Anda di halaman 1dari 15

i

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Bahasa Indonesia memiliki fungsi dan kedudukan sebagai bahasa nasionaldan bahasa
resmi negara Indonesia. Dalam berbahasa Indonesia, tentu tidak lepasdari kaidah dan
aturan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Kriteria yangdiperlukan dalam kaidah
kebahasaan tersebut antara lain tata bunyi, tata bahasa,kosakata, ejaan, makna, dan
kelogisan. Bahasa Indonesia yang baik dan benarmengacu pada ragam bahasa yang
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran,dan bahasa yang baik dan benar adalah
bahasa yang sesuai kaidah baku, baik tertulismaupun lisan (Murtiani et al, 2016).

Sebelum tahun 1900, Indonesia yang sebagian besar penduduknya berbahasa Melayu,
masih belum memiliki sistem ejaan yang dapat digunakan. Laluseorang ahli bahasa dari
Belanda, Prof. Charles van Ophuijsen bersama dua orang
pakar bahasa, Engkoe Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib SutanIbrahim
membuat ejaan bahasa Melayu dengan menggabungkan dasar-dasar ejaanLatin dan ejaan
Belanda. Ejaan van Ophuijsen dianggap kurang berhasildikarenakan kesulitan dalam
memelayukan tulisan beberapa kata dari bahasa Arabyang memiliki warna bunyi bahasa
khas. Namun, oleh van Ophuijsen, kesulitantersebut terus diperbaiki dan disempurnakan,
sehingga pada tahun 1926, sistemejaan menjadi bentuk yang tetap. Semenjak itu sistem
ejaan terus berkembang dandisempurnakan, muncul Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi, kemudian EjaanPembaharuan, Ejaan Melindo, lalu Ejaan Baru, Ejaan Rumi
Bersama, dan Ejaanyang Disempurnakan (EYD).Pada 26 November 2015, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia mengubah Pedoman Umum Ejaan yang
Disempurnakan (PUEYD)menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
sebagai pedoman penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Perubahan tersebut
bukanlahsesuatu yang tidak biasa, sebagaimana pendapat Chaer (2007) bahwa bahasa
bersifat dinamis (as cited in Yanti, 2016). Bahasa tidak pernah lepas dari berbagaiaspek
kehidupan manusia semenjak keberadaan manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan
bermasyarakat.Kehidupan manusia akan terus berubah dan tidaktetap, karena eratnya
keterkaitan dan keterikatan manusia dengan bahasa, maka bahasa pun akan terus ikut
berubah, tidak tetap, dan tidak statis.
Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan, terutama yang berkaitandengan
ejaan. Ejaan adalah kaidah-
cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan
(huruf-huruf) serta
penggunaantanda baca (Rahmadi, 2017). Ejaan bahasa Indonesia yang digunakan saat
inimenganut tulisan fonemis.

1
Sistem tulisan fonemis merupakan sistem tulisan yangmenggunakan satu lambang
atau satu huruf saja untuk satu
fonem secara konsisten.

Perubahan bahasa dapat terjadi pada seluruh tingkatan, baik fonologi,morfologi,


sintaksis, semantik, ataupun leksikon. Perubahan pada tingkat semantikdan leksikon yang
paling terlihat, sebab hampir setiap saat muncul kata-kata barusebagai akibat dari
perubahan ilmu dan budaya, atau juga kemunculan kata-katalama dengan makna yang
baru. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiserta kebudayaan terus terjadi,
secara otomatis pula akan bermunculan konsep-konsep baru yang disertai wadah
penampungnya, yaitu kata-kata dan istilah-istilah baru. Jika kelahiran konsep tersebut
belum disertai dengan wadahnya, makamanusia sendiri yang akan menciptakan
istilahnya(Chaer,2007,as cited in Yanti,2016).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) ?
2. Apa saja ruang lingkup dari PUEBI ?
3. Bagaimanakah aturan pemakaian huruf berdasarkan PUEBI ?
4. Bagaimanakah aturan penulisan kata berdasarkan PUEBI ?
5. Bagaimanakah aturan pemakaian tanda baca berdasarkan PUEBI ?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
serta menambah wawasan dan pengetahuan tentang “ Pedoman Umum Ejaan Bahasa
indoseia “, dan untuk menambah pengetahuan bagi si pembaca makalah ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)

Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata Bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur
penggunaan Bahasa Indonesia dalam tulisan,mulai dari pemakaian huruf, penulisan
kata,penulisan unsur serapan, serta penggunaan tanda baca ( Murtiani et al,2016). Dalam
menulis berbagai karya ilmiah, diperlukan aturan tata Bahasa yang menyempurnakannya
sebab karya tersebut memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Karya ilmiah
tersebut dapat berupa artikel,resensi,profil,karya sastra,jurnal,skripsi,tesis,disertasi,dan
sebagainya. Sehingga PUEBI dapat diartikan sebagai suatu ketentuan dasar secara
menyeluruh yang berisi acuan penggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan benar.

