BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PENGERTIAN
Kegiatan operasi berkaitan dengan pembagian air irigasi, agar pembagian dapat adil
dan merata maka kegiatan operasi pada jaringan utama (main system) sampai dengan
kegiatan pada pintu tersier harus dilaksanakan oleh aparat/petugas Dinas PU Pengairan
(swakelola).
2
pengaliran air;
6) Ukuran, letak, spefisikasi, dan kualitas bangunan yang tidak tepat akan
berpengaruh negatif terhadap pemeliharaan jaringan; dan
7) Sementara itu, perbuatan manusia yang seringkali kurang sadar dan kurang
memahami pentingnya upaya pembagian air, dengan sendirinya akan banyak
berpengaruh terhadap tidak efektifnya fungsi jaringan irigasi.
3
BAB III
OPERASI JARINGAN IRIGASI
Penyediaan air irigasi ditujukan untuk mendukung produktivitas lahari dalam rangka
meningkatkan produksi pertanian yang maksimal dengan tetap memperhatikan
kepentingan lainnya, tetapi penyediaan air untuk memenuhi kebutuhari pokok seharii-
harii dan irigasi bagi pentanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada merupakan
pnioritas utama penyediaan sumber daya air di atas semua kebutuhari.
Air irigasi di Indonesia umumnya diambil dan sumber air sungai yang tidak didukung
oleh waduk yang diperkirakan meliputi ±89 % dan total areal irigasi, sedangkan yang
sudah didukung waduk baru sekitar ± 11 % dan total areal irigasi.
Air yang tersedia di sungai selalu berubah-ubah dan waktu ke waktu, karenanya perlu
ditentukan besannya debit air yang tersedia, yang diharapkan agak secara pasti dapat
terjadi yang dapat dipergunakan sebagai dasar perencanaan untuk mengatun rencana
pembagian air dan menentukan rencana tata tanam.
Disamping itu debit tersedia tidak dapat dimanipulin, dalam anti disimpan dulu, tetapi
semua kegiatan yang berkaitan dengan memanfaatkan air irigasi harus rnenyesuaikan
dengan debit tensedia, baik waktu pemanfaatan dan jurnlahnya. Waktu tersedianya
juga cenderung makin pendek sebagai akibat rusaknya hutan daerah tangkapan air di
bagian hulu, sebaliknya jumlah tersedianya melebihi yang dibutuhkan, dimana tenjadi
banjir dan tidak dapat dirnanfaatkan.
Rencana tahunan penyediaan air irigasi pada setiap daerah irigasi disusun oleh dinas
kabupaten/kota atau dinas provinsi yang membidangi irigasi sesual dengan
4
kewenangannya berdasarkan usulan perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan atau
pemakai air irigasi lainnya. Rencana tahunan penyediaan air irigasi tersebut harus
dibahas dan disepakati dalam komisi irigasi.
Rencana pembagian air irigasi ditetapkan oleh bupati/walikota atau gubernur sesuai
dengan kewenangan dan atau penyelengganaan wewenang yang ditimpahkan kepada
pemenintah daerah yang bersangkutan, sedangkan rencana tahunan pembenian air
irigasi pada daerah irigasi lintas provinsi dan strategis nasional yang belum dilimpahkan
kepada pemenintah provinsi atau pemenintah kabupaten/kota disusun oleh instansi
tingkat pusat yang membidangi irigasi dan diseoakatm bersama dalam forum koordinasi
komisi irigasi atau yang disebut dengan nama lain dan ditetapkan oleh Menteni sesuai
dengan hak guna air untuk irigasi yang tetah ditentukan atau kebutuhari air irigasi yang
dipenlukan berdasankan usulan petani.
5
Air irigasi dan saluran primer dan sekunder diatirkan secara terus menerus
(continuous flow) ke petak-petak tersier metalui pintu sadap tersier. Dalam petak
tersien air tetap mengatir dan petak sawah yang lebih tinggi ke petak sawah yang
tebih rendah. Jika ada kelebihari air maka air dan petak sawah yang terendah
akan masuk ke saluran pembuang.
