Anda di halaman 1dari 21

BISNIS ONLINE MENURUT PANDANG

AGAMA ISLAM

NAMA : PUTRI ALYA KAMILA


KELAS : XI JB 4
KATA PENGANTAR

Penggunaan teknologi modern (seperti komputer atau telepon


genggam) sebagai alat bantu guna memperlancar kegiatan usaha jual beli
merupakan salah satu strategi pemasaran yang sangat menguntungkan. Di era
digital sekarang ini terdapat banyak transaksi Munir Salim 372 - Vol. 6 / No. 2 /
Desember 2017 perdagangan melalui dunia maya (online atau via internet),
sehingga antara penjual dan pembeli tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Dahulu, pada masa belum ditemukannya teknologi internet apabila seseorang
bermaksud membeli suatu barang maka ia akan mendatangi tempat dimana
barang itu dijual, pembeli dapat memeriksa secara langsung kondisi barang
yang ia inginkan kemudian terjadi tawar menawar antara pembeli dan penjual,
apabila tercapai kesepakatan antara penjual dan pembeli barulah terjadi serah
terima uang dan barang. Proses jual beli konvensional inilah yang diatur dalam
fiqh muamalah, yang mensyaratkan adanya empat hal yaitu Sighat al’aqd (ijab
qabul), Mahallul ‘aqd (obyek perjanjian / barang), Al’aqidaian (para pihak yang
melaksanakan isi perjanjian) dan Maudhu’ul’aqd (tujuan perjanjian).

Dalam sighat al’aqd (ijab qabul) dilaksanakan dengan ucapan lisan,


tulisan atau isyarat bagi mereka yang tidak mampu berbicara atau menulis.
Bahkan dapat dilaksanakan dengan perbuatan (fi’li) yang menunjukkan
kerelaan kedua belah pihak untuk melakukan suatu perjanjian (jual beli) yang
umumnya dikenal dengan al mu’athah. Mahallul ‘aqd mensyaratkan obyek
atau barang yang diperjanjikan sudah ada nyata, dapat diserahkan ketika
terjadi kesepakatan serta bukan barang yang dilarang menurut syara’.
Al’aqidaian adalah para pihak yang melaksanakan isi perjanjian haruslah
memenuhi syarat seperti aqil baligh, berakal, sehat, dewasa/bukan mumayyid
dan cakap hukum. Sedangkan maudhu’ul ‘aqd berarti yang menjadi tujuan
dibuatnya perjanjian (jual beli) yakni penjual menyerahkan barang atau jasa
sedangkan pembeli menyerahkan sejumlah uang.
BAB I
PENDAHULUAN

Berbisnis merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam ajaran


Islam. Bahkan, Rasulullah sendiri telah menyatakan bahwa 9 dari 10 pintu
rezeki adalah melalui pintu berdagang. Artinya, melalui jalan perdagangan
inilah, pintu-pintu rezeki akan dapat dibuka. Jual beli merupakan sesuatu yang
diperbolehkan, dengan catatan selama dilakukan dengan benar sesuai dengan
tuntunan ajaran Islam.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, peradaban manusia yang


semakin tinggi serta teknologi yang terus berkembang menuntut kita untuk
terus maju. Salah satunya adalah dalam bidang perdagangan. Teknologi yang
canggih ini memungkinkan kita untuk menembus batas jarak, ruang dan waktu.
Terobosan ini membuat kita dapat melakukan bisnis melalui dunia internet.
Salah satu contoh adalah penjualan produk secara online melalui internet.

            Hingga saat ini ada banyak situs-situs yang menyediakan jasa penjualan
secara online, seperti zalora.com, berniaga.com, olx.co.id, kutubuku.com,  dan
sebagainya. Dalam bisnis ini, dukungan dan pelayanan terhadap konsumen
menggunakan website, e-mail, BlackBerry Messenger, Facebook, dsb. Dan
dalam perkembangan zaman saat ini, fenomena jual beli online ini sangat
menjamur di tengah-tengah kehidupan kita sehari-hari.

            Lalu yang menjadi pertanyaan, bagaimana hukum dari jual


beli online tersebut ditinjau dari perspektif Islam? Jawaban atas pertanyaan
tersebut akan saya ulas dalam makalah ini.
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Pengertian

Perdagangan atau jual beli secara bahasa berarti al-muba>dalah (saling menukar).


Adapun pengertian jual beli secara istilah, menurut Sayyid Sabiq, jual beli adalah
pertukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling meridhoi atau
memindahkan hak milik disertai penggantinya dengan cara yang dibolehkan.
Menurut Wahbah az-Zuhaili, jual beli adalah saling tukar menukar harta dengan cara
tertentu.

Secara terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang dikemukakan oleh
ulama fiqh, sekalipun substansi dan tujuan masing-masing definisi adalah sama, yaitu
tukar menukar barang dengan cara tertentu, atau tukar-menukar barang dengan
cara tertentu dan cara yang dibenarkan. Jual beli (al-bay‘) adalah pertukaran harta
atas dasar saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan
(berupa alat tukar yang sah).Al-bay‘ adalah suatu pertukaran (exchanging) antara
suatu komoditas dengan uang atau antara komoditas dan komoditas yang lain. Jual
beli juga diartikan sebagai transaksi yang dilakukan oleh pihak penjual dan pembeli
atas suatu barang dan jasa yang menjadi objek transaksi jual beli.

Dari definisi-definisi di atas dapat dipahami inti jual beli adalah suatu perjanjian
tukar-menukar benda (barang) yang mempunyai nilai, atas dasar kerelaan
(kesepakatan) antara dua belah pihak sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang
dibenarkan oleh syara‘.

Yang dimaksud dengan ketentuan syara‘ adalah jual beli tersebut dilakukan sesuai


dengan persyaratan-persuaratan, rukun-rukun dan hal lain yang ada kaitannya
dengan jual beli. Maka jika syarat-syarat dan rukunnya tidak terpenuhi berarti tidak
sesuai dengan kehendak syara‘.

