OLEH
AMARA JULIANTIKA
NIM. 11911021417
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurangnya perhatian guru pada aspek proses membuat keterampilan
proses sains siswa rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi
keterampilan proses sains siswa adalah model pembelajaran konvensional
yang digunakan guru. Untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa
dibutuhkan model pembelajaran yang membuat siswa aktif selama proses
pembelajaran. Siswa seharusnya memperoleh pengetahuan dari proses
pembelajaran yang diikutinya.
Model pembelajaran Learning Cycle 5E menjadi salah satu solusi
untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Model pembelajaran
Learning Cycle 5E merupakan model pembelajaran kontruktivisme yang
populer dibanding model Learning Cycle lainnya. Model pembelajaran
Learning Cycle 5E membimbing siswa untuk membangun pengetahuannya
sendiri melalui lima fase E pada Learning Cycle adalah engagement,
exploration, explanation, elaborationand evaluation.
Model pembelajaran learning cycle adalah model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengoptimalkan cara
belajar dan mengembangkan daya nalar peserta didik. Learning cycle
merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
(student centered).1
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan
1
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara,
2018, H. 169-170.
2
kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan proses sains peserta didik dapat dilihat dalam kegiatan
pembelajaran di kelas dan kegiatan praktikum. Untuk mengembangkan
keterampilan proses tersebut, maka seorang guru harus mampu
menyampaikan materi dengan merancang pembelajaran yang efektif,
membuat instrumen yang diperlukan, dan melakukan evaluasi terhadap apa
yang telah diajarkan. Pengembangan keterampilan proses sains menjadikan
siswa secara mandiri mengkontruksi pengetahuannya dan memberi makna
melalui pengalaman nyata untuk menemukan fakta-fakta, membangun
konsep, teori dan sikap ilmiah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
a. Peserta didik menganggap mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran
yang susah sehingga ketertarikan terhadap pelajaran IPA agak kurang.
b. Penggunaan model pembelajaran pada kurikulum 2013 yang belum
optimal sehingga masih dominan pembelajaran yang berpusat pada
guru.
C. Batasan Masalah
Penelitian ini membatasi masalah pengaruh penerapan model
pembelajaran learning cycle: engagement, exploration, explanation,
2
Muh. Tawil dan Liliasari, Keterampilan-Keterampilan Sains dan Implementasinya
dalam Pembelajaran IPA, Makasar: UNM, 2017, H. 36.
3
elaboration, evaluation (5E) terhadap keterampilan proses sains siswa Kelas
VIII pada materi IPA di SMP N 1 KUINDRA.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan adalah
“Apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran learning cycle:
engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation (5E) terhadap
keterampilan proses sains siswa pada materi IPA di SMP N 1 KUINDRA?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan
model pembelajaran learning cycle: engagement, exploration, explanation,
elaboration, evaluation (5E) terhadap keterampilan proses sains siswa pada
materi IPA di SMP N 1 KUINDRA.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peserta didik, guru,
sekolah dan peneliti lain yang ingin menindak lanjuti hasil penelitian ini:
d. Bagi peneliti dan pembaca, dari hasil penelitian ini diharapkan semoga
bermanfaat bagi pembaca khususnya calon guru untuk menerapkan
model pembelajaran yang bermanfaat sehingga dapat meningkatkan
keterampilan proses sains.
4
PEMBAHASAN
3
Faizatul fajaroh dan I Wayan dasna, Pembelajaran dengan siklus belajar jurusan
kimia FMIPA UM,2007(http:// lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20pembelajaran-
dengan-model- siklusbelajar-learning-cycle/, diakses pada tanggal 10 0ktober 2021, pukul
09.00 WIB
4
Safw Atun Nida, Model-Model Pembelajaran Konstruktivistik dalam
Pembelajaran Sains-Kimia, Malang: UNM, 2006, H. 69.
