Anda di halaman 1dari 17

OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Singkat (uraian perlu disesuaikan)

Sesudah jaringan irigasi selesai dibangun, maka kemudian dilanjutkan dengan


pengelolaan jaringan irigasi, yang terdiri dari operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi.
Pesatnya perkembangan penduduk dan industri terutama di Jawa, menyebabkan
keseimbangan antara penyediaan dan pemanfaatan air menjadi terganggu. Disatu
pihak ketersediaan air dari sumberdaya mengalami penurunan sebagai akibat dari
perubahari/terganggunya catchment area dan di lain pihak kebutuhari akan air semakin
meningkat dengan penggunaan yang beraneka ragam (pertanian, industri, perumahari
penggelontoran kota dan sebagainya).
Meningkatnya erosi tanah sehingga kandungan lumpur dalam air sungai meningkat
yang mengakibatkan pendangkalan baik di jaringan irigasi maupun di sungai itu sendiri
semakin cepat pula. Hal tersebut berpengaruh pada fungsi pelayanan dari jaringan
irigasi yang telah dibangun. Peningkatan usaha-usaha intensifikasi pertanian dan
diversifikasi tanaman yang akhir-akhir ini digalakkan, memerlukan pula dukungan
penyediaan air secara tepat baik dalam segi waktu, ruang, jumlah maupun mutunya.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas, diperlukan usaha-usaha yang berupa operasi
dan pemeliharaan, sehingga jaringan irigasi yang telah dibangun dapat berfungsi dan
memberikan pelayanan sebagaimana mestinya, untuk jangka waktu yang telah
direncanakan.

1.2 Tujuan Umum


Modul ini dibuat agar para peserta kursus, akan dapat menjelaskan pentingnya operasi
dan pemeliharaan jaringan irigasi sesuai dengan PP no 20 tahun 2006.

1.3 Tujuan khususnya adalah peserta akan dapat menjelaskan :


- kegiatan operasi
- kegiatan pemeliharaan
- kaitan pemeliharaan dengan rehabilitasi

1
BAB II
PENGERTIAN

2.1 Operasi Jaringan Irigasi


Dalam arti yang sempit, operasi jaringan irigasi adalah pengaturan pintu-pintu pada
bangunan air (bendung, bangunan bagi dll) untuk menyadap air dari sumber air,
mengalirkannya ke dalam jaringan irigasi, memasukan air kepetak-petak sawah, serta
membuang kelebihari air ke saluran pembuang.
Dalam arti yang luas, operasi adalah usaha-usaha untuk memanfaatkan prasarana
irigasi (jaringan irigasi) secara optimal
Menurut PP No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi dalam pasal 1, Operasi jaringan irigasi
adalah upaya pengaturan air pada jaringan irigasi yang meliputi penyediaaan,
pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangannya termasuk kegiatan membuka
menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem
golongan, menyusun rencana pembagian air, kalibrasi, pengumpulan data, monitoring
dan evaluasi.

Kegiatan operasi meliputi :


 Pengumpulan Data
 Penyediaan Air Irigasi
 Penyusunan Rencana Tata Tanam (ada modul tersendiri)
 Sistem Golongan
 Rencana Pembagian Air
 Pemberian Air Irigasi
 Melaksanakan Tata Tanam dan Pembagian Air
 Membuka dan Menutup Pintu
 Kalibrasi
 Monitoring & Evaluasi

Kegiatan operasi berkaitan dengan pembagian air irigasi, agar pembagian dapat adil
dan merata maka kegiatan operasi pada jaringan utama (main system) sampai dengan
kegiatan pada pintu tersier harus dilaksanakan oleh aparat/petugas Dinas PU Pengairan
(swakelola).

2.2. Pemeliharaan Jaringan Irigasi


Menurut PP No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi dalam pasal 1, Pemeliharaan Jaringan
Irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu berfungsi
dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertaharikan
kelestariannya.
Jaringan irigasi dapat cepat rusak karena adanya hujan, dst......
Jaringan inigasi dapat cepat rusak karena adanya hujan/air, sengatan sinan dan panas
matahari secara Iangsung, hewan/manusia, tanaman liar, atau karena rancangan dan
konstruksi fasilitas dan jaringan yang kurang baik, sehingga:
1) Sinar matahari yang panas akan mengakibatkan keretakan yang memudahkan
badan saluran terkikis;
2) Hujan lebat akan menekan dan menerpa badan bangunan sehingga mudah
tergerus atau tererosi;
3) Air yang mengalir deras melebihi kecepatan rencana, akan mengikis badan
saluran sehingga proses penggerusan dan erosi akan terjadi sangat mudah;
4) Keberadaan hewan yang dilepas secara liar di sekitar bangunan dan fasilitas
inigasi akan dapat menusak fasilitas tersebut apabila tidak ditangani secara baik,
5) Bagian dan tanaman liar (daun, batang, akar) akan mengganggu kelancaran

2
pengaliran air;
6) Ukuran, letak, spefisikasi, dan kualitas bangunan yang tidak tepat akan
berpengaruh negatif terhadap pemeliharaan jaringan; dan
7) Sementara itu, perbuatan manusia yang seringkali kurang sadar dan kurang
memahami pentingnya upaya pembagian air, dengan sendirinya akan banyak
berpengaruh terhadap tidak efektifnya fungsi jaringan irigasi.

Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Irigasi meliputi :


 Pengamanan / Pencegahari
 Pemeliharaan Rutin
 Pemeliharaan Berkala
 Perbaikan Darurat

3
BAB III
OPERASI JARINGAN IRIGASI

3.1 Pengumpulan Data


3.2 Penyediaan Air Irigasi
3.3 Penyusunan Rencana Tata Tanam (ada modul tersendiri)
3.4 Sistem Golongan
3.5 Rencana Pembagian Air
3.6 Pemberian Air Irigasi
3.7 Melaksanakan Tata Tanam dan Pembagian Air
3.8 Membuka dan Menutup Pintu
3.9 Kalibrasi
3.10 Monitoring & Evaluasi

3.1. Pengumpulan Data


Adapun data yang harus dikumpulkan untuk keperluan operasi yang baik dan benar
serta kesinambungannya, meliputi data:
1) Data hidrotogi antara lain data debit air tersedia;
2) Data agroklimatologi antara lain kebutuhari air tanaman; dan
3) Data jenis tanaman, macam, dan arealnya.

3.2 Penyediaan air irigasi


Penyediaan dan pengaturan air irigasi dimulai dan air yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhari tanaman yang berasal dan:
1) Air hujan yang jatuh di daerah yang bersangkutan; dan
2) Air irigasi dan sumber air (sungai, waduk, mata air, air tanah yang dipompa).

Penyediaan air irigasi ditujukan untuk mendukung produktivitas lahari dalam rangka
meningkatkan produksi pertanian yang maksimal dengan tetap memperhatikan
kepentingan lainnya, tetapi penyediaan air untuk memenuhi kebutuhari pokok seharii-
harii dan irigasi bagi pentanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada merupakan
pnioritas utama penyediaan sumber daya air di atas semua kebutuhari.

Air irigasi di Indonesia umumnya diambil dan sumber air sungai yang tidak didukung
oleh waduk yang diperkirakan meliputi ±89 % dan total areal irigasi, sedangkan yang
sudah didukung waduk baru sekitar ± 11 % dan total areal irigasi.

Air yang tersedia di sungai selalu berubah-ubah dan waktu ke waktu, karenanya perlu
ditentukan besannya debit air yang tersedia, yang diharapkan agak secara pasti dapat
terjadi yang dapat dipergunakan sebagai dasar perencanaan untuk mengatun rencana
pembagian air dan menentukan rencana tata tanam.

Disamping itu debit tersedia tidak dapat dimanipulin, dalam anti disimpan dulu, tetapi
semua kegiatan yang berkaitan dengan memanfaatkan air irigasi harus rnenyesuaikan
dengan debit tensedia, baik waktu pemanfaatan dan jurnlahnya. Waktu tersedianya
juga cenderung makin pendek sebagai akibat rusaknya hutan daerah tangkapan air di
bagian hulu, sebaliknya jumlah tersedianya melebihi yang dibutuhkan, dimana tenjadi
banjir dan tidak dapat dirnanfaatkan.

Rencana tahunan penyediaan air irigasi pada setiap daerah irigasi disusun oleh dinas
kabupaten/kota atau dinas provinsi yang membidangi irigasi sesual dengan

4
kewenangannya berdasarkan usulan perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan atau
pemakai air irigasi lainnya. Rencana tahunan penyediaan air irigasi tersebut harus
dibahas dan disepakati dalam komisi irigasi.

3.3 Menyusun Rencana Tata Tanam


Mengingat pentingnya rencana tata tanam pada suatu daerah irigasi maka akan disusun
khusus modul rencana tata tanam.

3.4 Sistem Golongan


Apabita debit tensedia sudah diketahui, langkah selanjutnya adalah mengatur penlu
tidaknya sistem golongan, hat ini disebabkan untuk pengolahari tanah pada awal musim
tanam padi dipenlukan air sangat banyak, terutama bagi tanaman musim hujan yang
justru harus dimulai pada akhir musim kemarau, dirnana debit sungai pada umumnya
masih kecil dan curah hujan masih sedikit. Oleh karena itu untuk pengaturan air irigasi
perlu dilakukan dengan sistem golongan, dimana awal pengolahari tanah seluruh
daerah irigasi tidak serentak.

Caranya daerah irigasi tersebut dibagi-bagi menjadi beberapa bagian (3-5


bagian/golongan), dimana awal pembenian air untuk masing-masing bagian tidak sama.
Pada umumnya berjarak 10 atau 15 hari antara golongan yang satu dengan
Golongan benikutnya. Cara mi disebut pembagian air secara gotongan, masing-
masing bagian daenah irigasi tersebut dinamakan golongan. Dengan sistem golongan
ini terdapat keuntungan berupa dapat diperkecilnya dimensi saluran dan bangunan,
akibat dapat diperkecilnya puncak kebutuhari air.

3.5 Rencana Pembagian Air


Rencana tahunan pembagian air irigasi disusun oleh dinas kabupaten/kota atau dinas
provinsi yang membidangi irigasi sesual dengan kewenangannya bordasarkan rencana
tahuran penyediaan air irigasi, usulan perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan
pemakai air untuk kepentingan Iainnya.

Rencana pembagian air irigasi ditetapkan oleh bupati/walikota atau gubernur sesuai
dengan kewenangan dan atau penyelengganaan wewenang yang ditimpahkan kepada
pemenintah daerah yang bersangkutan, sedangkan rencana tahunan pembenian air
irigasi pada daerah irigasi lintas provinsi dan strategis nasional yang belum dilimpahkan
kepada pemenintah provinsi atau pemenintah kabupaten/kota disusun oleh instansi
tingkat pusat yang membidangi irigasi dan diseoakatm bersama dalam forum koordinasi
komisi irigasi atau yang disebut dengan nama lain dan ditetapkan oleh Menteni sesuai
dengan hak guna air untuk irigasi yang tetah ditentukan atau kebutuhari air irigasi yang
dipenlukan berdasankan usulan petani.

