Anda di halaman 1dari 4

THE HERBAL

I. TINJAUAN PUSTAKA

Herbal adalah tanaman atau tumbuhan yang mempunyai kegunaan atau nilai
lebih dalam pengobatan. Dengan kata lain, semua jenis tanaman yang mengandung
bahan atau zat aktif yang berguna untuk pengobatan bisa digolongkan sebagai herbal.
Herbal kadang disebut juga sebagai tanaman obat, sehingga dalam perkembangannya
dimasukkan sebagai salah satu bentuk pengobatan alternative atau pengobatan pilihan.
Di Indonesia, pengobatan alternatif menggunakan herbal dikenal juga dengan nama
“Jamu” dan merupakan obat tradisional yang secara turun-temurun diwariskan oleh
nenek moyang bangsa Indonesia.

Obat herbal termasuk dalam pengobatan komplementer-alternatif berdasarkan


Permenkes RI, Nomor : 1109/Menkes/Per/2007. Di Indonesia, Jamu telah digunakan
secara luas oleh masyarakat Indonesia untuk menjaga kesehatan dan mengatasi
berbagai penyakit sejak berabad-abad yang lalu jauh sebelum era Majapahit. Ke depan
pengembangan dan pemanfaatan obat bahan alam/obat herbal Indonesia ini perlu
mendapatkan substansi ilmiah yang lebih kuat, terutama melalui penelitian dan
standarisasi sehingga obat herbal Indonesia dapat diintegrasikan dalam sistem
pelayanan kesehatan nasional (WHO, 2002).

Tanaman salam secara ilmiah mempunyai nama Latin Eugenia polyantha


Wight dan memiliki nama ilmiah lain, yaitu Syzygium polyantha Wight. dan Eugenia
lucidula Miq. Tanaman ini termasuk suku Myrtaceae. Di beberapa daerah Indonesia,
daun salam dikenal sebagai salam (Jawa, Madura, Sunda); gowok (Sunda); kastolam
(kangean, Sumenep); manting (Jawa), dan meselengan (Sumatera). Nama yang sering
digunakan dari daun salam, di antaranya ubar serai, (Malaysia); Indonesian bay leaf,
Indonesian laurel, Indian bay leaf (Inggris); Salamblatt (Jerman) (Dalimartha, 2005;
Utami dan Puspaningtyas, 2013). Berdasarkan falsafah Jawa tanaman salam yang
ditanam mempunyai makna yang tersirat, yang dapat diambil filosofinya oleh
masyarakat untuk diterapkan dalam kehidupan, pohon salam bermakna keselamatan.
Tujuan hidup manusia adalah untuk mendapatkan keselamatan di dunia dan di alam
akherat nanti.
Daun salam mengandung zat bahan warna, zat samak dan minyak atsiri yang
bersifat antibakteri. Zat tanin yang terkandung bersifat menciutkan (astringent).
Manfaat daun secara tradisional, daun salam digunakan sebagai obat sakit perut. Daun
salam juga dapat digunakan untuk menghentikan buang air besar yang berlebihan.
Pohon salam bisa juga dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat, stroke, kolesterol
tinggi, melancarkan peredaran darah, radang lambung, gatalgatal, dan kencing manis
(KloppenburgVersteegh, 1983).

Tanaman salam mempunyai kandungan kimia minyak atsiri 0,2% (sitral,


eugenol), flavonoid (katekin dan rutin), tannin dan metil kavicol (methyl chavicol) yang
dikenal juga sebagai estragole atau p-allylanisole. Senyawa tersebut mempunyai
aktivitas sebagai antioksidan. Tanin dan flavonoidmerupakan bahan aktif yang
mempunyai efek anti inflamasi dan antimikroba (Adjirni, 1999; Katzer, 2001; Sumono
dan Wulan, 2009; Lelono, dkk, 2013). Minyak atsiri secara umum mempunyai efek
sebagai antimikroba, analgesik, dan meningkatkan kemampuan fagosit. Minyak atsiri
daun salam terdiri dari fenol sederhana, asam fenolat misal asam galat, seskuiterpenoid,
dan lakton. Juga mengandung saponin, lemak, dan karbohidrat. Dari beberapa bukti
bahan aktif tanaman salam maka tanaman salam mempunyai efek farmakologis.

Eugenia polyantha mengandung tanin, minyak atsiri, seskuiterpen,


triterpenoid, steroid, sitral, saponin, dan karbohidrat (Moeloek, 2006). Daun salam juga
mengandung beberapa vitamin, di antaranya vitamin C, vitamin A, vitamin E, thiamin,
riboflavin, niacin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat. Beberapa mineral pada daun
salam yaitu selenium, kalsium, magnesium, seng, sodium, potassium, besi, dan phospor
(asiamaya.com).Untuk mendapatkan minyak atsiri, simplisia salam disuling dengan
distilasi air dan uap selama 10 jam (Sembiring dkk, 2003 dan Wartini, 2009).