6
BAB IV
PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI
1. Pengamanan / Pencegahari
Sesuai dengan PP no 20 tahun 2006 pasal 59 ayat 1 menyebutkan bahwa pengamanan
jaringan irigasi bertujuan untuk mencegah tindakan manusia atau hewan yang dapat
merusak jaringan irigasi.
Jaringan irigasi dst.........
2. Pemeliharaan Rutin
Kegiatan perawatan rutin ini biasanya muncul setiap tahun seperti:
a. Membersihkan sampah, lumpur dan lain-lain pada bangunan ukur dan pintu air
b. Memotong rumput dan tumbuhari pengganggu di sepanjang saluran
c. Merapihkan lubang saluran
d. Menutup bocoran kecil
e. Memberi pelumas pintu air
3. Pemeliharaan berkala
a. Kegiatan pemeliharaan berkala yang muncul setiap 2 tahun sampai dengan 5
tahun, misalnya:
- Mengecat pintu air
- Mengganti skolt balk yang lapuk
- Menggali endapan di saluran
- Memperbaiki sayap bangunan, tembok saluran
- Memperbaiki dan mengecat rumah bangunan-bangunan bagi
b. Kegiatan pemeliharaan berkala yang muncul setiap 5-10 tahun, misalnya:
- Meninggikan tanggul saluran
7
- Memperbaiki bendung (sayap, pintu air dan lain-lain)
- Mengganti pintu air yang rusak
- Memperbaiki kerusakan akibat bencana alam secara permanen, dimana lebih
dulu sudah dilaksanakan dengan perbaikan darurat.
- Membeli kendaraan roda 4 (untuk mengganti yang sudah rusak)
- Membeli peralatan hidrologi/hidrometri
- Meninggikan tanggul sungai, tanggul saluran
- Memperbaiki bendung (sayap, pintu air, dll)
- Mengganti pintu air yang rusak
- Menambah bangunan baru seperti : lining saluran, gorong-gorong, pintu air dan
lain-lain ( biasanya masuk program penyempurnaan).
- Kegiatan-kegiatan yang dikategorikan masuk program peningkatan seperti pintu
sorong diganti dengan pintu Romijn, pintu bendung dilengkapi dengan mesin
listrik, jalan inspeksi diperkeras, dll.
4. Perbaikan Darurat
Perbaikan darurat adalah perbaikan sebagai akibat bencana alam dan/atau kerusakan
berat akibat terjadinya kejadian luar biasa dan perlu penanggulangan darurat agar
jaringan irigasi dapat segera berfungsi. Tergantung pada tingkat kerusakannya , maka
pelaksanaan kegiatan perbaikan darurat dapat dilaksanakan oleh petani, pengurus P3A
atau petugas pemerintah (kondisi seperti ini dengan sendirinya memerlukan musyawarah
untuk kesepakatan). Kemudian kalau sudah tersedia dana, barulah dilaksanakan
perbaikan permanen dikemudian hari.
Dengan demikian, kegiatan pemeliharaan selalu berkaitan dengan fisik jaringan irigasi,
oleh karena itu pelaksanaan pemeliharaan dapat dilaksanakan secara swakelola atau
dapat dikontrakkan.
8
BAB V
REHABILITASI
Menurut PP No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi, rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan
perbaikan jaringan irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan ir4igasi seperti semula.
Suatu jaringan irigasi meskipun dikelola (di O&P) sebaik-baiknya, pada suatu saat akan sampai
pada batas masa pelayanannya. Panjang atau pendeknya masa pelayanan suatu jaringan
irigasi akan tergantung kepada:
a. Keadaan sumber airnya
b. Konstruksi (permanent, semi permanent atau sederharia)
c. Pelaksanaan O&P nya
d. Keadaan alam (jenis tanah, kemiringan tanah, curah hujan, tumbuh-tumbuhari, bencana
alam dan sebagainya.