Yang dimaksud dengan benda dapat mencakup pada pengertian barang dan uang,
sedangkan sifat benda tersebut harus dapat dinilai yakni benda-benda yang berharga
dan dapat dibenarkan penggunanya menurut syara‘.

2.  Dasar Hukum Jual Beli


Transaksi jual beli merupakan aktivitas yang dibolehkan dalam Islam, baik disebutkan
dalam al-Qur‘an, al-Hadits maupun ijma’ ulama. Adapun dasar hukum jual beli
adalah:

a. Al-Qur’an
1. Q.S. al-Baqarah: 275.

‫َوأَ َح َّل هَّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ بَا‬


“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”

2. Q.S. an-Nisa<’: 29.

ِ َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬
ً‫اط ِل إِاَّل أَ ْن تَ ُكونَ تِ َجا َرة‬
‫اض ِم ْن ُك ْم‬
ٍ ‫ع َْن ت ََر‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.”

b. Hadits Rasulullah SAW:

‫صلَّى هّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم هَ َذا َما ا ْشت ََرى‬ َ ‫َب لِي انَّبِ ُّي‬َ ‫ َكت‬:‫َوي ُْذ َك ُر ع َِن ْال َع َّدا ِءب ِْن َخالِ ٍد قَا َل‬
َ‫ الَدَا َء َوالَ ِخ ْبثَةَ َوال‬،‫صلَّى هّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِمنَ ْال َع َّدا ِء ْب ِن َخالِ ٍد بَ ْي َع ْال ُم ْسلِ ِم‬ َ ‫ُم َح َّم ٌد‬
‫ْض‬َ ‫ إِ َّن بَع‬:‫ َوقِي َل ِأل ْب َرا ِه ْي َم‬.‫ق‬ ُ ‫ قَتَا َدةُ ْالغَا ِءلَةُ ال َّزنَا َوالس َِّرقَةُ َوا ِالبَا‬:‫ َوقَا َل‬.َ‫غَا ِءلَة‬
، َ‫س ِم ْن ُخ َرا َسان‬ ِ ‫ َجا َء أَ ْم‬: ‫ فَيَقَوْ ُل‬، َ‫ َو ِس ِج ْستَان‬، َ‫ي ُخ َرا َسان‬ ِ :‫النَّخَ ا ِسينَ يُ َس ِّمي‬
َّ ‫آر‬
ُّ‫ الَيَ ِحل‬:‫ َوقَا َل ُع ْقبَةُب ُْن عَا ِم ٍر‬.ً‫ فَ َك ِرهَهُ َك َرا ِهيَةً َش ِد ْي َدة‬.َ‫َجا َء ْاليَوء َم ِم ْن ِس ِج ْستَان‬
ُ‫ئ بَ ْي ُع ِس ْل َعةً يَ ْعلَ ُم اَ َّن بِهَا دَا ًء اِالَّ أَ ْخبَ َره‬
ٍ ‫ِال ْم ِر‬
 “Disebutkan dari ‘Adda>’ bin Kha>lid, dia berkata: Nabi Muhammad SAW
menulis kepadaku, “Ini adalah apa yang dibeli oleh Muhammad Rasulullah
SAW dari ‘Adda>’ bin Kha>lid, jual beli antara sesama muslim, tidak ada
cacat, keburukan dan kerusakan”. Qata>dah berkata,
“lafadz ga>’ilah bermakna zina, pencurian dan budak yang lari dari
majikannya”. Dikatakan kepada Ibrahim, “Sesungguhnya sebagian pedagang
hewan dan budak menamakan ariyya Khura>sa>n dan Sijista>n. Mereka
mengatakan kemarin datang dari Khura>sa>n, atau hari ini datang
dari Sijista>n. “Maka beliau sangat tidak menyukai perbuatan itu. ‘Uqbah bin
‘A<mir berkata, “Tidak halal bagi seseorang menjual barang yang diketahui
memiliki cacat kecuali ia memberitahukannya.”

Sedangkan para ulama telah sepakat mengenai kebolehan akad jual


beli. Ijma‘ ini memberikan hikmah bahwa kebutuhan manusia berhubungan
dengan sesuatu yang ada dalam kepemilikan orang lain, dan kepemilikan
sesuatu itu tidak akan diberikan dengan begitu saja, namun harus ada
kompensasi sebagai timbal baliknya. Sehingga dengan disyariatkannya jula
beli tersebut merupakan salah satu cara untuk merealisasikan keinginan dan
kebutuhan manusia, karena pada dasarnya, manusia tidak akan dapat hidup
sendiri tanpa berhubungan dan bantuan orang lain.

3. Rukun Jual Beli

Dikalangan fuqaha, terdapat perbedaan mengenai rukun jual beli. Menurut fuqaha
kalangan Hanafiyah, rukun jual beli adalah ijab dan qabul. Sedangkan menurut
jumhur ulama, rukun jual beli terdiri dari akad (ijab dan kabul), ‘a>qid (penjual dan
pembeli), ma’qud ‘alaih (objek akad).

Akad adalah kesepakatan (ikatan) antara pihak pembeli dengan pihak penjual. Akad
pada umumnya diartikan sebagai penawaran dan penerimaan yang berakibat pada
konsekuensi hukum tertentu. Akad ini dapat dikatakan sebagai inti dari proses
berlangsunya jual beli, karena tanpa adanya akad tersebut, jual beli belum dikatakan
sah. Disamping itu akad ini dapat dapat dikatakan sebagai bentuk kerelaan
(kerid{aan) antara dua belah pihak. Kerelaan memang tidak dapat dilihat, karena ia
berhubungan dengan hati (batin) manusia, namun indikasi adanya kerelaan tersebut
dapat dilihat dengan adanya ijab dan kabul antara dua belah pihak.

4. Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi dalam Rukun Jual Beli

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam rukun jual beli antara lain:

a. Syarat yang harus dipenuhi dalam akad (ijab dan kabul), ijab dari segi bahasa berarti
“pewajiban atau perkenaan”, sedangkan kabul berarti “penerimaan”. Ijab dalam jual
beli dapat dilakukan oleh pembeli penjual sebagaimana kabul juga dapat dilakukan
oleh penjual atau pembeli. Ucapan atau tindakan yang lahir pertama kali dari salah
satu yang berakad disebut ijab, kemudian ucapan atau tindakan yang lahir
sesudahnya disebut kabul.
b. Syarat-syarat ‘a>qid (penjual dan pembeli). Penjual dan pembeli biasa digolongkan
sebagai orang yang berakad. Persyaratan yang harus dipenuhi penjual sama dengan
persyaratan yang harus dipenuhi pembeli. Syarat-syarat yang harus dipenuhi  oleh
keduanya adalah sebagai berikut:
1. Keduanya telah cakap melakukan perbuatan hukum. Kedua belah pihak
berkompeten dalam melakukan praktek jual beli, yakni dia adalah
seorang mukallaf dan rasyid (memiliki kemampuan dalam mengatur uang). Sehingga
sah transaksi yang dilakukan oleh anak kecil yang tidak cakap, orang gila yang
dipaksa. Hal ini merupakan salah satu bukti keadilan agama ini yang berupaya
melindungi hak milki manusia dari kezaliman, karena seseorang yang gila, atau orang
yang tidak cakap dalam bertransaksi dan tidak mampu membedakan transaksi mana
yang baik dan buruk bagi dirinya sehingga dirinya rentan dirugikan dalam transaksi
yang dilakukannya.
2. Keduanya melakukan akad atas kehendak sendiri. Allah SWT berfirman:

ِ َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ال تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬
ٍ ‫اط ِل إِال أَ ْن تَ ُكونَ تِ َجا َرةً ع َْن تَ َر‬
‫اض ِم ْن ُك ْم‬

 “Janganlah kalian saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang timbul dari kerelaan di antara kalian.” (Q.S. an-Nisa<’: 29)

a. Syarat-syarat dalam ma’qud ‘alaih (objek akad). Ma’qud ‘alaih (objek akad) adalah


barang yang diperjualbelikan. Adapun syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Barang yang dijual ada dan dapat diketahui ketika akad berlangsung
2. Barang yang diperjualbelikan merupakan barang yang berharga. Berharga yang
dimaksud dalam konteks ini adalah suci dan halal ditinjau dari aturan agama Islam
dan mempunyai manfaat bagi manusia
3. Benda yang diperjualbelikan merupakan milik penjual
4. Benda yang dijual dapat diserahterimakan pada waktu akad. Transaksi yang
mengandung objek jual beli yang barangnya tidak dapat diserahterimakan
diharamkan karena mengandun g{}}{{arar (spekulasi) dan menjual barang yang tidak
dapat diserahkan.
5. Objek jual beli dan jumlah pembayarannya diketahui secara jelas oleh kedua belah
pihak sehingga terhindar dari garar. Abu Hurairrah berkata: “Rasulullah melarang
menjual beli has{a>h (jual beli dengan menggunakan kerikil yang dilempar untuk
mementukan barang yang akan kita jual) dan jual beli garar
6. Disyaratkan agar barang yang menjadi obyek akad bebas dari sesuatu yang syubhat.
1. Rukun

Dalam fiqh muamalah disebutkan, pihak-pihak pada rukun jual beli, yaitu:

a. Penjual
b. Pembeli
c. Barang yang dijual
d. Ucapan ijab dan kabul

1. Jual Beli yang Dilarang dalam Islam

Jual beli yang dilarang terbagi dua: pertama, jual beli yang dilarang dan hukumnya
tidak sah (batal), yaitu jual beli yang tidak memenuhi syarat dan rukunnya. Kedua,
jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi
syarat dan rukunnya, tetapi ada beberapa faktor yang menghalangi kebolehan
proses jual beli.

a. Jual beli terlarang karena tidak memenuhi syarat dan rukun. Bentuk jual beli
yang termasuk dalam kategori ini sebagai berikut:

1. Jual beli barang yang zatnya haram, najis, atau tidak boleh diperjualbelikan. Barang
yang najis atau haram dimakan haram juga untuk diperjualbelikan, seperti babi,
berhala, bangkai, dan khamr (minuman yang memabukkan).
2. Jual beli yang belum jelas

     Sesuatu yang bersifat spekulasi atau samar-samar haram untuk diperjualbelikan,


karena dapat merugikan salah satu pihak, baik penjual, maupun pembeli. Yang
dimaksud dengan samar-samar adalah tidak jelas, baik barangnya, harganya,
kadarnya, masa pembayarannya, maupun ketidakjelasan yang lainnya.

3. Jual beli bersyarat

     Jual beli yang ijab dan kabul-nya dikaitkan dengan syarat-syarat tertentu yang


tidak ada kaitannya dengan jual beli atau ada unsur-unsur yang merugikan dilarang
oleh agama.
4. Jual beli yang menimbulkan kemudharatan

     Segala sesuatu yang dapat menimbulkan kemudharatan, kemaksiatan, bahkan


kemusyrikan dilarang untuk diperjualbelikan, seperti jual beli patung, salib, dan
buku-buku bacaan porno.

5. Jual beli yang dilarang karena dianiaya


6. Jual beli muh{aqalah, yaitu menjual tanam-tanaman yang masih di sawahatau di
ladang. Hal ini dilarang agama karena jual beli ini masih samar-samar (tidak jelas)
dan mengandung tipuan.
7. Jual beli mukhadarah, yaitumenjual buah-buahan yang masih hijau (belum pantas
dipanen).
8. Jual beli mulamasah, yaitu jual beli secara sentuh menyentuh.

