Anda di halaman 1dari 13

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

MATAKULIAH GEHOHIDROLOGI
SIKLUS HIDROGEOLOGI

MAKALAH

OLEH
MUH. RAFLY PRATAMA
D061181333

GOWA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geohidrologi atau hidrogeologi merupakan cabang ilmu geologi yang


mempelajari air yang ada di tanah. Geohidrologi dipelajari untuk mengetahui
sumber air dalam tanah dan dapat di manfaatkan. Salah satu bagian dasar yang
dipelajari pada geohidrologi adalah siklus geohidrologi.

Seiring dengan kebutuhan manusia terhadap air bersih sehngga manusia


terus berusaha untuk mendapatkan sumber air yang dapat diekplorasi. Untuk
menentukan sumber air atau sumur yang dapat di bor. Maka dibutuhkan
pemahaman mendalam mengenaiilmu tentang air tanah sebagai salah satu sumber
air yang dapat dimanfaatkan. Salah satu hal dasar yang perlu dipelajari dalam ilmu
geohidrologi adalah siklus geohidrologi.

Siklus geohidrologi merupakan perputaran air mulai dari evaporasi,


kondensasi hingga kembali evaporasi lagi. Siklus geohidrologi ini merupakan
peristiwa alam yang terus terulang dan tidak akan berhenti dibumi walaupun
dengan media yang berbeda. Siklus ini juga memiliki factor yang akan dijelakan
kemudian. Sehingga berdasarkan hal tersebut disusunlah makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu air tanah ?
2. Apa itu sifat permelitas dan porositas pada batuan?
3. Bagaimana siklus hidrogeologi yang berlangsung selama ini ?
1.3 Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat memahami mengenai ilmu geohidrologi.
2. Agar mahasiwa dapat memahami siklus geohidrologi yang berlangsung,
BAB II

ISI

2.1 Air Tanah

Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah (Permen ESDM 02 Tahun 2017). Menurut Herlambang
(1996:5) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam
ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung
membentuk lapisan tanah yang disebut akifer.

Air tanah bergerak dari atas ke bawah, air tanah juga bergerak dari bawah
ke atas (gaya kapiler). Air tanah bergerak horisontal pada dasarnya mengikuti
hukum hidrolika, air bergerak horisontal karena adanya perbedaan gradien
hidrolik. Gerakan air tanah mengikuti hukum Darcy yang berbunyi “volume air
tanah yang melalui batuan berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding
terbalik dengan tebal lapisan (Utaya, 1990:35).

2.2 Permelitas dan Porositas

Keberadaan air dalam lithologi sebagai pembentuk lapisan kulit Bumi


sangat ditentukan oleh dua sifat lithologi, yaitu porositas dan permeabilitas. Untuk
mengetahui lebih lanjut tentang porositas dan permeabilitas, cermati uraian
berikut.

Sifat batuan kaitannya dengan kemampuan melalukan dan menyimpan air


dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu porositas dan permeabilitas. Batuan yang
porous (berpori-pori) dan permeabel (dapat menyalurkan air) merupakan akuifer
yang baik. Akuifer adalah tempat air tanah tersimpan di tubuh batuan, kemudian
dapat mengalir secara gravitasi. Dalam hal yang demikian, pori- pori yang ada
dalam batuan disyaratkan satu sama lain berhubungan sehingga memungkinkan
air dapat mengalir secara gravitasi. Terdapat dua jenis port- pori, yaitu pori-pori
primer dan pori-pori sekunder. Pori-pori primer adalah pori-pori yang terbentuk
bersamaan dengan waktu pembentukan batuan. Gambaran umum pori-pori primer
adalah sebagai berikut.

Pori-pori primer pada batuan beku relatif sangat kecil. Pori-pori tersebut
sering kali berhubungan satu sama lain sehingga batuan dapat bersirar permeabel,
namun lebih banyak batuan beku bersifat impermeabel. Pori- pori sekunder dalam
batuan beku dapat terbentuk apabila di tempat tersebut terjadi tektonik yang
mampu memecah tubuh batuan beku. Pori-pori sekunder juga dapat terbentuk bila
pembekuan batuan beku itu tidak sekali jadi, artinya secara bertahap. Air tanah
akan terjebak pada celah yang terjadi pada tubuh batuan. Makin banyak celah
terbentuk akan makin besar peluang air tanah masuk ke dalam celah-celah yang
dapat berfungsi sebagai akuifer.