Pada Gambar 5.1, digambarkan hubungan antara pelaksanaan O&P dengan tingkat pelayanan
jaringan irigasi. Dalam gambar tersebut tampak bahwa jika O&P baik, umur jaringan irigasi
dapat lebih panjang, sebaliknya jika O&P-nya kurang tingkat pelayanannya akan lebih cepat
menurun dan umurnya lebih pendek. Jika kita perhatikan garis lengkung tersebut maka
tampak bahwa penurunan pelayanan mula-mula berjalan perlahari-lahari, kemudian menurun
lebih cepat sampai mencapai titik tertentu atau batas kritis, pada saat mana tingkat pelayanan
sudah tidak ada artinya lagi (periode masa pelayanan kritis)
Tingkat Pelayanan
Peningkatan
Perbaikan OP Baik
Tingkat Pelayanan Semula
Rehabilitasi
Gambar 5.1: Hubungan antara pelaksanaan O&P dengan masa pelayanan dan rehabilitasi
Dalam prakteknya, penurunan tingkat pelayanan dapat terjadi karena salah satu bangunan dari
jaringan irigasi itu rusak, misalnya sebagian tanggul saluran putus sehingga air irigasi terbuang
dan tak dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan atau dengan kata lain tingkat
pelayanannya menurun.
9
TATA PENGATURAN, PEMBAGIAN
DAN PEMBERIAN AIR
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka peningkatan produsi pertanian dimaksud, maka air irigasi merupakan
sarana yang sangat penting, karena tanpa air irigasi, usaha intensifikasi pertanian
sebagaimana diterangkan dalam “Panca Usaha Pertanian”, akan sukar dilaksanakan.
Irigasi yang berperan datam penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian, seperti yang dimaksud dalam Peraturan Pernerintah No. 20 tahun 2006
merupakan unsur yang amat penting di dalam upaya mencapal sasaran¬sasaran dari
program produksi pangan dirnaksud.
Untuk memenuhi kebutuhari akan air irigasi ini, Pemerintah telah menginvestasikan
bermilyar rupiah ke dalam sarana irigasi dengan melakukan rehabilitasi serta
meningkatkan jaringan-jaringan irigasi yang sudah ada disamping juga membangun
jaringan-jaringan irigasi baru, baik untuk mengairi lahari-lahari tadah hujan, maupun
lahari-lahari irigasi baru.
Air irigasi, serta jaringan irigasi dapat memberi manfaat yang maksimal sebagaimana
direncanakan, apabila dikelola secara efektif dan efisien. Perlu diketahui, bahwa air
irigasi serta jaringan irigasi dan hasil pembangunan tersebut diatas, belum seluruhnya
dikelola secara efektif dan efisien, sehingga betum dapat dimanfaatkan secara optimal.
Tuntutan pengelolaan air dan jaringan irigasi secara efektif dan efisien di masa
mendatang akan makin bertambah besar lagi, mengingat air irigasi tidak hariya untuk
keperluan pertanian, tetapi juga meliputi air minum, rumah tangga, perikanan,
perkebunan, ketenagaan, industri, lalu-lintas air, penggelontoran air kota (drainase) dan
rekreasi.
Untuk menunjang pengelolaan air atau data pengaturan dalam pembagian dan
pemberian air yang berhasil guna dan berdaya guna optimal, maka diterbitkan
Peraturan Pemenintah No. 20 tahun 2006 tentang irigasi sebagai landasan hukum
dalam pengaturan dan pengelolaan irigasi.
10
Agar tata pengaturan dalam pembagian air (irigasi) dapat dikelola secara berhasil guna
dan berdaya guna optimal, maka perlu secara terus menerus dilakukan suatu usaha
pembinaan kepada para petugas yang memberi pelayanan irigasi serta kepada
masyarakat petani pemakai air, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
serta teknologi dalam bidang irigasi dan pertanian.
Jadi, dalam pengelolaan atau operasi jaringan irigasi, dituntut adanya usaha-usaha
untuk memanfaatkan prasarana secara optimal, sehingga air yang tersedia dapat
dimanfaatkan secara efektif dan efisien, dengan membaginya ke petak-petak sawah
secara adil dan merata serta tepat sesuai dengan kebutuhari pertumbuhari tanaman.
Buruknya pengelolaan atau operasi jaringan irigasi dapat menimbulkan akibat yang
berantai:
- sengketa anatar petani/desa.
- MeRTTGikan petani/menurunkan hasil tanaman
- usaha mencegah terjadinya pelanggaran terhadap peraturan-peraturan irigasi
akan mengalami kesulitan
- mematahkan semangat para petani untuk berpartisipasi secara aktif dalam
pembinaan dan pengembangan jaringan irigasi tersier
OIeh sebab itu, jaringan-jaringan irigasi harus didayagunakan secara optimal dengan
mempertaharikan kelestarian jaringan-jaringan dan keadilan selama mungkin serta
sebaik-baiknya secara ekonomis melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan O&M jaringan
irigasi.
11
BAB II
TATA PENGATURAN DAN PEMBAGIAN AIR
2.1. Pengantar
Di dalam Sistem Operasi Jaringan lrigasi, pengumpulan dan pengolahari data biasanya
dilaksanakan oleh Juru, kemudian diserahkan kepada Cabang Dinas dan untuk
selanjutnya diperlukan pengesahari dan Kepala Dinas sebagai bentuk perencanaan yang
siap dilaksanakan. Sebelum disahkan oleh Dinas harus dikonsultasikan bersama-sama
dengan Panitia Irigasi pada tingkat Kabupaten/kotamadya untuk memadukan antara
program operasi dikaitkan dengan ketersediaan debit di sungai terhadap pihak
pertanian dalam hal realisasi tanam.
Sehingga untuk pengaturan atau penjatahari pembagian air tersebut sudah merupakan
kesepakatan bersama antara Dinas PU/PU Pengairan, Pertanian dan Pemerintah
Daerah. Jika dilihat secara organisasi, maka Dinas dalam hubungannya dengan Tata
Pengaturan dan Pembagian air dapat dijelaskan sebagai berikut.
Dalam hubungannya dengan tata pengaturan dan pembagian air, Dinas bertanggung
jawab terhadap:
• Mengelola ke!angsungan fungsi prasarana jaringan irigasi utuh dalam 1
kabupaten/kotamadya.
• Mengatur pemenuhari kebutuhari air supaya dapat menunjang usaha-usaha ke
arah peningkatan di bidang pertanian.
• Membina masyarakat yang memanfaatkan air irigasi.
• Inventarisasi sumber-sumber air di Daerah Aliran Sungal (DAS) di Wilayah Dinas
PU/Pengairan yang bersangkutan.
• Mengembangkan prasarana jaringan irigasi yang ada di wilayahnya.
Dalam penyelenggaraan tugas tersebut, termasuk pula usaha pembinaan alas
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan pengembangan sistem pengairan.
12
secara teknis dilayani secara utuh oleh bagian dan jaringan yang lebih besar, biasanya
meliputi beberapa desa.
Mekanisme organisasi di (ingkungan Dinas PU/Pengairan secara rinci tentang fungsi
tugasnya telah dibahas dalam Modul Pengenalan Organisasi Departemen PU Pusat/
Daerah (No. 241220232).
Rencana Pembagian Air (RPA) irigasi adalah rencana yang menetapkan jadwal waktu
dan besamya debit pada tiap ruas saluran dan jadwal serta besarnya debit yang dapat
disadap pada tiap pintu sadap.
Dengan adanya jadwal serta besarnya debit yang dapat disadap pada tiap pintu sadap
tersier, usaha petani pada tiap petak tersier, sudah dapat mengadakan musyawarah
(P3A) untuk menentukan pengaturan pembagian air antar anggota di dalam petak yang
bersangkutan dan selanjutnya menyelesaikan segala kegiatannya berdasarkan hasil
musyawarah tersebut (semacam pengaturan golongan diadakan skata kecil/petak
tersier).
RPA disusun setelah rencana tata tanam ditetapkan, untuk mendukung petaksanaan
tata tanam dengan pelayanan air yang tepat dan teratur. RPA merupakan pelengkap
rencana tata tanam dan perlu disebar luaskan kepada semua pihak yang
berkepentingan.
Padi yang ditanam pada masa tanam kedua, dinamakan padi gadu. Tanaman padi yang
sudah ditetapkan, didalam rencana tata tanam, dinamakan “gadu ijin”, dimana
petayanan air harus dijamin sesual dengan kebutuharinya.
Tanaman padi gadu di luar yang telah ditetapkan dalam rencana tata tanarn, disebut
gadu tanpa ijin, dan hariya diberi air jika ada kelebihari air seteiah dipergunakan untuk
gadu ijin dan patawija yang tercantum dalam rencana tata tanam.
Dalam usaha penyiapan dan pelaksanaan RPA prakteknya pada masa tanam gadu,
sering menimbulkan gadu tanpa ijin, di samping gadu ijin.
Di daerah patawija & tebu, air disamakan dengan jatah pemberian air untuk
palawija/tebu. Kelebihari air tersebut memang sering terjadi, karena rencana tata
tanam didasarkan atas tahun kering lima tahunan. BEta tahun yang bersangkutan
ternyata Iebih basah dari pada tahun kering tima tahunan, akan terjadi kelebihari air.
Untuk menyelesaikan RPA, dibutuhkan data dan peta skema sebagai benikut:
- Besarnya satuan kebutuhari air disawah bagi tiap tanaman dalam tiap tahap
pertumbuhari sementara dibagi menjadi 3 tahap (pengolhari lahari, periode
tumbuh, periode masak)
- Catatan debit sungai/sumber lain (bulanan atau tengah bulanan) dalam beberapa
tahun berlalu (10 tahun terakhir)
- Inventarisasi luas sawah irigasi tiap-tiap petak lersier
- Kehilangan air di sungai
- Air untuk kebutuhari lain
- Catatan debit suplesi tiap-tiap bulan atau tengah bulan didalam beberapa tahun
yang lalu
- Realisasi jadwal tanam tahun yang lalu
- Catatan curah hujan tahun yang lalu
- Skema jaringan irigasi dan peta sistem Dl
- Macam tanaman serta umur dan Iuasnya yang akan atau telah ditanami
13
- Kapasitas (maksimum dan minimum) saluran
- Tabel atau lengkung debit yang menunjukkan hubungan muka air dan debitnya
pada lokasi pengukur debit.
Langkah 1 Pertemuan P3A untuk menentukan usulan rencana tata tanam yang
diinginkan secara musyawarah bersama anggotanya berdasarkan hak guna
air yang diberikan dengan mengisi blanko 01-O, selambat-lambatnya 2 bulan
sebelum MT-1.
Langkah 5 RTT Tahunan meliputi Rancana Tata Tanam Global (RTTG) dan Rencana
Tata Tanam Detail (RTTD).
Langkah 6 Hasil koordinasi ini disosialisasikan dalam forum GP3A yang selanjutnya
disebarluaskan kepada para P3A dan disosialisasikan kepada para anggota
P3A untuk dapat dilaksanakan di daerah masing-masing.
Mengingat ketersediaan air pada sumber-sumber air tidak merata (konstan) sepanjang
tahun dimana pada awal musim hujan yaitu pada saat pengolahari tanah, debit yang
tersedia dari sumber air maupun hujan masih kurang, maka rencana tata tanam diatur
dengan sistem golongan. Pengaturan jadwal waktu mulai pengolahari tanah tiap
golongan berbeda antara 10 s/d 15 hari menyesuaikan ketersediaan debit air.
Dengan pengaturan golongan beban puncak kebutuhari air dapat ditekan sehingga
mendekati debit maksimum ketersediaan air di bendung.
14
dengan sistem golongan. Pengaturan jadwal waktu mulai pengolahari tanah tiap
golongan berbeda antara 10 s/d 15 hari menyesuaikan ketersediaan debit air.
Dengan pengaturan golongan beban puncak kebutuhari air dapat ditekan sehingga
mendekati debit maksimum ketersediaan air di bendung.
Sebagaimana kita ketahui, beras merupakan kebutuhari pangan yang pokok dengan
harga ekonomis yang cukup baik dan relatif konstan, dapat disimpan lama dengan
mudah, sehingga jika air irigasi tersedia dengan cukup, petani cenderung memilih
menaman padi dibanding tanaman lainnya.