     Misalnya, seseorang menyentuh sehelai kain dengan tangannya di waktu malam


atau siang hari, maka orang yang menyentuh berarti telah membeli kain ini. Hal ini
dilarang agama karena mengandung tipuan dan kemungkinan akan menimbulkan
kerugian dari salah satu pihak.

9. Jual beli munabaz}ah, yaitu jual beli secara lempar melempar.

     Setelah terjadi lempar melempar terjadilah jual beli. Hal ini dilarang agama karena
mengandung tipuan dan tidak ada ijab qabul.

10. Jual beli muz}abanah, yaitu menjual buah yang basah dengan buah yang kering.
Seperti menjual padi kering dengan bayaran basah sedang ukurannya dengan
ditimbang sehingga akan merugikan pemilik padi kering.

a. Jual beli terlarang karena ada faktor lain yang merugikan pihak-pihak terkait.
Bentuk jual beli yang termasuk dalam kategori ini sebagai berikut:

1. Jual beli dari orang yang masih dalam tawar menawar. Apabila ada dua orang masih
tawar menawar atas sesuatu barang, maka terlarang bagi orang lain membeli barang
itu sebelum penawar pertama diputuskan.
2. Jual beli dengan menghadang dagangan di luar kota/pasar. Maksudnya adalah
menguasai barang sebelum sampai ke pasar agar ia dapat membelinya dengan harga
murah, sehingga ia kemudian menjual di pasar dengan harga yang juga lebih murah.
3. Membeli barang dengan memborong untuk ditimbun, kemudian akan dijual ketika
harga naik karena kelangkaan barang tersebut.
4. Jual beli barang rampasan atau curian. Jika si pembeli telah tahu bahwa barang itu
barang curian/rampasan, maka keduanya telah bekerja sama dalam perbuatan dosa.
Oleh karena itu, jual beli semacam ini dilarang.

A. Jual Beli Online

1. Pengertian Jual Beli Online

Jual beli online adalah suatu kegiatan jual beli di mana penjual
dan pembelinya tidak harus bertemu untuk melakukan
negosiasi dan transaksi. Kemudian yang digunakan oleh
penjual dan pembeli untuk berkomunikasi yaitu melalui chat,
komputer, telepon, sms dan sebagainya.

Dalam transaksi jual beli online, penjual dan pembeli


membutuhkan pihak ketiga untuk melakukan penyerahan
barang yang dilakukan oleh pedagang dan penyerahan uang
yang dilakukan oleh pembeli. Seperti jual beli di atas, kita juga
bisa melakukan jual beli online melalui suatu forum jual beli
online atau situs jual beli online yang sudah menyediakan
banyak barang untuk diperjualbelikan. Tidak hanya itu, untuk
mempelancar dan mengamankan transaksi, ada baiknya bila
kita menggunakan jasa pihak ketiga untuk menyimpan uang
kita secara aman.

Jual beli online juga ternyata memiliki dampak positif karena


dianggap praktiscepat dan mudah. Kegiatan jual beli online
mulai berkembang di dalam forum internet, khususnya forum
jual beli online seperti LAZADA Indonesia, OLX Indonesia,
Elevenia. Berikut beberapa nama penyedia jasa jual beli online
yang cukup terkemuka di Indonesia, antara lain:

a. LAZADA adalah pusat belanja online yangmenawarkan berbagai macam jenis produk


mulai dari elektronik, buku, mainan anak, peralatan rumah tangga, perlengkapan
bayi, alat kesehatan, dan alat kecantikan. LAZADA di dirikan pada tahun 2012.
b. OLX adalah tempat untuk mencari barang baru atau bekas berkualitas seperti
produk elektronik, otomotif, rumah, peralatan rumah tangga, aneka jasa, dan juga
lowongan kerja. Sekitar tanggal 14 November 2014, OLX  Indonesia mengumumkan
bahwa berniaga.com akan marger dengan OLX  Indonesia pada tahun 2015. Proses
marger sudah selesai pada bulan januari 2015.
c. ELEVENIA adalah situs belanja online dengan konsep marketplace  nomor 23 di
Indonesia yang memberikan kemudahan dan keamanan belanja. Situs ini juga
menawarkan berbagai macam produk untuk pecinta belanja online. Hingga hari
tercatat bahwa ELEVENIA menawarkan lebih dari 2 juta produk dari
16.000 seller yang terbagi dalam 8 kategori antara lain: fashion, beauty/health, kids,
home/garden, komputer, elektronik, sports, service/food.
d. BUKALAPAK merupakan pasar daring (Online Marketplace) yang sangat terkenal di
Indonesia, yang dimilki dan dijalankan oleh PT Bukalapak.seperti haknya situs
layanan jual beli daring (online) dengan model bisnis. Bukalapak menyediakan
sarana penjualan dari konsumen ke konsumen di mana pun. Siapa pun bisa
membuka daring untuk kemudian melayani calon pembeli dari seluruh Indonesia
baik satuan ataupun dalam jumlah banyak. Pengguna perseorangan atau perusahaan
dapat membeli, baik baru maupu bekas, seperti sepeda, pomsel, perlengkapan bayi,
gadget, aksesoris, dan lain-lain. 

1. Akad dalam Jual Beli Online

Secara bahasa, transaksi (akad) digunakan berbagai arti, yang


hanya keseluruhan kembali pada bentuk ikatan atau hubungan
terhadap dua hal. Yaitu as-Salam atau disebut juga as-
Salaf merupakan istilah dalam bahasa arab yang mengandung
makna “penyerahan”.

Secara etimologi, salam adalah salaf yaitu sesutau yang


didahulukan. Dalam konteks ini, jual beli salam/salaf di mana
harga/uangnya didahulukan, sedangkan sedangkan barangnya
diserahkan kemudian dapat dinyatakan pula pembiayaan di
mana pembeli diharuskan untuk membayar sejumlah uang
tertentu untuk pengiriman barang. Atau dalam kata lain
pembayaran dalam transaksi salam dilakukan di
muka.  Dikatakan salam karena ia menyerahkan uangnya
terlebih dahulu sebelum menerima barang dagangannya.
Firman Allah QS. Al –Baqarah: 282:

ُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َدي ٍْن إِلَى أَ َج ٍل ُم َس ًّمى فَا ْكتُبُوه‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu “bermuamalah
tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara
tertulis.” 