B. Pemakaian huruf
1. Huruf abjad

Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang melambangkan bunyi Bahasa,
sementara abjad merupakan kumpulan atau sistem aksara itu sendiri berdasarkan
urutan yang umum dan baku dalam Bahasa tertentu. Ejaan Bahasa Indonesia dari 26
huruf abjad,yaitu sebagai berikut:

Table 2.1 huruf abjad berdasarkan PUEBI


Huruf Huruf Nama Pengucapan
Kapital Nonkapital
A a a a
B b be be`
C c ce ce`
D d de de`
E e e e`
F f ef ef`
G g ge ge`

3
H h ha ha
I i i i
J j je je`
K k ka ka
L l el el`
M m em em`
N n en en`
O o o o
P p pe pe`
Q q ki ki
R r er er`
S s es es`
T t te te`
U u u u
V v ve ve`
W w we we`
X x eks eks`
Y y ye ye`
Z z zet zet`

2. Huruf konsonan

Huruf konsonan adalah huruf yang pelafalan bunyinya dihasilkan dengan


menghambat aliran udara pada salah satu tempat di saluran suara di atas glottis. Pada
pelafalan konsonan, ada tiga faktor yang terlibat : keadaan pita suara,penyentuhan
atau pendekatan berbagai alat ucap,dan cara alat ucap itu bersentuhan atau berdekatan
(Alwi et al,2008). Huruf- huruf konsonan pada Bahasa Indonesia dilambangkan oleh
21 huruf yaitu b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y dan z.

Table 2.2 huruf konsonan dan contoh pemakaiannya dalam kata


Huruf konsonan Contoh
pemakaiaan dalam
kata Posisi tengah Posisi akhir

Posisi akhir
b benda rebut akrab
c cari kecap -
d diri adab akad
f foto lafal huruf
g gurita lega analog
h halal suhu kerah
j jimat sajak mikraj
k kita laksa tegak
l lepas malas bekal

4
m merah kemah suram
n nila pena tangan
p perang siapa setiap
q* quran iqra -
r rata beras bubur
s sampah kasar ringkas
t tarik mentah adat
v voli lava molotov
w warna awan takraw
x* xenon - -
y yakin Sayur -
z zat rezim Juz

Keterangan :

 Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu
pengetahuan. Huruf x pada posisi awal kata dilafalkan {s}

C. Penulisan kata
1. Kata dasar
Kata adalah satuan unit terkecil dari Bahasa yang dapat berdiri sendiri dan tersusun
dari morfem tunggal. Kata merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran
yang digunakan dalam berbahasa,baik diucapkan maupun dituliskan. Kata dasar dapat
diartikan sebagai suatu kata yang menjadi dasar bentukan kata yang lebih besar dan
bahkan menjadikan kata tersebut memiliki makna yang berbeda.
Misalnya:
Kakek itu sangat kurus
Dia pergi ke pasar

2. Kata berimbuhan
Kata berimbuhan atau kata turunan adalah kata-kata yang sudah berubah bentuk dan
makna disebabkan pemberian imbuhan berupa awalan (afiks),akhiran (sufiks), sisipan
(infiks), atau awalan-akhiran (konfiks). Kata berimbuhan terbagi menjadi:
a. Imbuhan yang tertulis serangkai dengan bentuk dasarnya
Misalnya :
Bersalah
Tarikan
Kemilau
Persembahan
Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing seperti -isme,-man,-wan, atau
-wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalkan :
Patriotism

5
Budiman
Sejarawan
Manusiawi
b. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata mengikutinya
Misalkan :
Adikuasa
Antarnegara
Dwibahasa
Prakarya
Catatan :
 Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan
yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-)
Misalkan :
non - Asia
pan - Amerika
pro - Pemerintah

 Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan
ditulis terpisah dengan huruf awal kapital
Misalnya :
Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang.

 Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat
Tuhan,kecuali kata esa,ditulis serangkai
Misalnya :
Tuhan Yang Mahatahu apa yang terbaik bagi kita.
Semoga Tuhan Maha Esa terus melindungi kalian semua.

D. Pemakaian tanda baca


1. Tanda titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada kalimat pernyataan.
Misalnya:
Mereka duduk di sana.
Dia akan datang di pertemuan itu.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu
bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a.1. Kondisi Kebahasaan di Indonesia
A. Bahasa Indonesia
1. Kedudukan
2. Fungsi
B.Bahasa Daerah

6
1. Kedudukan
2. Fungsi
C.Bahasa Asing
1. Kedudukan
2. Fungsi
b. 1) Patokan Umum
a. Isi Karangan
b. Ilustrasi
c. Gambar Tangan
d. Tabel
e. Grafik
2) Patokan Khusus
Catatan:
a. Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah
bertanda kurung dalam suatu perincian.
Misalnya:
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
1) bahasa nasional yang berfungsi sebagai, antara lain,
a) lambang kebanggaan nasional,
b) identitas nasional, dan
c) alat pemersatu bangsa;
2) bahasa negara ….
b. Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang
lebih dari satu angka (seperti pada 2b).
c. Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir
dalam penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam
judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.
Misalnya:
Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia
Bagan 2 Struktur Organisasi
Bagan 2.1 Bagian Umum
Grafik 4 Sikap Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa
Indonesia
Grafik 4.1 Sikap Masyarakat Berdasarkan Usia
Gambar 1 Gedung Cakrawala
Gambar 1.1 Ruang Rapat

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Misalnya:
pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35
menit, 20 detik)

7
01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
00.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
00.00.30 jam (30 detik)

4. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan
(yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.
Misalnya:
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Peta Bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.
Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.