3.6 Pemberian air irigasi


Rencana pembenian air irigasi disusun oleh dinas kabupaten/kota atau dinas provinsi
yang membidangi irigasi sesuai dengan kewenangannya berdasarkan rencana tahunan
penyediaan air irigasi, usulan penkumpulan petani pemakai air (P3A) dan pemakai air
untuk kepentingan lainnya. Rencana pemberian air irigasi harus disepakati oleh komisi
irigasi kabupaten/kota atau komisi irigasi provinsi sesuai dengan cakupan tugasnya
berdasarkan:
1) Kebutuhari air irigasi yang diperlukan; dan
2) Kesepakatan dengan perkumpulan petani pemakai air (P3A).

Ada beberapa cara pemberian air irigasi ke petak tersier yaitu:


1) kondisi debit Iebih besar dan 70 % debit rencana

5
Air irigasi dan saluran primer dan sekunder diatirkan secara terus menerus
(continuous flow) ke petak-petak tersier metalui pintu sadap tersier. Dalam petak
tersien air tetap mengatir dan petak sawah yang lebih tinggi ke petak sawah yang
tebih rendah. Jika ada kelebihari air maka air dan petak sawah yang terendah
akan masuk ke saluran pembuang.

2) Kondisi debit kurang dan 70 % sampai dengan 50 % dari debit rencana


Apabita kondisi debit tersedia kurang dan 70 % sampai dengan 50n % dan debit
rencana, maka pelaksanaan pemberian air ke petak-petak tersier dilakukan
dengan rotas. Pelaksanaan rotasi dapat diatur antar sekunder, misal suatu
jaringan irigasi mempunyai 2 (dua) sekunder yaitu sekunder A dan sekunder B.
maka selama 3 (tiga) hari air irigasi dialirkan ke sekunder A dan 3 (tiga) hari
benikutnya ke sekunder B begitu setiap 3 (tiga) hari ditakukan pergantian sampai
suatu saat debitnya kembali normal dan pemberian air berubah menjadi
continuous flow.
Rotasi juga dapat dilakukan antar petak tersier, dimana petak-petak tersier sudah
diberi nomor 1, 2, 3, dan pada umumnya tidak lebih dan 4 maka, tiap 3 (tiga) hari
pertama air dialirkan ke petak-petak tensier yang bernomor ganjil dan 3 (tiga) hari
berikutnya dialirkan ke petak-petak tersier yang bernomor genap.

3) Cara pemberian air intermitten


Cara pembenian air intermitten biasanya ditaksanakan katau jaringan irigasi
mempunyai sumben air dan waduk, atau dan sistem irigasi pompa, dimana
misalnya I (satu) minggu air waduk dialirkan ke jaringan irigasi dan I (satu)
minggu kemudian waduknya ditutup demikian seterusnya sehingga setiap minggu
dapat air dan satu minggu kemudian tidak dapat air. Pada sistem irigasi pompa,
juga demikian misalnya 1 (satu) hari pompa dihidupkan dan 1 (satu) hari
kemudian tidak dihidupkan.

3.7 Melaksanakan Tata Tanam dan Pembagian Air


Tata tanam yang telah disusun harus dilaksanakan sesuai dengan waktu dan besaran/
volume penibagian air yang direncanakan walaupun dalam pelaksanaannya sening
dijumpai nencana pembagian air kurang dan volume rencana disebabkan debit tersedia
(dependable flow) meleset 20 % . Ditambah faktor penggundulan daerah tangkapan air
(catchment area), maka Iebih sening mengalami kekurangan air.

3.8 Membuka dan Menutup Pintu


Kegiatan membuka dan menutup pintu rneliputi:
1) Pintu dibendung, setiap bendung harius dilengkapi dengan manual openasi
bendung;
2) Pintu bangunan bagi di saluran primer dipengunakan untuk membagi air dan
saluran primer ke saturan sekunder; dan
3) Pintu bangunan bagi di sekunder dipergunakan untuk membagi air ke petak
tersier.
3.9 Kalibarasi
Kegiatan kalibrasi çiimaksudkan untuk menena kebenaran debit yang keluan haik dan
pintu bendung, bangunan bagi primer, dan bagunan bagi sekunder. Pen?raan biasanya
menggunakan alat current meter dan pelampung.

3.10 Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan monitoring dan evaluasi adalah sangat penting untuk perencanaan oporasi
pada tahun rnendatang, yang metiputi monitoring dan evatuasi ketersediaan air, waktu
pembagian air, tata tanam, dan sistem golongan.

6
BAB IV
PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

1. Pengamanan / Pencegahari
Sesuai dengan PP no 20 tahun 2006 pasal 59 ayat 1 menyebutkan bahwa pengamanan
jaringan irigasi bertujuan untuk mencegah tindakan manusia atau hewan yang dapat
merusak jaringan irigasi.
Jaringan irigasi dst.........

Kegiatan pengamanan antara lain:


 Membuat bangunan pengamanan ditempat-tempat yang berbahaya, misalnya :
disekitar bangunan utama, siphon, ruas saluran yang tebingnya curam, daerah
padat penduduk dan lain sebagainya.
 Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci.
 Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul saluran berupa
portal, patok.