Jual beli pesanan dalam dalam fiqh Islam disebut as-


Salam sedangkan bahasa penduduk Hijaz, dan Iraq as-
Salaf. Kedua kata ini mempunyai makna yang sama,
sebagaimana diriwayatkan bahwa rasulullah ketika
membicarakan akad bai‘ as-Salam, sehingga dua kata tersebut
merupakan kata sinonim.

Dengan adanya pendapat diatas sudah cukup untuk


memberikan penjelasan dari akad tersebut, di mana inti dari
pendapat adalah: bahwa akad salam merupakan akad pesanan
dengan membayar terlebih dahulu dan barangnya diserahkan
kemudian, tapi ciri-ciri barang tersebut haruslah jelas.dalam
Islam dituntut untuk lebih jelas dalam memberikan satu
landasan hukum, maka dari itu Islam melampirkan sebuah
dasar dasar hukum yang terlampir dalam al-Qur’an, al-Hadist
atau pun ijma. Perlu diketahui sebelumnya mengenal transaksi
ini secara khusus dalam al-Qur’an tidak ada yang selama ini
dijadikan landasan hukum adalah transaksi jual beli secara
global, karena bai’ as-salam termasuk salah satu jual beli
dalam bentuk khusus, maka hadits Nabi dan ijma’ ulama
banyak menjelaskan dan tentunya al-Qur’an yang
membicarakan secara global sudah mencakup atas
diperbolehkannya akad jual beli salam

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah


(KHES), salam adalah jasa pembiayaan yang berkaitan dengan
jual beli yang pembiayaannya dilakukan bersamaan dengan
pemesanan barang.  Transaksi salam merupakan salah satu
bentuk yang telah menjadi kebiasaan di berbagai masyarakat.
Orang yang mempunyai perusahaan sering membutuhkan
uang untuk kebutuhan perusahaan mereka, bahkan sewaktu-
waktu kegiatan perusahaannya terhambat karena kekurangan
bahan pokok. Sedangkan si pembeli, selain akan mendapat
barang yang sesuai dengan yang diinginkannya, ia pun sudah
menolong kemajuan perusahaan saudaranya. Maka, untuk
kepentingan tersebut Allah mengadakan peraturan salam.
a. Rukun dan syarat

Sebagaimana jual beli, dalam akad salam harus terpenuhi rukun dan


syaratnya. Hal terpenting dalam salam adalah bahwa pembayaran atas harga
harus dilakukan pada saat akad dibuat.

b. Syarat-syarat salam adalah sebagai berikut:

1. Uangnya dibayar ditempat akad, berarti pembayaran dilakukan terlebih dahulu.


2. Barangnya menjadi utang bagi si penjual.
3. Barangnya dapat dibelikan sesuai waktu yang dijanjiakan, berarti pada waktu yang
dijanjikan barang itu harus sudah ada, oleh sebab itu, men-salam  buah-buahannya
yang waktunya ditentukan bukan pada musimnya tidak sah.
4. Barang tersebut hendaklah jelas ukurannya, takarannya, ataupun bilangannya,
menurut kebiasaan cara menjual barang semacam itu.
5. Diketahui dan disebabkan sifat-sifat dan mcam barangnya dengan jelas, agar tak ada
keraguan yang akan mengakibatkan perselisihan antara kedua belah pihak. Dengan
sifat itu, berarti harga dan kemauan orang pada barang tersebut dapat berbeda.
6. Disebutkan tempat menerimanya

1. Jenis-jenis jual beli Online

Dalam jual beli Online ini ada 3 (tiga) jenis transaksi jual beli
Online yang umum dilakukan di Indonesia: 

a. Transaksi Antar Bank

Transaksi dengan cara transfer antar bank merupakan jenis transaksi yang paling
umum danpopuler digunakan oleh para penjual Online. Selain cukup simpel, jenis
transaksi ini juga memudahkan proses konfirmasi karena dana bisa dengan cepat
dicek oleh penerima dana/penjual. Prosesnya adalah pertama pembeli mengirim
dana yang telah disepakati lalu setelah dana masuk, maka penjual akan mengirimkan
barang transaksi yang dijanjikan.

Kekurangan transaksi antar bank adalah diperlukannya kepercayaan yang tinggi dari
pada pembeli sebelum memutuskan mengirim dana. Disini tidak jarang terjadi
penipuan, setelah dana terkirim ternyata barang tak kunjung diterima. Kredibilitas
atau nama baik penjual dapat menjadi tolak ukur bagi para pembeli. Salah satu
tipsnya adalah penjual yang kredibel biasanya telah mempunyai kerjasama dengan
bank yang digunakan untuk proses transaksi. Dengan begitu keamanan dana kita
bisa lebih terjamin.

Untuk para pembeli, bila ragu dengan kredibilitas si penjual, maka sebaiknya kita
mencari informasi mengenai orang tersebut di internet sebelum mentransfer uang.
Kita bisa menemukan informasi tentang bisnis orang tersebut, nomor rekeningnya,
nomor telepon, ulasan pembeli sebelumnya, dan lain-lain.

b. Cash On Delivery

Pada sistem COD sebenarnya masih menganut cara lama yaitu dengan bertemu


antara penjual dan pembeli. Biasanya sistem transaksi ini dilakukan dalam jual beli
antar orang ke orang dan pada umumnya COD digunakan untuk barang second
karena pembeli harus memeriksa dengan baik keadaan barang tersebut. Keuntungan
dari sistem ini adalah antara penjual dan pembeli lebih bisa leluasa dalam proses
transaksi. Pembeli bisa melihat dengan detail barang yang akan dibeli, dan juga
memungkinkan tawar menawar. Jenis transaksi ini dipopulerkan oleh website jual
beli seperti Tokobagus.com, Berniaga.com, dan banyak website jual beli lain.

