HEMATORIA 3 91704308 LP Tumor Buli Buli
HEMATORIA 3 91704308 LP Tumor Buli Buli
KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli (kandung kemih). Tumor
buli-buli adalah tumor yang dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (insitur), noduler
(infiltrat), atau campuran antara bentuk papiler dan infiltrat. Tumor ini merupakan tumor
superfisial. Tumor ini lama-kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot,
Tumor buli-buli merupakan 2% dari seluruh keganasan dan merupakan keganasan kedua
terbanyak pada sistem urogenital setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali lebih sering
menyerang pria daripada wanita dan angka kejadiannya meningkat pada daerah industri.
B. KLASIFIKASI
dilakukan
T4b : Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam
abdomen
multipel
N3 : Massa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang bebas
Tipe tumor didasarkan pada tipe selnya, tingkat anaplasia, dan invasi
b. Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus.
c. Rhabdomyo sarcoma, sering terjadi pada anak laki-laki, infiltrasi, metastase cepat,
C. ETIOLOGI
Keganasan buli-buli ini terjadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak
terdapat disekitar kita. Beberapa faktor risiko yang yang mempengaruhi seseorang menderita
3. Infeksi saluran kemih, Escheria Coli dan Proteus yang menghasilkan karsinogen
4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan untuk pemakaian jangka panjang dapat
Penampakan carsinoma vesika urinaria dapat berupa defek pengisian pada vesika urinaria
yang terisi kontras atau pola mukosa yang tidak teratur pada film kandung kemih pascamiksi.
Jika urogram intravena menunjukkan adanya obstruksi ureter, hal tersebut lebih menekankan
pada keterlibatan otot – otot di dekat orifisium ureter dibandingkan obstruksi akibat massa
neoplasma yang menekan ureter. CT atau MRI bermanfaat dalam penilaian praoperatif
terhadap penyebab intramural dan ekstramural, invasi lokal, pembesaran kelenjar limfe, dan
Hidronefrosis diartikan sebagai suatu kondisi dimana pelvis dan kalises ginjal berdilatasi,
tersering dari kedua kondisi ini sebagian besar adalah obstruksi. Kelainan lain yang dapat
menjadi penyebab adalah striktur, penyimpangan pembuluh darah dan katup, tumor, batu,
ataupun lesi di medulla spinalis. Hidronefrosis dapat bervariasi dari yang ringan misalnya
hidronefrosis akibat kehamilan sampai yang dapat mengancam nyawa misalnya pionefrosis.
Untuk dapat membedakan kondisi akut dari kronis, secara garis besar dapat dilihat dari
gangguan anatomik parenkim ginjal yang minimal. Sementara untuk lebih tepatnya, suatu
hidronefrosis dapat dikatakan akut apabila terdapat pengembalian fungsi ginjal secara utuh
aliran urin secara anatomik ataupun fisiologik. Hambatan ini dapat terjadi dimana saja
sepanjang ginjal sampai meatus uretra. Peningkatan tekanan ureter menyebabkan perubahan
dalam filtrasi glomerulus (GFR), fungsi tubulus, dan aliran darah ginjal. GFR menurun
dalam beberapa jam setelah terjadinya hambatan. Kondisi ini dapat bertahan selama beberpa
minggu. Fungsi tubulus juga terganggu. Berat dan durasi kelainan ini tergantung pada berat
dan durasi hambatan aliran. Hambatan aliran yang singkat menyebabkan kelainan yang
reversibel sedangkan sumbatan kronis menyebabkan atrofi tubulus dan hilangnya nefron
secara permanen. Peningkatan tekanan ureter juga aliran balik pielovena dan pielolimfatik.
Dalam duktus kolektivus, dilatasi dibatasi oleh parenkim ginjal. Namun komponen diluar
F. MANIFESTASI KLINIK
4. Sering berkemih terutama malam hari dan pada fase selanjutnya mengalami kesulitan
untuk berkemih
9. Keluhan akibat penyakit yang lebih lanjut berupa : gejala obstruksi saluran kemih bagian
atas atau adanya edema tungkai. Edema tungkai ini disebabkan karena adanya penekanan
aliran limfe oleh massa tumor atau oleh kelenjar limfe yang membesar di daerah pelvis.
G. KOMPLIKASI
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gross atau micros
hematuria.
b. Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat bakteri dan pus dalam urine.
d. Lymphopenia (N=1490-2930)
2. Radiologi
4. Cystology
1. Operasi
a. Reseksi transuretral
3) Diikuti oleh kemoterapi untuk mencegah tumbuhnya kembali sel kanker yang
tidak terangkat
1) Prosedur pilihan untuk tumor stage B yang tidak bisa diatasi melalui tindakan
atau saat tumor tidak dapat diatasi dengan metode pembedahan yang lebih
sederhana
c. Cystectomy partial
1) Dilakukan jika klien tidak dapat mentoleransi prosedur cystectomy radical atau
jika ada tumor yang tidak dapat diangkat melalui transurethral cystectomy
2. Radioterapi
a. Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada grade III-IV
b. Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu , dosis 3000-4000 Rads.
Penderita dievaluasi selama 2-4 minggu dengan interval cystoscopy, foto toraks,
dan IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi
3. Kemoterapi
topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8-12 jam sebelum pengobatan dengan
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
Tanda : Muntah
6. Neurosensori
7. Nyeri/keamanan
9. Keamanan
10. Seksualitas
Tujuan :
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam nyeri klien berkurang.
Intervensi :
keperawatan.
b. Evaluasi terapi : pembedahan, radiasi, kemoterapi, dan ajarkan klien dan keluarga
Rasional : Untuk mengetahui terapi yang diberikan sesuai atau tidak, atau malah
menyebabkan komplikasi.
Rasional : Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stres
dan ansietas.
2. Diagnosa keperawatan : Risiko infeksi b.d. tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder
Tujuan :
normal
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam risiko tidak terjadi
pada klien.
Intervensi :
c. Monitor temperatur
f. Kolaboratif
Tujuan :
spesifik
penyembuhan
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam maka tidak terjadi
Intervensi :
a. Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping terapi kanker, amati
penyembuhan luka.
4. Risiko kekurangan volume cairan b.d. output yang tidak normal (vomitting, diare),
Tujuan :
Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa
normal, turgor kulit bagus, capillary refill normal, dan urine output normal.
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam kebutuhan cairan
klien tercukupi.
Intervensi :
a. Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis,
badan.
hipovolemia.
e. Anjurkan intake cairan sampai 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu.
f. Kolaboratif
interaksi.
Tujuan :
pengobatan.
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam cemas klien
berkurang.
Intervensi :
penyakitnya.
c. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi.
d. Jelaskan pengobatan, tujuan, dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri
dalam pengobatan.
efek sampingnya.
e. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidakberdayaan,
dan lain-lain.