Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL PROGRAM HIBAH BINA DESA

PENDUKUNGAN FASILITAS OPERASIONAL SUVARNADVIPA FOOD CENTER DI


DESA WISATA MUARA JAMBI

Oleh :
Rido saputra : C0C013025
Monica Juliantina :
Ahmad Baiquni Alhakin :
Nidya Ulfi :
Rian akbar :

Universitas jambi
Jambi
2016
LATAR BELAKANG
Desa muara jambi merupakan dataran rendah yang berada di bantaran sungai Batanghari, terletak
di kecamatan Maro Sebo, kabupaten Muaro Jambi, provinsi Jambi yang memiliki total luas
wilayah 1.500 Ha, dengan luas pemukiman 40 Ha. Luas persawahan sebesar 80 Ha, dan luas
perkebunan sebesar 451 Ha. Desa ini berbatasan langsung dengan desa Danau Lamo di sebelah
utara, sebelah selatan dengan berbatasan desa Tebat Patah, sebelah timur dengan desa
Kemingking Luar dan sebelah barat berbatasan dengan desa Danau lamo, memiliki iklim tropis
dengan suhu rata-rata harian 270–330 celcius, curahan hujan rata-rata 216,6 mm dan kelembapan
udara rata-rata 85,8 %. (data dasar profil desa wisata Muara Jambi 2013).
Desa wisata Muara Jambi adalah salah satu desa yang masuk dalam kawasan cagar budaya candi
Muara Jambi dan berada paling dekat dengan kawasan inti candi Muara Jambi, hanya di
pisahkan dengan bentang kanal kuno yang telah di normalisasi sepanjang 2,19 km oleh Badan
Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi. Desa ini terletak 20 km dari kota Jambi lewat jalur
darat atau 23,4 km (12,6 nautical miles) lewat jalur sungai dari pusat kota Jambi.
Nama Muara Jambi muncul pertama kali dari laporan seorang perwira angkatan laut kerajaan
Inggris bernama S.C. Crooke pada tahun 1883. Crooke melaporkan bahwa ia melihat reruntuhan
bangunan dan menemukan sebuah arca yang menggambarkan arca Buddha. Keterangan Crooke
ini di lengkapi oleh T. Adam, seorang Belanda yang berkunjung ke Jambi pada tahun 1921. Tiga
belas tahun kemudian, F. M. Schnitger mengunjungi Jambi. Schnitger adalah serjana pertama
yang menghubungkan situs Muara Jambi dengan kerajaan melayu (mo-lo-yeu) yang di sebut-
sebut dalam naskah cina abad XVII. Dia menamakan sungai kecil bernama melayu, di sebelah
barat desa Muara Jambi sebagai dasar pemikirannya. Pada tahun 1954. Situs ini di teliti oleh tim
dari departemen pendidikan dan kebudayaan di bawah pimpinan R. soekmono.
(http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjanbi/2014/07/23/latar-belakang-sejara/)
Situs atau kawasan candi Muara Jambi, secara astronomis berada pada 103 22’ BT hingga 103
45’BT dan 1 24’LS hingga 1 33’LS. Lokasi ini membujur sepanjang 8 kilometer dengan
ketinggian rata-rata antara 8 hingga 12 meter di atas permukaan laut.
Kawasan cagar budaya Muara Jambi ditetapkan sebagai cagar budaya berdasarkan surat
keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 259/m/2013 tentang penetapan Satuan
Ruang Geografis Muara Jambi sebagai kawasan cagar budaya peringkat nasional. Secara
definitif kawasan ini meliputi areal seluas 3.981 hektar., tersebar di 2 (dua) kecamatan (Maro
Sebo dan Taman Rajo) dan 8 (delapan) desa. (Dirjen kebudayaan, 2014)
Dapat disimpulkan bahwa kawasan ini merupakan komplek purbakala terluas di asia tenggara
(dua puluh kali luas kawasan Borobudur, atau dua kali luas kawasan Angkor wat Cambodia).

Komplek candi Muara Jambi adalah peninggalan kerjaan Melayu Kuno dan Sriwijaya, yang
menjadi pusat peribadatan agama Buddha abad VII – XIII. Dalam sejarah regional, kerajaan
Melayu Kuno dan Sriwijaya dikenal berpengaruh sangat luas, tidak hanya di nusantara tetapi
juga di daratan asia tenggara seperti Malaysia dan Thailand. kerajaan Melayu Kuno dan
Sriwijaya berperan penting dalam percaturan politik-ekonomi internasional yaitu sebagai
pengubung antara India dan Cina pada masa itu.