Kekurangan dari sistem ini adalah keamanan baik penjual maupun pembeli. Karena
mungkin saja pihak yang akan kita temui adalah orang yang berniat jahat kepada
kita. Oleh karena itu tips yang bisa dilakukan adalah dengan menentukkan tempat
transaksi yang aman bisa ditempat keramaian atau pergi bersama orang yang dapat
menjaga kita.

c. Rekening Bersama

Jenis transaksi jual beli Online yang terakhir adalah dengan menggunakan rekening
bersama atau yang disebut juga dengan istilah escrow. Cara pembayaran ini sedikit
berbeda dengan proses melalui transfer bank. Jika dalam transfer bank, pihak
ketiganya adalah bank, sedangkan dalam sistem ini yang menjadi pihak ketiga adalah
lembaga pembayaran yang telah dipercaya baik oleh pihak penjual maupun pembeli.

Peran lembaga pembayaran sangatlah penting. Prosesnya yaitu pertama pembeli


mentransfer dana kepihak lembaga Rekber. Setelah dana dikonfirmasi masuk, lalu
pihak rekber meminta penjual mengirim barang yang sudah disepakati. Dan jika
barang sudah sampai baru dana tersebut diberikan kepada sang penjual. Dengan
sistem ini dana yang diberikan oleh pembeli bisa lebih terjamin keamanannya.
Karena dananya hanya akan dilepas jika barang benar-benar sudah ditangan. Jika
terjadi masalah, dana bisa ditarik oleh sang pembeli. Sistem ini banyak digunakan
pada proses jual beli antar member forum kaskus. Setelah dipopulerkan kini sistem
Rekber kian diminati karena dianggap lebih aman.
1. Mekanisme Jual Beli Online

Beberapa tahapan dalam jual beli online, yaitu:

a. Information sharing, merupakan proses paling awal dalam transaksi. Pada tahap ini,
calon pembeli biasanya melakukan browsing di Internet untuk mendapatkan
informasi tentang produk tertentu yang akan dibeli. Informasi tentang produk
tertentu dapat diperoleh langsung baikmelalui website pedagang atau perusahaan
yang memproduksi barang tersebut. Terkait informasi, ada dua hal utama yang bisa
dilakukan users di dunia maya. Pertama ialah melihat berbagai produk barang atau
jasa yang diiklankan oleh perusahaan melalui website-nya. Kedua adalah mencari
data atau informasi tertentu yang dibutuhkan sehubungan dengan proses transaksi
jual beli yang dilakukan.
b. Online orders, merupakan tahap pemesanan dari calon pembeli yang tertarik
dengan produk (barang atau jasa) yang ditawarkan. Karena itu, untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, perusahaan perlu memiliki pusat data (corporate database)
yang menyediakan informasi yang memadai baik terkait dengan berbagai produk
yang ditawarkan, maupun tata cara pembeliannya. Untuk pemesanan
melalui website, para pedagang (merchant) biasanya menyediakan katalog yang
berisi daftar barang (product table) yang akan dipasarkan. Setelah pengisian form
pemesanan (order form) dilakukan, biasanya dalam website disediakan pilihan
tombol untuk konfirmasi melanjutkan atau membatalkan order. Apabila yang
ditekan tombol “Submit”, maka proses akan berlanjut pada tahap pengecekan dan
pengesahan order. Sedangkan apabila yang ditekan tombol “Reset”berarti sistem
akan menghapus semua proses order, sehingga untuk melanjutkan
pemesanan, customer perlu memasukkankembali pilihan order dari awal.
Selanjutnya jika informasi yang dikirimkan customer telah memenuhi
persyaratandan dinyatakan valid, maka merchant akan mengirimkan berita
konfirmasi kepada customer dalam bentuk e-mail.
c. Online transaction, yaitu suatu proses perdagangan yang dilakukan secara online.
Untuk melakukan transaksi online, banyak cara yang dapat dilakukan. Misalnya
melalui media internet seseorang dapat melakukan transaksi online dengan
cara hating  atau melalui video conference  secara audio visual. Sedangkan transaksi
lainnya seperti menggunakan e-mail, juga dapat dilakukan secara mudah.dalam hal
ini, kedua belah pihak cukup menggunakan e-mail address sebagai media transaksi.

Pada tahap ini, biasanya dimulai dengan proses tawar menawar melalui dunia maya
(cyberspace bargain) antara para pihak yang terlibat transaksi. Bukti adanya
kesepakatan dapat diwujudkan dalam bentuk data elektronik (record) yang ditanda
tangani oleh masing-masing pihak secara digital (dgigital signature) sebagai bukti
keabsahan dan kesediaan untuk menjalankan hak dan kewajiban.

d. E-Payment, merupakan suatu sistem pembayaran yang dilakukansecara elektronik.


Biasanya agar dapat memberikan jasa pembayaran secara online
(online payment),lembaga keuangan sebagai perusahaan penerbit (issuer),
sebelumnya perlu menjalin kerjasama dengan perusahaan penyedia jaringan
(provider). Sedangkan bagi para pelaku bisns yang ingin memanfaatkan jasa
pembayaran tersebut, dapat menghubungi perusahaan penerbit untuk
mendapatkan pelayanan. Dalam e-commerce, e-payment dapat diwujudkan ke
dalam berbagai bentuk, misalnya:

1. Credit Card dapat diartikan sebagai metode pembayaran atas kewajiban yang timbul
dari suatu transaksi bisnis dengan menggunakan kartu yang diterbitkan oleh
perusahaan/lembaga keuangan yang menyediakan jasa pembayaran.
2. E-check yaitu sistem pembayaran online dengan menggunakan cek yang ditulis
secara elektronik, misalnya melalui e-mail atau faximile. E-Check biasanya memuat
semua informasi yang dibuat berdasarkanapa yang tertera pada cek sesungguhnya
namun berdasarkan tanda tangan dan sertifikat pada cek ini dibuat secara digital
(digital signature/digital certificate). Perusahaan seperti NetCheckberusaha
mempelopori penggunaan cek elektronik, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
transaksi secara individu.

