Anda di halaman 1dari 14

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


KAMPUS SUMEDANG
Jln. Mayor Abdul Rahman No. 211 Kota Kaler Sumedang Utara Sumedang Telp. (0261)20124
Jalan Margamukti No. 93 Licin Cimalaka Sumedang 45353 Telp/Fax ( 0261) 203084/205172

INSTITUSI PENDIDIKAN : UPI Kamda Sumedang Prodi D-III Keperawatan

NAMA MAHASISWA : MAYSA HASANAH - 1902377

LAPORAN PENDAHULUAN

1. KASUS (Masalah Utama)


ANSIETAS

2. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Pengertian
Istilah kecemasan dalam bahasa inggris yaitu Anxiety yang berasal dari Bahasa
latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Annisa
& Ifdil, 2016). Kecemasan adalah perasaan tidak santai atau samar-samar yang terjadi
karena ketidaknyamanan dan rasa takut disertai suatu respon. Perasaan takut dan tidak
menentu sebagai siinya yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan
datang dan memperkuat individu mengambil suatu tindakan dalam menghadapi
ancaman (Fitriani & Damaiyanti, 2016). Ansietas merupakan kondisi emosi dan
pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman (PPNI, 2016).
Stuart dan Laraia (2005) mengatakan bahwa ansietas memiliki nilai yang
positif. Karenadengan ansisetas maka aspek positif individu berkembang karena
adanya sikap konfrontasi (pertentangan), antisipasi yang tinggi, penggunaan
pengetahuan serta sikap terhadap pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada
keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang (Nurhalimah,
2016).
Definisi lain tentang ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-
samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons. Seringkali
sumber perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu.
Ansietas dapat pula diterjemahkan sebagai suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu
yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ansietas merupakan sinyal yang
menyadarkan/memperingatkan akan adanya bahaya yang akan datang dan membantu
individu untuk bersiap mengambil tindakan untuk menghadapi ancaman. (Nurhalimah,
2016)

b. Rentang respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Rentang respon ansisetas dimulai dari antisipasi (respon adaptif), ansietas


ringan, sedang, berat, dan panik. Kecemasan (Anxiety) memilki tingkatan Gail W.
Stuart (206: 14) mengemukakan tingkat ansietas, diantaranya (Annisa & Ifdil, 2016) :
1) Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, ansietas
ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang
persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreativitas. Ansietas ringan memiliki aspek positif yaitu
memotivasi individu untuk belajar dan menghasilkan serta meningkatkan
pertumbuhan dan kreativitas. Respon dari ansietas ringan adalah (Nurhalimah,
2016) :
a. Respon fisiologis meliputi sesekali nafas pendek, mampu menerima
rangsang yang pendek, muka berkerut dan bibir bergetar. Pasien
mengalami ketegangan otot ringan
b. Respon kognitif meliputi koping persepsi luas, mampu menerima
rangsang yang kompleks, konsentrasi pada masalah, dan menyelesaikan
masalah.
c. Respon perilaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk tenang, tremor
halus pada lengan, dan suara kadang meninggi.
2) Ansietas sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi
individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif
namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukanya. Manifestasi yang muncul pada ansietas sedang antara lain
(Nurhalimah, 2016):
a. Respon fisiologis
Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, diare
atau konstipasi, tidak nafsu makan, mual, dan berkeringat setempat.
b. Respon kognitif
Respon pandang menyempit, rangsangan luas mampu diterima,
berfokus pada apa yang menjadi perhatian dan bingung.
c. Respon perilaku dan emosi
Bicara banyak, lebih cepat, susah tidur dan tidak aman.
3) Ansietas berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung
berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal
lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu
tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain. Manifestasi
yang muncul pada ansietas berat antara lain (Nurhalimah, 2016):
a. Respon fisiologis
Napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit
kepala, penglihatan kabur, dan ketegangan.
b. Respon kognitif
Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak mampu menyelesaikan
masalah.
c. Respon perilaku dan emosi
Perasaan terancam meningkat, verbalisasi cepat, dan menarik diri dari
hubungan interpersonal.
4) Ansietas tingkat panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci
terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali, individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan.
Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan
aktivitas motorik, menurunya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Manifestasi yang muncul terdiri dari (Nurhalimah, 2016) :
a. Respon fisiologis
Napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi,
dan koordinasi motorik rendah.
b. Lapang kognitif
Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak dapat berfikir logis.
c. Respon perilaku dan emosi
Mengamuk- amuk dan marah- marah, ketakutan, berteriak- teriak,
menarik diri dari hubungan interpersonal, kehilangan kendali atau
kontrol diri dan persepsi kacau.

c. Faktor predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Menurut Stuart dan Laraia
terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan terjadinya ansietas, diantaranya:
1) Faktor Biologis,
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, yang membantu
mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam mekanisme
biologis timbulnya ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stressor.
2) Faktor Psikologis
a. Pandangan Psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara antara 2 elemen kepribadian – id dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang yang dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa akan bahaya.
b. Pandangan Interpersonal, Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan
kejadian trauma, seperti perpisahan dan kehilangan dari lingkungan
maupun orang yang berarti bagi pasien,. Individu dengan harga diri
rendah sangat mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Pandangan Perilaku, Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap ansietas sebagai
dorongan belajar dari dalam diri unntuk menghindari kepedihan.
Individu yang sejak kecil terbiasa menghadapi ketakutan yang
berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalamkehidupan
selanjutnya dibandingkan dengan individu yang jarang menghadapi
ketakutan dalam kehidupannya.