Akan tetapi sangatlah tidak dianjurkan untuk menanam padi secara terus menerus
sepanjang tahun, karena tidak memungkinkan dilakukannya pemberantasan hama
secara efektif (memutus siklus kehidupan hama : tikus, wereng, dll).Disamping itu
diperlukan waktu khusus untuk inspeksi kerusakan jaringan yang berada di bawah
muka air sekaligus perbaikannya.
Komisi Irigasi Kabupaten/Kota atau Provinsi disetiap tahun sebelum musim tanam ke-1
mengadakan rapat membahas dan mengkoordinasikan usulan-usulan dari GP3A guna
menentukan Rencana Tata Tanam Tahunan dari setiap daerah irigasi yang meliputi
RTTG dan RTTD. RTT Tahunan ini diusulkan ke bupati/walikota untuk ditetapkan.
15
BAB III
RENCANA OPERASI
Rencana operasi ialah rencana tata pembagian air irigasi, dimana ditetapkan jadwal waktu
dan besarnya debit pada masing-masing ruas saluran, dan jadwal serta besarnya debit yang
dapat disadap pada masing-masing pintu sadap.
Dengan adanya jadwal serta besarnya debit yang dapat disadap pada masing-masing pintu
sadap tersier, maka para petani di dalam masing-masing petak tersier sudah dapat
mengadakan musyawarah untuk menentukan pengaruan pembagian air antar anggota di
dalam petak yang bersangkutan, dan selanjutnya menyesuaikan segala kegiatannya
berdasarkan hasil musyawarah tersebut (semacam pengaturan golongan di dalam skala
kecil/petak tersier)
Rencana operasi disusun, setelah rencana tata tanam ditetapkan, dimaksudkan untuk
mendukung petaksanaan tata tanam dengan pe!ayanan air yang tetap dan teratur. Karena itu
operasi/tata pembagian air adalah merupakan pelengkap dan rencana tata tanam dan perlu
disebar luaskan kepada semua pihak yang bersangkutan.
Dasar perencanaan tata tanam den uperasi air irigasi adalah ramalan, maka pada umumnya
kenyataan yang terjadi sering berlainan dengan apa yang direncanakan, baik mengenai curah
hujan, debit sungai, maupun luas tanaman di sawah sebenarnya.
Oleh karena itu dan waktu ke waktu penlu setalu dflakukan penyesuaian antara kebutuhari
dan persediaan air atau dengan perkataan lain, yang telah ditetapkan masih tetap perlu
direview, meskipun tetap harus dijaga agar akibat review itu pola tata tanam yang telah
ditetapkan tidak mengalami banyak perubahari.
Biasanya review atau updating dilakukan tengah bulanan atau 10 hari sekali tergantung dari
jadwal pengaturan pintu-pintu air yang dilakukan pada daerah yang bersangkutan.
16
BAB IV
RINGKASAN
Dalam rangka memenuhi kebutuhari air irigasi untuk menunjang usaha di bidang Pertanian,
suatu sistem pengaturan dan pembagian air diperlukan guna penyusunan rencana Pola tanam
yang sudah disepakati bersama dengan memperhatikan kondisi debit yang tersedia untuk
periode-periode tertentu.
Hal-hal penting yang harus didapat dalam rangka tata pengaturan dan pembagian air irigasi
adalah jadwal pembagian, besaran debit di setiap bangunan bagi sadap pada tiap ruas
saluran serta jadwal giliran jika diperlukan, demikian pula langkah-langkah prosedurnya.
Penyesuaian dan waktu ke waktu terhadap perencanaan tata pengaturan pembagian air
senantiasa dilakukan penyesuaian terutama antara kebutuhari air dengan persediaan airnya
atau dengan perkataan lain yang telah ditetapkan rnasih tetap perlu disesuaikan lagi. Besanya
review atau updating dilakukan 2 minggu atau 10 hari sekali, tergantung dari jadwal
pengaturan pintu-pintu air yang dilakukan pada daerah yang bersangkutan.
17