Pada tanggal 6 oktober 2009, satuan ruang geografis muarajambi telah diusulkan sebagai
warisan budaya dunia, sebagai tentative lint nomor 5465 UNESCO.
Kawasan cagar budaya ini, terdiri dari tinggalan arkeologis berupa :
• Sepuluh bagunan induk yaitu Koto Mahligai, Kedaton, Gedong I, Gedong II Gumpung,
Tinggi I, Tinggi II, Kembar Batu, Astano, Telago Rajo. Candi induk ini memiliki
krakteristik dibatasi pagar bata keliling.
• 82 (delapan puluh dua) Menapo. Menapo merupakan istilah dalam bahasa setempat,
untuk menunjukkan gundukan tanah yang mengandung reruntuhan bata. Hingga tahun
2010 sekitarnya telah di temukan 33 struktur bagunan bata dan 82 menapo. 70 menapo
diantaranya masih belum di ekskavasi.
• Berbagai jenis tembikar, keramik, artefak, manik-manik, arca batu, prasasti, dan struktur
bagunan seperti stupa, koin beraksara cina, pecahan genteng kuno berglazur, lempengan
emas, dan batu andesit berbentuk umpak dan lumping, yang tersebar di beberapa lokasi di
permukaan.
• Tujuh belas kanal kuno yang menghubungkan bentang alam komplek candi satu dengan
lainnya. Yang diduga sebagai prasarana transportasi dan system drainase didalam
kawasan, serta aspek-aspek kosmologi pada masa lampau dan baru 2,19 km yang telah
dinormalisasi oleh Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi.
• Sembilan kolam/telaga kuno buatan
• Sebuah bukit kuno buatan (bukit perak) sebagai perwujudan kosmologi pusat semesta.

Selain komplek candi muara jambi, daya Tarik budaya melayu jambi masih melekat erat di desa
Muara Jambi. Panorama desa tua dengan rumah panggung khas Melayu di daerah pemukiman
sepanjang 1,80 km pada bantaran sungai Batanghari, memiliki nilai sangat penting sebagai
penarik wisatawan budaya dan sejarah, baik domestik maupun internasional.
Guna mendukung pengembangan pariwisata dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN) dan mendukung program yang dicanangkan pada tahun 2011 oleh presiden RI, Susilo
Bambang Yudhoyono, tentang kawasan wisata terpadu, desa Muara Jambi telah berinisiatif
mendeklarasikan desanya sebagai desa wisata dengan mengeluarkan surat keputusan kepala desa
No. 01/2014 tentang penetapan desa Muara Jambi sebagai desa wisata di kabupaten Muaro
Jambi.
Salah satu upaya masyarakat desa Muara Jambi dalam menindak lanjuti konsep Desa Wisata itu
adalah dengan menciptakan unit-unit usaha mandiri. Usaha mandiri tersebut harus bersinergi
dengan upaya pelestarian kawasan cagar budaya sekaligus menjadi sarana pendukung wisata.
Oleh karena itu, pada tahun 2015 pemuda desa Muara Jambi berinisiatif mendirikan
Suvarnadvipa Food Center, sebuah pusat jajanan rakyat yang menyediakan beragam kuliner
lokal dan tradisional. Konsep Food Center ini adalah mengkombinasikan kuliner khas Muara
Jambi dengan pentas live pertunjukan budaya. Dengan pertimbangan, Food Center ini kedepan
bertujuan mengumpulkan pedagang kuliner pada satu lokasi diluar zona inti sehingga memecah
konsentrasi pengunjung yang menumpuk di zona inti dan mempertahankan keutuhan kawasan
candi dari kemungkinan kerusakan akibat kepadatan pengunjung.

PERUMUSAN MASALAH
• Belum adanya regulasi dari pemangku kepentingan mengenai manajemen kawasan
dan pengunjung, sehingga timbul ancaman keutuhan kawasan akibat
terkonsentrasinya aktivitas di zona inti, antara lain permasalahan pengelolaan parkir,
pedagang, ticketing dan sampah.
• Kurangnya volume dan diversifikasi produk layanan untuk wisatawan baik itu
bersifat atraksi budaya, cindera mata maupun kuliner lokal, sehingga mempengaruhi
spending limit dan length of stay dari wisatawan.
• Kurangnya fasilitas penunjang dan sarana produksi dalam menjalankan Suvarnadvipa
Food Center sehingga belum mampu berfungsi optimal sebagai crowd center yang
menarik bagi pengunjung ataupun pedagang.
TUJUAN
• Menginisiasi program manajemen kawasan dan pengunjung lewat upaya
dekonsentrasi dan mengurangi aktivitas di zona inti.
• Meningkatkan volume dan diversifikasi produk layanan untuk wisatawan.
• Melengkapi fasilitas penunjang dan sarana produksi bagi Suvarnadvipa Food Center
untuk beroperasi lebih optimal.
• Menigkatkan pendapatan ekonomi masyarakat desa wisata Muara Jambi.

INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM


• Perubahan orientasi dan persepsi pengunjung, pedagang dan masyarakat yang beraktivitas di
dalam zona inti keluar area cagar budaya.
• Meningkatnya kualitas layanan Suvarnadvipa Food Center dengan tampilan yang lebih
menarik, artistik dan memenuhi kebutuhan pedagang dan wisatawan.

LUARAN YANG DI HARAPKAN


• Manual pengelolaan Suvarnadvipa Food Center.
• Publikasi dan dokumentasi kegiatan dan profil Suvarnadvipa Food Center
• Terbentuknya unit-unit usaha baru mandiri masyarakat yang berperan sebagai supplier
produk-produk untuk Suvarnadvipa Food Center

KEGUNAAN
• Meningkatnya pendapatan masyarakat desa wisata Muara Jambi beserta Multiplier effect nya.
• Meningkatnya kapasitas masyarakat dalam pengelolaan usaha mandiri kreatif melalui proses-
proses reverse engineering dan learning by doing.

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT


Daerah yang menjadi sasaran adalah desa wisata Muara Jambi kecamatan Maro Sebo kabupaten
Muaro Jambi. Lokasi ini strategis karena berada di kawasan cagar budaya candi Muara Jambi.
Salah satu destinasi unggulan di Jambi tepatnya di Jln. candi Muara Jambi RT.02 dermaga desa
wisata Muara Jambi. Kawasan ini di kunjungi wisatawan 150.000 per tahunnya. Daerah ini
dikenal sebagai pemukiman padat penduduk. Desa ini memiliki populasi sebesar 2.601 jiwa,
tebagi menjadi 675 KK, dengan jumlah laki-laki 1.188 jiwa dan perempuan sebesar 1413 jiwa,
dan kepadatan penduduk 867 jiwa per km. Penduduk desa wisata Muara Jambi bermata-
pencaharian pokok mayoritas bertani, beragama islam dan mayoritas etnis melayu keturunan
marga Maro Sebo.
Di dekat desa wisata muara jambi terdapat fasilitas dermaga wisata yang kurang terkelola dengan
baik, sehingga dengan program desa binaan ini, kreatifitas pemuda bisa tersalurkan dan
masyarakat yang berkontribusi bisa menambah pendapatannya. Dermaga desa wisata Muara
Jambi dapat di manfaatkan sebagai tempat pameran dan display olahan dari UKM masyarakat
desa wisata Muara Jambi. Selain itu fasilitas dermaga ini bisa menarik wisatawan yang ingin
menikmati suasana kehidupan desa sekaligus menikmati pemandangan waterfront sungai
Batanghari yang bersejarah.
Selama ini masyarakat desa masih sangat tergantung dari sektor primer seperti pertanian, yang
kapasitas dan kualitas produksinya semakin menurun akibat degradasi daya dukung lingkungan,
maupun posisi tawar mereka yang sangat rendah di pasar hasil-hasil pertanian. Sebagai alternatif,
masyarakat berusaha menjadi pedagang didalam zona inti cagar budaya, namun karena tidak
adanya kelembagaan dan manajemen yang baik, mereka tidak bisa meningkatkan nilai tambah
produk dagangannya.
DATA GOOGLE MAP

Kelompok yang menjadi sasaran program ini adalah organisasi Pemuda Peduli Lingkungan
Muara Jambi (PPL MJ) Berdirinya organisasi ini pada tanggal 19 januari 2014, PPL MJ adalah
organisasi kepemudaan di desa wisata muara jambi, yang beraggotakan 40 orang. organisasi ppl
mj suatu lembaga yang Resmi di Desa muara jambi berdasarkan surat No I /2 04 DS MJ.

METODE PELAKSANAAN

• Inventarisir jenis-jenis usaha mandiri masyarakat yang beroperasi didalam kawasan cagar
budaya.

Program ini diawali dengan membenahi dan melengkapi fasilitas penunjang dan sarana produksi
Suvarnadvipa Food Center yang berlokasi di dermaga desa, sehingga layak dan mampu
menampung pedagang kuliner lokal maupun souvenir lebih banyak. Ketika area dermaga ini
telah dibenahi, maka pihak pengelola akan mendata dan menyeleksi para pedagang dengan
mengajukan formulir persyaratan. Pedagang yang memenuhi persyaratan

metode pelaksana

BIAYA Rp. 45.000.000.-

Anda mungkin juga menyukai