Anda di halaman 1dari 13

Asatiza: Jurnal Pendidikan Vol 2 No 1 (2021)

Asatiza :Jurnal Pendidikan


P-ISSN: 2721-0723 | E-ISSN: 2716-3202
https://ejournal.stai-tbh.ac.id/index.php/asatiza

Implementasi Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO


*Cindy Priscilla1,a, Deddy Yusuf Yudhyarta2,b
1, 2
STAI Auliaurrasyidin Tembilahan, Indragiri Hilir, Indonesia
a
cindypriscila43@gmail.com, bdeddy.yusuf@stai-tbh.ac.id

INFORMASI Abstract
ARTIKEL This study aimed to determine the implementation of UNESCO's
educational pillars as well as to find out its inhibiting factors at State
Histori Artikel: Vocational High School 1 Tembilahan. This study was a qualitative
Diterima : 18/12/2020 descriptive study, the proportionate stratified random sampling toward 90
Direvisi : 24/12/2020 selected students used to gather the data through questionnaires, interviews,
Disetujui : 26/12/2020 and documentation. The result showed that the percentage of the
Diterbitkan : 23/01/2021 implementation was at 66.37% (Good). Meanwhile, the inhibiting factors
Keywords: in the implementation were the differentiation of students and limited time
UNESCO, education, allocation.
pillar Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi pilar-
Kata Kunci: pilar pendidikan UNESCO dan mengetahui faktor penghambat
UNESCO, pendidikan, Implementasi Pilar-Pilar tersebut di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
pilar 1 Tembilahan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif,
DOI: sampel dalam penelitian ini menggunakan proportionate stratified random
https://doi.org/10.46963/ sampling berjumlah 90 orang. Teknik pengumpulan data melalui angket,
asatiza.v2i1.258 wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan
bahwa persentasi implementasi pilar UNESCO berada pada angka 66,37%
*Correspondence dengan kategori baik, adapun faktor penghambat dalam Implementasi
Author: pilar-pilar pendidikan UNESCO di SMKN 1 Tembilahan yaitu ragam
cindypriscila43@gmail.c peserta didik dan alokasi waktu yang terbatas.
om
Cara mensitasi artikel:
Priscilla, C., & Yudhyarta, D. Y. (2021). Implementasi pilar-pilar pendidikan UNESCO. Asatiza: Jurnal
Pendidikan, 2(1), 64-76. https://doi.org/10.46963/asatiza.v2i1.258.

Allah yang lain dalam kehidupannya,


PENDAHULUAN
bahwa untuk mengolah akal pikirannya
Pendidikan merupakan salah satu
diperlukan suatu pola pendidikan melalui
kebutuhan pokok dalam kehidupan
proses pembelajaran. (Hafid, Ahiri, &
manusia yang berfikir bagaimana
Haq, 2014)
menjalani kehidupan dunia ini dalam
Pilar merupakan penopang atau
rangka mempertahankan hidup dalam
penyangga dalam sebuah bangunan yang
hidup dan penghidupan manusia yang
membuat bangunan itu dapat berdiri
mengemban tugas dari Sang Khalik untuk
dengan kukuh. Sistem pendidikan juga
beribadah.
memerlukan pilar yang akan menyangga
Manusia sebagai makhluk yang
sistem pendidikan yang dilaksanakan agar
diberikan kelebihan oleh Allah SWT
pendidikan tersebut dapat berjalan dengan
dengan suatu bentuk akal pada diri
baik dalam mencapai tujuan pendidikan.
manusia yang tidak dimiliki makhluk

Editorial Address: Kampus STAI Auliaurrasyidin Tembilahan


Jl. Gerilya No. 12 Tembilahan Barat, Riau Indonesia 29213
Mail: asatiza@stai-tbh.ac.id | 64
Implementasi Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO
Cindy Priscilla & Deddy Yusuf Yudhyarta

Pilar dalam kamus umum adalah tujuan pendidikan. Manusia belajar dari
tiang penyangga atau penguat dari beton, apa saja di sekitarnya untuk survive
dan sebagainya, sekaligus dipakai untuk sekaligus pengembangan potensi diri, lahir
keindahan atau keserasian penunjang dari ketidaktahuan dari rahim seorang ibu
untuk kegiatan. M.J. Lavengeveld dan dibekali penglihatan, pendengaran dan
mengatakan bahwa pendidikan adalah akal untuk digunakan dalam tugasnya
setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan sebagai khalifatullah fil ardh. Berangkat
bantuan yang diberikan kepada anak didik dari sinilah, paradigma learning ini
yang bertujuan pada pendewasaan anak diusung sebagai pilar pendidikan untuk
itu. Dalam Kamus Besar Bahasa kepentingan manusia dengan perubahan
Indonesia, kata pilar diartikan sebagai zaman dan ini berangkat dari paradigma
tiang penyangga (terbuat dari besi atau belajar.
beton). Kata pilar dalam bahasa Inggris Berdasarkan paradigma di atas,
berarti pillars sama artinya dengan pilar dapat disimpulkan bahwa pilar pendidikan
dalam bahasa Indonesia. adalah tiang atau penunjang dari suatu
Eksistensi pilar dalam berbagai hal kegiatan usaha, pengaruh, perlindungan,
bias dikatakan sangat pending perannya dan bantuan yang akan diberikan kepada
sebagai penopang agar menjadi sesuatu anak didik yang bertujuan untuk
yang utuh (unity). Bangunan atau rumah pendewasaan anak. (Syafril & Zen, 2007).
berangkat dari fondasi yang dilengkapi Pada prinsipnya apabila ingin
dengan pilar agar atap bias berdiri kukuh berhasil melaksanakan tugas-tugasnya,
dan tidak mudah roboh sehingga tampak maka pendidikan hendaknya diatur di
menjadi lengkap dan melengkapi. (Syafril sekitar empat jenis belajar yang
& Zen, 2007). fundamental sifatnya yang sepanjang
Hal ini juga terlihat dari kondisi kehidupan seseorang dapat dikatakan
zaman yang cepat berubah, terutama di sebagai sendi atau sokoguru pengetahuan:
bidang teknologi dan informasi sehingga belajar berbuat, sehingga mampu
visi paradigma pendidikan harus relevan bertindak kreatif di lingkungannya, belajar
yang kemudian diturunkan ke dalam hidup bersama, sehingga mampu berperan
metode pembelajaran. Yaitu mengubah serta dan bekerja sama dengan orang-
paradigma teaching (mengajar) menjadi orang lain di dalam semua kegiatan
learning (belajar). Dengan perubahan ini manusia, dan belajar menjadi seseorang,
proses pendidikan menjadi proses suatu kemajuan penting yang merupakan
bagaimana belajar bersama antarguru dan kelanjutan dari ketiga sendi di atas.
anak didik. Guru dalam konteks ini Tentulah keempat jalan pengetahuan ini
termasuk dalam proses belajar. Sehingga merupakan satu kesatuan, karena banyak
lingkungan sekolah jadi learning society titik temu, perpotongan dan pertukaran di
(masyarakat belajar). antaranya. (Taniredja, 2016)
Sebagai objek sekaligus subjek Kualitas dapat dimaknai dengan
pendidikan, manusia menjadi titik sentral istilah mutu atau keefektifan. Secara
dalam proses belajar yang mengarah pada definitif, efektivitas dapat dinyatakan

Asatiza: Jurnal Pendidikan Vol 2 No 1 (2021)


| 65 This is an open access article under CC by SA License (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0)
Implementasi Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO
Cindy Priscilla dan Deddy Yusuf Yudhyarta

sebagai tingkat keberhasilan dalam Learning to do (Belajar Melakukan


mencapai tujuan atau sasarannya. Sesuatu), Learning to Live Together
Efektivitas merupakan suatu konsep yang (Belajar Hidup Bersama), Learning to be
sangat penting karena mampu (Belajar Menjadi Sesuatu). (Kodir, 2011).
memberikan gambaran mengenai METODE
keberhasilan seseorang dalam mencapai Jenis penelitian ini menggunakan
sasaran atau tingkat pencapaian tujuan- Penelitian Deskriptif Kualitatif. Penelitian
tujuan. Sementara itu, belajar dikatakan Deskriptif adalah suatu bentuk penelitian
sebagai komunikasi terencana yang yang paling dasar ditujukan untuk
menghasilkan perubahan sikap, mendeskripsikan atau menggambarkan
keterampilan dan pengetahuan dalam fenomena-fenomena yang ada, baik
hubungan dengan sasaran khusus yang fenomena yang bersifat alamiah ataupun
berkaitan dengan pola perilaku individu rekayasa manusia. (Sukmadinata, 2012).
untuk mewujudkan tugas atau pekerjaan Penelitian kualitatif dapat diartikan
tertentu. Dengan demikian, efektivitas sebagai metode penelitian yang
belajar adalah tingkat pencapaian tujuan
berlandaskan filsafat postpositivisme,
pembelajaran, termasuk pembelajaran
digunakan untuk meneliti pada kondisi
seni. Pencapaian tujuan tersebut berupa
objek yang alamiah. (Sugiyono, 2015).
peningkatan pengetahuan dan Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
keterampilan serta pengembangan sikap kelas X dan XI, waka kurikulum, dan 1
melalui proses pembelajaran. (Kodir, orang guru mata pelajaran Sekolah
2011) Menengah Kejuruan Negeri 1
Akan tetapi di Sekolah Menengah Tembilahan. Objek penelitian in adalah
Kejuruan Negeri 1 Tembilahan masih Implementasi pilar-pilar pendidikan di
ditemukan fakta bahwa guru cenderung Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1
hanya menggunakan pada buku paket Tembilahan.
tertentu saja dan tidak menggunakan buku
Diketahui jumlah populasi kelas X
referensi yang lainnya sehingga dan XI sebesar N = 908 siswa dan tingkat
pengetahuan siswa hanya terbatas pada presisi yang ditetapkan sebesar d2 = 10%
buku itu saja, kurangnya keterampilan (0,1). Untuk mengetahui jumlah sampel
dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dalam penelitian ini maka digunakan
yang diperoleh, kurangnya kemampuan rumus sebagai berikut:
dalam bersosialisasi dengan masyarakat, N
serta siswa yang belum mampu 𝑛= 2
Nd + 1
mengembangkan diri secara maksimal. 908
UNESCO dalam Abdul Kodir pada 𝑛=
908(0,1)2 + 1
bukunya Strategi Belajar Mengajar 908
mengatakan dalam mencapai efektivitas 𝑛=
(908)(0,01) + 1
belajar ini, menetapkan empat pilar 908
pendidikan yang harus diperhatikan, yaitu 𝑛=
10,08
Learning to Know (Belajar Mengetahui), 𝑛 = 90,07

Asatiza: Jurnal Pendidikan Vol 2 No 1 (2021)


