TINJAUAN PUSTAKA
pasar, nilai ekonomi, dan iklim makro yang ada (Karya Tani Mandiri, 2010).
Menurut (Thahir, 1985), keuntungan bentuk sistem tumpang sari ini meliputi:
1. Banyaknya tanaman per Ha mudah diawasi dengan mengatur jarak di antara dan
di dalam barisan.
2. Karena mengandung lebih sedikit jenis-jenis tanaman maka perhatian lebih dapat
8
Universitas Sumatera Utara
9
2.1.2. Tomat
Tanaman tomat temasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umur tanaman ini
hanya untuk satu kali periode panen. Setelah berproduksi, kemudian mati. Tanaman
ini berbentuk perdu atau semak dengan panjang biasa mencapai 2 m. Batang tomat
walaupun tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup kuat. Warna batang hijau dan
berbentuk persegi empat sampai bulat. Pada pemukaan batangnya ditumbuhi banyak
penebalan dan kadang-kadang pada buku bagian bawah terdapat akar-akar pendek.
Sebagaimana tanaman dikotil lainnya, tanaman tomat berakar tunggang dan akar
samping yang menjalar tanah. Agar tanaman tomat dapat tumbuh secara optimal,
Tomat biasa hidup di dataran rendah sampai dataran tinggi, asal tanahnya tidak becek
atau tergenang. Sifat tanah yang cocok untuk tomat adalah tanah pH 5,5 – 6,5. Bila
target penanaman tomat adalah kegenjahannya, maka tomat cocok ditanam pada
tanah lempung berpasir yang baik drainasenya. Namun, bila yang ditargetkan adalah
jumlah total produksi yang tinggi, maka tanah yang cocok adalah tanah lempung liat
Tomat juga menyenangi tempat yang terbuka dan cukup sinar matahari. Kurangnya
karena pembentukan zat hijau daun tidak sempurna. Namun, sinar matahari yang
terlalu terik juga kurang baik karena transpirasi akan meningkat serta buah dan bunga
Tomat mempunyai rasa yang lezat ternyata tomat juga memiliki komposisi zat yang
cukup lengkap dan baik. Yang cukup menonjol dari komposisi tersebut adalah
2.1.3. Cabai
ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2.000 spesies yang terdiri dari
tumbuhan herba, semak, dan tumbuhan kerdil lainnya. Dari banyaknya spesies
tersebut, hampir dapat dikatakan sebagian besar merupakan tumbuhan Negara tropis.
Secara umum cabai dapat ditanam di areal sawah maupun tegal, di dataran rendah
maupun tinggi, dan saat musim kemarau maupun musim penghujan. Namun
demikian, ada beberapa persyaratan tertentu yang harus diperhatikan agar tanaman
cabai dapat memberikan hasil yang baik. Agar mendapatkan hasil yang optimal,
1. Iklim
Cabai besar atau cabai merah, jenis cabai ini akan lebih sesuai bila ditanam di daerah
kering dan berhawa panas walaupun daerah tersebut merupakan daerah pegunungan.
tinggi dengan curah hujan per tahun 600 – 1.250 mm maka tanaman cabai mudah
diserang penyakit, terutama penyakit antrak (penyakit patek) yang sering menyerang
2. Tanah
Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman. Oleh karena itu, tanah harus subur dan
kaya akan bahan organik. Derajat keasaman tanahnya (pH tanah) antara 6,0 – 7,0,
tetapi akan lebih baik kalau pH tanahnya 6,5. Tanah harus berstruktur remah atau
gembur. Walaupun demikian, cabai masih dapat ditanam di tanah lempung (berat),
tanah agak liat, tanah merah, maupun tanah hitam. Tanah yang demikian memang
Secara umum buah cabai mempunyai banyak kandungan gizi yang masing-masing
jenisnya akan berlainan. Tabel 4. Menunjukkan kandungan gizi buah dari beberapa
Tabel 4. Kandungan Zat Gizi Buah Segar dan Kering Setiap 100 Gram Bahan
dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai
Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (a)
Biaya tetap (fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ini
umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi, besarnya
biaya tetap ini tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi
lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang
Menurut Shinta (2011), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang
TR = Yi. Pi
Bila komoditi yang diusahakan lebih dari satu maka rumusnya menjadi:
TRj =
Keterangan :
Py = Harga Y
dan semua biaya. Jadi, secara matematis cara menghitung pendapatan usahatani pada
Pd = TR - TC
Keterangan :
Pd = Pendapatan usahatani
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya
Menurut Mosher (1987), pendapatan total pada sistem tumpang sari adalah
pendapatan yang diperoleh dari pengurangan seluruh total penerimaan dari seluruh
jenis komoditi dan seluruh biaya dari seluruh jenis komoditi yang ditanami dalam
satu lahan.