Kegiatan pencegahari antara lain:


 Melarang pengambilan batu, pasir dan tanah pada lokasi ± 500 m sebelah hulu dan
± 1.000 m sebelah hilir bendung irigasi atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Melarang memandikan hewan selain di tempat yang telah ditentukan dengan
memasang papan larangan.
 Menetapkan garis sempadan saluran sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
 Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah dan mendirikan bangunan
di dalam garis sempadan saluran.
 Petugas pengelola irigasi harus mengontrol patok-patok batas tanah pengairan
supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.
 Memasang papan larangan untuk kendaraan yang melintas jalan inspeksi yang
melebihi kelas jalan.
 Melarang mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi yang berbahaya.
 Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di tanggul saluran irigasi.
 Mengadakan penyuluhari/sosialisasi kepada masyarakat dan instansi terkait tentang
pengamanan fungsi Jaringan Irigasi.

2. Pemeliharaan Rutin
Kegiatan perawatan rutin ini biasanya muncul setiap tahun seperti:
a. Membersihkan sampah, lumpur dan lain-lain pada bangunan ukur dan pintu air
b. Memotong rumput dan tumbuhari pengganggu di sepanjang saluran
c. Merapihkan lubang saluran
d. Menutup bocoran kecil
e. Memberi pelumas pintu air

3. Pemeliharaan berkala
a. Kegiatan pemeliharaan berkala yang muncul setiap 2 tahun sampai dengan 5
tahun, misalnya:
- Mengecat pintu air
- Mengganti skolt balk yang lapuk
- Menggali endapan di saluran
- Memperbaiki sayap bangunan, tembok saluran
- Memperbaiki dan mengecat rumah bangunan-bangunan bagi
b. Kegiatan pemeliharaan berkala yang muncul setiap 5-10 tahun, misalnya:
- Meninggikan tanggul saluran

7
- Memperbaiki bendung (sayap, pintu air dan lain-lain)
- Mengganti pintu air yang rusak
- Memperbaiki kerusakan akibat bencana alam secara permanen, dimana lebih
dulu sudah dilaksanakan dengan perbaikan darurat.
- Membeli kendaraan roda 4 (untuk mengganti yang sudah rusak)
- Membeli peralatan hidrologi/hidrometri
- Meninggikan tanggul sungai, tanggul saluran
- Memperbaiki bendung (sayap, pintu air, dll)
- Mengganti pintu air yang rusak
- Menambah bangunan baru seperti : lining saluran, gorong-gorong, pintu air dan
lain-lain ( biasanya masuk program penyempurnaan).
- Kegiatan-kegiatan yang dikategorikan masuk program peningkatan seperti pintu
sorong diganti dengan pintu Romijn, pintu bendung dilengkapi dengan mesin
listrik, jalan inspeksi diperkeras, dll.

4. Perbaikan Darurat
Perbaikan darurat adalah perbaikan sebagai akibat bencana alam dan/atau kerusakan
berat akibat terjadinya kejadian luar biasa dan perlu penanggulangan darurat agar
jaringan irigasi dapat segera berfungsi. Tergantung pada tingkat kerusakannya , maka
pelaksanaan kegiatan perbaikan darurat dapat dilaksanakan oleh petani, pengurus P3A
atau petugas pemerintah (kondisi seperti ini dengan sendirinya memerlukan musyawarah
untuk kesepakatan). Kemudian kalau sudah tersedia dana, barulah dilaksanakan
perbaikan permanen dikemudian hari.

Dengan demikian, kegiatan pemeliharaan selalu berkaitan dengan fisik jaringan irigasi,
oleh karena itu pelaksanaan pemeliharaan dapat dilaksanakan secara swakelola atau
dapat dikontrakkan.

8
BAB V
REHABILITASI

Menurut PP No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi, rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan
perbaikan jaringan irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan ir4igasi seperti semula.

Suatu jaringan irigasi meskipun dikelola (di O&P) sebaik-baiknya, pada suatu saat akan sampai
pada batas masa pelayanannya. Panjang atau pendeknya masa pelayanan suatu jaringan
irigasi akan tergantung kepada:
a. Keadaan sumber airnya
b. Konstruksi (permanent, semi permanent atau sederharia)
c. Pelaksanaan O&P nya
d. Keadaan alam (jenis tanah, kemiringan tanah, curah hujan, tumbuh-tumbuhari, bencana
alam dan sebagainya.

Pada Gambar 5.1, digambarkan hubungan antara pelaksanaan O&P dengan tingkat pelayanan
jaringan irigasi. Dalam gambar tersebut tampak bahwa jika O&P baik, umur jaringan irigasi
dapat lebih panjang, sebaliknya jika O&P-nya kurang tingkat pelayanannya akan lebih cepat
menurun dan umurnya lebih pendek. Jika kita perhatikan garis lengkung tersebut maka
tampak bahwa penurunan pelayanan mula-mula berjalan perlahari-lahari, kemudian menurun
lebih cepat sampai mencapai titik tertentu atau batas kritis, pada saat mana tingkat pelayanan
sudah tidak ada artinya lagi (periode masa pelayanan kritis)
Tingkat Pelayanan

Tingkat Pelayanan Baru

Peningkatan
Perbaikan OP Baik
Tingkat Pelayanan Semula

Rehabilitasi

OP Kurang Baik Batas Pelayanan Ekonomis

Umur J.I. pendek Umur Pelayanan (Tahun)

Umur J.I. panjang

Gambar 5.1: Hubungan antara pelaksanaan O&P dengan masa pelayanan dan rehabilitasi

Dalam prakteknya, penurunan tingkat pelayanan dapat terjadi karena salah satu bangunan dari
jaringan irigasi itu rusak, misalnya sebagian tanggul saluran putus sehingga air irigasi terbuang
dan tak dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan atau dengan kata lain tingkat
pelayanannya menurun.

9
TATA PENGATURAN, PEMBAGIAN
DAN PEMBERIAN AIR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejak dimulainya REPELITA I, Sektor Pertanian dan Pengairan merupakan sasaran
pokok yang sangat penting dalam pembangunan di Indonesia, balk dalarn usaha
meningkatkan produksi pangan, tertama beras, maupun peningkatan produksi tanaman
industri.

Dalam rangka peningkatan produsi pertanian dimaksud, maka air irigasi merupakan
sarana yang sangat penting, karena tanpa air irigasi, usaha intensifikasi pertanian
sebagaimana diterangkan dalam “Panca Usaha Pertanian”, akan sukar dilaksanakan.

Irigasi yang berperan datam penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian, seperti yang dimaksud dalam Peraturan Pernerintah No. 20 tahun 2006
merupakan unsur yang amat penting di dalam upaya mencapal sasaran¬sasaran dari
program produksi pangan dirnaksud.

Untuk memenuhi kebutuhari akan air irigasi ini, Pemerintah telah menginvestasikan
bermilyar rupiah ke dalam sarana irigasi dengan melakukan rehabilitasi serta
meningkatkan jaringan-jaringan irigasi yang sudah ada disamping juga membangun
jaringan-jaringan irigasi baru, baik untuk mengairi lahari-lahari tadah hujan, maupun
lahari-lahari irigasi baru.

Air irigasi, serta jaringan irigasi dapat memberi manfaat yang maksimal sebagaimana
direncanakan, apabila dikelola secara efektif dan efisien. Perlu diketahui, bahwa air
irigasi serta jaringan irigasi dan hasil pembangunan tersebut diatas, belum seluruhnya
dikelola secara efektif dan efisien, sehingga betum dapat dimanfaatkan secara optimal.

Tuntutan pengelolaan air dan jaringan irigasi secara efektif dan efisien di masa
mendatang akan makin bertambah besar lagi, mengingat air irigasi tidak hariya untuk
keperluan pertanian, tetapi juga meliputi air minum, rumah tangga, perikanan,
perkebunan, ketenagaan, industri, lalu-lintas air, penggelontoran air kota (drainase) dan
rekreasi.

Dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat, serta pertambahari penduduk, maka


kebutuhari air akan meningkat pula, sedangkan di lain pihak potensi sumber daya air
cenderung menurun.

Jika produksi pertanian (tanaman pangan) ditingkatkan sesuai dengan pertambahari


penduduk yang terus meningkat, maka dalam rangka usaha tetap mempertaharikan
swasembada pangan, sudah seharusnyalah air irigasi dikelola secara efektif dan efisien.

Untuk menunjang pengelolaan air atau data pengaturan dalam pembagian dan
pemberian air yang berhasil guna dan berdaya guna optimal, maka diterbitkan
Peraturan Pemenintah No. 20 tahun 2006 tentang irigasi sebagai landasan hukum
dalam pengaturan dan pengelolaan irigasi.

10
Agar tata pengaturan dalam pembagian air (irigasi) dapat dikelola secara berhasil guna
dan berdaya guna optimal, maka perlu secara terus menerus dilakukan suatu usaha
pembinaan kepada para petugas yang memberi pelayanan irigasi serta kepada
masyarakat petani pemakai air, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
serta teknologi dalam bidang irigasi dan pertanian.

Jadi, dalam pengelolaan atau operasi jaringan irigasi, dituntut adanya usaha-usaha
untuk memanfaatkan prasarana secara optimal, sehingga air yang tersedia dapat
dimanfaatkan secara efektif dan efisien, dengan membaginya ke petak-petak sawah
secara adil dan merata serta tepat sesuai dengan kebutuhari pertumbuhari tanaman.
Buruknya pengelolaan atau operasi jaringan irigasi dapat menimbulkan akibat yang
berantai:
- sengketa anatar petani/desa.
- MeRTTGikan petani/menurunkan hasil tanaman
- usaha mencegah terjadinya pelanggaran terhadap peraturan-peraturan irigasi
akan mengalami kesulitan
- mematahkan semangat para petani untuk berpartisipasi secara aktif dalam
pembinaan dan pengembangan jaringan irigasi tersier

Usaha Pemda untuk meningkatkan pendapatan PBB yang sedang berjalan/menarik


iuran pelayanan irigasi nanti, akan menemui kesulitan, sehingga usaha Pemda untuk
dapat menyediakan dana O&M irigasi yang sesuai dengan kebutuhari akan mengalami
kegagalan.

1.2. Maksud dan Tujuan


Dengan tatan betakang seperti tersebut diatas, maka rnaksud dan tujuan pengaturan
datam pembagian dart pemberian air ~rigasi yaitu:
- mempertaharikan keicrsedician air pada iingkoi opt//na!
- Meningkatkan efisiensi pemakaian air
- Dapat mengairi areal tanam pada sawah irigasi bertambah luas
- Meningkatkan hasil panen (produksi) tanaman

OIeh sebab itu, jaringan-jaringan irigasi harus didayagunakan secara optimal dengan
mempertaharikan kelestarian jaringan-jaringan dan keadilan selama mungkin serta
sebaik-baiknya secara ekonomis melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan O&M jaringan
irigasi.

