I. Latar Belakang
Pasca Fenomena Brexit sebagai hasil referendum warga Inggris untuk keluar
dari Masyarakat Uni Eropa dan Kebijakan Proteksionisme Donald Trump, tren
deglobalisasi semakin menjadi perhatian dunia dan menjadi isu yang tidak bisa
dilepaskan dari analisis ekonomi politik global. Prinsip-prinsip globalisasi yang
sebelumnya didengungkan pada dekade sebelum krisis ekonomi 2008, kini mencapai
tahap perubahan dimana dimulainya era deglobalisasi akan benar-benar terwujud.
Deglobalisasi sendiri menurut Bello ( …) memiliki pengertian sebagai proses
pengurangan ketergantungan dan integrasi antar negara dan proses merestrukturisasi
ekonomi internasional agar kembali mengutamakan kebutuhan pasar domestik.
Dengan kata lain deglobalisasi adalah proses transformasi ekonomi dunia dari yang
awalnya terintegrasi pada kebutuhan-kebutuhan perusahaan transnasional, menjadi
pada kebutuhan rakyat, negara, dan komunitas masyarakat domestik.
Salah satu kebijakan deglobalisasi yang diterapkan di Indonesia adalah
kebijakan Swasembada Pangan. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi
manusia yang dijamin dalam UUD 1945. Oleh karena itu, upaya dalam mewujudkan
ketahanan pangan nasional selalu menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional
pada setiap periode pemerintahan. Salah satu bentuk upaya pemerintah dalam
mewujudkan ketahanan pangan nasional adalah melalui implementasi kebijakan
swasembada pangan. Kebijakan swasembada pangan dilakukan melalui upaya
peningkatan kemampuan produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan
terhadap impor produk pangan. Di Indonesia sendiri, kebijakan swasembada pangan
telah dilaksanakan hampir di setiap periode pemerintahan. Pada masa orde baru,
tepatnya tahun 1985 swasembada beras merupakan salah satu prestasi yang pernah
diraih Indonesia. Pada masa pemerintahan SBY, sama halnya dengan pemerintahan
sebelum-sebelumnya, juga menargetkan pencapaian swasembada beras dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan nasional. Begitu juga di era pemerintahan Presiden
Joko Widodo, salah satu program prioritas dalam nawacita adalah kedaulatan pangan
melalui kebijakan swasembada pangan. Kementrian Pertanian (Kementan) memasang
target, pada tahun 2045 Indonesia bisa menjadi negara lumbung pangan dunia.
Rencana ini sudah disusun dengan program swasembada 8 komoditas pangan utama,
yang meliputi beras, bawang merah, cabai, jagung, kedelai, gula, daging sapi, dan
bawang putih. Terlebih lagi menurut Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
(Bappenas) memperkirakan, penduduk Indonesia dapat menembus angka 231 juta
jiwa di tahun 2045. Hal ini tentu saja mengindikasikan kebutuhan komsumsi pangan
yang juga meningkat. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menganalisa
implementasi kebijakan swasembada pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan
pangan Indonesia khususnya pada era pemerintahan Joko Widodo periode .
BAB II
ISI
Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penting dalam stabilitas nasional suatu
negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik, dan sosial. Oleh karena itu, ketahanan
pangan merupakan program utama dalam pembangunan pertanian Indonesia yakni melalui
kemandirian pangan Indonesia. Mengacu kepada UU 18 tahun 2012 tentang Pangan,
kemandirian pangan, adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi Pangan
yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan
yang cukup sampai di tingkat perseorangan dan memanfaatkan potensi sumber daya alam,
manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal yang bermartabat. Kemandirian mengacu
kepada peningkatan kemampuan negara dan bangsa untuk dapat memenuhi kebutuhan
pangan yang beragam yang berusmber dari dalam negeri melalui pendayagunaan sumber
daya dalam negeri dan kearifan lokal. Kecepatan proses menuju kemandirian sangat
ditentukan oleh cepat atau lambatnya suatu negara melepaskan diri dari ketergantungan dan
keterkaitan terhadap pihak luar. Salah satu prasyarat terbangunnya kemandirian pangan
adalah melalui ketersediaan pangan yang mencukupi. Ketersediaan pangan tersebut harus
didasarkan pada kemampuan produksi dalam negeri melalui kebijakan swasembada pangan.
Kebijakan swasembada pangan merupakan kebijakan di sektor pertanian sebagai upaya
sebuah negara dalam memenuhi tingkat permintaan akan suatu bahan pangan sendiri tanpa
perlu melakukan impor dari pihak luar.
Dalam menganalisa implementasi dari kebijakan swasembada pangan tentu saja indikator
utama yang menjadi penenentu keberhasilan dari kebijakan tersebut adalah peningkatan hasil
produksi komoditas pangan di Indonesia. Salah satu komoditas pangan utama negara
Indonesia adalah beras/padi yang mana merupakan asupan karbohidrat pokok masyarakat
Indonesia.
Jika melihat grafik data produksi tanaman padi dari tahun 2007-2016 maka dapat terlihat
bahwa produksi tanaman padi memiliki tren yang positif. Hal ini merupakan salah satu tolak
ukur keberhasilan kebijakan swasembada pangan Indonesia.