5
melakukan praktikum. Pembelajaran dengan menggunakan praktikum dapat
mengarahkan pada stategi pembelajaran konstruksi (pembentukan aktif).5
Menurut Rusman ada beberapa model yang dilandasi konstruktivistik
yaitu 16 model siklus belajar (Learning Cycle), model pembelajaran
generative, model pembelajaran interaktif, model CLIS (Children Learning
in Science), dan model strategi pembelajaran kooperatif. Model learning
cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robet Karplus dalam Science
Curriculum Improvement Study/SCIS. Model learning cycle merupakan salah
satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik yang pada
mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu: exploration,
invention, dan discovery. Tiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi
lima tahap oleh Anthony W lorsbach, yaitu: engagement, exploration,
explanation, elaboration, dan evaluation. Model learning cycle 5E ini
mempunyai salah satu tujuan yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengkostruksi pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri dengan
terlibat secara aktif mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan
berpikir baik secara individu maupun kelompok, sehingga siswa dapat
menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai.
1. Fase Pendahuluan (Engagement)
Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan
minat dengan keingintahuan (curiocity) siswa tentang topik yang akan
diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang
proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang sesuai dengan topik
yang dibahas). Dengan demikian, siswa akan memberikan
respon∕jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dijadikan pijak oleh
guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan
yang akan dibahas.
2. Fase Eksplorasi (Exploration)
Pada fase ini, siswa diberi kegiatan yang dapat melibatkan keaktifan
siswa untuk menguji prediksi dan hipotesis melalui alternatif yang
diambil, mencatat hasil pengamatan dan mendiskusikan dengan siswa
5
Malahayati dan Saminan, Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis
Praktikum untuk Peningkatan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berfikir Kritis Peserta
didik kelas X
6
yang lain. Sehingga siswa memiliki kesempatan untuk bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru.
Pada fase ini guru sebagai fasilitator.
3. Fase Penjelasan (Explanation)
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan
dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Siswa dituntut untuk
menjelaskan konsep yang sedang dipelajari dalam kalimat mereka
sendiri. Pada fase ini siswa menemukan istilah-istilah dari konsep yang
dipelajari.
4. Fase Elaborasi (Elaboration)
Kegiatan belajar ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep
yang telah dipelajari, membuat hubungan antar konsep dan
menerapkannya pada situasi yang baru melalui kegiatan-kegiatan
praktikum lanjutan yang dapat memperkuat dan memperluas konsep
yang telah dipelajari.
5. Fase Evaluasi (Evaluation)
Siswa diberi pertanyaan untuk mendiagnosa pelaksanaan kegiatan belajar
dan mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep yang diperoleh.
7
menguraikan keterampilan proses sains adalah wahana penemuan dan
pengembangan fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan bagi peserta
didik. Berdasarkan uraian diatas maka keterampilan proses sains merupakan
aspek-aspek yang terdiri dari kegiatan intelektual yang bisa dilakukan oleh
seseorang untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan menemukan suatu
produk baru berupa fakta, konsep serta pengembangan sikap dan nilai.
Keterampilan proses sains dalam pembelajaran perlu
diimplementasikan mengingat bahwa perkembangan ilmu pengetahuan
berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin diajarkan semua fakta
dan konsep kepada peserta didik apabila diinformasikan secara verbal,
akibatnya peserta didik memiliki banyak pengetahuan, tetapi tidak dilatih
untuk menemukan pengetahuan, mengembangkan ilmu, menemukan konsep
atau sesuatu prinsip.6
Keterampilan proses sains itu sendiri adalah performance skill. Dan
dalam praktiknya memiliki dua faktor keterampilan, yakni:
1. Keterampilan Kognitif, adalah keterampilan dalam proses berpikir dan
kemampuan daya nalar untuk menyelesaikan masalah.
2. Keterampilan psikomotor yakni keterampilan dalam menyelesaikan
masalah secara konkret yang berasal dari gerakan.
Ada 6 Keterampilan Proses Sains, yaitu:
1. Mengamati
Mengamati atau observasi merupakan keterampilan paling dasar pada
sains. Pengamatan dilaksanakan dengan memakai kelima indera yang
nantinya bisa menjadi fakta empiris. Pengamatan yang baik merupakan
pondasi awal untuk mempelajari keterampilan proses lainnya.
2. Pengelompokan
Sesudah melaksanakan pengamatan (observasi), berikutnya siswa harus
tahu mengenai perbedaan, persamaan dan pengelompokan objek berdasar
pada tujuannya. Penting untuk membuat parameter tertentu yang
membantu memahami jumlah objek, jenis, peristiwa dan makhluk hidup
di dunia.