1.3. Keterkaitan Modul


Pembahasan tentang tata-cara pengaturan dan pembagian air, erat kaitannya dengan
modul-modul lainnya sehingga pembahasan terhadap suatu acuan dan kebutuhari
sudah tersedia di modul lain, sifat pembahasannya tidak dirinci kembali.

Beberapa modul yang terkait pada modul ini antara lain:


- Hidrologi untuk Operasi (No. 243220209)
- Aplikasi Perhitungan Hidrologi untuk Operasi (No. 245420210)
- Sistem Golongan dan Rencana Tata Tanam (No. 2493202/4,)
- Perhitungan Pembagian Air dengan Metoda Pasten (No. 245420211)
- Perhitungan Pembagian Air dengan Metoda Faktor K (No. 245420213)

11
BAB II
TATA PENGATURAN DAN PEMBAGIAN AIR

2.1. Pengantar
Di dalam Sistem Operasi Jaringan lrigasi, pengumpulan dan pengolahari data biasanya
dilaksanakan oleh Juru, kemudian diserahkan kepada Cabang Dinas dan untuk
selanjutnya diperlukan pengesahari dan Kepala Dinas sebagai bentuk perencanaan yang
siap dilaksanakan. Sebelum disahkan oleh Dinas harus dikonsultasikan bersama-sama
dengan Panitia Irigasi pada tingkat Kabupaten/kotamadya untuk memadukan antara
program operasi dikaitkan dengan ketersediaan debit di sungai terhadap pihak
pertanian dalam hal realisasi tanam.

Sehingga untuk pengaturan atau penjatahari pembagian air tersebut sudah merupakan
kesepakatan bersama antara Dinas PU/PU Pengairan, Pertanian dan Pemerintah
Daerah. Jika dilihat secara organisasi, maka Dinas dalam hubungannya dengan Tata
Pengaturan dan Pembagian air dapat dijelaskan sebagai berikut.

2.2. Organisasi Dinas


Pada prinsipnya Dinas PU Kab/Kota dan Cabang Dinas PU Pengairan, sebagal perangkat
daerah otonom, mempunyai tugas pokok untuk membina, mengatur/ mengelola dan
mengembangkan prasarana pengairan.

Dalam hubungannya dengan tata pengaturan dan pembagian air, Dinas bertanggung
jawab terhadap:
• Mengelola ke!angsungan fungsi prasarana jaringan irigasi utuh dalam 1
kabupaten/kotamadya.
• Mengatur pemenuhari kebutuhari air supaya dapat menunjang usaha-usaha ke
arah peningkatan di bidang pertanian.
• Membina masyarakat yang memanfaatkan air irigasi.
• Inventarisasi sumber-sumber air di Daerah Aliran Sungal (DAS) di Wilayah Dinas
PU/Pengairan yang bersangkutan.
• Mengembangkan prasarana jaringan irigasi yang ada di wilayahnya.
Dalam penyelenggaraan tugas tersebut, termasuk pula usaha pembinaan alas
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan pengembangan sistem pengairan.

2.2.1. Dinas PU/Dinas PU Pengairan


Dinas PU/Dinas PU Pengairan, terdiri dari sekitar 5 sampai 7 pengamat pengairan
(Cabang Dinas) dengan luas areal antara 20.000 ha sampai 30.000 ha, merupakan
suatu jaringan yang besar atau kumpulan dari beberapa jaringan irigasi sedang dan
kecil datam suatu bagian dan daerah aliran sungai yang tidak lintas
kabupaten/kotamadya.

2.2.2. Cabang Dinas Pengairan/Pengamat


Organisasi Pengamat Pengairan (Cabang) terdiri dari sekitar 6 sampai 10 kejuruan atau
antara 4.000 ha sampai sekitar 5.000 ha, merupakan bagian dari suatu jaringan irigasi
yang besar atau sebuah jaringan irigasi ukuran sedang atau kumputan dan beberapa
jaringan irigasi kecil. Secara teknis rnempunyai batas-batas sesuai pola aliran dalam
jaringan irigasi.

2.2.3. Juru Pengairan


Organisasi Juru/Kemantren, meskipun dibatasi luas daerah kerjanya mulai dan lebih
kurang 1000 ha, Kemantren tetap merupakan bagian dari suatu sistem/jaringan yang

12
secara teknis dilayani secara utuh oleh bagian dan jaringan yang lebih besar, biasanya
meliputi beberapa desa.
Mekanisme organisasi di (ingkungan Dinas PU/Pengairan secara rinci tentang fungsi
tugasnya telah dibahas dalam Modul Pengenalan Organisasi Departemen PU Pusat/
Daerah (No. 241220232).

2.3. Mekanisme Dan Prosedur

2.3.1. Rencana Pembagian Air

Rencana Pembagian Air (RPA) irigasi adalah rencana yang menetapkan jadwal waktu
dan besamya debit pada tiap ruas saluran dan jadwal serta besarnya debit yang dapat
disadap pada tiap pintu sadap.
Dengan adanya jadwal serta besarnya debit yang dapat disadap pada tiap pintu sadap
tersier, usaha petani pada tiap petak tersier, sudah dapat mengadakan musyawarah
(P3A) untuk menentukan pengaturan pembagian air antar anggota di dalam petak yang
bersangkutan dan selanjutnya menyelesaikan segala kegiatannya berdasarkan hasil
musyawarah tersebut (semacam pengaturan golongan diadakan skata kecil/petak
tersier).
RPA disusun setelah rencana tata tanam ditetapkan, untuk mendukung petaksanaan
tata tanam dengan pelayanan air yang tepat dan teratur. RPA merupakan pelengkap
rencana tata tanam dan perlu disebar luaskan kepada semua pihak yang
berkepentingan.

