Anda di halaman 1dari 2

Video 1 (Zero Hunger oleh Prof. Dr. Ir.

Benny Joy, MS)


Dewasa ini, perbandingan tingkat produksi makanan dan jumlah penduduk
kelaparan adalah sebanding, keduanya sama-sama meningkat. Menurut FAO,
kelaparan merupakan kondisi kekurangan atau bahkan tidak ada makanan.
Dikatakan kekurangan jika tidak cukupnya kualitas maupun kuantitas serta nutrisi
yang buruk akibat infeksi. Adapula kondisi malnutrisi, dimana seseorangan
mengalami kelebihan, kekurangan, serta ketidakseimbangan nutrisi yang
diterimanya. Dalam mengukur suatu wilayah mengalami kelaparan, Global Hunger
Index digunakan sebagai standar indikatornya. Komponen yang terdapat dalam
GHI diantaranya under nourishment, child wasting, child stunting, dan child
mortality. Semakin tinggi angka dari keempat komponen tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa kondisi kelaparan yang terjadi semakin parah. Indonesia sendiri
mencapai skor 21,9 yang berarti masalah kelaparan di negara ini adalah
permasalahan serius. Sekitar 1 dari 8 orang tidak memiliki kesehatan yang baik, 1
dari 6 anak berusia dibawah 2 tahun memiliki berat badan kurang dari seharusnya,
1 dari 4 anak berusia dibawah 2 tahun mengalami stunting, serta anak ketiga
biasanya meninggal karena kelaparan. Dunia memproduksi makanan secara cukup
untuk 10 miliar orang, namun mengapa masih terjadi kelaparan? Kelaparan terjadi
karena beberapa faktor. Adanya ketidakberdayaan dan kemiskinan, diskriminasi,
konflik dan ketidakstabilan politik, pertumbuhan penduduk yang tinggi, serta
perubahan iklim dan bencana alam. Faktor-faktor tersebut menyebabkan timbulnya
kelaparan dalam masyarakat. Efek samping dari kelaparan dapat menghambat
beberapa aspek kehidupan. Adanya infeksi pada ibu hamil dan balita yang dapat
menyebabkan meningkatnya angka kematian, terhambatnya pertumbuhan ekonomi
karena generasi penerus mengalami kurang nutrisi sehingga menghambat daya
berpikirnya. Kelaparan merupakan permasalahan serius yang terjadi di seluruh
dunia, sehingga PBB pun turun tangan dengan program Zero Hunger Challenge.
Suatu wilayah atau negara dikatakan zero hunger jika sistem makanan terjamin
berkelanjutan, memprioritaskan orang-orang di bidang pertanian agar produktivitas
petani kecil meningkat, tidak adanya limbah makanan yang terbuang sia-sia, 100%
makanan dapat diakses sepanjang tahun, dan tidak adanya anak berusia dibawah 2
tahun yang kerdil (stunting).
Video 2 (SDG’s 1 oleh Prof. Dr. Arief Anshori Yusuf)
Dunia tanpa kemiskinan merupakan cita-cita dari SDG’s 1. Untuk menilai
suatu negara mengalami kemiskinan ekstrem, dunia menggunakan $1,9 per hari per
orang yang dikonversikan menggunakan Indeks Palitas Daya Beli. Selain itu,
Indonesia memiliki standarnya sendiri untuk menilai wilayahnya termasuk
mengalami kemiskinan ekstrem atau tidak. Berdasarkan survei yang secara rutin
dilakukan oleh BPS, suatu wilayah dikatakan mengalami kemiskinan ekstrem
apabila berada dibawah 442 ribu rupiah per bulan per orang. Dalam melaksanakan
SDG’s 1, tanpa kemiskinan, di Indonesia tentu dihadapkan pada beberapa
tantangan karena kemiskinan pada dasarnya bersifat multi dimensi. Tantangan
dalam pelaksanaan SDG’s 1 di Indonesia yakni kondisi geografis yang berupa
kepulauan, tidak meratanya akses terhadap fasilitas umum, serta adanya kerentanan
seseorang mengalami kemiskinan karena ketidakstabilan. Menanggapi tantangan
yang ada pemerintah memiliki strategi dalam perlindungan sosial yakni social
assistance dan social insurance.
Video 3 (Teori dan Pengembangan Kreativitas Pendidikan oleh Prof. Dr. Hj.
Hendriati Agustiani, M.si)
Kreativitas menurut Plucker adalah interaksi antara aptitude, proses dan
lingkungan yang melibatkan individu atau grup dan menghasilkan produk yang
unik dan berguna. Kreativitas juga merupakan komponen yang penting untuk
menyelesaikan permasalahan, meningkatkan kemampuan kognitif, kesehatan sosial
dan emosional, serta well being dan kesuksesan di masa dewasa. Menurut
Sternberg, beberapa program pelatihan didesain untuk merangsang kreativitas
individu seperti thinking hats dan teknik brainstorming yang dibentuk untuk
memacu beragam pikiran dan solusi. Inspirasi dan implikasi dalam
mengembangkan kreativitas melalui pendidikan dibagi menjadi tiga aspek;
memperhatikan berbagai jenis pengajaran, menciptakan lingkungan yang
mendukung, dan menumbuhkan kreativitas terkait etos guru. Kreativitas dalam
pendidikan dilatarbelakangi oleh dua premis, pertama kreativitas dapat dilatih.
Kedua, semua orang berpotensi menjadi kreatif. Dari kedua premis tersebut dapat
disimpulkan bahwa kreativitas bukanlah hal yang absolut. Kreativitas dalam
pendidikan ada yang berorientasi pada proses, ada pula yang berorientasi pada hasil
produk.

Anda mungkin juga menyukai