This is an open access article under CC by SA License (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0) | 66
Implementasi Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO
Cindy Priscilla & Deddy Yusuf Yudhyarta

n = 90,07 dibulatkan menjadi 90 keindahan atau keserasian penunjang


Setelah diketahui jumlah sampel untuk kegiatan. M.J. Lavengeveld
secara keseluruhan yaitu 90 siswa, maka mengatakan bahwa pendidikan adalah
langkah selanjutnya adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan
mengalokasikan atau menyebarkan bantuan yang diberikan kepada anak didik
satuan-satuan sampel ini kepada setiap yang bertujuan pada pendewasaan anak
kelas dengan menggunakan pengambilan itu. Dalam Kamus Besar Bahasa
sampel secara proportionate stratified Indonesia, kata pilar diartikan sebagai
random sampling (pengambilan sampel tiang penyangga (terbuat dari besi atau
bertingkat) memakai rumus alokasi beton). Kata pilar dalam bahasa Inggris
proporsional dengan rumus : berarti pillars (sama artinya dengan pilar
ni = (NI:N) . n dalam bahasa Indonesia).
Kelas X = 467 : 908 x 90 = 46,28 = 46 Eksistensi pilar dalam berbagai hal
Kelas XI = 441 : 908 x 90 = 43,71 = 44 bias dikatakan sangat pending perannya
Jumlah = 908 Siswa = 90 Siswa sebagai penopang agar menjadi sesuatu
Maka setiap pengambilan sampel yang utuh (unity).Bangunan atau rumah
pada kelas X adalah 46 siswa/siswi, kelas berangkat dari fondasi yang dilengkapi
XI adalah 44 siswa/siswi. dengan pilar agar atap bias berdiri kukuh
Adapun teknik pengumpulan data dan tidak mudah roboh sehingga tampak
yang digunakan dalam penelitian ini menjadi lengkap dan melengkapi. (Syafril
adalah sebagai berikut: Angket. & Zen, 2007).
Wawancara dan dokumentasi. Data dalam Hal ini juga terlihat dari kondisi
penelitian ini dianalisis dan dideskripsikan zaman yang cepat berubah, terutama di
dengan pola fikir induktif deduktif. bidang teknologi dan informasi sehingga
Selanjutnya data kualitatif akan diubah visi paradigma pendidikan harus relevan
kedalam angka dengan cara yang kemudian diturunkan ke dalam
mempresentasekannya sesuai dengan metode pembelajaran yaitu mengubah
frekuensi yang didapat. paradigma teaching (mengajar) menjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN learning (belajar). Dengan perubahan ini
proses pendidikan menjadi proses
Pengertian Pilar
Pilar merupakan penopang atau bagaimana belajar bersama antar guru dan
anak didik. Guru dalam konteks ini
penyangga dalam sebuah bangunan yang
termasuk dalam proses belajar. Sehingga
membuat bangunan itu dapat berdiri
lingkungan sekolah jadi learning society
dengan kukuh. Sistem pendidikan juga
(masyarakat belajar).
memerlukan pilar yang akan menyangga
Sebagai objek sekaligus subjek
sistem pendidikan yang dilaksanakan agar
pendidikan, manusia menjadi titik sentral
pendidikan tersebut dapat berjalan dengan
dalam proses belajar yang mengarah pada
baik dalam mencapai tujuan pendidikan.
tujuan pendidikan. Manusia belajar dari
Pilar dalam kamus umum adalah
apa saja di sekitarnya untuk survive
tiang penyangga atau penguat dari beton,
sekaligus pengembangan potensi diri, lahir
dan sebagainya, sekaligus dipakai untuk

Asatiza: Jurnal Pendidikan Vol 2 No 1 (2021)


| 67 This is an open access article under CC by SA License (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0)
Implementasi Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO
Cindy Priscilla dan Deddy Yusuf Yudhyarta

dari ketidaktahuan dari rahim seorang ibu atas terjadinya perang dunia pertama dan
dan dibekali penglihatan, pendengaran dan kedua secara berturut-turut yang kurang
akal untuk digunakan dalam tugasnya dari masa satu generasi dinyatakan sebagai
sebagai manusia. Berangkat dari sinilah, tujuan dasar dari pendirian dan sekaligus
paradigma learning ini diusung sebagai menjadi moto organisasi ini yang tertuang
pilar pendidikan untuk kepentingan dalam kalimat terkenal berikut: since wars
manusia dengan perubahan zaman dan ini begin in the mind of men, it is in the minds
berangkat dari paradigma belajar. of men that the defenses of peace must be
Pengertian Pendidikan constructed (oleh karena perang diawali
Pendidikan merupakan salah satu dari pikiran manusia, maka dalam pikiran
kebutuhan pokok dalam kehidupan manusialah upaya menjaga perdamaian
manusia yang berfikir bagaimana dibangun).
menjalani kehidupan dunia ini dalam Dalam melaksanakan tugasnya,
rangka mempertahankan hidup dalam UNESCO meletakkan prioritasnya pada
hidup dan penghidupan manusia yang masalah kesetaraan gender, pendidikan,
mengemban tugas dari Sang Khalik untuk dan pengembangan Negara-negara Afrika.
beribadah. UNESCO telah memiliki rencana aksi
Manusia sebagai makhluk yang kesetaraan gender UNESCO tahun 2014-
diberikan kelebihan oleh Allah SWT 2021 yang memberikan perhatian khusus
dengan suatu bentuk akal pada diri pada kasus-kasus kekerasan terhadap
manusia yang tidak dimiliki makhluk perempuan, terutama di wilayah
Allah yang lain dalam kehidupannya, konflik.UNESCO berusaha mengatasi
bahwa untuk mengolah akal pikirannya masalah tersebut sesuai dengan tugas
diperlukan suatu pola pendidikan melalui UNESCO, yaitu dengan memberikan
proses pembelajaran. (Hafid, Ahiri, & pendidikan. (Kemendikbud, 2018).
Haq, 2014). Menurut UNESCO dalam buku
Pilar Pendidikan UNESCO Belajar dan Pembelajaran oleh
Pilar pendidikan adalah tiang atau Aunurrahman, Komisi Pendidikan untuk
penunjang dari suatu kegiatan usaha, Abad XXI melihat bahwa pendidikan
pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang sesungguhnya adalah belajar (learning).
akan diberikan kepada anak didik yang Selanjutnya dikemukakan bahwa
bertujuan untuk pendewasaan anak. pendidikan bertumpu pada empat pilar,
(Syafril & Zen, 2007). yaitu; (1) learning to know (Belajar
United Nations Educational, Mengetahui), (2) learning to do (Belajar
Scientific and Cultural Organization, Melakukan Sesuatu), (3) learning to live
disingkat UNESCO merupakan badan together (Belajar Hidup Bersama), (4)
khusus PBB yang didirikan pada tahun learning to be (Belajar Menjadi Sesuatu)
1945. (Wikipedia, 2019). UNESCO berdiri (Aunurrahman, 2014).
dengan ditandatanganinya konstitusi Jenis-jenis Pilar Pendidikan
UNESCO di London pada tanggal 16 UNESCO:
November 1945. Suasana keprihatinan

Asatiza: Jurnal Pendidikan Vol 2 No 1 (2021)


This is an open access article under CC by SA License (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0) | 68
Implementasi Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO
Cindy Priscilla & Deddy Yusuf Yudhyarta

Learning to Know (Belajar Mengetahui) pengetahuan baik sebagai alat maupun


Pembelajaran yang berlangsung di sebagai tujuan. Sebagai alat, pengetahuan
sekolah umumnya dimaksudkan tersebut diharapkan akan memberikan
mendorong siswa memperoleh kemampuan setia orang untuk memahami
pengetahuan secara terstruktur, di samping berbagai aspek lingkungan agar mereka
penguasaan alat belajar. Dengan demikian dapat hidup dengan harkat dan
pembelajaran merupakan sarana sekaligus martabatnya dalam rangka
sebagai upaya mencapai tujuan akhir mengembangkan keterampilan kerja dan
eksistensi manusia. (Danim, 2010). berkomunikasi dengan berbagai pihak
Learning to Know (belajar untuk yang diperlukan. Sebagai tujuan, maka
mengetahui), artinya belajar itu harus pengetahuan tersebut akan bermanfaat
dapat memahami apa yang dipelajari dalam rangka peningkatan pemahaman,
bukan hanya dihafalkan tetapi harus ada pengetahuan serta penemuan di dalam
pengertian yang dalam. Hal ini dapat kehidupannya. Upaya-upaya ke arah
diartikan bahwa siswa harus memiliki pemerolehan pengetahuan ini tidak akan
pemahaman yang bermakna terhadap pernah ada batasnya, dan masing-masing
proses pendidikan mereka. Siswa individu akan secara terus menerus
diharapkan memahami secara bermakna memperkaya pengetahuan dirinya dengan
asal mula teori dan konsep, serta berbagai pengalaman yang ditemukan
menggunakannya untuk menjelaskan dam dalam kehidupannya. Upaya-upaya ini
memprediksi proses-proses berikutnya. akan berlangsung secara terus menerus
Siswa harus memiliki tujuan dalam yang pada gilirannya melahirkan kembali
belajar, selalu mencari tahu dan menggali konsep belajar sepanjang hayat.
hal yang harus diketahuinya, dan mencari (Aunurrahman, 2014). Learning to Know
cara yang harus ditempuh untuk dapat bukan sebatas proses belajar di mana
mengetahui hal-hal tersebut. Hal yang peserta didik mengetahui dan memiliki
harus digarisbawahi adalah bahwa materi informasi sebanyak-banyaknya,
learning to know tidak sekadar menyimpan dan mengingat, namun juga
memperoleh pengetahuan tapi juga kemampuan untuk dapat memahami
menguasai teknik memperoleh makna dibalik materi ajar yang telah
pengetahuan tersebut. Tidak hanya itu, diterimanya. (Kodir, 2011).
siswa juga dituntut tidak sekadar Belajar mengetahui diperlukan
mengetahui ilmu tetapi juga sekaligus sebagai syarat belajar untuk belajar,
mengetahui apa yang bermanfaat bagi melibatkan kekuatan konsentrasi atau
kehidupan. Pilar ini berperan untuk pemusatan perhatian, ingatan dan pikiran.
membentuk generasi penerus bangsa yang Mulai anak semasa kecil, teristimewa di
memiliki kemampuan intelektual dan masyarakat-masyarakat yang dipengaruhi
akademik yang tinggi. (Syafril & Zen, oleh televisi, kaum muda harus belajar
2007). memusatkan pada benda-benda dan
Learning to know adalah upaya manusia.
memahami instrumen-instrumen

Asatiza: Jurnal Pendidikan Vol 2 No 1 (2021)


| 69 This is an open access article under CC by SA License (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0)
Implementasi Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO
Cindy Priscilla dan Deddy Yusuf Yudhyarta

Menggunakan ingatan merupakan Seorang guru seyogianya berfungsi


penawar yang penting daripada dibanjiri sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
oleh informasi sejenak yang ditayangkan Guru dituntut untuk berperan aktif sebagai
oleh media. Adalah berbahaya untuk teman sejawat dalam berdialog dengan
membayangkan bahwa ingatan tidak siswa, dalam mengembangkan
diperlukan lagi karena kemampuan kita penguasaan pengetahuan maupun ilmu
yang sudah hebat untuk menyimpan dan tertentu. (Hamdani, 2011).
mengedarkan informasi. Kita harus Konsep Learning to Know ini
selektif tentang apa yang akan kita pelajari menyiratkan makna bahwa pendidik harus
dari luar kepala, tetapi kemampuan mental mampu berperan sebagai berikut:
manusia yang khas untuk mengingat 1) Guru berperan sebagai sumber belajar
asosiasi yang tidak dapat dikurangi ke Peran ini berkaitan penting
bentuk berfungsi secara otomatis haruslah dengan penguasaan materi
dipupuk dengan baik-baik. Semua pembelajaran. Dikatakan guru yang
spesialis bersepakat, bahwa ingatan harus baik apabila ia dapat menguasai materi
dilatih sejak anak semasa kecil dan pembelajaran dengan baik, sehingga
tidaklah tepat untuk dihapuskan sekolah benar-benar berperan sebagai sumber
latihan atau soal tradisional tertentu yang belajar bagi anak didiknya.
memang membosankan. 2) Guru sebagai fasilitator
Memperoleh pengetahuan adalah Guru berperan memberikan
suatu proses yang tidak pernah berakhir pelayanan memudahkan siswa dalam
dan dapat diperkaya dengan semua bentuk kegiatan proses pembelajaran.
pengalaman. Dalam pengertian ini, hal itu 3) Guru sebagai pengelola
sudah semakin terjalin dengan Guru berperan menciptakan
pengalaman kerja, karena hakikat iklim belajar yang memungkinkan
pekerjaan sudah menjadi kurang rutin. siswa dapat belajar secara nyaman.
Pendidikan permulaan dapat dipandang (Efendi, 2015).
berhasil jika sudah diberikannya motivasi Learning to Do(Belajar Melakukan
dan fondasi yang diperlukan untuk Sesuatu)
meneruskan proses belajar sepanjang Learning to do merupakan
hayat, baik dalam pekerjaan maupun konsekuensi dari Learning to know.
diluarnya. (Kodir, 2011). Learning to do lebih
Belajar mengetahui, maksudnya ditekankan pada bagaimana mengajarkan
dengan memadukan pengetahuan umum anak-anak untuk mempraktikkan segala
yang cukup luas dengan kesempatan untuk sesuatu yang telah dipelajarinya dan dapat
bekerja secara mendalam pada sejumlah mengadaptasikan pengetahuan-
kecil mata pelajaran.Ini juga berarti belajar pengetahuan yang telah diperolehnya
untuk belajar, sehingga memperoleh tersebut dengan pekerjaan-pekerjaan di
keuntungan dari kesempatan-kesempatan masa depan. Memperhatikan secara
pendidikan yang disediakan sepanjang cermat kemajuan-kemajuan serta
hayat. (Taniredja, 2016). perubahan-perubahan yang terjadi, maka

Asatiza: Jurnal Pendidikan Vol 2 No 1 (2021)


This is an open access article under CC by SA License (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0) | 70
Implementasi Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO
Cindy Priscilla & Deddy Yusuf Yudhyarta

pendidikan tidak cukup hanya dipandang seseorang, bahkan keterampilan lebih


sebagai transmisi atau melaksanakan dominan dari ada penguasaan pengetahuan
tugas-tugas rutin, akan tetapi harus dalam mendukung keberhasilan
mengarah pada pemberian kemampuan kehidupan siswa. Untuk itu, pembinaan
untuk berbuat menjangkau kebutuhan- terhadap keterampilan siswa perlu
kebutuhan dinamis masa mendatang, mendapat perhatian serius. (Hamdani,
karena lapangan kerja masa mendatang 2011)
akan sangat tergantung pada kemampuan Pendidikan membekali manusia
untuk mengubah kemajuan dalam tidak sekadar untuk mengetahui, tetapi
pengetahuan yang melahirkan usaha atau lebih jauh terampil berbuat/mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan baru. Hal ini akan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu
menjadi tonggak penting untuk yang bermakna bagi kehidupan. Sasaran
membentuk kemampuan, kemauan serta pilar kedua ini adalah kemampuan kerja
kesadaran atas berkembangnya ekonomi generasi muda untuk mendukung dan
baru yang berbasis pengetahuan. memasuki ekonomi industri. (Efendi,
Sebagaimana juga pada pilar pertama, 2015)
maka belajar menerapkan sesuatu yang Learning to Live Together (Belajar
telah diketahui juga harus dilakukan Hidup Bersama)
secara terus menerus, karena proses Learning to live together, pada
perubahan juga akan berjalan tanpa dasarnya adalah mengajarkan, melatih dan
hentinya. Dengan keinginan yang kuat membimbing peserta didik agar mereka
untuk belajar melakukan sesuatu, maka dapat menciptakan hubungan melalui
setiap orang akan terlepas dari tindakan- komunikasi yang baik, menjauhi
tindakan yang tidak memiliki nilai-nilai prasangka-prasangka buruk terhadap
positif bagi kehidupannya, dan hal ini orang lain serta menjauhi dan menghindari
memiliki arti sangat penting dalam terjadinya perselisihan dan konflik.
memelihara proses dan lingkungan Persaingan dalam misi ini harus dipandang
kehidupan yang memberikan sebagai upaya-upaya yang sehat untuk
ketenteraman bagi diri orang lain. mencapai keberhasilan, bukan sebaliknya
(Aunurrahman, 2014). bahwa persaingan justru mengalahkan
Sekolah sebagai masyarakat belajar nilai-nilai kebersamaan bahkan
hendaknya memfasilitasi siswanya untuk penghancuran orang lain atau pihak lain
mengaktualisasikan keterampilan yang untuk kepentingan sendiri. Dengan
dimiliki, serta bakat dan minatnya agar demikian diharapkan kedamaian dan
Learning to do dapat terealisasi. (Efendi, keharmonisan hidup benar-benar dapat
2015). Walaupun bakat dan minat anak diwujudkan.
banyak dipengaruhi unsur keturunan Tugas pendidikan, baik dalam
(heredity), tumbuh berkembangnya bakat rangka pembelajaran bagi siswa dan
dan minat bergantung pada mahasiswa tentang keragaman manusia
lingkungannya. Dewasa ini, keterampilan maupun untuk menanamkan kesadaran
bisa digunakan menopang kehidupan diri mereka tentang persamaan dan saling