Misalnya:
Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang. Anggaran lembaga itu mencapai
Rp225.000.000.000,00.
Catatan:
a. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi IV halaman 1305.
Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678.
b. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan
kepala karangan, ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
Gambar 3 Alat Ucap Manusia
Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan
c. Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan
pengirim surat serta (b) tanggal surat.
Misalnya:
Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya No. 73 Menteng Jakarta 10330
Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati
Barat IV
Rawamangun Jakarta Timur
Indrawati, M.Hum. Jalan Cempaka II No. 9 Jakarta Timur 21 April 2013

8
Jakarta, 15 Mei 2013 (tanpa kop surat)
2. Tanda koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian
atau pembilangan.
Misalnya:
Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
Satu, dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi,
melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya:
Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang
mendahului induk kalimat.
Misalnya:
Kalau diundang, saya akan datang.
Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca
buku.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak
kalimat.
Misalnya:
Saya akan datang kalau diundang.
Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh
beasiswa belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, dia berhasil
menjadi penulis terkenal.
Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya
berhasil menjadi sarjana.
5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o,
ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan,
seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
O, begitu?

9
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, jalannya licin!
Nak, kapan selesai kuliahmu?
Siapa namamu, Dik?
Dia baik sekali, Bu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata nenek saya, “Kita harus berbagi dalam hidup ini.”
“Kita harus berbagi dalam hidup ini,” kata nenek saya, “karena
manusia adalah makhluk sosial.”
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang
berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari
bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:
“Di mana Saudara tinggal?” tanya Pak Lurah.
“Masuk ke dalam kelas sekarang!” perintahnya.
“Wow, indahnya pantai ini!” seru wisatawan itu.
7. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian
alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah
atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis,
Kecamatan Matraman, Jakarta 13130
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba
Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang
8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional.
Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta:
Pusat Bahasa.
Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di
Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mutiara Beta.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau
catatan akhir.
Misalnya:
Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid
2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.

10
Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya
Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang
(Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar
akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, M.Hum.
Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, Master of .Art. dengan Siti Khadijah M.A.
(Siti Khadijah Mas Agung).
11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau
keterangan aposisi.
Misalnya:
Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum
diolah.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan
paduan suara.
Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan
Nonblok.
Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit
tanda koma!
Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu
tanpa tes.
13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/ salah pengertian.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:

11
Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa
daerah.
Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata Bahasa Indonesia yang mengatur
penggunaan Bahasa Indonesia dalam tulisan,mulai dari pemakaian
huruf,penulisan kata,penulisan unsur serapan,serta penggunaan tanda baca.
2. Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang melambangkan bunyi
Bahasa,pemakaian huruf yang diatur dalam PUEBI antar lain : huruf
abjad,huruf vocal,huruf konsonan,huruf diftong,gabungan huruf
konsonan,huruf kapital,huruf miring,dan huruf tebal.
3. Kata adalah satuan unit terkecil dari Bahasa yang dapat berdiri sendiri dan
tersusun dari morfem tunggal. Kata merupakan perwujudan kesatuan perasaan
dan pikiran yang digunakan dalam berbahasa,baik diucapkan maupun
dituliskan. Pedoman penulisan kata yang diatur oleh PUEBI adalah kata
dasar,kata berimbuhan,bentuk ulang,dan lain-lain
4. Tanda baca adalah symbol yang tidak berhubungan dengan fonem atau kata
dan frasa pada suatu Bahasa,melainkan berperan untuk menunjukkan struktur
dan organisasi suatu tulisan,dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati
sewaktu permbacaan. Tanda baca yang diatur dalam PUEBI antara lain :tanda
titik(.), tanda koma (,), tanda pisah (-), tanda tanya (?), tanda seru (!),tanda
ellipsis (…), tanda petik (“…”), tanda petik tunggal (‘…’), tanda kurung
((…)),tanda kurung siku ([…]),tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat
atau apostrof (‘).
B. SARAN
Setelah membaca makalah ini, penulis menyarankan agar pembaca:

12
1. Memahami Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
2. Menjadikan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sebagai
patokan dalam menulis berbagai karya ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi ,Hasan ,dkk. 2008. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Badudu ,J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia.

Murtiani, Anjar, dkk. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Araska.

Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia . Jakarta:
Kemendikbud.

Rahmadi, Duwi. 2017. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dan Kesalahan Berbahasa.
Solo: Genta Smart Publisher.

Yanti, Prima Gusti, dkk. 2016. Bahasa Indonesia Konsep Dasar dan Penerapan. Jakarta: PT.
Grasindo

13
14

Anda mungkin juga menyukai