6
Akmal Gazali, dkk, Efektivitas Model Siklus Belajar 5E Terhadap Keterampilan
Proses Sains dan kemampuan Berfikir Peserta didik, Jurnal Pendidikan Sains, Vol.3, No.1,
ISSN: 2338- 9117, Malang: UNM, 2015 H. 10.
8
3. Mengukur
Proses pengukuran ini sangat penting saat siswa sedang melakukan
pengumpulan, pembandingan dan penafsiran data. Ini membantu siswa
untuk mengklasifikasikan dan mengkomunikasikan kepada orang lain.
Parameter yang jelas harus dipakai untuk memahami dunia ilmiah.
4. Berkomunikasi
Ini sangat penting untuk dilakukan, yakni bisa membagikan hasil
penelitian kepada orang lain. Komunikasi disini bisa dilakukan dengan
media grafik, peta, tulisan, lisan (presentasi) dan diagram.
5. Menyimpulkan
Kesimpulan merupakan penjabaran yang berdasar pada pengamatan. Ini
adalah hubungan antara apa yang diamati dan apa yang telah diketahui.
6. Memprediksi
Prediksi adalah tebakan atau ramalan yang berdasar pada pengamatan
dan kesimpulan. Prediksi bisa berupa peristiwa atau kejadian yang
diamati, bisa juga berupa pengetahuan yang telah diteliti sebelumnya.7
Dalam pelaksanaannya, keterampilan proses sains memiliki
parameter dan penjelasan yang bisa dipakai sebagai petunjuk untuk bisa
menilai kapabilitas keterampilan proses sains pada peserta didik.
9
siswa membangun pengetahuannya sendiri lewat proses pembelajaran.
Sehingga pembelajaran atau proses belajar mengajar berpusat pada siswa
(student centered) dari pada teacher centered.
Dalam pelaksanaan model Learning Cycle 5E juga mempunyai
fungsi serta manfaat yaitu untuk memberikan kesempatan kepada siswa
untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mereka dengan cara
mereka sendiri dengan terlibat aktif mempelajari materi secara tepat dengan
berfikir baik secara individu maupun kerja kelompok. Sehingga dalam hal
ini siswa mampu mengguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai
dalam kegiatan pembelajaran. sehingga dalam hal ini model Learning Cycle
5E berpengaruh dalam peningkatan keterampilan sains siswa.
Learning cycle 5E merupakan salah satu model pembelajaran yang
penting untuk dikembangkan dan diterapkan dalam pembelajaran karena
model ini berbasis pada kerja dan kegiatan memperluas konsep. Model
pembelajaran ini juga dapat memberi kesempatan peserta didik untuk
mengaplikasikan materi, membangun pengetahuannya dan bekerja dalam
kelompok sehingga dapat mengembangkan sikap ilmiah dan keterampilan
proses sains siswa.
Keterampilan proses sains dapat dilihat dengan melakukan
praktikum. Pembelajaran dengan menggunakan praktikum dapat
mengarahkan pada stategi pembelajaran konstruksi (pembentukan aktif).
8
Cohen dan Clough (Wibowo, 2010: 2) pengaruh model learning cycle 5E
10
1. Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan
langkah-langkah pembelajaran
2. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
Untuk menghasilkan hasil yang maksimal maka guru harus
menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran. Guru harus kreatif
dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran, dan melakukan
pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
Perlu dilakukan upaya agar peserta didik dapat aktif salah satu
caranya yaitu dengan menerapkan suatu model pembelajaran agar dapat
memanfaatkan konsep yang ada dan memanfaatkan sarana yang tersedia,
yaitu dengan cara melakukan pembelajaran yang efektif dan aktif, misalnya
saja dengan melakukan 6 praktikum sehingga diduga akan meningkatkan
keaktifan peserta didik dan dapat meningkatkan keterampilan proses sains
siswa. Untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa diperlukan
model pembelajaran yang membuat peserta didik aktif selama proses
pembelajaran. Peserta didik seharusnya memperoleh pengetahuan dari
proses pembelajaran yang diikutinya.