Asatiza: Jurnal Pendidikan Vol 2 No 1 (2021)


| 71 This is an open access article under CC by SA License (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0)
Implementasi Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO
Cindy Priscilla dan Deddy Yusuf Yudhyarta

ketergantungan semua orang esensinya dan tatanan kehidupan. Artinya,


adalah bagaimana mereka mampu hidup mempersiapkan siswa untuk hidup
bersama dengan orang lain secara bermasyarakat. Situasi bermasyarakat
bersahabat dan menyenangkan. Sejak dari hendaknya dikondisikan di lingkungan
anak usia dini, proses dan substansi pendidikan. Kebiasaan hidup bersama,
pembelajaran harus merebut setiap saling menghargai, terbuka, mandiri, dan
kesempatan untuk mengejar aneka cabang menerima perlu ditumbuhkembangkan.
ilmu yang mengarah pada tujuan ini. (Hamdani, 2011).
(Danim, 2010) Belajar hidup bersama, dengan jalan
Dalam proses pembelajaran, mengembangkan pengertian akan orang-
pengembangan kemampuan orang lain dan kesadaran atas
berkomunikasi yang baik dengan guru dan interdependensi, melaksanakan proyek-
sesama siswa yang dilandasi sikap saling proyek bersama dan belajar mengelola
menghargai harus perlu secara terus perselisihan, semangat menghormati nilai-
menerus dikembangkan di dalam setiap nilai kemajemukan, saling memahami dan
Event pembelajaran. Kebiasaan-kebiasaan perdamaian. (Taniredja, 2016).
untuk bersedia mendengar dan Learning to Be (Belajar Menjadi
menghargai pendapat rekan-rekan sesama Sesuatu)
siswa sering kali kurang mendapat Learning to be mengandung arti
perhatian oleh guru, karena dianggap bahwa belajar adalah proses untuk
sebagai hal rutin yang berlangsung saja membentuk jati dirinya sendiri. Oleh
pada kegiatan sehari-hari. Padahal karena itu, pendidik harus berusaha
kemampuan ini tidak dapat berkembang memfasilitasi peserta didik agar belajar
dengan baik begitu saja, akan tetapi mengaktualisasikan dirinya sendiri
membutuhkan latihan-latihan yang sebagai individu yang berkepribadian utuh
terbimbing dari guru. Kebiasaan- dan bertanggung jawab sebagai individu
kebiasaan saling menghargai yang sekaligus sebagai anggota masyarakat.
dipraktikkan di ruang-ruang kelas dan (Efendi, 2015).
dilakukan secara terus menerus akan Learning to be, sebagaimana
menjadi bekal bagi siswa untuk dapat diungkapkan secara tegas oleh komisi
dikembangkan secara nyata dalam pendidikan, bahwa prinsip fundamental
kehidupan bermasyarakat. (Aunurrahman, pendidikan hendaklah mampu
2014). memberikan kontribusi untuk
Learning to live together ini perkembangan seutuhnya setiap orang,
mengajarkan seseorang untuk hidup jiwa dan raga, intelegensi, kepekaan, rasa
bermasyarakat dan menjadi manusia etika, tanggung jawab pribadi dan nilai-
berpendidikan yang bermanfaat baik bagi nilai spiritual. Semua manusia hendaklah
diri sendiri dan masyarakatnya maupun diberdayakan untuk berpikir mandiri dan
bagi seluruh umat manusia. (Kodir, 2011). kritis dan mampu membuat keputusan
Salah satu fungsi lembaga sendiri dalam rangka menentukan sesuatu
pendidikan adalah tempat bersosialisasi yang diyakini yang harus dilaksanakan.

