Puji syukur kehadirat Allah Swt, atas berkat dan rahmat hidayah-Nya
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dalam waktu yang telah di tentukan.
Dalam pembuatan makalah ini tidak sedikit hambatan yang di hadapi, namun
berkat kerjasama dan kerja keras maka makalah ini dapat terselesaikan jua.
Terimakasih
Penyusun
i
Daftar Isi
Kata pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2 Ruang Lingkup pembahasan.......................................................................................1
1.3 Tujuan & Manfaat.......................................................................................................1
Bab 2 Pembahasan
2.1 Sistem religi/kepercayaan ..........................................................................................2
2.2 Sistem kekerabatan......................................................................................................3
2.3 Mata pencaharian ........................................................................................................6
2.4 Kesenian .....................................................................................................................7
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan................................................................................................................13
3.2 Saran .........................................................................................................................13
Daftar Pustaka..................................................................................................................14
Kritik dan Saran...............................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu
dikaitkan dengan suatu legenda khas minang yang dikenal didalam tambo. Dari
tambo yang diterima secara turun temurun, menceritakan bahwa nenek moyang
mereka berasal dari keturunan Iskandar Zulkarnain. Walau tambo tersebut tidak
tersusun secara sistematis dan lebih kepada legenda berbanding fakta serta
cenderung kepada sebuah karya sastra yang sudah menjadi milik masyarakat
banyak. Namun kisah tambo ini sedikit banyaknya dapat dibandingkan dengan
sulalatus salatin yang juga menceritakan bagaimana masyarakat minangkabau
mengutus wakilnya untuk meminta sang sapurba salah seorang keturunan
Iskandar Zulkarnain tersebut untuk menjadi raja mereka.
Pengangkatan tema ini agar para pembaca mengerti dan tahu tentang suku
minangkabau, bagaimana sistem religi, sistem kekerabatan yang berlaku, mata
pencaharian serta kesenian suku minangkabau.
a. Sistem religi/kepercayaan
b. Sistem kekerabatan
c. Mata pencaharian
d. Kesenian
Pada prinsipnya orang minagkabau menganut agama Islam. Maka apabila ada orang
minangkabau yang tidka memeluk agama islam adalah suatu keganjilan yang
mengherankan, walaupun kenyataannya ada sebagian yang tidak patuh yang
menjalankan syari’at-syari’atnya.
Disampung meyakini kebenaran ajaran-ajaran Islam, sebagian dari mereka masih
percaya adanya hal-hal bersifat takhayul dan magis, misalnya : hantu-hantu jahat,
kuntilanak, tenung (menggasing) dsb. Untuk menolak kejahatan makhluk halus itu
orang biasanya pergi ke dukun.
Dahulu ada upacara selamatan yang bermacam-macam, seperti : Tabuik (peringatan
Hasan Husein), khitan, katam mengaji, dan upacara dalam lingkaran hidup manusia
dari lahir sampai mati. Misalnya : kekah, tidak siten, selamatan kematian pada hari
ke-7 sampai dengan hari ke-100.
Karena kuatnya pengaruh adat-istiadat, maka dalam praktekkehidupan beragama di
dalam masyarakat banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan dari ajaran-ajaran
Islam yang sebenarnya. Maka timbullah gerakan kaum muda yang baru datang dari
mekah yang membawa pengaruh wahabi untuk membersihkan hal-hal yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam.
Akhirnya timbullah pertentangan yang hebat antara kaum adat yang ingin tetap
bertahan pada adatnya dengan kaum paderi yang ingin membersihkan ajaran Islam
dari pengaruh adat yang menyimpang dari ajaran Islam.
Pertentangan ini kemudian pecah menjadi perang terbuka yang semakin meluas
karena ditunggangi oleh penjajah Belanda, yang kala itu mulai ingin menanamkan
kekuasaannya di Sumatera Barat. Itulah awal dari pecahnya perang paderi yang
berlangsung cukup lama, mulai tahun 1825 sampai 1837 dengan tokoh utama yang
disegani, yaitu Tuanku Imam Bonjol dari daerah Bonjol.
B. SISTEM KEKERABATAN
Masyarakat minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal. Sistem matrilineal
adalah suatu sistem yang mengatur kehidupan dan ketertiban suatu masyarakat yang terikat
dalam suatu jalinan kekerabatan dalam garis ibu. Seorang anak laki-laki atau perempuan
merupakan klen dari perkauman ibu. Ayah tidak dapat memasukan anaknya kedalam
sukunya sebagai mana yang berlaku dalam sistem patrilineal. Dengan kata lain seorang anak
di minangkabau akn mengikuti suku ibunya.