Padi yang ditanam pada masa tanam kedua, dinamakan padi gadu. Tanaman padi yang
sudah ditetapkan, didalam rencana tata tanam, dinamakan “gadu ijin”, dimana
petayanan air harus dijamin sesual dengan kebutuharinya.
Tanaman padi gadu di luar yang telah ditetapkan dalam rencana tata tanarn, disebut
gadu tanpa ijin, dan hariya diberi air jika ada kelebihari air seteiah dipergunakan untuk
gadu ijin dan patawija yang tercantum dalam rencana tata tanam.

Dalam usaha penyiapan dan pelaksanaan RPA prakteknya pada masa tanam gadu,
sering menimbulkan gadu tanpa ijin, di samping gadu ijin.
Di daerah patawija & tebu, air disamakan dengan jatah pemberian air untuk
palawija/tebu. Kelebihari air tersebut memang sering terjadi, karena rencana tata
tanam didasarkan atas tahun kering lima tahunan. BEta tahun yang bersangkutan
ternyata Iebih basah dari pada tahun kering tima tahunan, akan terjadi kelebihari air.

Untuk menyelesaikan RPA, dibutuhkan data dan peta skema sebagai benikut:
- Besarnya satuan kebutuhari air disawah bagi tiap tanaman dalam tiap tahap
pertumbuhari sementara dibagi menjadi 3 tahap (pengolhari lahari, periode
tumbuh, periode masak)
- Catatan debit sungai/sumber lain (bulanan atau tengah bulanan) dalam beberapa
tahun berlalu (10 tahun terakhir)
- Inventarisasi luas sawah irigasi tiap-tiap petak lersier
- Kehilangan air di sungai
- Air untuk kebutuhari lain
- Catatan debit suplesi tiap-tiap bulan atau tengah bulan didalam beberapa tahun
yang lalu
- Realisasi jadwal tanam tahun yang lalu
- Catatan curah hujan tahun yang lalu
- Skema jaringan irigasi dan peta sistem Dl
- Macam tanaman serta umur dan Iuasnya yang akan atau telah ditanami

13
- Kapasitas (maksimum dan minimum) saluran
- Tabel atau lengkung debit yang menunjukkan hubungan muka air dan debitnya
pada lokasi pengukur debit.

2.3.2. Langkah-Iangkah Penyusunan Rencana Pembagian Air


Setelah semua data yang dikumpulkan telah tersedia, maka dimulailah penyusunan
rencana pembagian air dengan langkah-langkah sbb:

Langkah 1 Pertemuan P3A untuk menentukan usulan rencana tata tanam yang
diinginkan secara musyawarah bersama anggotanya berdasarkan hak guna
air yang diberikan dengan mengisi blanko 01-O, selambat-lambatnya 2 bulan
sebelum MT-1.

Langkah 2 GP3A bersama seluruh anggotanya mengadakan rapat lengkap untuk


membahas usulan Rencana Tata Tanam (RTT) di masing-masing wilayah
kerjanya.

Langkah 3 Pengurus GP3A membawa usulan RTT tersebut ke dinas melalui


juru/pengamat yang selanjutnya direkap dalam blanko 02-O dan 03-O
selambat-lambatnya 1 bulan sebelum MT-1 dan dievaluasi serta
dikoordinasikan dalam Komisi Irigasi kabupaten/kota atau provinsi guna
menentukan Rencana Tata Tanam Tahunan.

Langkah 4 Komisi Irigasi kabupaten/kota atau provinsi mengkoordinasikan usulan-


usulan dari Gabungan P3A dalam rapat penentuan RTT Tahunan dalam satu
daerah irigasi (DI). Dalam penentuan RTT Tahunan tersebut agar
mempertimbangkan ketersediaan air irigasi, rencana pemeliharaan jaringan
irigasi, hama dan penyakit tanaman. Pihak-pihak penyedia sarana produksi
pertanian mengacu kepada RTT Tahunan yang ditetapkan.

Langkah 5 RTT Tahunan meliputi Rancana Tata Tanam Global (RTTG) dan Rencana
Tata Tanam Detail (RTTD).

Langkah 6 Hasil koordinasi ini disosialisasikan dalam forum GP3A yang selanjutnya
disebarluaskan kepada para P3A dan disosialisasikan kepada para anggota
P3A untuk dapat dilaksanakan di daerah masing-masing.

Langkah 7 Masing-masing P3A mensosialisasikan kesepakatan RTT Tahunan tersebut


kepada anggota P3A.

Mengingat ketersediaan air pada sumber-sumber air tidak merata (konstan) sepanjang
tahun dimana pada awal musim hujan yaitu pada saat pengolahari tanah, debit yang
tersedia dari sumber air maupun hujan masih kurang, maka rencana tata tanam diatur
dengan sistem golongan. Pengaturan jadwal waktu mulai pengolahari tanah tiap
golongan berbeda antara 10 s/d 15 hari menyesuaikan ketersediaan debit air.
Dengan pengaturan golongan beban puncak kebutuhari air dapat ditekan sehingga
mendekati debit maksimum ketersediaan air di bendung.

