Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Pembimbing : Ns. Reni Nuryani, M.Kep, Sp.Kep.J

Sri Wulan Lindasari, M.Kep, Ners

Disusun Oleh

Maysa Hasanah 1902377

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SUMEDANG
2021
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
Jln. Mayor Abdul Rahman No. 211 Kota Kaler Sumedang Utara Sumedang Telp. (0261)20124
Jalan Margamukti No. 93 Licin Cimalaka Sumedang 45353 Telp/Fax ( 0261) 203084/205172

INSTITUSI PENDIDIKAN : UPI Kamda Sumedang Prodi D-III Keperawatan

NAMA MAHASISWA : MAYSA HASANAH - 1902377

LAPORAN PENDAHULUAN

1. KASUS (Masalah Utama)


HALUSINASI

2. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Pengertian
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan dari
panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal. Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi. Ada lima jenis halusinasi yaitu (Nurhalimah, 2016) :
1. Halusinasi Pendengaran
Karakteristik ditandai dengan suara, terutama suara-suara orang, biasanya
klien mendengar suara orang sedang berbicara apa yang sedang dipikirkan dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi Penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulu penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometric, gambaran kartun dan/atau panorama yang luas
dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penghidung
Karakteristik ditandai dengan membaui bau-bauan tertentu seperti bau busuk,
bau amis, dan bau menjijikan seperti darah, urine, atau feses. Kadang-kadang
bau harum, biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
demensia.
4. Halusinasi Peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat contoh merasa sensasi listrik datang dari tanah, benda mati, atau
orang lain.

5. Halusinasi Pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan
menjijikan. Merasa mengecap rasa seperti darah, urin, atau feses.

Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak


ditemukan terjadi pada 70% pasien,kemudian halusinasi penglihatan20%, dan sisanya
10% adalah halusinasi penghidung, pengecapan dan perabaan. Pasien halusinasi
merasakan adanya stimulus yang sebetulnya tidak ada. Perilaku yang teramati pada
pasien yang sedang mengalami halusinasi pendengaran adalah pasien merasa
mendengarkan suara padahal tidak ada stimulus suara. (Nurhalimah, 2016)
Sedangkan pada halusinasi penglihatan pasein mengatakan melihat bayangan
orang atau sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada bayangan tersebut. Pada
halusinasi penghidung pasien mengatakan membaui bau-bauan tertentu padahal orang
lain tidak merasakan sensasi serupa. Sedangkan pada halusinasi pengecapan, pasien
mengatakan makan atau minum sesuatu yang menjijikkan. Pada halusinasi perabaan
pasien mengatakan serasa ada binatang atau sesuatu yang merayap ditubuhnya atau di
permukaan kulit. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien
mengalami perubahan sensori persepsi, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan, klien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada (Muhith, 2011).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu (Prabowo, 2014).

b. Rentang respon
Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Respon neurobiologis
sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi
konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yang meliputi delusi,
halusinasi, dan isolasi sosial.

a) Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal
jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
Respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan

b) Respon psikosossial
Respon psikosossial meliputi :
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan
panca indra
3) Emosi berlebih atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain.

c) Respon maladapttif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan,
ada pun respon maladaptive antara lain :
1) Gangguan proses pikir adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati. Perilaku tidak terorganisir merupakan sesuatu yang tidak teratur.
4) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negative mengancam (Stuart & Laraia, 2013).

 Rentang respon neurobiologis dapat digambarkan sebagai berikut:


Stuart and Laraia menjelaskan rentang respon neurobiologis pada pasien
denganvgangguan senssori persepsi halusinasi sebagai berikut:

Respon adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis Proses pikir kadang Gangguan proses pikir


Persepsi akurat terganggu waham
Emosi konsisten Emosi berlebihan/ kurang Halusinasi
Perilaku sesuai Perilaku tidak terorganisir Kerusakan proses emosi
Hubungan sosial harmonis Menarik diri Perilaku tidak sesuai
Isolasi sosial

c. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari (Nurhalimah, 2016) :

1) Faktor Biologis
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (herediter),
riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
2) Faktor Psikologis
Memiliki riwayat kegagalan yang berulang, menjadi korban ,pelaku maupun saksi
dari perilaku kekerasan,kegagalan pola asuh serta kurangnya kasih sayang dari
orang-orang disekitar atau overprotektif dan kehilangan orang yang dicintai.
3) Sosiobudaya dan lingkungan
Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi
rendah, selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari lingkungan pada usia
perkembangan anak, pasien halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan yang
rendah serta pernah mengalami kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup
sendiri), serta tidak bekerja.

d. Faktor presifitasi
Stressor presifitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan
adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, adanya
riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup,
kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak
sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat (Nurhalimah, 2016). Faktor
presifitasi halusinasi diantaranya :

1) Biologis
Mengalami gangguan dalam umpan balik di otak, dan abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak.
2) Lingkungan
Karena kemiskinan, stigmatisasi, kurangnya dukungan sosial, tekanan pekerjaan,
perubahan pola aktivitas, isolasi sosial, serta gangguan dalam hubungan
interpersonal.
3) Perilaku
Orang dengan halusinasi biasanya mempunyai konsep diri rendah, perilaku agresif,
manajemen obat yang buruk, perilaku kekerasan, keputussaan, dan keterampilan
sosial yang buruk.
4) Kesehatan
Disebabkan oleh gizi yang buruk, kurang tidur, infeksi, kelelahan, kurang
olahraga, serta habatan dalam mengakses pelayanan kesehatan.
e. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut
(Nurhalimah, 2016) :
a. Data Subjektif : Pasien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau
monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data Obyektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit

Jenis
Halusinasi Data Subjektif Data Objektif
Pendengaran  Bicara atau tertawa sendiri  Mendengar suara-suara
 Marah-marah tanpa sebab atau kegaduhan, sura yang
 Menyenderkan telinga ke mengajak bercakap-cakap,
arah tertentu suara menyuruh
 Tidak dapat memfokuskan melakukan sesuatu yang
pikiran berbahaya tanpa ada
 Diam sambil menikmati orangnya.
halusinasinya
Penglihatan  Menunjuk-nunjuk  Melihat bayangan, sinar,
/mengarahkan telinga ke bentuk, geometris, bentuk
arah tertentu kartoon, melihat hantu
 Ketakutan pada sesuatu yang atau monstertanpa ada
tidak jelas objeknya
Penghidu  Mengisap-isap seperti sedang  Menghidu bau-bauan
embaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin,
 Menutup hidung feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan
Pengecap  Selalu meludah  Merasakan pengecapan
 Muntah yang tidak enak seperti
darah, urin, atau feses.
Peraba  Menggaruk-garuk permukaan  Mengatakan ada serangga
kulit di perukaan
 Merasakan rabaan atau gerak  Merasa seperti tersengat
badan listrik

f. Tahapan Intensitas Halusinasi


1. Tahap 1 : Comforting
Ansietas sedang, halusinasi bersifat menyenangkan
2. Tahap II : Condemning
Ansietas berat, halusinasi bersifat menjijikan
3. Tahap III : Controling
Ansietas berat, halusinasi yang mengendalikan halusinasi
4. Tahap IV : Conquering
Panik , halusinasi bersifat mengancam, halusinasi bersifat kompleks serta
terkait delusi.
3. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
Data Subjektif :

Klien mengatakan mendengar suara-suara tanpa sosok, bahkan sosok tersebut kadang
mengajak bercakap-cakap, atau menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya. Terkadang
klien mencium bau seperti bau darah dan melihat bayangan di balik jendela
mengakibatkan klien merasa takut

Data Objektif :

Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri, kadang terlihat marah-marah tanpa sebab.
Klien sering mendengar dari arah tertentu sambil menunjuk kea rah tersebut, lalu merasa
takut dan menutup telinganya saat sudah mendengar suara. Klien terkadang terlihat sering
meludah dan menggaruk-garuk permukaan kulit seperti daerak lengan

Jenis
Halusinasi Data Subjektif Data Objektif
Pendengaran  Bicara atau tertawa sendiri  Mendengar suara-suara
 Marah-marah tanpa sebab atau kegaduhan, sura yang
 Menyenderkan telinga ke mengajak bercakap-cakap,
arah tertentu suara menyuruh

 Tidak dapat memfokuskan melakukan sesuatu yang

pikiran berbahaya tanpa ada

 Diam sambil menikmati orangnya.

halusinasinya
Penglihatan  Menunjuk-nunjuk  Melihat bayangan, sinar,
/mengarahkan telinga ke bentuk, geometris, bentuk
arah tertentu kartoon, melihat hantu
 Ketakutan pada sesuatu yang atau monstertanpa ada
tidak jelas objeknya
Penghidu  Mengisap-isap seperti sedang  Menghidu bau-bauan
embaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin,
 Menutup hidung feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan
Pengecap  Selalu meludah  Merasakan pengecapan
 Muntah yang tidak enak seperti
darah, urin, atau feses.
Peraba  Menggaruk-garuk permukaan  Mengatakan ada serangga
kulit di perukaan
 Merasakan rabaan atau gerak  Merasa seperti tersengat
badan listrik

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Halusinasi
5. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL PERENCANAAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
1 2 3 4 5 6
15 HALUSINASI Tujuan umum : Setelah dilakukan pertemuan  Bantu pasien untuk  Mengenal
OKTOBER Pasien mampu mengenali dan
selama 3 pertemuan klien halusinasi
2021 mengontrol mengetahui
perasaannya ketika menunjukkan : halusinasinya : memungkinkan
mengalami halusinasi 1) bantu klien
untuk klien
a. Pasien mampu mengenali
menghindarkan
Tujuan khusus : mengungkapkan isi halusinasinya.
faktor pencetus
halusinasi yang 2) Jika menemukan
a. Kognitif timbulnya
dialaminya yang sedang
halusinasi.
 Pasien mampu
b. Pasien mampu mengalami
mengenal Melakukan
pengertian menjelaskan situasi yang halusinasi,
kontak sering
dari
mencetuskan halusinasi tanyakan apakah
halusinasinya tapi singkat
c. Pasien mampu ada suara yang
selain membina
b. Apektif
menjelaskan perasaannya didengar.
hubungan saling
 Pasien mampu ketika mengalami 3) Jika klien
percaya, juga
menjelaskan
halusinasi menjawab ada,
perasaannya dapat
ketika d. Pasien mampu mematuhi lanjutkan apa
memutuskan
mengalami
program pengobatan yang dikatakan.
halusinasi halusinasi.
e. Pasien mampu bercakap 4) Katakan bahwa
Mengenal
c. Psikomotor dengan orang lain di perawat percaya prilaku pada
sekitarnya bila timbul klien mendengar saat terjadi
 Pasien mampu
mematuhi halusinasi suara itu, namun halusinasi
program f. Pasien mampu perawat sendiri timbul
pengobatan
menjelaskan waktu dan tidak memudahkan
frekuensi halusinasi yang mendengarnya untuk perawat
dialami. dengan nada dalam
g. Pasien mampu dalam bersahabat tanpa melakukan
mengendalikan menuduh atau intervensi.
halusinasi menghakimi. Dengan
h. Pasien mampu 5) Adakan kontak mengetahui
menyebutkan tindakan sering dan waktu, isi dan
yang bisa dilakukan singkat secara frekuensi
untuk mengendalikan bertahap munculnya
halusinasi 6) Diskusikan halusinasi dapat
i. Pasien dan keluarga dengan klien apa mempermudah
mampu memahami dan yang dirasakan tindakan
menyebutkan manfaat , jika terjadi keperawatan
dosis , dan efek samping halusinasi klien yang akan
obat (marah atau dilakukan oleh
j. Menjelaskan akibat dari takut, sedih, perawat
berhenti minum obat senang) beri  Untuk
kesempatan mengidentifikasi
mengungkapkan perasaan dari
perasaannya. klien saat terjadi
halusinasi pada
 Bantu pasien dalam klien
menjelaskan
 Sebuah Upaya
perasaannya ketika
mengalami untuk
halusinasi.
memutuskan
1) Menanyakan
bagaiamana siklus halusinasi
perasaan pasien
sehingga
pada saat ini.
halusinasi tidak
berlanjut.
 Bantu pasien dalam
mematuhi program
pengobatan
1) Diskusikan
dengan klien dan
keluarga tentang
dosis, frekuensi
manfaat obat.
2) Diskusikan
akibat berhenti
minum obat
tanpa konsultasi.
3) Pantau
kepatuhan
mengenai
regimen obat
4) Dorong pasien
untuk bersedia
dilakukan uji
skrining dalam
menentukan efek
obat
6. REFERENSI

Herdman, t heather, & Kamitsuru, S. (2017). NANDA INTERNASIONAL NURSING DIAGNOSES : definitions and classification 2018-2020
(M. Ester & W. Praptiani (eds.); 11th ed.). Buku Kedokteran EGC.

M. bulechek, G., K. Butcher, H., M. Dochterman, J., & Wagner, cheryl M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) (Intansaei
Nurjannah & roxsana devi Tumanggor (eds.); 6th ed.). ELSEVIER.

Muhith, Abdul. 2011. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :Andi

Moorhead, S., Johnson, M., L.maas, M., & Swanson, E. (2013). Nursing Oucomes Classification (NOC) (Instansi Nurjannah & roxsana devi
Tumanggor (eds.); 5th ed.). elsevier.

Nurhalimah, N. (2016). Keperawatan Jiwa. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-Jiwa-


Komprehensif.pdf

PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018a). Standar Intervensi keperawatan indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Stuart, G.W., & Laraia, M.T (2013). Principle and practice of psyciatric nursing th ed. St Louis : Mosby year book

Yosep,H Iyus dan Titin Sutini. 2007. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Panduan Praktek Belajar Klinik Keperawatan Jiwa

Anda mungkin juga menyukai