Anda di halaman 1dari 14

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


KAMPUS SUMEDANG
Jln. Mayor Abdul Rahman No. 211 Kota Kaler Sumedang Utara Sumedang Telp. (0261)20124
Jalan Margamukti No. 93 Licin Cimalaka Sumedang 45353 Telp/Fax ( 0261) 203084/205172

INSTITUSI PENDIDIKAN : UPI Kamda Sumedang Prodi D-III Keperawatan

NAMA MAHASISWA : MAYSA HASANAH


LAPORAN PENDAHULUAN
1. KASUS (Masalah Utama)
ISOLASI SOSIAL
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Pasienmungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain. (Nurhalimah, 2016)
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam. Menarik diri
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain. (Nurhalimah, 2016)

Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi


akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif
dan mengganggu fungsi seseorang dalam dalam hubungan social.

b. Rentang respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri kesepian manipulasi

Otonomi menarik diri impulsif

Bekerja sama ketergantungan narcisme

Interdependen
1) Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang
masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya
yang umum berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang.. respon ini
meliputi:
a. Solitude (menyendiri)
Respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.

b. Otonomi
Kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan
ide,pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.

c. Mutualisme (bekerja sama)


Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
mampu untuk saling memberi dan menerima.

d. Interdependen (saling ketergantungan)


Suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang
lain dalam rangka membina hubungan interpersonal.

2) Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah


yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang
umum berlaku dan tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini
meliputi:
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing
dari lingkungannya, merasa takut dan cemas.

b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina


hubungan dengan orang lain.

c. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal


mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada
gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai
objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan
pada orang lain.

d. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek,


hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri.

e. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak


mampu belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.

f. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu


berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus
menerus, sikapnya egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain
tidak mendukungnya.

c. Faktor predisposisi
Proses terjadinya Isolasi sosial pada pasien akan dijelaskan dengan
menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor
predisposisi dan presipitasi. Berikut factor predisposisi :
1) Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi
gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan
mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah respon social
maladaptif.

2) Faktor biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
dimana ada riwayata anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan NAPZA. Selain itu ditemukan adanya kondisi patologis otak, yang
dapat diketahui dari hasil pemeriksaan struktur otak melalui pemeriksaan CT
Scan dan hasil pemeriksaan MRI untuk melihat gangguan struktur dan fungsi
otak (Thomb, 2000). (Nurhalimah, 2016)

3) Faktor Psikologis
Pasien dengan masalah isolasi sosial, seringkali mengalami kegagalan
yang berulang dalam mencapai keinginan/harapan, hal ini mengakibatkan
terganggunya konsep diri, yang pada akhirnya akan berdampak dalam
membina hubungan dengan orang lain.Koping individual yang digunakan pada
pasiendengan isolasi sosial dalam mengatasi masalahnya, biasanya maladaptif.
Koping yang biasa digunakan meliputi: represi, supresi, sublimasi dan
proyeksi. Perilaku isolasi sosial timbul akibat adanya perasaan bersalah atau
menyalahkan lingkungan, sehingga pasienmerasa tidak pantas berada diantara
orang lain dilingkungannya. Kurangnya kemampuan komunikasi, merupakan
data pengkajian keterampilan verbal pada pasien dengan masalah solasi sosial,
hal ini disebabkan karena pola asuh yang keluarga yang kurang memberikan
kesempatan pada pasien untuk menyampaikan perasaan maupun
pendapatnya.Kepribadian introvertmerupakan tipe kepribadian yang sering
dimiliki pasien dengan masalah isolasi sosial. Ciri-ciri pasiendengan
kepribadian ini adalah menutup diri dari orang sekitarnya. Selain itu
pembelajaran moral yang tidak adekuat dari keluarga merupakan faktor lain
yang dapat menyebabkan pasien tidak mampu menyesuaikan perilakunya di
masyarakat, akibatnya pasienmerasa tersisih ataupun disisihkan dari
lingkungannya.
Faktor psikologis lain yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah
kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan. Kegagalan dalam
melaksanakan tugas perkembangan akan mengakibatkan individu tidak percaya
diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak
mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Kondisi diatas, dapat
menyebabkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,
menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan
sehari-hari terabaikan (Stuart & Laraia, 2005). (Nurhalimah, 2016)

4) Faktor sosial budaya


Faktor predisposisi sosial budaya pada pasiendengan isolasi sosial,
sesringkali diakibatkan karena pasienberasal dari golongan sosial ekonomi
rendah hal ini mengakibatkan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi
kebutuhan. Kondisi tersebut memicu timbulnya stres yang terus menerus,
sehingga fokus pasienhanya pada pemenuhan kebutuhannya dan mengabaikan
hubungan sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Stuart & Laraia (2005) dan Townsend (2005) mengatakan bahwa faktor
usia merupakan salah satu penyebab isolasi sosial hal ini dikarenakan
rendahnya
kemampuan pasiendalam memecahkan masalah dan kurangnya kematangan
pola
berfikir. Pasien dengan masalah isolasi sosial umumnya memiliki riwayat
penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak, sehingga tidak mampu
menyelesaikan masalah tugas perkembangannya yaitu berhubungan dengan
orang lain. Pengalaman tersebut menimbulkan rasa kurang percaya diri dalam
memulai hubungan, akibat rasa takut terhadap penolakan dari lingkungan.
Lebih lanjut Stuart & Laraia (2005) mengatakan bahwa, tingkat pendidikan
merupakan
salah satu tolok ukur kemampuan pasien berinteraksi secara efektif. Karena
faktor
pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Pasiendengan masalah isolasi sosial biasanya memiliki riwayat
kurang mampu melakukan interaksi dan menyelesaikan masalah, hal ini
dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan pasien.

5) Faktor komunikasi dalam keluarga


Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam
gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang
negative dan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Seseorang
anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat
untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga

d. Faktor presifitasi
Ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan
struktur otak.Faktor lainnya pengalaman abuse dalam keluarga. Penerapan aturan
atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien
dan konflik antar masyarakat.Selain itu Pada pasienyang mengalami isolasi sosial,
dapat ditemukan adanya pengalaman negatif pasienyang tidak menyenangkan
terhadap gambaran dirinya, ketidakjelasan atau berlebihnya peran yang dimiliki
serta mengalami krisis identitas.Pengalaman kegagalan yang berulang dalam
mencapai harapan atau cita-cita, serta kurangnya penghargaan baik dari diri sendiri
maupun lingkungan. Faktor-faktor diatas, menyebabkan gangguan dalam
berinteraksi sosial dengan orang lain, yang pada akhirnya menjadi masalah isolasi
sosial. Berikut factor presifitasi(Nurhalimah, 2016) :

1) Stressor sosial budaya


Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan
faktor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari
orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah
sakit.

2) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi.

e. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan pasien yang
menunjukkan penilaian negatif tentang hubungan sosial dan didukung dengan data
hasil observasi. (Nurhalimah, 2016)
1) Gejala subjektif
Klien mengatakan bahwa :
a) Klien menceritakan belum menikah
b) Klien ditolak perasaannya oleh seorang perempuan karena miskin dan
tidak menarik
c) Klien merasa bosan
d) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
e) Klien merasa tidak berguna

2) Gejala objektif
a) Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
b) Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
c) Menyendiri dalam ruangan(Kamar), keluar rumah
d) Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
e) Ekspresi wajah tidak berseri
f) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
g) Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
h) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
i) Sering melamun

3. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

DS :
1) Klien menceritakan bahwa dirinya belum menikah
2) Klien mengatakan bahwa dirinya pernah ditolak perasaannya oleh seorang
perempuan karena miskin dan tidak menarik di mata wanita pujaannya.
3) Klien mengatakan bahwa dirinya merasa bosan dengan keadaanya
4) Klien menceritakan bahwa dirinya tidak mampu berkonsentrasi dan membuat
keputusan
5) Klien mengatakan bahwa dirniya selama ini merasa tidak berguna.

DO :
1) Klien terlihat apatis terhadap lingkungannya seperti area kamar yang tidak pernah
di bersihkan
2) Respon verbal klien kurang dan sangat singkat atau tidak ada
3) Klien selalu berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
4) Klien selalu terlihat menyendiri di dalam kamar
5) Klien terlihat tidak berseri dari ekspresi wajahnya
6) Klien terlihat tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan dirinya
sendiri
7) Klien saat di ajak mengobrol terlihat kontak mata kurang kadang tidak ada dan
sering menunduk
8) Klien terlihat sering melamun di dalam kamarnya.

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Isolasi sosial
5. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL PERENCANAAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
1 2 3 4 5 6
18 ISOLASI SOSIAL TUJUAN UMUM :
OKTOBE Pasien mampu berinteraksi
R 2021 secara bertahap dengan
anggota keluarga dan
lingkungan sekitarnya.