Model pembelajaran learning cycle (5E) menjadi salah satu solusi
untuk meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik. Model siklus
belajar (learning cycle) merupakan salah satu model pembelajaran yang
berbasis pada paradigma pembelajaran konstruktivistik. Model
pembelajaran ini menyarankan agar proses pembelajaran dapat melibatkan
peserta didik dalam kegiatan belajar yang aktif sehingga terjadi proses
asimilasi, akomodasi, dan organisasi dalam struktur kognitif peserta didik.
11
keterampilan mengamati. Siswa dituntut untuk bisa mengeksplor
banyak kejadian dengan menggunakan inderanya. Sehingga informasi
yang didapat bisa luas dan mendalam.
2. Menggolongkan (Klasifikasi)
Menggolongkan merupakan pengaturan yang dipakai untuk
mengelompokan sebuah entitas berlandaskan ciri-ciri yang telah
disepakati. Dalam proses mengelompokan terdiri dari beberapa
aktivitas, yakni menemukan perbedaan dan kesamaan, menjelaskan
ciri-ciri, membandingkan dan mengkoneksikan satu dengan yang lain.
3. Interpretasi Pengamatan
Interpretasi atau menerjemahkan merupakan langkah mengambil
kesimpulan sementara dari informasi yang telah terhimpun. Informasi
dari pengamatan akan mubazir bila tidak di interpretasikan. Oleh sebab
itu setelah siswa mengamati, maka selanjutnya adalah menghimpun
informasi dan mengkoneksikan hasil pengamatan. Berikutnya mereka
harus bisa mencari hubungan setiap informasi dari pengamatan yang
ada untuk dijadikan sebuah kesimpulan.
4. Memprediksi
Prediksi merupakan perhitungan ke depan tentang suatu hal
berlandaskan pada hasil informasi dari pengamatan yang telah
dilakukan. Jika siswa bisa mengetahui hubungan dari hasil
pengamatannya, maka siswa bisa memperoleh ilmu pengetahuan baru.
5. Mengajukan Pertanyaan
Untuk bisa memiliki skill bertanya, siswa bisa memulai dengan
bertanya tentang mengapa, apa, bagaimana. Ini sangat berguna untuk
mengtahui suatu penjelasan yang memiliki latar belakang hipotesis.
6. Melakukan Hipotesis
Hipotesis merupakan asumsi sementara dengan dasar informasi yang
telah terhimpun untuk menjelaskan suatu peristiwa atau penelitian.
7. Menyusun Percobaan/Penelitian
Dalam pelaksanaanya, pertama-tama guru akan mengembangkan
keterampilan siswa dalam melaksanakan percobaan. Caranya adalah
dengan menstimulasi mereka dengan pertanyaan, seperti apa yang
12
harus dilakukan selanjutnya? dan bagaimana cara menyusun
percobaan?
8. Memanfaatkan Bahan dan Alat
Agar bisa memanfaatkan bahan dan alat secara baik maka siswa akan
melakukan praktek secara langsung dengan bahan dan alat tersebut.
Sehingga siswa bisa mendapatkan pengalaman yang nyata.
9. Mempraktekan Konsep
Saat siswa mempraktekkan sebuah konsep maka siswa harus bisa
memakai konsep yang sudah dipelajari ke dalam peristiwa baru. Juga
siswa memakai konsep pada peristiwa baru tersebut untuk
menerangkan kejadian yang ada
10. Berkomunikasi
Keterampilan ini terdiri dari kemampuan untuk mengetahui diagram,
grafik dan tabel dari hasil penelitian. Bisa menjelaskan informasi
empiris kedalam bentuk diagram, grafik dan tabel. Dalam
pelaksanaanya keterampilan berkomunikasi adalah kemampuan untuk
mengutarakan sebuah gagasan atau hasil penelitian ke dalam bentuk
tulisan maupun lisan.9
13
eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol yaitu kelas eksperimen
sebesar 85,03 dan kelas kontrol 83,43.43. Yang membedakan penelitian
peneliti Anna Nasrullah dengan peneliti adalah peneliti menggunakan
model pembelajaran learning cycle (5E).