Untuk dapatmelakukan pembayaran dengan e-check, pertama-


tama custsomers perlu membuka account bank di Internet. Dengan demikian,
penerima e-check  ini dapat mengkonfirmasikan kepada bank adanya transaksi yang
dilakukan secara valid, sebelum bank mentransfer uang dari rekening pengirim ke
penerima e-check sesuai dengan nilai yang tercantum.

3. Digital Cash, merupakan sistem pembayaran yang menggunakan uang digital.


Melalui sitem digitalcash, uang dapat dipresentasikan ke dalam bentuk digit sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan. Melalui e-mail nasabah dapat berkomunikasi
dengan bank (sebagai pihak penyelenggara layanan ini) untuk mendapatkan nomor
seri beberapa token (semacam kupon). Bank selanjutnya akan mendebit sejumlah
uang tunai yang ditransfer ke rekening nasabah sesuai dengan nilai
nominal token tersebut. Dengan token inilah yang kemudian akan dipergunakan
nasabah sebagai alat pembayaran (digital cash) untuk belanja di Internet.

1. Bentuk Perlindungan Hukum Perdata terhadap Konsumen Jual


Beli Online
Dengan makin berkembangnya tren jual beli online saat ini,
semakin banyak pula orang yang ingin terjun di dalam bisnis
jual beli online tersebut. Namun, di mana ada peluang pasti
ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawabyang ingin
memanfaatkan celah ketidaktahuan para pelaku jual beli
online. Oleh sebab itu, para pelaku jual beli online dituntut
untuk mengetahui lebih dalam mengenai proses, resiko serta
keamanan dari sebuah transaksi online. Di sisi lain, saat ini
jenis transaksi online juga semakin beragam mulai dari jenis
konvensional di mana pembeli dan penjual harus bertatap
muka dalam melakukan proses transaksi hingga yang
menggunakan proses transaksi otomatis tanpa harus bertatap
muka. Di Indonesia, perlindungan hak-hak konsumen dan
pelaku usaha telah diatur di dalam UU Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen. Tetapi UUPK 1999 itu hanya
mengatur hak dan kewajiban konsumen yang masih terbatas
pada perdagangan yang dilakukan secara konvensional.
Sedangkan mengenai hak dan kewajiban konsumen dalam
transaksi online belum secara tegas diatur dalam undang-
undang tersebut.

Pakar internet Indonesia, Budi Raharjo menilai bahwa


Indonesia memiliki potensi dan prospek untuk pengembangan
jual beli online. Namun, kendala yang dihadapi dalam
pengembangan ini antara lain keterbatasan infra struktur,
belum adanya undang-undang khusus yang mengatur
transaksi online, masih kurangnya jaminan terhadap
keamanan transaksi, dan kurangnya sumber daya manusia
yang bisa diupayakan secara bersamaan dengan
pengembangan pranata jual beli online. Terkait dengan aspek
hukum yang berlaku dalam transaksi online terutama dalam
upaya untuk melindungi konsumen, Undang Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
setidaknya mengatur tentang ketentuan-ketentuan yang
mengakomodasi tentang perdagangan elektronik yang
merupakan salah satu ornamen dalam bisnis. Maka, secara
otomatis perjanjian-perjanjian di internet tersebut tunduk
pada Undang Undang ITE dan hukum perjanjian yang berlaku.

A. Kaidah Fiqh mengenai Jual Beli Online


Dasar-dasar yang digunakan untuk menentukan hukum jual beli secara online
adalah:

1.

َ ‫ َدلِ ْي ٌل ع‬ ‫اإلبَا َحةُ االَّ أَ ْن يَ ُد َّل‬


‫َلى تَحْ ِر ْي ِمهَا‬ ِ ‫األَصْ ُل فِي ال ُم َعا َملَ ِة‬

“Hukum asal dalam muamalah adalah boleh sepanjang tidak ada dalil yang
mengharamkannya.”
Berkaitan dengan jual beli, karena jual beli merupakan salah satu perbuatan
muamalah maka hukumnya boleh sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkannya.
Kemudian jual beli online juga termasuk dalam kegiatan jual beli, sehingga selama tidak ada
dalil yang mengharamkannya maka hukumnya boleh.

1.

ٌ ْ‫ اَ ْل ُح ْك ُم األَ ْشيَا ِءفَر‬     


َ َ‫ع ع َْن ت‬
‫ص ُّو ِر ِه‬
“Penilaian Hukum terhadap suatu masalah berangkat dari gambaran tentang
sesuatu tersebut.”

Hal ini tercermin dari mewabahnya pertukaran transaksi barang dan jasa melalui
media elektronik. Pesatnya perkembangan ini dimungkinkan mengingat
perdagangan melalui jaringan komputer menjanjikan efisiensi baik dari segi waktu
dan biaya serta kenyamanan dalam bertransaksi bagi konsumen, dibandingkan
denga pola bertransaksi secara tradisional. Dan secara bisnis, keuntungan going in-
line bisnis adalah potensi untuk menghindari biaya operasional kantor atau outlet
dan administrasinya yang diperkirakan setiap transaksi konvensional membutuhkan
biaya 12 kali dibanding transaksi di cyberspace.

D. Jual Beli Online dalam Perspektif Hukum Islam

1. Al-Qur’an

Firman Allah SWT dalam Q.S. al-Baqarah ayat 275:


‫َوأَ َح َّل هَّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ بَا‬

“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”

1. Hadits

ْ ‫اِنَّ َم‬
ٍ ‫االبَ ْي َع َع ْنت ََر‬
‫اض‬
“Sesungguhnya sahnya jual beli atas dasar kerelaan.”