Segala sesuatunya diatur menurut garis keturunaan ibu. Tidak ada sanksi hukum yang jelas
mengenai keberadaan sistem matrilineal ini, artinya tidak ada sanksi hukum yang mengikat
bila seseorang melakukan pelanggaran terhadap sistem ini. Sistem ini hanya diajarkan secara
turun temurun kemudian di sepakati dan di patuhi, tidak ada buku rujukan atau kitab
undang-undangnya. Namun demikian, sejauh manapun sebuah penapsiran dilakukan
atasnya, pada hakekatnya tetap dan tidak beranjak dari fungsi dan peranan perempuan itu
sendiri.
ciri-ciri sistem kekerabatan matrilineal
adapun karakteristik dari sistem kekerabatan matrilineal adalah sebagi berikut:
1. keturunan dihitung menurut garis ibu
2. suku terbentuk menurut garis ibu
seorang laki-laki di minangkabau tidak bisa mewariskan sukunya kepada
anaknya. Jadi jika tidak ada anak perempuan dalam satu suku maka dapat
dikatakan bahwa suku itu telah punah.
3. Tiap orang diharuskan kawin dengan orang luar sukunya (exogami)
Menurut aturan adat minangkabau seseorang tidak dapat menikah dengan
seseorang yang berasal dari suku yang sama. apabila hal itu terjadi maka ia
dapat di kenakan hukum adat, seperti dikucilkan dalam pergaulan.
4. Yang sebenarnya berkuasa adalah saudara laki-laki
Yang menjalankan kekuasaan di minangkabau adalah laki-laki, perempuan
di minangkabau di posisikan sebagai pengikat, pemelihara, dan
penyimpanan harta pusaka.
5. Perkawinan bersipat matrilokal, yaitu suami mengunjungi rumah istrinya
6. Hak-hak dan pusaka di wariskan oleh mamak kepada kemenakannya dan
dari saudara laki-laki ibu kepada anak dari saudra perempuan.
Peran dan kedudukan wanita di minangkabau
Pada dasarnya sistem matrilineal perempuan di posisikan sebagai pengikat,
pemelihara dan penyimpan, sebagai mana di ungkapkan pepatah adatnya
amban purwak atau tempat penyimpanan. Itualah sebabnya dalam penentuan
peraturan dan perundang-undangan adat,perempuan tidak diikutsertakan.
Perempuan menerima besih tentang hak dan kewajiban di dalam adat yag telah
di putuskan sebeluamnya oleh pihak ninik mamak.
Perempuan menerima hak dan kewajibannya tanpa harus melalui sebuah
prosedur apalagi bantahan. Hal ini di sebabkan hak dan kewajiban perempuan
itu begituh dapat menjamin keselamatan hidup mereka dalam kondisi
bagaimanapun juga. Semua harta pusaka menjadi milik perempuan, sedangkan
laki-laki diberi hak untuk mengatur dan memperhatikannya.
Perempuan tidak perlu berperan aktif seperti ninik mamak. Perempuan
minangkabau yang memahami konstelasi seperti ini tidak memerlukan lagi
atau menuntut lagi suatu prosedur lain atas hak haknya. Meraka tidak
memerluan emansipasi, mereka tidak perlu denagn perjuangan gender, karena
sistem matrilineal telah menyediakan apa yang sesungguhnya di perlukan
perempuan.
Peran dan kedudukan laki-laki di minangkabau
Kedudukan laki-laki dan perempuan dalam di dalam adat di minangkabau
berada dalam posisi seimbang. Laki-laki punya hak untuk mengatur segala
yang ada di dalam pekauman, baik pengaturan pemakaian maupun pembagian
harta pusaka. Perempuan sebagai pemilik dapat mempergunakan semua hasil
itu untuk keperluannya anak beranak.
Peranan laki-laki di dalam dan di luar kaumnya menjadi sesuatu yang harus
dijalankannya dengan seimbang dan sejalan. Adapun peranan laki-laki di
minangkabau terbagi atas:
1. Seabagai kemenakan.
Di dalam kaumnya seorang laki-laki berawal sebagai kemenakan. Sebagi
kemenakan dia harus mematuhi segala sturan yang ada di dalam kaum.
Belajar untuk mengetahui semua aset kaumnya dan semua anggota
keluarga kaumnya.
Oleh karena itu, ketiak seseorang berstatus menjadi kemenakan, dia selalu
di suruh kesana kemari umtuk mengetahui segala hal tentang adat dan
perkauman nya.
Dalam kaitan ini, peranan surau menjadi penting, karena surau adalah
sarana tempat mempelajari semua hal itu baik dari mamak nya sendiri
maupun dari orang lain yang berada di surau tersebut. Dalam menentuakan
status kemenakan sebagi pewarisako dan pusako, anak kemenakan di bagi
menjadi 3 kelompok :
a. Kemenakan di bawah daguak
Kemenakan di bawah daguak adalah penerimaan langsung warisako
dan pusako dari mamak nya.
b. Kemenakan di bawah pusek
Kemenakan di bawah pusek adalah penerimaan waris apabila kemekan
di bawah daguak tidak ada (punah)
c. Kemenakan di bawah lutuik
Kemenakan di bawah lutuik, umunya tidak di ikut kan dalam
pewarisan sako dan pusako kaum.
2. Sebagai mamak
Pada giliran berikutnya, setelah dia dewasa, dia akn menjadi mamak dan
bertanggung jawab pada kemenakannya. Mau tidak mau, suka tidak suka,
tugas itu harus di jalaninya. Dia bekerja di sawah kaumnya untuk saudara
perempuannya anak-beranak yang sekaligus itulah pula kemenakanya. Dia
mulai ikut mengatur, walau tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan
mamaknya yang lebih tinggi, yaitu penghulu kaum.
3. Seabagai penghulu
Selanjutnya, dia akan memegang kendali kaumnya sebagai penghulu.
Gelar kebesaran di beriakn kepadanya, dengan sebutan datuk. Seorang
penghulu berkewajiban menjaga keutuhan kaum, mengatur pemakaian
harta pusaka. Dia juga bertindak terhadap hal-hal yang berada di luar
kaumnya untuk kepentingan kaumnya.
Setiap laki-laki terhadap kaumnya selalu di ajarkan; kalau tidak dapat
menambah (maksudnya harta pusaka kaum), jangan mengurangi
(maksudnya, menjual, menggadai atau menjadikan milik sendiri). Secara
keseluruhan dapat di katakan bahwa peranan seorang laki-laki di dalam
kaum disimpulkan dalam ajaran adatnya:
a. Tagak badunsanak mamaga dunsanak
b. Tagak basuku mamaga suku
c. Tagak ba kampuang mamaga kampuang
d. Tagak ba nagari mamaga nagari
4. Peranan laki-laki di luar kaum
Selain berperan di dalam kaum sebagai kemanakan, mamak atau penghulu,
seorang anak lelaki setelah dia kawin dan merumah tangga, dia
mempunyai peranan lain sebagai tamu atau pendatang di dalam kaum
isterinya. Artinya disini, dia sebagai duta pihak kaumnya di dalam kaum
isterinya, dan isteri sebagai duta kaumnya pula di dalam kaum suaminya.
Satu sama alain harus menjaga keseimbangan dalam berbagai hal,
termasuk perlakuan-perlakuan terhadap anggota kaum kedua belah pihak.
Di dalam kaum isterinya, seorang laki-laki adalah sumando (semenda).
Sumando ini di dalam masyarakat minangkabau dibuatkan pula beragai
kategori:
a. Sumando ninik mamak
Artinya, sumenda yang dapat ikut memberikan ketentraman pada
kedua kaum; kaum isterinya dan kaumnya sendiri. Mencarikan jalan
keluar terhadap sesuatu persoalan dengan sebijaksana mungkin. Dia
lebih berperan sebagai seorang yang arif dan bijaksana. Sikap ini yang
sangat di tungtut pada peran setiapa sumando di minangkabau.
b. Sumando kacang miang
Artinya, sumando yang membuat kaum isterinya menjadi gelisah
karena dia memunculkan atau mempertajam persoalan-persoalan yang
seharusnya tidak di munculkan. Siakap seperti ini tidak boleh di pakai.
c. Sumando lapik buruk
Artinya,sumando yang hanya memikirkan anak istrinya semata tanpa
peduli dengan persoalan-persoalan lainnya.
Dikatakan juga sumando seperti itu sumando apak paja,yang hanya
berfungsi sebagai tampang atau bibit semata,sikap seperti ini juga tidak
boleh di pakai dan harus di jauhi.sumando tidak punya kekuasaan
apapun di rumah istrinya,sebagaimana yang selalu diungkapkan dalam
petatah petitih:
Sedalam-dalam payo
Hinggo dodo itiak
Sukuaso-kuaso urang sumando
Hinggo pintu biliak
Sebaliknya,peranan sumando yang baik dikatakan;
Rancak rumah dek sumando
Elok hukum dek mamaknyo
Bagan Sistem Kekerabatan di Minangkabau
C. MATA PENCAHARIAN
Orang minangkabau menggantungkan hidupnya pada tanah, artinya pekerjaan utama mereka
adalah bertanam, bertani dan berladang. Ditempat yang subur dan cukup air orang minang
biasanya mengusahakan sawah, sedangkan didaerah subur yang tinggi orang minang
bertanam sayur-mayur untuk dijual seperti : kubis, tomat dan sebagainya. Pada daerah yang
tidak subur digunakan untuk menanam tanaman seperti: pisang, ubi kayu dan sebagainya.
Bila didaerh pesisi rorang hidup dari tanah dan juga dari hasil kelapa.penduduk yang tinggal
di pinggiran danau atau di pinggir laut hidup dari penaangkapan ikan,tetapi pekerjaan
menangkap ikan adalah pekerjaan sambilan.
Semakin berkembangnya jaman, orang minang semakin keritis dan mempunyai anggapan
bahwa menggantungkan hidup nya pada tanah tidak akan bisa menjadi orang kaya, sehingga
mereka beralih dari bertani menjadi pedagang yang memilih di antara 3 lapangan yaitu:
tekstil, kelontong,dan rumah makan.
Ada juga yang hidup dari kerajinan tangan.di antaranya kerajinan perak dari koto
gadang,pembuatan kain songket dari silungkang. Tetapi semakin di gerusnya jaman kerajinan
ini di pandang tida mempunyai prospek karena orang-orang disana jarang yang masih
memakai songket.
D. KESENIAN
Kesenian minangkabau bertempatan asli di provinsi sumatra barat indonesia
bermacam-macam yang di sesuaikan rupanya berbagai daerah bagian di sumatra
barat. Kelokan dan kebanyakan kesenian minangkabau ini mearupakan warisan yang
dapat menyokong dan melengkapi kesenian lain yang banyak berada di indonesia.
Kesenian-kesenian ini merupakan tarian-tarian yang terdiri dari tari piring, tari randai,
tari indang,tari payung, dan lain-lain. Selain kitu ada kesenian pantun dan sambah
menyambah. Ada kesenian musik dengan alat musik talempong, saluang, gandang,
tabuik, rebana, dll. Ada kebusanaan seronok, dan sebagainya. Kesenian ini sudah
menjalar keadaerah lain di indonesia sampai ke negri sembilan, malaysia. Khazanah
Kesenian dan kebudayaan minangkabau telah terkenal dan boleh sebati dalam suku-
suku lain di indonesia seperti melayu, betawi, sunda, jawa, dan lain-lain karena
perantawan dan perkawinan yang bersangat-sangat semenjak dahulu yang di
anggarkan mula abad ke -15 dari kerajaan pagaruyun hingga termasuk ke kerajaan
malaka. Minangkabau memiliki alat musik khas. Alat musik ini biasanya di gunakan
untuk mengiringi tari-tarian.
Alat musik
Alat musik tiup:
1. Saluang
A. Kesimpulan
Jadi itulah isi dari pembahasan dari makalah yang kami buat yang intinya bahwa
minangkabau itu memiliki unsur-unsur kebudayaan yang unik dan memiliki ciri khas
sendiri.
Sekian dari kami semoga bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi
pembaca, “SELAMAT MENCOBA MEMBACA”.
B. Saran
Dalam pembuatan presentasi di harapkan bukan hanya guru mata pelajaran tertentu
saja tapi harus banyak mata pelajaran yang turut serta. Tujuannya adalah untuk melatih
kemampuan siswa dalam berbicara dan pembuatan presentasi.
DAFTAR PUSTAKA
IPS SMK 2 KTSP 2006
www.sejarah-negara.com>home>geografi
mersi.wordpress.com/2008/08/14/sist......
alfiindah.blogspot.com/2013/01/suku.....
m.facebook.com/../46454980357 9129/
Kritik dan Saran
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………