3. Wy. Ashira P dengan judul “Pengaruh Model Learning Cycle 5E
terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di Gugus III” ditinjau dari
hasil belajar siswa siswa dengan model konvensional cenderung rendah
yaitu 15,23, sedangkan dengan menggunakan learning cycle 5E
cenderung tinggi yaitu 21,42.44. Yang membedakan penelitian peneliti
Lu’luin Nur hasanah dengan peneliti adalah peneliti menggunakan
variabel terikatnya yaitu keterampilan proses sains.
4. N Farach, Kartimi , and A Mulyani dengan judul “Application of
performance assessment in STEM-based biological learning to improve
student’s science process skills” keterampilan proses sains siswa
setelah dilakukan performance assessment pada pembelajaran biologi
berbasis STEM dengan melihat hasil nilai rata-rata N-Gain. Kelas
eksperimen sebesar 0,90 sedangkan kelas kontroler sebesar 0,45 serta
respon siswa dari siswa kelas eksperimen bahwa siswa memberikan
respon positif terhadap pembelajaran performance assessment dalam
pembelajaran biologi berbasis STEM. Yang membedakan penelitian
peneliti N Farach, Kartimi , and A Mulyani dengan peneliti adalah
peneliti menggunakan variabel bebasnya yaitu model pembelajaran
learning cycle
5. Febrianto Putra, Ika Yunita Nur Kholifah, Bambang Subali, Ani
Rusilowati “5E-Learning Cycle Strategy: Increasing Conceptual
Understanding and Learning Motivation” Berdasarkan keputusan
penelitian dapat disimpulkan bahwa proses learning cycle 5E dapat
mempengaruhi peningkatan motivasi belajar siswa dan pemahaman
konsep siswa tidak hanya konsep kalor tetapi juga konsep perpindahan
kalor. Yang membedakan penelitian peneliti Febrianto Putra, Ika
Yunita Nur Kholifah, Bambang Subali, Ani Rusilowati dengan peneliti
adalah peneliti menggunakan variabel bebasnya keterampilan proses
sains.
14
G. Rancangan Peneltian
Penelitian ini dilakukan dalam dua variabel, yaitu:
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran learning
cycle: Engagement, Exploration, Explanation, Elaboration, Evaluation
(5E).
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains
siswa. Keterampilan proses sains ini dapat dilihat dari kegiatan peserta
didik melakukan percobaan.
15
dengan pengalaman mengelompokk
mereka. an hasil data
(b) Menanya pengamatan.
Guru membimbing
siswa untuk Siswa
mengajukan mengamati hasil
pertanyaan dan percobaan dan
permasalahan yang menjawab
ada. pertanyaan yang
Siswa diminta ada di LKPD.
mengajukan
Siswa
pertanyaan.
mempresentasik
an hasil
2. Exploration
praktikum dan
(c) Mengumpulkan data
mengaitkan
Guru membentuk
dengan konsep
beberapa
atau teori yang
kelompok. Setiap
ada.
kelompok terdiri
Siswa
dari 5-6 orang
menyampaikan
siswa dengan
hasil diskusi
kemampuan yang
berdasarkan
berbeda-beda.
data hasil
Guru membagikan
percobaan.
alat dan bahan
untuk melakukan
praktikum.
Siswa diminta
untuk mengamati
apa yang ada di
depan mereka.
Siswa dibimbing
untuk membuat
dugaan sementara
Guru membimbing
siswa selama
kegiatan praktikum
3. Explanation
(d) Mengolah
Guru mengamati
hasil percobaan
siswa
16
4. Elaboration
Penutup
Guru
pembelajaran membimbing
siswa untuk lebih
memahami
konsep yang
diperoleh dari
praktikum.
Siswa diminta
untuk membaca
beberapa literatur
yang berkaitan
dengan materi,
baik di dalam
buku ajar maupun
lainnya untuk
mencari sumber
atau teori lain
yang ada dengan
hasil percobaan
untuk
memperkuat
kesimpulan.
5. Evaluation
Tugas Siswa menjawab
(e) Mengkomunikasikan
Guru menunjuk pertanyaan yang
kembali salah satu ada di LKDP
siswa secara acak
untuk menjawab
pertanyaan yang ada
di LKPD.