TUJUAN KHUSUS :
1) KOGNITIF Setelah dilakukan pertemuan Bantu pasien dan tanyakan Keterlibatan orang terdekat
Pasien mampu selama 3 pertemuan pasien dapat pada pasien tentang :
dapat membantu
menyebutkan apa menyebutkan apa penyebab dari
penyebab dari menarik diri yang berasal dari : 1) Orang yang tinggal membangun dan atau
menarik diri serumah/teman
1) Diri sendiri sekamar pasien kembali membentuk
2) Orang lain 2) Orang terdekat pasien
sistem pendukung
3) Lingkungan dirumah/ diruang
perawatan
3) Apa yang membuat
pasien dekat dengan
orang tersebut
4) Hal-hal yang membuat
pasien menjauhi orang
tersebut
5) Upaya apa yang telah
dilakukan untuk
mendekatkan diri
dengan orang lain :
Kaji pengetahuan pada
pasien tentang
perilaku menarik diri
dan tanda-tandanya.
Beri kesemapatan
pada pasien untuk
mengungkapkan
bagaimana perasaan
dan penyebab menarik
diri tidak mau bergaul.
Lalu diskusikan pada
pasien tentang
perilaku menarik diri,
tanda-tanda serta
penyebab yang
muncul. Dan berikan
reinforcement positif
terhadap kemampuan
pasien dalam
mengungkapkan
perasaannya.

2) APEKTIF Setelah dilakukan pertemuan Bantu pasien mengungkapkan


Pasien mampu selama 3 pertemuan, pasien dapat apa perasaannya dengan :
dapat mengungkapkan apa perasaan 1) Bantu dan beri dorongan
pada pasien untuk
Ketika klien merasa dirinya
mengungkapkan Pasien setelah berhubungan
apa perasaannya dengan orang lain , untuk diri mengungkapkan apa lebih baik dan mempunyai
setelah sendiri , orang lain , dan kelompok perasaannya apa bila
berhubungan : berhubungan dengan orang makna, interaksi social
dengan orang lain lain ataupun kelompok.
1. Diri sendiri 2) Diskusikan dengan pasien dengan orang lain dapat
2. Orang lain tentang manfaat ditingkatkan
3. Kelompok berhubungan dengan orang
lain.
3) Beri reinforcement tentang
kemampuan pasien
mengungkapkan
perasaannya yaitu
berhubungan dengan orang
lain

Setelah dilakukan pertemuan


3) PSIKOMOTOR Bantu pasien dengan
selama 3 pertemuan pasien
Pasien dapat mengontrol isolasi social Dengan mengontrol isolasi
mengontrol isolasi diharapkan dapat :
sosial dengan dengan :
1) Mempraktekan berinteraksi sosial dengan melatih
melatih pasien 1) Bantu pasien berinteraksi
berinteraksi dengan dengan orang lain secara berinteraksi dengan orang
orang lain secara dengan satu orang
bertahap lain secara bertahap, maka
bertahap. teman/anggota keluarga.
akan menstimulus dirinya
2) Jelaskan kepada pasien
untuk mengurangi isolasi
cara berinteraksi dengan
sosial yang dialaminya serta
orang lain.
akan termotivasi untuk
3) Berikan contoh cara
berbicara dengan orang berkomunikasi/ berinteraksi
lain. dengan orang lain.
4) Latih pasien bercakap-
cakap dengan anggota
keluarga saat melakukan
kegiatan harian dan
kegiatan rumah tangga.
5) Beri kesempatan pasien
untuk mempraktekkan cara
berinteraksi dengan orang
lain yang dilakukan di
hadapan perawat.
6. REFERENSI

Herdman, t heather, & Kamitsuru, S. (2017). NANDA INTERNASIONAL NURSING DIAGNOSES : definitions and classification 2018-2020 (M.
Ester & W. Praptiani (eds.); 11th ed.). Buku Kedokteran EGC.

M. bulechek, G., K. Butcher, H., M. Dochterman, J., & Wagner, cheryl M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) (Intansaei
Nurjannah & roxsana devi Tumanggor (eds.); 6th ed.). ELSEVIER.

Moorhead, S., Johnson, M., L.maas, M., & Swanson, E. (2013). Nursing Oucomes Classification (NOC) (Instansi Nurjannah & roxsana devi
Tumanggor (eds.); 5th ed.). elsevier.

Nurhalimah, N. (2016). Keperawatan Jiwa. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-Jiwa-


Komprehensif.pdf

PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018a). Standar Intervensi keperawatan indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

Panduan Praktek Belajar Klinik Keperawatan Jiwa

Anda mungkin juga menyukai