3) Sosial budaya. Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga..
Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya
ansietas.
d. Faktor presifitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan
di kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
a) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas
fisik
yang meliputi:
1. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
2. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
b) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
1. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
2. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

e. Tanda dan gejala


(PPNI, 2016)
1) Dara subjektif : Pasien mengatakan :
a) Mayor
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang di hadapi
3. Sulit berkonsentrasi
b) Minor
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa tidak berdaya
2) Data objektif : pasien terlihat :
a) Mayor
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
b) Minor
1. Frekuensi nafas meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masalalu

3. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


DS :
Pasien mengatakan merasa bingung , terkadang merasa khawatir tentang kondisi saat ini
sehingga sulit berkonsentrasi. Sering merasa pusing sehingga tidak bisa melakukan
aktivitas yang mengakibatkan merasa tidak berdaya

DO :
Pasien terlihat seperti sulit tidur , siang hari tampak gelisah, tampak tegang, , saat di
periksa tekanan darah serta frekuensi nafas dan nadi meningkat , muka pucat , saat di ajak
bicara suara bergetar dan kontak mata buruk.
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) ANSIEATAS
5. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL PERENCANAAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
1 2 3 4 5 6
19 ANSIETAS TUJUAN UMUM :
OKTOBER Klien mampu atau
2021 dapat menurunkan
tingkat kecemasan

TUJUAN KHUSUS :
1) KOGNITIF Setelah dilakukan pertemuan Bantu klien untuk dapat melakukan Terapi berguna untuk
Klien dapat selama 3 pertemuan klien teknik napas dalam, distraksi dan menurunkan tingkat
melakukan teknik menunjukkan : terapi lima jari untuk menurunkan kecemasan klien. Klien dapat
napas dalam, distraksi 1) Klien mampu melakukan ansietas dengan : mengetahui tujuan, manfaat
dan terapi lima jari terapi-terapi yang 1) Anjurkan klien untuk dan langkah-langkah yang
untuk menurunkan diajarkan perawat seperti melakukan terapi-terapi yang akan dilakukan. Penguatan
ansietas teknik napas dalam, diberikan perawat: positif dapat memotivasi klien
distraksi dan terapi lima 2) Menjelaskan tujuan dan untuk melakukannya.
jari dengan baik manfaat dari terapi yang
diberikan
3) Memberitahu langkah-
langkahnya
4) Mendemonstrasikan masing-
masing terapi
5) Beri penguatan positif

2) APEKTIF Bantu klien untuk dapat


Klien dapat mengidentifikasi dan
mengidentifikasi dan Setelah dilakukan pertemuan mengekspresikan rasa cemasnya Klien dapat merasa lega dan
mengekspresikan rasa selama 3 pertemuan klien dengan : perawat dapat mengetahui
cemasnya menunjukkan : 1) Memberi kesempatan klien masalah yang dihadapi oleh
1) Klien dapat menunjukkan untuk mengungkapkan klien
ekspresi yang dirasakan perasaannya:
2) Mendengarkan keluhan klien
Bantu klien mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif
3) PSIKOMOTOR Setelah dilakukan pertemuan yang dimiliki:
Klien dapat selama 3 pertemuan klien 1) Membuat beberapa pilihan Klien dapat menjalankan
melakukan aktivitas menunjukkan : aktivitas yang dapat dilakukan aktivitas seperti sebelumnya.
sehari-hari 1) Klien mampu melakukan klien Sebagai evaluasi dari semua
aktivitas sehari-hari 2) Anjurkan klien untuk aktivitas yang dilakukan klien.
melakukan aktivitas yang Mengetahui perkembangan
disukainya klien, dan klien termotivasi
3) Beri penguatan positif untuk melakukannya.
4) Masukkan aktivitas ke dalam
jadwal harian klien
5) Pantau pelaksanaan jadwal
kegiatan; beri dukungan positif
6. REFERENSI

Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia). Konselor, 5(2), 93.
https://doi.org/10.24036/02016526480-0-00
Fitriani, D. R., & Damaiyanti, M. (2016). Modul keperawatan jiwa (p. 73).
Herdman, t heather, & Kamitsuru, S. (2017). NANDA INTERNASIONAL NURSING DIAGNOSES : definitions and classification 2018-2020 (M.
Ester & W. Praptiani (eds.); 11th ed.). Buku Kedokteran EGC.

M. bulechek, G., K. Butcher, H., M. Dochterman, J., & Wagner, cheryl M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) (Intansaei
Nurjannah & roxsana devi Tumanggor (eds.); 6th ed.). ELSEVIER.

Moorhead, S., Johnson, M., L.maas, M., & Swanson, E. (2013). Nursing Oucomes Classification (NOC) (Instansi Nurjannah & roxsana devi
Tumanggor (eds.); 5th ed.). elsevier.

Nurhalimah, N. (2016). Keperawatan Jiwa. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-Jiwa-


Komprehensif.pdf

PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018a). Standar Intervensi keperawatan indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
1. Panduan Praktek Belajar Klinik Keperawatan
Jiwa

Anda mungkin juga menyukai