17
informasi tentang
materi pelajaran yang
akan dibahas pada
pertemuan selan-
jutnya
18
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dilihat dari hasil penelitian peneiti sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan proses sains siswa
setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E. N-gain yang
diperoleh sebesar 0,5696 dan termasuk dalam kategori peningkatan sedang
dengan kedelapan indikator KPS mengalami peningkatan setelah diterapkan
model pembelajaran Learning Cycle 5E.
Model pembelajaran learning cycle (5E) menjadi salah satu solusi
untuk meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik. Model siklus
belajar (learning cycle) merupakan salah satu model pembelajaran yang
berbasis pada paradigma pembelajaran konstruktivistik. Model
pembelajaran ini menyarankan agar proses pembelajaran dapat melibatkan
peserta didik dalam kegiatan belajar yang aktif sehingga terjadi proses
asimilasi, akomodasi, dan organisasi dalam struktur kognitif peserta didik.
Learning cycle 5E dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena
pada fase LC 5E siswa terlibat langsung dalam memecahkan masalah
dengan keterampilan mengamati dan menyamaikan pendapat, kegiatan
tersebut mengasah sikap ilmiah siswa seperti teliti, tanggung jawab, dan
santun dalam berbicara, sehingga pengetahuan siswa melekat dan berkesan
sehingga memperoleh hasil maksimal.
Model Learning cycle 5E menuntut siswa supaya dapat
menyampaikan ide secara leluasa dalam mencari solusi dari permasalahan.
Model pembelajaran learning cycle dapat membantu mengoptimalkan
kemampuan komunikasi terutama pada tahap exploration karena pada tahap
tersebut siswa siswa berdisksi secara kelompok dan menyampaikan hasil
diskusi secara klasikal.
19
B. Saran
1. Pihak sekolah diharapkan memberikan dukungan pada pengembangan
model pembelajaran learning cycle 5E untuk mengembangkan motivasi,
keaktifan siswa dan hasil belajar siswa.
2. Guru diharapkan mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang cukup
dalam memilih metode ataupun teknik pembelajaran yang tepat dan
sesuai dengan materi yang akan diajarkan sehingga dapat meningkatkan
partisipasi siswa dan hasil belajar. Salah satunya adalah dengan model
pembelajaran learning cycle 5E.
3. Siswa diharapkan dalam penerapan model pembelajaran learning cycle
5E agar dapat bekerja sama dengan guru dalam menerapkannya sehingga
tiap tahap pada learning cycle 5E dapat terlaksana dengan baik
20
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A., Krisna, S., Kt, D. B., Semara, N., & Ardana, I. K. (2016). Penerapan
Pendekatan Saintifik Berbasis Model Discovery Learning untuk Meningkatkan
Motivasi Dan Hasil Belajar Pengetahuan IPA Pada Siswa Kelas Iv Sdn 8
Sumerta Tahun Ajaran 2017/2018 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
FKIP Universitas Pendidikan Ganesha. E-Journal PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha, 4(1), 1– 10.
Agustyaningrum, N. (2019). Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IX B
SMP Negeri 2 Sleman. Prosiding Jurnal Pendidikan Matematika UNY, 978–
979.
Ajaja, & Patrick, O. (2013). Which Way Do We Go In The Teaching Of Biology ?
Concept Mapping , Cooperative Learning Or Learning Cycle ? International
Journal Of Science And Technology Education Research, 4(February), 18–29.
Ali, S. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran dan Motivasi Belajar Fisika terhadap
Hasil Belajar Fisika ( Studi Eksperimen Peserta Didik pada Kelas VIII SMP
Negeri 40 Bulukumba ), 8(1), 15–28
Anna Nasrullah. (2018). Keefektifan Metode Praktikum Berbasis Inquiry pada
Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa
Arfatin Nurrahmah (2018) Model Leraning Cycle 5E serta Pengaruhnya terhadap
kemampuan Pemahaman Konsep Matematika, 14 (2)
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2017). Penelitian Tindakan Kelas. (Suryani,
Ed.). Jakarta: Bumi Aksara.
Azzahrotul Hasanah , Lisa Utami. Pengaruh Penerapan Model Problem Based
Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. Jurnal Pendidikan Sains
(JPS) Vol 5 No 2 (2017) 56-64
Chiappetta, Eugene, dan Thomas R. Koballa Jr. 2017. Science Instruction in the
Middle and Secondary Schools. United State: Pearson Education Inc.
Dewi, Riska Sartika. 2017. “Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains
Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Suhu dan Kalor”.
21
Diani, R. (2019). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Pendidikan
Karakter dengan Model Problem Based Instruction. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fisika Al-Biruni, 4(2), 241–253.
Eli Sumiati , Damar Septian , F. Faizah . Pengembangan modul fisika berbasis
Scientific Approach untuk meningkatkan Keterampilan Proses Sains siswa.
Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), 4 (2), 2018, 75-88
Faizah Firdaus, Wachju Subchan, Erlia Narulita. Developing STEM-based TGT
learning model to improve students' process skills. JPBI (Jurnal Pendidikan
Biologi Indonesia). , 6(3), 413-422.
Febrianto Putra, Ika Yunita Nur Kholifah, Bambang Subali, Ani Rusilowati 5E-
Learning Cycle Strategy: Increasing Conceptual Understanding and Learning
Motivation
Furoidah, A. Z., Indrawati, & Subiki. (2013). Implementasi Model Discovery
Learning Disertai Lembar Kerja Siswa dalam Pembelajaran Fisika Siswa di
SMA. Jurnal Pembelajaran Fisika, 6(3), 285–291.
Hartono. (2017). Learning Cycle-7E Model To Increase Student ’ S Critical Thinking
On Science. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (Indonesian Journal of Physics
Education), 9(1), 58–66.
Hsiao, H.-C., Chang, J.-C., & Chen, S.-C. (2018). The Influence of Support for
Innovation on Organizational Innovation: Taking Organizational Learning as a
Mediator. The Asia-Pacific Education Researcher, 23(3), 463–472.
Hutahaean, R., Harahap, M. B., & Derlina, D. (2017). The Effect of Scientific Inquiry
Learning Model Using Macromedia Flash on Student’s Concept
Understanding and Science Process Skills in Senior High School. IOSR
Journal of Research & Method in Education (IOSRJRME), 07(04), 29–37.
https://doi.org/10.9790/7388-0704012937
Kiki Septaria, Binar Ayu Dewanti, Muhammad Habibbulloh. Implementasi Metode
Pembelajaran Spot Capturing Pada Materi Pemanasan Global untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pengkajian Ilmu dan
Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram, June 2019. Vol. 7, No.1
N Farach, Kartimi , and A Mulyani. (2017). Application of performance assessment in
STEM-based biological learning to improve student’s science process skills
N Farach, Kartimi , and A Mulyani. Application of performance assessment in STEM-
based biological learning to improve student’s science process skills. Journal
22
of Physics: Conference Series. 1806 (2021) 012220 doi:10.1088/1742-
6596/1806/1/012220
Rahayu, S. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycyle-5E. Jawa Timur:
Beta Aksara.
Sri Setiawaty, Nuraini Fatmi, Ayu Rahmi, Ratna Unaida, Fakhrah, Izkar Hadiya,
Iryana Muhammad, Mursalin, Muliana, Rohantizani, Alchalil, Ratih Permana
Sari. Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) Learning
on Student’s Science Process Skills and Science. STEM Learning on Student’s
Science. Vol. 1 pp. 575–581 Emerald Publishing Limited 2516-2853 DOI
10.1108/978-1-78756-793-1-00036.
Suhanda Dan Sugeng Suryanto. Penerapan Pembelajaran Kimia Berbasis Proyek
Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X Sma Negeri 2
Purworejo. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 2, 2018, Halaman
2137 – 2148
Wright, E. (1981). The long-term effects of intensive instruction on the open
exploration behavior of ninth grade students. Journal of Research in Science
Teaching, 18.
Wy. Ashira P, (2017). Pengaruh Model Learning Cycle 5E terhadap Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas V di Gugus III”
Zulchaidar, I. (2017). Penerapan model learning cycle 5E untuk meningkatkan
pembelajaran IPA. Jurnal Penelitian Pendidikan, 34(2).
23