Perlu diingat, bahwa di daerah penyebaran batuan beku pola perjalanan


muka air tanahnya (water table) tidak mengikuti pola topografi daerah penyebaran
batuan beku. Hal yang sama terjadi pula pada batuan metamorf. Sementara itu
pada batuan sedimen, pola perjalanan muka air tanah kurang lebih sejajar dengan
permukaan topograti. Khususnya pada batuan sedimen kedalaman pola persebaran
muka air tanah tergantung pada musim. Pada musim hujan kedalaman pola uka air
tanah menjadi lebih dangkal, sedangkan pada musim kemarau, kedalaman pola
persebaran muka air tanah makin dalam.

Oleh sebab itu, prediksi keberadaan air tanah pada batuan beku dan batuan
metamorf tidak dapat dilakukan.

Pori-pori primer pada batuan sedimen terbentuk pada waktu yang sama
dengan saat batuan sedimen terbentuk. Faktor-faktor yang berpengaruh pada
porositas primer batuan sedimen adalah sebagai berikut.

1) Ukuran butir: makin kasar ukuran butir material pembentuk batuan


sedimen, tingkal porositas batuannya semakin besar.
2) Keseragaman ukuran butir: makin tidak seragam ukumn butir material
pembentuk batuan sedimen, tingkat porositas batuan semakin
berkurang.
3) Keseragaman bentuk butir: makin tidak seragam bentuk butir material
penyusun batuan sedimen, tingkat porusitas semakin berkurang.
4) Sementasi: antarbutir material pembentuk butuan sedimen direkatkan
dengan semen. Semen pada batuan sedimen dapat berupa material
karbonat atau material silika. Makın banyak dan makin halus semen
yang mengikat butir material batuan sedimen, semakin berkurang
porositas batuan.
5) Kompaksitas: makin kompak atau makin padat batuan sedimen, akan
semakin berkurang tingkat porositas batuan.

Porositas sekunder pada batuan sedimen terbentuk bila batuan tesebut


mengalami tektonik sehingga lapisan batuan sedimen pecah-peh den terbentuklah
rekahan-rekahan. Rekahan-rekafian ini akan berfungsi sebagai porositas sekunder.
Di tempat seperti mi air akan "terjebak" dan aku menambah junlah air yang
nantinya menjadi air tanah. Makin sering batuan batuan sedimen, semakin banyak
rerbentuk rekahan-rekahan.

Khususnya pada batuan sedimen Fang bersifat kartonatan sitau sedimen


terkena proses tektonik dan makin kuat gaya yang berinteraksi pada karbonate
yang mudah lanut olch air akan meninggalkan rekahan-rekaban.

Pada rekahan-rekahan ini, air hujan "terjebak" dan menambah kemampuan


Potensi air tanah. Di daerah persebaran batuan sedimen pola perjalanan muka air
tanah relatif sejajar dengan pola topografi daerah setempat. Muka air tanah tidak
lain adalah batas jenuh tubuh batuan oleh air tanah. Oleh sebab itu, muka air tanah
bersifat dinamis, dapat berubah sejalan dengan banyaknya curah hujan yang
terjadi di wilayah tersebut.

Mata air akan timbul bila muka air tanah terpotong oleh permukaan
topografi. Itulah sebabnya, kebanyakan mata air muncul di tebing-tebing Sungai.
Di tempat munculnya mata air secara alamiah ini, manusia mengambil dan
memanfaatkan air untuk keperluan rumah tangga. Membuat sumur, baik dengan
cara menggali maupun mengebor dengan maksud untuk mendapatkan air lanah,
tidak lain merupakan rekayasa manusia memotong muka air tanah.

Batugamping nonklastik pada umumnya bersifat kompak dengar tngkat


porositas terbatas dapat membentuk bentang alam karst. Lubang- Tubang atai
pori-pori akan terjadi pada saat "pertumbuhan rumah binatang oral Lubang-lubang
atau pori-pori dapat berfungsi sebagai tempat air "terjebak". Akibat tektonik,
batugamping nonklastik akan pecah-pecah dan meimbentuk rekahan-rekahan.
Pada dan melalui rekahan-rekahan ini air akan melarutkan batugamping yang ada
pada dinding rekahan-rekahan. Hal ini akan berakibat pada makin lebarnya
rekahan-rekahan tempat air "terjebak". Dengan demikian akuifer pada
batugamping nonklastik yang potensial justru lerdapat pada rekahan-rekahan itu.
Bila rekahan rekahan yang jumlahnya tidak terhingga tersebut dihilangkan dengan
cara menambang/membongkar tubuh batugamping nonklastik, maka hilang pula
persediaan air di daerah karst.

Keberadaan pori-pori primer pada batuan metamorf sangat lergantung


pada jenis batuan asal. Batuan metamorf dapat berasal dari batuan beku, hatuan
sedimen, ataupun batuan metamorf yang lebih tua. Pada proses metamorfosis,
mineral pembentuk batuan sudah mengalami proses rekristalisasi. Proses
rekristaliasasi pada umumnya berakibat terjadi penurunan tingkat porositas.
Secara umum pada tingkat melamorfosis rendah (batuan yang dihasilkan dikenal
dengan nama metasedimen, hila batuan asalnya semula merupakan batuan
sedimen), tingkat porositas batuannya relatif lebih kecil dihandingkar dengan
tingkat porositas batuan asalnya. Seperti hal berikut.

1) Bila batuan metamorf tersebut berasal dari batuan beku, misalny batuan
beku granite menjadi batuan gneiss, maka pada batuan metamo: jenis ini
boleh dikatakan batuannya bersifat nonporous. Sifat porositas dapat terjadi
hanya bila terjadi porositas sekunder.
2) Bila batuan metamorf tersebut berasal dari batuan sedimen, misalny
batuan batuan sedimen jenis serpih menjadi slate (batu sabak), mak pada
batuan metamorf jenis ini boleh dikalakan batuannya mempunya porositas
sangat kecil (karena mincral-mineral penyusunnya suda mengalami
rekristalisasi). Sifat porositas dapat meningkat bila terbentu pori-pori
sekunder, sebagai akibat tektonik.
3) Bila batuan metamorf tersebut berasal dari batuan metamorf yang lair
misalnya butuan marmer, maka pada batuan metamorf jenis ini bole
dikatakan sifatnya nonporous. Silat porositas dapat terjadi bila pad batuan
terschul terbentuk pori- pori sekunder sebagai akibat tektonik.

Pada daerah yang terdapat batuan metamorf, pola persebaran muka ai


tanah tidak akan mengikuti pola topografi daerah yang bersangkutan. Dengan
demikian, keberadaan air bawah tanah di daerah batuan metamorf tidak dapa
diprediksi.

Batuan akan berfungsi sebagai akuifer (lapisan batuan penyimpan air bila
mempunyai sifat porous (mempunyai poi-pori) dan mempunyai sifat permeable
(melalukan air). Hal yang demikian hanya dapat terjadi bila pori pori yang ada di
dalam batuan bernubungan satu dengan yang lain. Berkaitar dengan hal ini
dikenal dua hal berikut.

1) Porositas efektif: bila antara pori-pori yang ada di dalam batuar


berhubungan satu sama lain. Batuan vang demikian disebut bersifa porous
dan lolos air (permeable).
2) Porositas semu: bila pori-pori vang ada tidak dapat dimanfaatkan untuk
menyimpan air tanah. Hal ini terjadi karena antar pori-pori yang ada d
dalam batuan tidak berhubunigan satu sama lain. Batuan yang demikiar
bersifat porous, tetapi tidak lolos (kedap) air (impermeable).

Agar air hujan yang masuk ke dalam tanah dapat ditahan dan terkumpul
dalam lapisan tanah, tidak langsung turun secara gravitasi, di dalam lapisan tanah
tersebut harus ada lapisan batuan yang kedap air. Lapisan batuan tersebut harus
bersifat impermeable. Di alam lapisan yang bersifat impermeable pada umumnya
batuan sedimen yang tersusun dari butiran mineral yang sangat halus, yaitu
batulempung. Bila air hujan masuk ke dalam tanah, air tersebut akan menempati
pori-pori yang ada. Keadaan ini akan berlangsung terus sampai lupisan batuan
dalam keadaan jenuh air. Batas antara lapisan batuan yang jenuh dengan air tanah
dan lapisan batuan yang tidak jenuh dengan air tanah disebut sebagai muka air
tanah (water table). Pola perjalanan muka air tanah bersifat dinamis, selalu
berubah-ubah dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut tampak pada kedalaman
muka air tanah terhadap permukaan lopografi daerah setempat. Pada saat musim
hujan kedalaman muka air tanah tampak dangkal, sedangkan pada musim
kemarau, kedalaman muka air tanah tampak meningkat (lebih dalam). Sumur gali
yang sering disebut sebagai sumar dangkal, mengambil air tanah dangkal saja.
Selain itu, terdapat air tanah dalam yang cara diperoleh dengan mengebor.

2.3 Siklus Hidrogeologi

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui proses kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan
kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air
mengalami evaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk air hujan,
salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.