Keterangan :
n = jumlah komoditi
Menurut Soekartawi (1995), R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau
TR = Py.Y
TC = FC+VC
a = {(Py.Y)/(FC+VC)}
Keterangan:
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya
Py = Harga output
Y = output
R/C > 1 artinya suatu usahatani layak untuk diusahakan dan dikembangkan, R/C = 1
artinya suatu usaha tani mencapai titik impas (balik modal), dan R/C <1, artinya suatu
Menurut Shinta (2011), apabila komoditi yang diusahakan lebih dari satu, maka
rumusnya menjadi :
Keterangan :
Yi = Jumlah produk
Pi = Harga produk
Xn = Jumlah input
R/C≥1 artinya layak untuk diusahakan dan dikembangkan, R/C < 1 artinya tidak
Pada penelitian yang dilakukan oleh Marlida Perdana Putri (2011) dengan judul
“Analisis Komparatif Usahatani Tumpang Sari Jagung dan Kacang Tanah dengan
pendapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan usahatani monokultur jagung
(Hasil uji t pendapatan menunjukkan bahwa thitung nilainya 6,24 lebih besar dari pada
ttabel yang nilainya 1,699). Usahatani tumpangsari jagung jagung-kacang tanah lebih
efisiensi menunjukkan bahwa thitung nilainya 4,672 lebih besar dari pada ttabel yang
nilainya 1,699.
Pada penelitian yang dilakukan Hidayani Tanjung (2005), dengan judul “Analisis
Usahatani Pola Tumpang Sari di Lahan Kering Berdasarkan Skala Usaha di Desa
tidak ada perbedaan nyata produktivitas per jenis tanaman pola tumpang sari antar
skala usaha, tidak ada perbedaan nyata biaya produksi, penerimaan dan pendapatan
bersih usahatani pola tumpang sari antar skala usaha. Faktor sarana produksi, luas
lahan dan tenaga kerja berpengaruh nyata (secara simultan) terhadap produktivitas,
Dalam usaha agribisnis, petani merupakan manajer di lahannya sendiri. Petani yang
mengatur apa yang akan ditanam, dengan sistem monokultur atau tumpang sari di
lahan petani itu sendiri. Petani cenderung menanam secara monokultur apabila lahan
yang mereka miliki cukup luas pada satu jenis komoditi. Namun, apabila lahan petani
cenderung sempit maka sistem yang dilakukan biasanya adalah sistem tumpang sari.
menanam lebih dari satu jenis tanaman di lahan yang sama atau sering disebut
tumpang sari.
Pola pertanaman tumpang sari sama umur secara agronomis diketahui keuntungannya
yaitu frekuensi panen serta pendapatan petani dapat ditingkatkan, mengurangi risiko
tidak berhasilnya pertanaman bila tenaga tumbuh dari beberapa jenis tanaman jelek,
distibusi tenaga yang merata sepanjang tahun yang sangat berbeda dengan sistem
monokultur, pengolahan tanah pada sistem tumpang sari minimal karena pengerjaan
tanah dan pemeliharaan tanaman per jenis tanaman akan lebih hemat dibandingkan
penyisipan di dalamnya.
Produksi merupakan hal yang ditunggu petani dalam melakukan usaha agribisnis,
biasanya produksi yang dihasilkan tergantung bagaimana cara petani merawat usaha
agribisnisnya sendiri. Untuk menghasilkan produksi yang bagus tentu saja petani
cabai di lahan yang sama atau sering disebut biaya produksi. Biaya-biaya yang
dikeluarkan pada cabai monokultur, tomat monokultur, dan sistem tumpang sari
Penerimaan adalah hasil perkalian antara produksi dan harga penjualan. Dimana
produksi adalah hasil panen yang ditunggu petani dalam usaha agribisnis nya, harga
penjualan dalam hal ini sangat fluktuatif. Masalah ini terutama pada tanaman yang
ditumpangsarikan yaitu tomat dan cabai. Begitu juga dengan sistem monokultur yaitu
fluktuatif di pasar.
Pendapatan adalah hasil penerimaan dikurangi seluruh biaya yang dikeluarkan pada
saat kelangsungan usaha agribisnis. Sistem cabai monokultur, tomat monokultur dan
sistem tumpang sari tomat-cabai tentu saja memiliki pendapatan yang berbeda-beda.
Selanjutnya, dilakukan perbandingan analisis R/C Ratio Return Cost Ratio untuk
mengetahui kelayakan usaha agribisnis untuk dikembangkan. Apabila R/C Ratio >1
maka usaha agribisnis tersebut layak untuk diusahakan dan dikembangkan, R/C Ratio
= 1 maka usaha agrbisnis tersebut mencapai titik impas, R/C Ratio <1 maka usaha
agribisnis tersebut tidak layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Dari analisis
inilah terbukti sistem tanam apa yang lebih layak diusahakan dan dikembangkan.
Monokultur
Tomat
Tumpang Sari + Produksi Penerimaan Pendapatan R/C Ratio
Cabai
= menyatakan hubungan
1. Besar penggunaan biaya produksi usaha agribisnis pola tanam tumpang sari lebih
2. Penerimaan hasil penjualan dan pendapatan bersih secara pola tumpang sari lebih
3. Usaha agribisnis pola tumpang sari menghasilkan R/C Ratio lebih tinggi apabila