2.3.3. Rencana Pola Tanam


Mengingat ketersediaan air pada sumber-sumber air tidak merata (konstan) sepanjang
tahun dimana pada awal musim hujan yaitu pada saat pengolahari tanah, debit yang
tersedia dari sumber air maupun hujan masih kurang, maka rencana tata tanam diatur

14
dengan sistem golongan. Pengaturan jadwal waktu mulai pengolahari tanah tiap
golongan berbeda antara 10 s/d 15 hari menyesuaikan ketersediaan debit air.
Dengan pengaturan golongan beban puncak kebutuhari air dapat ditekan sehingga
mendekati debit maksimum ketersediaan air di bendung.

Sebagaimana kita ketahui, beras merupakan kebutuhari pangan yang pokok dengan
harga ekonomis yang cukup baik dan relatif konstan, dapat disimpan lama dengan
mudah, sehingga jika air irigasi tersedia dengan cukup, petani cenderung memilih
menaman padi dibanding tanaman lainnya.
Akan tetapi sangatlah tidak dianjurkan untuk menanam padi secara terus menerus
sepanjang tahun, karena tidak memungkinkan dilakukannya pemberantasan hama
secara efektif (memutus siklus kehidupan hama : tikus, wereng, dll).Disamping itu
diperlukan waktu khusus untuk inspeksi kerusakan jaringan yang berada di bawah
muka air sekaligus perbaikannya.

OIeh karena itu, pola tanam pada umumnya diatur sbb:


• Untuk daerah-daerah yang aimya cukup: padi-padi-palawija
• Untuk daerah-daerah yang airnya terbatas : padi-padi-palawija dibagian yang lain
• Untuk daerah-daerah yang airnya sangat terbatas : padi-palawija-palawija
• Untuk daerah-daerah den gan kondisi khusus : sesuai pada kebijaksanaan
setempat.

2.3.4. Rencana Tata Tanam


Rencana tata tanam, adalah suatu ketentuan mengenai lokasi, luas dan jenis tanaman
yang diizinkan untuk ditanam di dalam suatu daerah irigasi untuk suatu musim tanam
serta jadwal mulai dan berakhirnya musim tanam dari masing-masing tanaman yang
bersangkutan.

Komisi Irigasi Kabupaten/Kota atau Provinsi disetiap tahun sebelum musim tanam ke-1
mengadakan rapat membahas dan mengkoordinasikan usulan-usulan dari GP3A guna
menentukan Rencana Tata Tanam Tahunan dari setiap daerah irigasi yang meliputi
RTTG dan RTTD. RTT Tahunan ini diusulkan ke bupati/walikota untuk ditetapkan.

15
BAB III
RENCANA OPERASI

Rencana operasi ialah rencana tata pembagian air irigasi, dimana ditetapkan jadwal waktu
dan besarnya debit pada masing-masing ruas saluran, dan jadwal serta besarnya debit yang
dapat disadap pada masing-masing pintu sadap.

Dengan adanya jadwal serta besarnya debit yang dapat disadap pada masing-masing pintu
sadap tersier, maka para petani di dalam masing-masing petak tersier sudah dapat
mengadakan musyawarah untuk menentukan pengaruan pembagian air antar anggota di
dalam petak yang bersangkutan, dan selanjutnya menyesuaikan segala kegiatannya
berdasarkan hasil musyawarah tersebut (semacam pengaturan golongan di dalam skala
kecil/petak tersier)

Rencana operasi disusun, setelah rencana tata tanam ditetapkan, dimaksudkan untuk
mendukung petaksanaan tata tanam dengan pe!ayanan air yang tetap dan teratur. Karena itu
operasi/tata pembagian air adalah merupakan pelengkap dan rencana tata tanam dan perlu
disebar luaskan kepada semua pihak yang bersangkutan.

Dasar perencanaan tata tanam den uperasi air irigasi adalah ramalan, maka pada umumnya
kenyataan yang terjadi sering berlainan dengan apa yang direncanakan, baik mengenai curah
hujan, debit sungai, maupun luas tanaman di sawah sebenarnya.

Oleh karena itu dan waktu ke waktu penlu setalu dflakukan penyesuaian antara kebutuhari
dan persediaan air atau dengan perkataan lain, yang telah ditetapkan masih tetap perlu
direview, meskipun tetap harus dijaga agar akibat review itu pola tata tanam yang telah
ditetapkan tidak mengalami banyak perubahari.

Biasanya review atau updating dilakukan tengah bulanan atau 10 hari sekali tergantung dari
jadwal pengaturan pintu-pintu air yang dilakukan pada daerah yang bersangkutan.

16
BAB IV
RINGKASAN

Dalam rangka memenuhi kebutuhari air irigasi untuk menunjang usaha di bidang Pertanian,
suatu sistem pengaturan dan pembagian air diperlukan guna penyusunan rencana Pola tanam
yang sudah disepakati bersama dengan memperhatikan kondisi debit yang tersedia untuk
periode-periode tertentu.

Hal-hal penting yang harus didapat dalam rangka tata pengaturan dan pembagian air irigasi
adalah jadwal pembagian, besaran debit di setiap bangunan bagi sadap pada tiap ruas
saluran serta jadwal giliran jika diperlukan, demikian pula langkah-langkah prosedurnya.

Penyesuaian dan waktu ke waktu terhadap perencanaan tata pengaturan pembagian air
senantiasa dilakukan penyesuaian terutama antara kebutuhari air dengan persediaan airnya
atau dengan perkataan lain yang telah ditetapkan rnasih tetap perlu disesuaikan lagi. Besanya
review atau updating dilakukan 2 minggu atau 10 hari sekali, tergantung dari jadwal
pengaturan pintu-pintu air yang dilakukan pada daerah yang bersangkutan.

17

Anda mungkin juga menyukai