Anda di halaman 1dari 14

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


KAMPUS SUMEDANG
Jln. Mayor Abdul Rahman No. 211 Kota Kaler Sumedang Utara Sumedang Telp. (0261)20124
Jalan Margamukti No. 93 Licin Cimalaka Sumedang 45353 Telp/Fax ( 0261) 203084/205172

INSTITUSI PENDIDIKAN : UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS SUMEDANG

NAMA MAHASISWA : MAYSA HASANAH - 1902377

LAPORAN PENDAHULUAN

1. KASUS (Masalah Utama)


Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)

2. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Pengertian
Berkowitz (1993), perilaku kekerasan bertujuan untuk melukai seseorang secara
fisik maupun psikologis. Citrome dan Volavka (2002, dalam Mohr, 2006) menjelaskan
bahwa perilaku kekerasan merupakan respon perilaku manusia untuk merusak sebagai
bentuk agresif fisik yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dan atau sesuatu.
(Nurhalimah, 2016).
Resiko perilaku kekerasan adalah perilaku yang menyertai marah dan
merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol
(Yosep, 2007).
Resiko perilaku kekerasan adalah berisiko membahayakan secara fisik, emosi
atau seksual pada diri sendiri atau orang lain. (PPNI, 2016)
Menurut Keliat, (2011), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Herdman (2012)
mengatakan bahwa risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang diperlihatkan
oleh individu. Bentuk ancaman bisa fisik, emosional atau seksual yang ditujukan kepada
orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan merupakan:
1. Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat
dan dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).
2. Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa,
keinginan tidak tercapai, tidak puas).
3. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.

b. Rentang respon

Respon Adaptif Respon Maladatif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk


Keterangan :
1. Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa memarahi orang lain
2. Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/terhambat
3. Pasif : Respon lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan perasaanya
4. Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol
5. Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol

c. Faktor Predisposisi
Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan dengan
menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi faktor predisposisi dan
presipitasi, Berikut factor predisposisi (Nurhalimah, 2016):
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter yaitu
adanya anggota keluarga yang sering memperlihatkan atau melakukan perilaku
kekerasan, adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, adanya riwayat
penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA (narkotika,
psikotropika dan zat aditif lainnya).
2) Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus ekstrenal,
internal maupun lingkungan. Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai
sesuatu menemui kegagalan atau terhambat. Salah satu kebutuhan manusia adalah
“berperilaku”, apabila kebutuhn tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku
konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu tersebut berperilaku destruktif.
3) Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environmrnt theory) menyatakan bahwa
lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan
marah. Norma budaya dapat mendukung individu untuk berespon asertif atau
agresif. Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses
sosialisasi (sosial learning theory).

d. Faktor Presifitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik, berbeda
satu orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang brasal
dari dari dalam maupun luar individu. Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan
relasi atau hubungan dengan orang yang dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian,
kematian), kehilangan rasa cinta, kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll. Sedangkan
faktor luar individu meliputi serangan terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut,
kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan.(Nurhalimah, 2016).
Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien meliputi faktor predisposisi
dan presipitasi, Berikut factor presipitasi :
1) Faktor Biologis
Ancaman atau tuntutan gangguan umpan balik di dalam proses informasi
penurunan fungsi dari lobus frontal menyebabkan gangguan pada proses
umpan balik dalam menyampaikan informasi yang mengahsilkan proses
informasi overload (Struart & Laraia, 2005 Struat, 2009).
Faktor biologis lainnya yang merupakan predisposisi dapat menjadi
presipitasi dengan memperhatikan asal stressor, baik internal atau
lingkungan eksternal individu, waktu frekuensi tenjadi stressor perilaku
kekerasan penting untuk di kaji (Struat & Laraia 2005).
2) Faktor Psikologi
Pemicu perilaku kekerasan dapat diakibatkan oleh toleransi terhadap
frustasi yang rendah, koping individu yang tidak efektif, impulsive dan
membayangkan atau secara nyata adanya ancaman terhadap keberadaan
dirinya, tubuh atau kehidupannya.
3) Faktor Sosial Budaya
Menurut Fagan-Pyor et al, (2003 dalam Struat, 2009) petugas mungkin
secara sengaja atau tidak sengaja memicu perilaku pasien untuk melakukan
kekerasan, ketidak pengalaman perugas, provoksi petugas, manajemen
lingkungan yang buruk, ketidakpengalaman petugas, provokasi petugas,
manajemen lingkungan yang buruk, ketidakpahaman petugas, pertemuan fisik
yang terlalu dekat, penetapan batasan yang tidak konsisten dan budaya
kekerasan mempengaruhi perilaku kekerasan pasien. Selanjutnya perlu dikaji
stessor sosiokultural, waktu terjadinya stressor dan jumlah stressor
psikologis yang terjadi dalam suatu waktu (Struart & Laraia, 2005).

e. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan
didukung dengan hasil observasi.(Nurhalimah, 2016).
 Data Subjektif :
- Ungkapan berupa ancaman
- Ungkapan berupa kata-kata kasar
- Ungkapan ingin memukul / melukai
 Data Objektif :
- Wajah memerah dan tegang
- Pandangan tajam
- Mengatupkan rahang dengan kuat
- Mengepalkan tangan
- Bicara kasar
- Suara tinggi, menjerit atau berteriak
- Mondar mandir
- Melempar atau memukul benda/orang lain.

3. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


 DS :
 Data Subjektif
Klien mengungkapkan bahwa sering berkata kasar kepada ibunya, sering
mengancam akan membakar rumah jika tidak di turuti, terkadang ingin memukul
atau melukai seseorang jika amarahnya tidak terlampiaskan.

 DO :
Klien terlihat seluruh wajahnya menjadi memerah dan dan terlihat tegang,
pandangannyapun terlihat tajam serta mengatupkan rahang dengan kuat seperti sedang
kesal, dari tadi terlihat hanya mondar mandir saja sambal mengepalkan tangan, berteriak
memanggil nama seseorang, dan sesekali terlihat melemparkan batu ke rumah orang lain.

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
RPK (Resiko Perilaku Kekerasan)
5. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
TGL DIAGNOSA PERENCANAAN
No
KEPERAWAT
Dx
AN TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
1 2 3 4 5 6 7
19 Resiko Perilaku 1  Tujuan Umum :
okt Kekerasan
2021 (RPK) Klien tidak melakukan tindakan
kekerasan baik kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan.

Setelah dilakukan pertemuan Bantu klien untuk Beri kesempatan untuk


 Tujuan Khusus : selama 3 pertemuan klien mengidentifikasi mengungkapkan
1. Kognitif perasaannya dapat
menunjukkan : penyebab perasaan
membantu mengurangi
Klien dapat mengidentifikasi marah dengan :
1) Klien dapat stress dan penyebab
penyebab perilaku kekerasan 1) Beri kesempatan marah, jengkel/ kesal
mengungkapkan
dapat diketahui.
perasaannya mengungkapkan
2) Klien dapat perasaannya
mengungkapkan 2) Bantu klien
penyebab perasaan mengungkap
jengkel/jengkel (dari perasaannya
diri sendiri, orang lain
dan lingkungan)
Setelah dilakukan pertemuan
2. Apektif 3 pertemuan klien Bantu klien a. Dengan
Klien dapat mengidentifikasi cara menunjukkan dapat mengidentifikasi
mengidentifikasi
konstruktif dalam berespon cara konstruktif
melakukan cara berespon dalam berespon cara yang konstruktif
terhadap kemarahan.
terhdap kemarahan secara terhadap dalam berespon
kemarahan
konstruktif. terhadap kemarahan
dengan :
a. Tanyakan pada dapat membantu
klien apakah ia klien menemukan
ingin mempelajari cara yang baik untuk
cara baru yang sehat mengurangi
b. Berikan pujian bila kekesalannya
klien mengetahui sehingga klien tidak
cara lain yang sehat. stress lagi.
c. Diskusikan dengan b. Reinforcement
klien cara lain yang positif dapat
sehat. memotivasi klien
1) Secara fisik: dan meningkatkan
tarik nafas harga dirinya.
dalam saat c. Berdiskusi dengan
kesal, memukul klien untuk memilih
kasur/ bantal, cara yang lain dan
olah raga, sesuai dengan
melakukan kemampuan klien.
pekerjaan yang
penuh tenaga.
Latihan
mengontrol
perilaku
kekerasan
secara fisik :
1. Evaluasi
latihan
nafas
dalam
2. Latih
cara fisik
: pukul
kasur
dan
bantal
3. Susun
jadwal
kegiatan
harian
cara
kedua.

2) Secara verbal:
katakan pada
perawat atau
orang lain
3) Secara sosial:
latihan asertif,
manajemen PK.
4) Secara
spiritual:
anjurkan klien
sembahyang,
berdoa,/ ibadah
lain
Setelah dilakukan pertemuan
selama 3 pertemuan klien Latihan mengontrol a. Memberikan
menunjukkan dapat perilaku kekerasan stimulasi kepada
3. Psikomotor mendemonstrasikan cara secara sosial/verbal : klien untuk menilai
Klien dapat mendemonstrasikan mengontrol perilaku a. Evaluasi jadwal respon perilaku
cara mengontrol perilaku kekerasan.
harian untuk dua kekerasan secara
kekerasan
1) Fisik: tarik nafas cara fisik tepat.
dalam, olah raga, b. Latihan b. Membantu klien
menyiram tanaman. mengungkapkan dalam membuat
2) Verbal: mengatakan rasa marah secara keputusan untuk
langsung dengan tidak verbal: menolak cara yang telah
menyakiti. dengan baik, dipilihnya dengan
3) Spiritual : meminta dengan melihat manfaatnya
sembahyang, berdoa, baik, c. Agar klien
ibadah. mengungkapkan mengetahui cara
perasaan dengan marah yang
baik. konstruktif
1) Bantu klien d. Pujian dapat
memilih meningkatkan
cara yang motifasi dan harga
paling tepat diri klien
untuk klien e. Agar klien dapat
2) Bantu klien melaksanakan cara
mengidentifi yang telah
kasi manfaat dipilihnya jika
cara yang sedang kesal.
dipilih
3) Bantu klien
menstimulas
i cara
tersebut
(role play)
4) Beri
reinforceme
nt positif
atas
keberhasilan
klien
menstimulas
i cara
tersebut
5) Anjurkan
klien untuk
menggunaka
n cara yang
telah
dipelajari
saat marah.

REFERENSI :
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman,J.M, dan Wagner,C.M. 2016 Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia.
Kidlington : Oxford OX51GB.
Nurhalimah, N. (2016). Keperawatan Jiwa. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-Jiwa-
Komprehensif.pdf
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.
PPNI. (2018a). Standar Intervensi keperawatan indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai