaka menyandang sebuah gelar
akademik.
Jika dikaitkan tidaram perguruan tinggi yang pertama ini, maka mahasiswa memiliki
fungsi akademis, yaitu mahasiswa sebagai calon pemikir, intelektual muda, atau pemuda
elite.
2. Penelitian
Tridarma kedua ini merupakan unsur utama bagi pergururan tinggi dalam
melaksanakan fungsinya untuk mengkoordinasikan, memantau, dan menilai kegiatan
penelitian yang diadakan oleh segenap civitas akademika. Untuk memperkuat fungsi ini,
disetiap perguruan tinggi didirikan sebuah lembaga penelitian.
Adanya rasa ingin tahu yang tinggi, mendorong mahasiswa untuk mengadakan
penelitian-penelitian, mengadakan percobaan, dan eksperimen, sehingga hasilnya dapat
dinikmati bukan saja oleh kelompoknya tetapi juga buat masyarakat sekitarnya.
Ketiga tridarma di atas dijalankan oleh perguruan tinggi atas nama lembaga, maupun
atas nama civitas akademika secara personal, yang dalam pelaksanaanya searah dan sesuai
dengan norma-norma Pancasila. Ketiga fungsi ini tidak boleh lepas dari kehidupan civitas
akademika (dosen, mahasiswa, alumni, pimpinan dan staf), karena mereka semua adalah
bagian masyarakat kampus maupun masyarakat sosial pada umumnya.
BUDAYA AKADEMIK
Budaya Akademik, tidak dapat dilepaskan dari proses belajar mengajar dan penelitian
dalam arti luas.
Secara lebih luas, budaya akademik akan tercermin dalam fungsi-fungsi belajar yaitu:
1. Fungsi kognitif
2. Fungsi afektif
3. Fungsi motorik
Budaya akademik dapat diciptakan bila kondisi, semangat dan perilaku civitas
akademika untuk mendapatkan ilmu pengetahuan begitu intens, hidup dan berjalan tanpa
gangguan. Budaya akademik berintikan proses belajar mengajar dan kegiatan penelitian
ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan baru melalui beragam kegiatan akademik.
Budaya akademik, dengan budaya belajar sebagai intinya, tidak boleh terlepas dari
tuntutan Tuhan Yang Maha Esa dalam:
1. Menyusun suatu dasar pemikiran
2. Melihat suatu masalah
3. Merumuskan jawaban dan pemecahan serta
4. Memberikan penjelasan yang berdasar dan mendasar
Dan itulah sebenarnya langkah-langkah mendasar dari suatu proses belajar dan
penelitian ilmiah.
Kampus tidak hanya menjalankan tridarma dalam bidang ilmu pengetahuan dan iptek,
tapi juga harus menjadi moral force (kekuatan moral) untuk mengembangkan hukum dan Hak
Asasi Manusia di tengah-tengah masyarakat. Kampus, dengan ujung tombak dosen dan
mahasiswa, dapat menjadi basis kekuatan untuk memperjuangkan hukum dan HAM agar
dilaksanakan secara benar oleh negara, pemerintah dan masyarakat.
Dalam bidang hukum, kampus dapat memberikan bekal pengetahuan dan pengertian
hukum secara benar kepada masyarakat, melelui tiga tingkatan yaitu:
1. Interpretasi, bertujuan untuk mengetahui pengertian obyektif dari apa yang termaktub
dalam peraturan hukum.
2. Kontruksi, adalah pembentuka juridis, yang terdiri atas bagian-bagian atau unsur yang
tertentu, dengan tujuan agar apa yang termaktub dalam pembentukan itu merupakan
pengertian yang jelas dan terang.
3. Sistematik, adalah mengadakan sistem dalam suatu bagian hukum pada khususnya
atau seluruh bidang hukum pada umumnya.
Ketika kampus , melalui kegiatan akademik dan pengabdian pada masyarakat mampu
memberikan penerangan dan pengertian yang benar kepada masyarakat, maka itu merupakan
sumbangan yang sangat besar dalam pengembangan dan penegakan supremasi hukum di
Indonesia.
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap orang, yang diberikan
oleh Tuhan, dan dijamin oleh PBB. Pernyataan umum tentang hak –hak asasi manusia harus
disebarkan, diinformasikan , dan dilaksanakan oleh setiap negara.
Kampus perlu terus memberikan pelajaran dan pengkajian akademis mengenai hak-
hak dasar manusia yang dijamin oleh Pancasila (undang-undang) dan piagam HAM PBB.
Mayarakat kampus, masyarakat umum, dan juga pemerintah perlu memperjuangkan tegaknya
HAM di tanah air. Warga kampus dapat menjadi inisiator, fasilitator, pengawas atas
pengembangan HAM. Dalam konteks inilah kampus dapat menjadi moral force
pengembangan HAM.
Jadi, warga kampus (kampus) sebagai moral force pengembangan HAM adalah dengan cara:
a. Inisiator
Sebagai inisiator, warga kampus harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
HAM dan program pengembangan dan penegakan HAM di bidang akademik dan
kemahasiswaan, baik ke dalam maupun keluar kampus. Yang terpenting adlah kampus harus
memiliki sumber daya manusia yang menangani isu-isu HAM. Wujudnya dapat berupa
sebuah tim yang mengkaji , mengsosialisasikan dan mengembangkan program HAM di
berbagai bidang ilmu yang digeluti, seperti aspek HAM di bidang ekonomi, sosial dan
budaya , dan hal ini bisa diintegrasikan dengan program tridarma setiap fakultas. Tim ini
nantinya berfungsi sebagai inisiator dan negosiator.
b. Fasilitator
Agar kampus dapat berfungsi sebagai fasilitator seperti yang disebutkan di atas, maka
kampus diharuskan mempunyai suatu manajemen, yaitu manajemen HAM.
c. Pengawas
a) Pengawas atas program yang telah direncanakan oleh tim inisiator di dalam kampus.
b) Pengawas atas pelaksanaan HAM di tengah-tengah masyarakat atau di luar kampus.
Sebagai pengawas penegakan HAM, maka tim inisiator sebagai inti, dan seluruh
civitas akademika sebagai participant, berusaha agar seluruh program HAM berjalan lurus di
atas garis yang telah ditetapkan. Dan jika ditemukan menyimpang, maka diluruskan sejak
dini supaya penyimpangan itu tidak berkepanjangan.
Sebagai pelopor dan penegakan HAM warga kampus harus menyadari bahwa
pengawasan sangat menentukan berhasil tidaknya tujuan yang ingin dicapai. Pengawas
seharusnya terjadi atas segala aktivitas dan tindakan untuk mengamankan rencana dan
keputusan yang telah dibuat dan sedang dilakukan. Atau dengan kata lain pengawasan adalah
keseluruhan dari aktivitas-aktivitas dan tindakan- tindakan untuk menjamin, atau membuat
supaya semua pelaksaan dan penyelenggaraan dapat berlangsung sebagaimana mestinya,
serta berhasil sesuai denghan apa yang telah dierncanakan, diprogramkan dan diputuskan.
Ketiga fungsi yang telah dijelaskan (inisiator, fasilitator, pengawas) menjadi barometer
apakah ksmpus dapat menjadi moral force penegakan HAM atau tidak. Selanjutnya beberapa
hak-hak pokok yang perlu diperjuangkan oleh warga kampusa adalah:
Dalam era reformasi saat ini, tantangan yang dihadapi oleh kampus makin besar.
Dinamika masyarakat yang begitu tinggi, krisis yang masih berlangsung, serta ketidakpastian
penegakan hukum, harus menjadi titik utama bagi warga kampus dalam menjalankan
peranannya. Jika hal ini dapat dilakukan maka kampus akan menjadi agent of change (agen
perubahan) yang sekaligus pioneer of progresive (pelopor pembaharuan) ke arah yang lebih
baik, yang pada akhirnya akan menjadikan kampus sebagai Moral Force pengembangan
hukum dan HAM.
DAFTAR PUSTAKA
Darmodiharjo, Darji. Mimbar BP-7. Pengertian Nilai, Norma, Moral, Etika, Pandangan
http://www.master-exselen.com/2013/06/aktualisasi-pancasila-dalam
kehidupan.html#sthash.CuHlWu6y.dpuf