Asatiza: Jurnal Pendidikan Vol 2 No 1 (2021)


This is an open access article under CC by SA License (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0) | 72
Implementasi Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO
Cindy Priscilla & Deddy Yusuf Yudhyarta

Kekhawatiran yang mendalam terhadap proses yang sangat individual dan pada
terjadinya salah satu pertimbangan saat yang sama pengalaman interaksi
mendasar untuk pentingnya penekanan sosial. (Danim, 2010).
kembali belajar untuk menjadi diri sendiri Tujuan perkembangan adalah
ini. Oleh sebab itu, melalui kegiatan pemenuhan diri manusia seutuhnya di
pembelajaran, setiap siswa harus terus dalam kekayaan kepribadiannya,
didorong agar mampu memberdayakan kerumitan bentuk-bentuk
dirinya melalui latihan-latihan pemecahan pengungkapannya dan berbagai
masalah-masalahnya sendiri. Dalam komitmennya sebagai perorangan,
keadaan ini pendidikan dan pembelajaran anggota keluarga dan masyarakat, warga
hendaknya dapat memberikan kekuatan, negara dan produsen, penemu teknik-
membekali mampu mengembangkan teknik dan pemimpin yang arif.
talenta yang dimilikinya untuk dapat hidup Menurut UNESCO dalam Tukiran
secara layak ditengah-tengah berbagai Taniredja, pada buku Guru yang
dinamika dan gejolak kehidupan Profesional, belajar menjadi seseorang,
masyarakat. (Aunurrahman, 2014). sehingga dapat mengembangkan
Pengembangan diri secara maksimal kepribadian lebih baik dan mampu
erat hubungannya dengan bakat dan minat, bertindak otonomi, membuat
perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pertimbangan dan rasa tanggung jawab
pribadi anak, serta kondisi lingkungannya. pribadi yang semakin besar. Dalam
Bagi anak yang agresif, proses hubungan ini, pendidikan tidak boleh
pengembangan diri akan berjalan baik memandang remeh satu aspek pun dari
apabila diberi kesempatan cukup luas potensi seseorang yang berupa: ingatan,
untuk berkreasi. Sebaliknya, bagi anak penalaran, rasa estetika, kemampuan fisik
yang pasif, peran guru sebagai pengarah dan keterampilan berkomunikasi.
sekaligus fasilitator sanga dibutuhkan (Taniredja, 2016).
untuk pengembangan diri siswa secara Mutu sistem pendidikan nasional
maksimal. Kemampuan diri yang masih menjadi suatu permasalahan yang
terbentuk di sekolah secara maksimal mendasar dalam pencapaian kualitas
memungkinkan siswa untuk pendidikan. Peningkatan kualitas
mengembangkan diri pada tingkat yang pendidikan sebenarnya terus diupayakan
lebih tinggi. (Hamdani, 2011). seperti peningkatan proses pembelajaran,
Manusia harus tumbuh menjadi kualitas guru dan dosen, penyediaan
dirinya sendiri. Perkembangan manusia, sarana dan prasarana belajar, perbaikan
dimulai saat lahir hingga sepanjang kurikulum, dan perbaikan sistem
hidupnya, adalah sebuah proses dialektika penilaian.
yang didasarkan pada pengetahuan dan Berdasarkan UNESCO empat pilar
hubungan pribadi dengan orang lain. Hal pendidikan tinggi diperlukan untuk
ini mensyaratkan pengalaman pribadi melakukan perbaikan dalam pendidikan
yang sukses. Sebagai sarana pelatihan tinggi. Empat pilar pendidikan tersebut
kepribadian, pendidikan harus menjadi tidak dapat dipisahkan. Peserta didik yang

Asatiza: Jurnal Pendidikan Vol 2 No 1 (2021)


| 73 This is an open access article under CC by SA License (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0)
Implementasi Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO
Cindy Priscilla dan Deddy Yusuf Yudhyarta

learning to know (Belajar mengetahui)


berarti dia juga melaksanakan learning to
do (Belajar melakukan sesuatu), learning
to live together (Belajar hidup bersama),
dan learning to be (Belajar menjadi
sesuatu).Empat pilar berdasarkan
UNESCO tersebut kemudian diuraikan ke
dalam indikator-indikator sebagai berikut.
(Yanti & dkk, 2018).
Tabel 2.1
Indikator Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO
4 Pilar Pendidikan UNESCO Indikator 4 Pilar Pendidikan UNESCO
Learning to Know (Belajar Mengetahui) • Menguasai dan mendapatkan materi
• Mencari informasi dari lingkungan sekitar dan
sumber yang beragam
• Merespons sumber informasi baru
• Mengembangkan rasa ingin tahu
• Memanfaatkan sumber belajar
Learning to Do (Belajar Melakukan • Mengaitkan pelajaran dengan kompetensi
Sesuatu) • Menjembatani pengetahuan dan keterampilan
• Mengaplikasikan pemahaman dan bertindak secara
kreatif
• Meningkatkan problem solving
• Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
Learning to Live Together • Menerapkan nilai-nilai kebersamaan
(Belajar Hidup Bersama) • Memiliki kemampuan untuk hidup bersama dengan
anak-anak yang berbeda
• Belajar menghargai perbedaan pendapat
Learning to Be (Belajar Menjadi • Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri
Sesuatu) • Menunjukkan sikap percaya diri
• Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri
• Membentuk nilai-nilai yang dimiliki bersama
• Belajar menjadi orang yang bertanggung jawab

Keempat pilar ini merupakan misi perubahan yang terjadi. Ke semuanya ini
dan tanggung jawab yang harus diemban diharapkan menjadi modal fundamental
oleh pendidikan. Melalui kegiatan belajar bagi seseorang untuk mampu
mengetahui, belajar melakukan sesuatu, mengarahkan dirinya dalam berperilaku
belajar hidup bersama dan belajar menjadi positif berpijak pada nilai-nilai yang dia
sesuatu yang didasari keinginan secara yakini kebenarannya, dan pada gilirannya
sungguh-sungguh maka akan semakin luas akan semakin terbuka pikiran untuk
wawasan seseorang tentang pengetahuan, melihat fakta-fakta yang benar dan yang
tentang nilai-nilai positif, tentang orang salah, sesuatu tindakan yang
lain serta tentang berbagai dinamika sesungguhnya merugikan ataupun

Asatiza: Jurnal Pendidikan Vol 2 No 1 (2021)


This is an open access article under CC by SA License (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0) | 74
Implementasi Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO
Cindy Priscilla & Deddy Yusuf Yudhyarta

membawa kemajuan bagi diri dan orang Setelah itu untuk mencari rata-rata
lain. persentase sebagai berikut:
Dari rekapitulasi data diatas, maka 4301
𝑃= 𝑋 100
dapat diketahui bahwa hasil observasi 6480
untuk alternatif ”selalu” berjumlah 434,
P = 66,37%
alternatif jawaban ”sering” berjumlah 477,
alternatif jawaban ”kadang-kadang” 801, Dari hasil rata-rata rekapitulasi
alternatif jawaban ”tidak pernah” diatas dapat disimpulkan bahwa
berjumlah 28, untuk memperoleh implementasi pilar-pilar pendidikan
persentase dari rekapitulasi hasil UNESCO di Sekolah Menengah Kejuruan
Implementasi Pilar-Pilar Pendidikan Negeri 1 Tembilahan dengan persentase
UNESCO di Sekolah Menengah Kejuruan 66,37% dikategorikan ”baik” berada
Negeri 1 Tembilahan Untuk mendapatkan pada interval 61%-80%.
nilai F dengan cara memberikan bobot Berdasarkan wawancara yang
pada jawaban hasil observasi, penulis lakukan kepada responden,
sebagaimana berikut: diperoleh hasil bahwa menurut guru
a. Untuk alternatif jawaban ”selalu” siswa/siswi sudah mampu mengembang
dengan bobot 4 sehingga didapatkan kan dirinya secara maksimal seperti
hasil 381 X 4 = 1524 mereka sudah mampu beradaptasi dengan
b. Untuk alternatif jawaban ”sering” cepat di Dunia dan Industri.
dengan bobot 3 sehingga didapat hasil SIMPULAN
433 X 3 = 1299 Berdasarkan hasil analisis dari hasil
c. Untuk alternatif jawaban ”kadang- yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kadang” dengan bobot 2 sehingga kesimpulan bahwa implementasi pilar-
didapat hasil 725 X 2 = 1450 pilar pendidikan UNESCO di Sekolah
d. Untuk alternatif jawaban ”Tidak Menengah Kejuruan Negeri 1 Tembilahan
pernah” dengan bobot 1 sehingga dengan persentase 66,37% dikategorikan
didapat hasil 28 X 1 = 28 ”Baik” berada pada interval 61-80%.
Dari kedua hasil tersebut Faktor-faktor yang mempengaruhi
dijumlahkan menjadi nilai F, sehingga F = implementasi pilar-pilar pendidikan
1524 + 1299 + 1450 + 28 = 4301 UNESCO di Sekolah Menengah Kejuruan
Untuk memperoleh nilai N dengan Negeri 1 Tembilahan, diantaranya Faktor
menggunakan rumus sebagai berikut : Pendukung, meliputi fasilitas sekolah
N = Jumlah Populasi X Jumlah yang memadai, latar belakang dan
Pertanyaan pada Angket X pengalaman guru yang beragam,
Skor Tertinggi pemahaman guru tentang pendekatan
N = 90 X 18 X 4 empat pilar pendidikan UNESCO .
Sedangkan faktor penghambat,
N = 6480
meliputi beragamnya peserta didik, dan
alokasi waktu yang terbatas.

Asatiza: Jurnal Pendidikan Vol 2 No 1 (2021)


| 75 This is an open access article under CC by SA License (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0)
Implementasi Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO
Cindy Priscilla dan Deddy Yusuf Yudhyarta

REFERENSI Gre Publishing.


Aunurrahman. (2014). Belajar dan
Pembelajran. Bandung: Alfabeta.
Danim, S. (2010). Pengantar
Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
Efendi, D. (2015). Dasar-Dasar Ilmu
Pendidikan. Padang: Universitas
Negeri Padang.
Hafid, A., Ahiri, A., & Haq, E. (2014).
Konsep Dasar Ilmu Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar
Mengajar. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Kemendikbud. (2018). UNESCO.
https://kwriu.kemdikbud.go.id/unesc
o/tentang-unesco/.
Kodir, A. (2011). Strategi Belajar
Mengajar. Banfung: CV Pustaka
Setia.
Pengembangan, M. P. (2015). Metode
Penelitian dan Pengembangan.
Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2012). Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Syafril, & Zen, Z. (2007). Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan. Depok: Kencana.
Taniredja, T. (2016). Guru yang
Profesional. Bandung: Alfabeta.
Wikipedia. (2019). Organisasi
Pendidikan, Keilmuan, dan
Kebudayaan Perserikatan Bangsa-
Bangsa.
https://id.wikipedia.org/wiki/Organis
asi_Pendidikan_Keilmuan_dan_Keb
udayaan_Perserikatan_Bangsa-
Bangsa).
Yanti, F. A., & dkk. (2018). Teori
Aplikasi Model Cooperative
Research Project Based Learning di
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CV.

Asatiza: Jurnal Pendidikan Vol 2 No 1 (2021)


This is an open access article under CC by SA License (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0) | 76

Anda mungkin juga menyukai