Dengan berbagai kandungan zat yang terdapat pada tanaman salam,


diharapkan tanaman ini di samping sebagai penyedap alami pada masakan dapat juga
berfungsi menurunkan kadar kolesterol yang tinggi, dengan mekanisme kerja yaitu,
merangsang sekresi cairan empedu sehingga kolesterol akan keluar bersama cairan
empedu menuju usus, dan merangsang sirkulasi darah sehingga mengurangi terjadinya
pengendapan lemak pada pembuluh darah. Selain daun yang dapat dimanfaatkan untuk
masakan dan obat herbal, oleh Manganti (2011) dijelaskan bahwa kulit pohon salam
berwarna cokelat muda keabu-abuan, biasa digunakan oleh nelayan sebagai pewarna
jala ikan atau juga untuk pewarna anyaman bambu. Buah salam bisa dikonsumsi dan
enak dimakan, karena daging buahnya sangat tipis maka tidk pernah dimanfaatkan
secara ekonomis. Buah yang sudah tua yang tidak dimakan oleh burung akan
berjatuhan di bawah tajuk, biasanya buah ini dikumpulkan dan disemai (Foragri, 2012).
Dari uraian tersebut tanaman salam dapat dikatakan sebagai tanaman multi fungsi.

Daun salam mempunyairasa kelat, wangi, dan bersifat astringent. Untuk


pengobatan bagian daun yang paling banyak digunakan, bagian tanaman lain yang
digunakan sebagai obat adalah akar, buah, dan kulit batang. Pengobatan secara
tradisional menggunakan daun salam untuk mengobati kolesterol tinggi, kencing manis,
hipertensi, gastritis, dan diare(Unp, 2010).

II. ALAT DAN BAHAN


ALAT :
- Pisau
- Talenan
- Mangkok
- Kompor gas
- Spatula
- Wajan
- Tempat kukusan

BAHAN :

- Daun salam
- Daun kopi
- Jahe
- Kayu manis
- Air

DAFTAR PUSTAKA

- Adjirni. 1999. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Volume 5, Nomor 3.


Jakarta:Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia.
- Dalimartha, S. 2005, Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Jakarta: Puspa Swara.
- DepKes RI. (2007). Lampiran Keputusan Mentri Kesehatan Nomor:
381/Menkes/SK/III/2007 mengenai Kebijakan Obat Tradisional Nasional
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
- Foragri. 2012. Budidaya Tanaman Salam, http://www.agropustaka.com/2012/04/
budidayatanaman-salam.html. Diakses 16 Desember 2015.
- Katzer, G. 2001. Indonesian Bay-Leaf (Eugenia polyantha Wight.), http://gernot-
katzers-spicepages.com/engl/Euge_pol.html. diakses 14 November 2015.
- Kloppenburg-Versteegh J. 1983. Petunjuk Lengkap Mengenai Tanaman-tanaman di
Indonesia dan Khasisatnya sebagai Obat-obatan Tradisional. Yogyakarta: Yayasan
Dana Sejahtera.
- Lelono, R.A.A. dan Tachibana, S., 2013, Bioassay-guided isolation and
identification of antioxidative compounds from the bark of Eugenia polyantha.
Pakistan Journal of Biological Sciences, 16(16): 812-818.
- Manganti, I. 2011. 40 Resep Ampuh Tanaman Obat Untuk Menurunkan Kolesterol
dan Mengobati Asam Urat, Yogyakarta: Pinang Merah Publisher
- Moeloek FA. 2006. Herbal and traditional medicine: National perspectivesand
policies in Indonesia. Jurnal Bahan Alam Indonesia, 5(1):293-97.
- Sembiring,B.S., Winarti, C., dan Baringbing, B. 2003. Identifikasi Komponen
Kimia Minyak Daun Salam (Eugenia polyantha) dari Sukabumi dan Bogor. Buletin
Tanaman Rempah dan Obat 14(2): 9-16.
- Sumono, A. dan Wulan, S.D.A. 2009. Kemampuan air rebusan daun salam
(Eugenia polyantha W.) dalam menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus sp.
Majalah Farmasi Indonesia, 20(3), 112- 117.
- Unp, K., Daun Salam. 2010. http://kimia.unp.ac.id/?p=593, diakses 28 Desember
2013.
- Utami, P. dan Puspaningtyas. D.E. 2013. The miracle of herbs. Jakarta: Agro Media
Pustaka.
- Wartini, N.M. 2009. Senyawa Penyusun Ekstrak Flavor Daun Salam (Eugenia
polyantha Wight) Hasil Distilasi Uap Menggunakan Pelarut n-Heksana dan Tanpa
n-Heksana. Agrotekno 15(2): 72- 77.
- WHO. (2002). Traditional Medicine – Growing Needs and Potential. Geneva.

Anda mungkin juga menyukai