UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
MATAKULIAH GEHOHIDROLOGI
SIKLUS HIDROGEOLOGI
MAKALAH
OLEH
MUH. RAFLY PRATAMA
D061181333
GOWA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
ISI
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah (Permen ESDM 02 Tahun 2017). Menurut Herlambang
(1996:5) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam
ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung
membentuk lapisan tanah yang disebut akifer.
Air tanah bergerak dari atas ke bawah, air tanah juga bergerak dari bawah
ke atas (gaya kapiler). Air tanah bergerak horisontal pada dasarnya mengikuti
hukum hidrolika, air bergerak horisontal karena adanya perbedaan gradien
hidrolik. Gerakan air tanah mengikuti hukum Darcy yang berbunyi “volume air
tanah yang melalui batuan berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding
terbalik dengan tebal lapisan (Utaya, 1990:35).
Pori-pori primer pada batuan beku relatif sangat kecil. Pori-pori tersebut
sering kali berhubungan satu sama lain sehingga batuan dapat bersirar permeabel,
namun lebih banyak batuan beku bersifat impermeabel. Pori- pori sekunder dalam
batuan beku dapat terbentuk apabila di tempat tersebut terjadi tektonik yang
mampu memecah tubuh batuan beku. Pori-pori sekunder juga dapat terbentuk bila
pembekuan batuan beku itu tidak sekali jadi, artinya secara bertahap. Air tanah
akan terjebak pada celah yang terjadi pada tubuh batuan. Makin banyak celah
terbentuk akan makin besar peluang air tanah masuk ke dalam celah-celah yang
dapat berfungsi sebagai akuifer.
Oleh sebab itu, prediksi keberadaan air tanah pada batuan beku dan batuan
metamorf tidak dapat dilakukan.
Pori-pori primer pada batuan sedimen terbentuk pada waktu yang sama
dengan saat batuan sedimen terbentuk. Faktor-faktor yang berpengaruh pada
porositas primer batuan sedimen adalah sebagai berikut.
Mata air akan timbul bila muka air tanah terpotong oleh permukaan
topografi. Itulah sebabnya, kebanyakan mata air muncul di tebing-tebing Sungai.
Di tempat munculnya mata air secara alamiah ini, manusia mengambil dan
memanfaatkan air untuk keperluan rumah tangga. Membuat sumur, baik dengan
cara menggali maupun mengebor dengan maksud untuk mendapatkan air lanah,
tidak lain merupakan rekayasa manusia memotong muka air tanah.
1) Bila batuan metamorf tersebut berasal dari batuan beku, misalny batuan
beku granite menjadi batuan gneiss, maka pada batuan metamo: jenis ini
boleh dikatakan batuannya bersifat nonporous. Sifat porositas dapat terjadi
hanya bila terjadi porositas sekunder.
2) Bila batuan metamorf tersebut berasal dari batuan sedimen, misalny
batuan batuan sedimen jenis serpih menjadi slate (batu sabak), mak pada
batuan metamorf jenis ini boleh dikalakan batuannya mempunya porositas
sangat kecil (karena mincral-mineral penyusunnya suda mengalami
rekristalisasi). Sifat porositas dapat meningkat bila terbentu pori-pori
sekunder, sebagai akibat tektonik.
3) Bila batuan metamorf tersebut berasal dari batuan metamorf yang lair
misalnya butuan marmer, maka pada batuan metamorf jenis ini bole
dikatakan sifatnya nonporous. Silat porositas dapat terjadi bila pad batuan
terschul terbentuk pori- pori sekunder sebagai akibat tektonik.
Batuan akan berfungsi sebagai akuifer (lapisan batuan penyimpan air bila
mempunyai sifat porous (mempunyai poi-pori) dan mempunyai sifat permeable
(melalukan air). Hal yang demikian hanya dapat terjadi bila pori pori yang ada di
dalam batuan bernubungan satu dengan yang lain. Berkaitar dengan hal ini
dikenal dua hal berikut.
Agar air hujan yang masuk ke dalam tanah dapat ditahan dan terkumpul
dalam lapisan tanah, tidak langsung turun secara gravitasi, di dalam lapisan tanah
tersebut harus ada lapisan batuan yang kedap air. Lapisan batuan tersebut harus
bersifat impermeable. Di alam lapisan yang bersifat impermeable pada umumnya
batuan sedimen yang tersusun dari butiran mineral yang sangat halus, yaitu
batulempung. Bila air hujan masuk ke dalam tanah, air tersebut akan menempati
pori-pori yang ada. Keadaan ini akan berlangsung terus sampai lupisan batuan
dalam keadaan jenuh air. Batas antara lapisan batuan yang jenuh dengan air tanah
dan lapisan batuan yang tidak jenuh dengan air tanah disebut sebagai muka air
tanah (water table). Pola perjalanan muka air tanah bersifat dinamis, selalu
berubah-ubah dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut tampak pada kedalaman
muka air tanah terhadap permukaan lopografi daerah setempat. Pada saat musim
hujan kedalaman muka air tanah tampak dangkal, sedangkan pada musim
kemarau, kedalaman muka air tanah tampak meningkat (lebih dalam). Sumur gali
yang sering disebut sebagai sumar dangkal, mengambil air tanah dangkal saja.
Selain itu, terdapat air tanah dalam yang cara diperoleh dengan mengebor.
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui proses kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan
kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air
mengalami evaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk air hujan,
salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Air tanah dan air permukaan merupakan sumber air yang mempunyai
ketergantungan satu sama lain, air tanah adalah sumber persediaan air yang sangat
penting; terutama di daerah-daerah dimana musim kemarau atau kekeringan yang
panjang menyebabkan berhentinya aliran sungai. Banyak sungai dipermukaan
tanah yang sebagian besar alirannya berasal dari sumber air tanah, sebaliknya juga
aliran sungai yang merupakan sumber utama imbuhan air tanah.
Secara umum terdapat 2 sumber air tanah yang dijelaskan sebagai berikut :
1) Air hujan yang meresap kedalam tanah melalui pori-pori atau retakan
dalam formasi batuan dan akhirnya mengalir mencapai permukaan air tanah.
2) Air dari aliran air permukaan diatas tanah seperti danau, sungai, reservoir
dan lain sebaginya yang meresap melalui pori-pori tanah masuk kedalam lajur
jenuh.
Gambar 2.1 Skema Daur Hidrologi global dalam aliran permukaan dan aliran air
tanah dalam sistim terbuka (Levin, 1985 dalam Toth, 1990)
2.3.1 Evaporasi/evapotranspirasi
Evaporasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap yang bergerak dari
permukaan tanah, air dan tumbuhan ke udara. Air yang ada di laut, di daratan, di
sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan
kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan
menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk
hujan, salju, es.
Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air
memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan
kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di
atmosfir. Sekitar 95.000 milyar kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya,
hampir 80.000 milyar kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 milyar kubik
berasal dari daratan, danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang paling penting
juga berasal dari tranpirasi oleh daun tanaman yang hidup. Proses semuanya itu
disebut Evapotranspirasi.
2.3.2 Presipitasi
2.3.3 Infiltrasi
Larian Air Permukaan (surface run off) diatas permukaan tanah dekat
dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori
tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Air permukaan, baik yang mengalir
maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan
akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam
ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung
membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Sifat litologi yang erat dengan air
tanah adalah sifat litologi porositas dan permeabilitas karena sifat tersebut yang
menjadi indikator akuifer yang baik.
PerMen ESDM No. 02 Tahun 2017 tentang Cekungan Air Tanah, 2017
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi. 2017. Modul 3
Geologi dan Hidrogeologi.