Air tanah dan air permukaan merupakan sumber air yang mempunyai
ketergantungan satu sama lain, air tanah adalah sumber persediaan air yang sangat
penting; terutama di daerah-daerah dimana musim kemarau atau kekeringan yang
panjang menyebabkan berhentinya aliran sungai. Banyak sungai dipermukaan
tanah yang sebagian besar alirannya berasal dari sumber air tanah, sebaliknya juga
aliran sungai yang merupakan sumber utama imbuhan air tanah.

Secara umum terdapat 2 sumber air tanah yang dijelaskan sebagai berikut :

1) Air hujan yang meresap kedalam tanah melalui pori-pori atau retakan
dalam formasi batuan dan akhirnya mengalir mencapai permukaan air tanah.
2) Air dari aliran air permukaan diatas tanah seperti danau, sungai, reservoir
dan lain sebaginya yang meresap melalui pori-pori tanah masuk kedalam lajur
jenuh.

Gambar 2.1 Skema Daur Hidrologi global dalam aliran permukaan dan aliran air
tanah dalam sistim terbuka (Levin, 1985 dalam Toth, 1990)

Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat ber-evaporasi


kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian di-intersepsi oleh tanaman
sebelum mencapai tanah. Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa siklus hidrologi
terus bergerak secara kontinu sebagai berikut.

2.3.1 Evaporasi/evapotranspirasi

Evaporasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap yang bergerak dari
permukaan tanah, air dan tumbuhan ke udara. Air yang ada di laut, di daratan, di
sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan
kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan
menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk
hujan, salju, es.
Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air
memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan
kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di
atmosfir. Sekitar 95.000 milyar kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya,
hampir 80.000 milyar kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 milyar kubik
berasal dari daratan, danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang paling penting
juga berasal dari tranpirasi oleh daun tanaman yang hidup. Proses semuanya itu
disebut Evapotranspirasi.

2.3.2 Presipitasi

Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya cairan dari atmosfer ke permukaan


bumi, dapat berupa hujan air, hujan es maupun salju; presipitasi adalah faktor
utama yang mengendalikan berlangsungnya daur hidrologi dalam suatu wilayah
DAS. Keberlanjutan proses ekologi, geografi dan tata guna lahan dalam suatu
wilayah DAS ditentukan oleh berlangsungnya proses hidrologi. Sekaligus juga
sebagai pembatas bagi usaha pengelolaan sumber daya air permukaan dan sumber
daya air tanah.

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap presipitasi :

- Terdapat uap air di atmosfer


- Faktor meteorologi (suhu, kelembaban, awan)
- Lokasi/tempat sehubungan dengan sistem sirkulasi secara umum

Terdapat rintangan alam (pegunungan, dan lain sebagainya)

2.3.3 Infiltrasi

Infiltrasi/perkolasi, fenomena meresapnya air kedalam ke dalam tanah -


Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan
menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat
bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air
tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Kecepatan infiltrasi cenderung
menurun secara eksponensial (Horton, 1933) pada saat hujan meningkat yaiyu
apabila curah hujan melebihi kapasitas infiltrasinya.

Kecepatan infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Jenis


tanaman, kondisi permukaan atanah, suhu, intensitas hujan, kualitas air, volume
simpanan bawah tanah, kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah
Sifat-sifat fisik tanah/struktur tanah

2.3.4 Larian Air Permukaan

Larian Air Permukaan (surface run off) diatas permukaan tanah dekat
dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori
tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Air permukaan, baik yang mengalir
maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan
akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut.

Air hujan yang jatuh kebumi akan sampai ke saluran/sungai melalui


jalurnya masing-masing (Ward & Trimble, 2004) :

- Larian permukaan bebas (surface run off)


- Aliran antara (interflow/subsurface run off)
- Aliran air tanah (groundwater flow)

Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen


siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air
di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan
tempatnya. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban.
Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang
membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam
ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung
membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Sifat litologi yang erat dengan air
tanah adalah sifat litologi porositas dan permeabilitas karena sifat tersebut yang
menjadi indikator akuifer yang baik.

Siklus hidrogeologi diawali dengan penguapan air dari permukaan tanah


atau evaropasi. Kemudian dilanjutkan dengan presipitasi atau jatuhnya air dari
atmosfer. Setelah itu terjadi penyerapan air kedalam tanah atau infiltrasi.
Kemudian kembali lagi mengalami evaropasi yang menjadi siklus secara terus
menerus.
DAFTAR PUSTAKA

PerMen ESDM No. 02 Tahun 2017 tentang Cekungan Air Tanah, 2017

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi. 2017. Modul 3
Geologi dan Hidrogeologi.

Sukandarrumidi, dkk. 2017. Geologi Umum Bagian Kedua. Yogyakarta :UGM


Press.

Anda mungkin juga menyukai