2. Pandangan Ulama

a. Menurut pendapat Ahmad Zahro:

Jual-beli lewat online (internet) itu diperbolehkan, dan sah, kecuali jika secara
kasuistis terjadi penyimpangan, manipulasi, penipuan dan sejenisnya, maka
secara kasuistis pula hukumnya diterapkan, yaitu haram. Tetapi kasus
tertentu menurut maz\hab Hanafi tidak dapat digunakan untuk
menggeneralisasi sesuatu yang secara normal positif boleh dan halal. Oleh
karena itu jika ada masalah terkait yang menunjukkan ketaksesuaian barang
antara yang ditawarkan dan dibayar dengan yang diterima, maka berlaku
hukum transaksi pada umumnya, bagaimana kesepakatan yang telah dijalin.
Inilah salah satu faktor yang dapat menjadi penyebab batalnya transaksi jual
beli dan dapat menjadi salah satu penyebab haramnya jual beli, baik online
atau bukan karena adanya manipulasi atau penipuan.

b. Hasil Keputusan Muktamar NU ke-XXXII di Asrama Haji Sudiang Makassar


Tanggal 7-11 Rabi’ul Akhir 1431 H/22 – 27 Maret 2010 M. Hasil sidang
tersebut membolehkan jual beli melalui media online. Adapun dasar yang
digunakan adalah pendapat Muh{ammad Ibn Syihabuddin al-Ramli, “Dan
menurut qaul al-Azhar, sungguh tidak sah selain dalam masalah fuqa’-sari
anggur yang dijual dalam kemasan rapat/tidak terlihat- (jual beli barang
ghaib), yakni barang yang tidak terlihat oleh dua orang yang bertransaksi,
atau salah satunya. Baik barang tersebut berstatus sebagai alat pembayar
maupun sebagai barang yang dibayari. Meskipun barang tersebut ada dalam
majlis akad dan telah disebutkan kriterianya secara detail atau sudah terkenal
secara luas -mutawatir-, seperti keterangan yang akan datang. Atau terlihat
di bawah cahaya, jika cahaya tersebut menutupi warna aslinya, seperti kertas
putih. Demikian menurut kajian yang kuat.” Bahkan Sulaiman bin
Muh{ammad al-Bujaira<mi dalam H{asyiyah al-Bujairami ‘ala< al-
Kha<tib menjelaskan adanya tuntutan menyaksikan mabi’ secara langsung
tanpa adanya penghalang walaupu berupa kaca. Muh{ammad Syaubari al-
Khudri berkata: “Termasuk padanan kasus tercegah melihat mabi’-barang
yang dijual- adalah melihat mabi’ dari balik kaca. Cara demikian tidak
mencukupi syarat jual beli. Sebab, standarnya adalah menghindari bahaya
ketidakjelasan mabi’, yang tidak bisa dipenuhi dengan cara tersebut. Sebab,
secara umum barang yang terlihat dari balik kaca terlihat beda dari aslinya.
Demikian keterangan dari syarah al-Ramli.”

1. Pendapat Pemakalah

Pemakalah berpendapat bahwa hukum jual beli online adalah boleh, asalkan
memenuhi rukun dan syarat dalam jual beli, serta tidak ada pihak-pihak yang
dirugikan atau sama-sama diuntungkan. Hal tersebut sesuai dengan dalil dalam QS.
An-Nisa>’ ayat 29, bahwa sesungguhnya perniagaan itu harus didasari atas suka
sama suka atau kerelaan kedua belah pihak. Di samping itu, sesua dengan kaidah
fiqh yang sudah disebutkan pula, bahwa hukum asal dari perkara muamalah adalah
boleh sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkannya, sehingga pemakalah
menyimpulkan jual beli online itu hukumnya boleh, asal memenuhi rukun dan syarat
yang sudah disebutkan.
BAB 3
KESIMPULAN

Jual beli menurut Islam pada hakikatnya tidak hanya bersifat konsumtif dan hanya
mengandung unsur material untuk memperoleh keuntungan di dunia, tetapi juga
keuntungan hakiki di akhirat, tentu dengan memperhatikan prinsip jual beli yang
diperbolehkan menurut syar’i. Dalam era globalisasi saat ini, bermunculan model-model
bisnis dengan menggunakan kecanggihan teknologi modern. Hal ini ditandai dengan
berkembangnya elektronik yang mempengaruhi aspek kehidupan manusia, khususnya
dalam bertransaksi jual beli online, yakni internet.
Jual beli online adalah suatu kegiatan jual beli di mana penjual dan pembelinya tidak
harus bertemu untuk melakukan negosiasi dantransaksi dan komunikasi yang digunakan
oleh penjual dan pembeli melalui alat komunikasi seperti chat, komputer, telepon, sms dan
sebagainya. Dalam transaksi jual beli online, penjual dan pembeli membutuhkan pihak
ketiga untuk melakukan penyerahan barang yang dilakukan oleh pedagang dan penyerahan
uang yang dilakukan oleh pembeli.
Risiko bertransaksi dalam jual beli online pun muncul, karena di mana ada
kesempatan pasti ada pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan lebih melalui cara-cara
yang tidak benar. Dapat diketahui jual beli online yang aman bisa melalui transfer via ATM,
hal ini aman bagi penjual jika dalam prakteknya, penjual meminta resi bukti transfer kepada
pembeli dengan cara memfoto bukti transfer tersebut kemudian dikirim ke aplikasi atau
email penjual. Begitu juga bagi pembeli yang mempunyai hak meminta resi bukti kirim ke
pihak penjual untuk menghindari penipuan. Selain itu, pembeli juga dapat mengetahui di
mana posisi barang melalui aplikasi jasa pengiriman yang dapat di download
di gadget masing-masing.
Dapat disimpulkan, hukum dari jual beli online ini boleh sepanjang rukun dan syarat
terpenuhi, serta tidak ada pihak yang dirugikan di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai